Anda di halaman 1dari 19

Journal Reading

ULLIS MARWADHANI
I11111054

DOSEN PEMBIMBING KEPANITERAAN KLINIK:


DR. TEGUH ALY’ANSYAH, SP,KK

KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS ABDUL AZIZ SINGKAWANG
Identitas Jurnal
2

 Judul: Atopic Dermatitis : Natural History,


Diagnosis, and Treatment
 Penulis: Simon Francis Thomsen
 Di publikasi kan di Denmark. 2014 April
Definisi
3

 Dermatitis atopik (DA)  berasal dari bahasa


Yunani “Derma” yaitu kulit, dan “itis” yang berarti
peradangan.
 DA  penyakit kulit inflamasi dengan onset dini
disertai dengan prevalensi seumur hidup sekitar
20%.
 DA  peradangan yang umum, bersifat kronis, dan
sering terjadi kekambuhan (eksaserbasi) terutama
menyerang anak kecil.
Epidemiologi
4

 DA mempengaruhi sekitar seperlima dari semua


individu selama masa hidup mereka.
 Dibeberapa negara industri, prevalensinya
meningkat sehingga disebut “Epidemi alergi”, tetapi
indikasi saat ini dari gejala-gejalanya telah mereda
dan mengalami penrurnan.
 Akan tetapi DA masih menjadi masalah kesehatan
dibanyak negara khususnya di negara berkembang.
Epidemiologi (2)
5

1. Sejarah
 50%  gejala muncul pada tahun pertama
kehidupan dan 95% di bawah usia lima tahun.
 75%  masa anak-anak akan terjadi remisi spontan
sebelum masa remaja
 50-70%  peka terhadap satu alergen atau lebih
(makanan, tungau debu rumah, atau hewan
peliharaan)
 50%-80% berkembang menjadi rhinitis alergi atau
asma pada saat dewasa
Epidemiologi (3)
6

2. Faktor resiko
 DA beresiko tinggi pada mereka yang anggota
keluarganya terpengaruh
 75%  DA pada kembar monozigot
 30%  DA pada kembar dizigot
 DA penyakit genetik yang kompleks timbul dari
gen-gen dan ligkungan gen interaksi
Epidemiologi (4)
7

3. Genetik
 Gen filaggrin adalah genetik terkuat yang diketahui
merupakan faktor terjadinya DA
 50%  pasien DA membawa mutasi gen filaggrin
 Mutasi gen filaggrin menimbulkan gangguan
fungsional dalam protein sehingga menganggu
penghalang kulit
 Tidak semua pasien DA memiliki mutasi gen
filaggrin
Epidemiologi (5)
8

4. Lingkungan
 Banyak hipotesis menjelasakan kebersihan
merupakan peningkatanyangcepat terhadap
prevalensi eksema
 Hipotesis didukung melihat saudara kandung
beresiko DA dan anak-anak yang tumbuh di
dilingkungan pertanian sehingga terpapar berbagai
mikroflora
Patofisiologi
9

 2 hipotesis mengenai lesi inflamasi pada DA


 Hipotesis pertama : ketidak seimbangan system
imun adaptif (ketidak seiimbangan sel T)
 Hipotesis kedua : perlindungan kulit yang rusak
(mutasi gen filaggrin)
Histopatologi
10

• Biopsi kulit diambil dari lesi dengan eksim atopik


akut ditandai dengan edema interseluler, infiltrat
perivaskular terutama limfosit, dan retensi inti
keratinosit saat mereka naik ke stratum korneum —
disebut sama parakeratosis.
• Eksim kronis didominasi oleh menebal stratum
corneum, yang disebut hyperkeratosis, menebal
stratum spinosum (acanthosis), tetapi infiltrat
limfositik jarang.
Diagnosis dan presentasi klinis
11

 Px cenderung datang
dengan kulit kering, kulit
pucat dan kemampuan
berkeringan berkurang
 Terjadi peningkatan
respon kolinergik untuk
menggaruk
Diagnosis dan presentasi klinis (2)
12

 DA pada bayi  wajah, kulit kepala, dan ekstensor


lengan dan kaki (lesi berupa eritema, papul, vesikel,
ekskoriasi dan pembentukan kerak)
 Da pada anak  cenderung berpindah lokasi (kulit
kering, dan likenifikasi dengan eksoriasi, papul dan
nodul)
 DA pada remaja dan dewasa  sering di wajah, leher
(30% di tangan, shg mengganggu aktivitas bekerja)
Diagnosis dan presentasi klinis (3)
13

Faktor yg Diagnosis Komplikasi


memperberat
banding • Moluskum
• Sensitif contagiosum
terhadap wol • Kudis
• Dermatitis • Virus herpes
• Air panas
• Stafilokokus seboroik
• Dermatitis
kontak
Perawatan
14

 Tujuan pengobatan :
1. meminimalkan kekambuhan penyakit
2. mengurangi durasi dan rasa panas

a. Emolien
kemampuan u/ men↑ kan hidrasi epidermis (mengurangi
penguapan, shg tampilan kulit membaik dan gatal berkurang)

b. Kortikosteroid topical
Kortikosteroid topikal adalah kortikosteroid andalan
pengobatan untuk atopik sedang sampai berat dermatitis,
baik pada anak-anak maupun dewasa.
Perawatan (3)
15
Perawatan (2)
16

c. Kalsineurin inhibitor
Krim pimekrolimus dan tacrolimus salep disebut
juga inhibitor kalsineurin topical adalah formulasi
baru yang digunakan baik untuk pengobatan erupsi
akut dan untuk terapi pemeliharaan DA
d. Fototerapi
Fototerapi dilakukan selama 1-2 bln, sebanyak 3-5x
seminggu, sebaiknya dikombinasi dengan
kortikosteroid topikal
Perawatan (4)
17
Perawatan (5)
18

e. Pengobatan Imunosupresan Sistemik


Jangka pendek pengobatan dengan kortikosteroid
oral dianjurkan untuk flare akut dermatitis atopik
berat, luas, sebaiknya dikombinasikan dengan
kortikosteroid topikal.
f. Obat-obatan lainnya
Antihistamin oral dianjurkan untuk gatal tetapi
tidak berpengaruh pada aktivitas eksim.
19

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai