Anda di halaman 1dari 30

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya dalam ilmu taksonomi, seluruh makhluk hidup dikelompokkan ke dalam
dua kerajaan (kingdom), yakni kingdom tumbuhan (kingdom plantae) dan kingdom hewan
(kingdom animalia). Pengelompokan tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri atau
persamaannya. Pada Kelompok kerajaan hewan (kingdom animalia) dapat dibagi manjadi sepuluh
macam filum atau phylum salah satunya adalah Filum Protozoa atau Protosoa. Protozoa berasal
dari kata protos, yang artinya pertama dan zoon yang berarti hewan, jadi protozoa adalah hewan
yang pertama kali dikenali.
Protozoa merupakan organisme bersel tunggal yang sudah memiliki membran inti
(eukariota). Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 100 sampai 300 mikron. Bentuk sel
Protozoa sangat bervariasi ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah. Beberapa jenis Protozoa
hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia, selain itu protozoa hidup secara heterotrop dengan
memangsa bakteri, protista lain, dan sampah organisme. Pentingnya untuk mengetahui kehidupan
protozoa, dalam makalah ini akan menguraikan permasalahan mikrobiologi organisme makhluk
hidup protozoa yang akan membahas secara rinci mengenai kehidupan protozoa.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa ciri-ciri umum dari Protozoa?

2. Bagaimana struktur tubuh dari Protozoa?

3. Bagaimana Fisiologi Protozoa?

4. Bagaimana habitat atau ekologi dari Protozoa?

5. Jelaskan pengklasifikasian dari Protozoa?

6. Bagaimana gambar morfologi Protozoa?

7. Bagaimana alat gerak dan reproduksi Protozoa?

1
8. Apa saja contoh-contoh Protozoa?

9. Jelaskan peranan Protozoa?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui ciri-ciri umum dari Protozoa

2. Untuk mengetahui struktur tubuh dari Protozoa

3. Utuk mengetahui Fisiologi Protozoa

4. Untuk mengetahui habitat atau ekologi dari Protozoa

5. Untuk mengetahui pengklasifikasian dari Protozoa.

6. Untuk mengatahui morfologi gambar Protozoa.

7. Untuk mengetahui alat gerak Protozoa dan cara reproduksi Protozoa.

8. Untuk mengetahui contoh-contoh Protozoa.

9. Untuk mengetahui peranan dari Protozoa.

2
Bab II

Pembahasan

2.1. Ciri-ciri Protozoa

Protozoa, organisme bersel satu, protozoa adalah eukariota, organisme ditandai dengan
memiliki materi herediter yang tertutup dalam inti yang dibatasi oleh membran. Protozoa adalah
eukariota, organisme ditandai dengan memiliki materi herediter yang tertutup dalam inti yang
dibatasi oleh membran. Kebanyakan protozoa berukuran mikroskopis, mulai dari ukuran dengan
panjang sekitar 0,001-0,01 mm, tetapi beberapa, termasuk amuba tertentu, cukup besar untuk
dilihat dengan mata terbuka. Protozoa hidup bebas makan terutama pada organisme mikroskopis
seperti bakteri, ragi, alga, dan protozoa lainnya. Beberapa spesies Protozoa mengandung klorofil
dan mampu membuat makanan mereka sendiri dengan fotosintesis. Banyak protozoa memakan
benda mati, dan dengan demikian berguna dalam membuang limbah organik. Adapun ciri-ciri
umum dari protozoa ialah:
1. Umumnya heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri)
2. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cillia) atau bulu
cambuk (flagel).
3. Protozoa dapat Hidup bebas, saprofit atau parasite
4. Protozoa merupakan Organisme bersel tunggal
5. Protozoa adalah Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
6. Protozoa dapat Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
7. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. Sista merupakan bentuk sel protozoa yang
terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada bakteri
8. Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
9. Protozoa tidak mempunyai dinding sel
10. Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot

2.2 Struktur Tubuh dari Protozoa


Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 µ. Bentuk selnya sangat bervariasi,
ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah. Sebagian besar protozoa memiliki alat gerak berupa

3
kaki semu (pseudopodia), bulu getar (silia), atau bulu cambuk (flagellum). Beberapa protozoa
memiliki cangkang.
Sel protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola
kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.
Membran Sel
Fungsi: Sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas
Vakuola Makanan
Fungsi: Mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses makan sel atau sel dengan
cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat
makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.
Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma.
Vakuola Kontraktil
Fungsi: Mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui membrane sel serta
mengatur kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil merupakan vakuola yang selalu mengembang
dan mengempis.

2.3 Fisiologi Protozoa


Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa
dapat hidup pada lingkungan anaerobik (misal pada saluran pencernaan manusia atau
ruminansia). Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk
metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan
atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa
organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa
yang hidup di lingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-molekul kecil
dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi
melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui
saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membran
yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian
dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma.
Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang
bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh

4
bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel
oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk
mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan
makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak
tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa
bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut
sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah
makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan
dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.

2.4 Ekologi dan Habitat dari Protozoa


Protozoa umumnya makan dengan menelan dan mencerna organisme lain. Sebagai
konsumen, mereka memiliki berbagai peran dalam rantai makanan dan jaring makanan. Beberapa
adalah predator. Mereka memangsa organisme bersel tunggal lainnya, seperti bakteri. Bahkan,
protozoa predator dapat menekan banyak populasi bakteri tetap terjaga. Protozoa lainnya adalah
herbivora. Mereka merumput pada alga. Yang lain adalah pengurai. Mereka mengkonsumsi bahan
organik mati. Ada juga protozoa parasit yang hidup di dalam atau inang hidup. Misalnya, protozoa
yang menyebabkan malaria hidup dalam inang manusia. Protozoa juga merupakan sumber
makanan penting bagi banyak organisme yang lebih besar, termasuk serangga dan cacing.
Protozoa yang hidup bebas di alam dapat ditemukan di perairan atau di tempat basah yang
banyak mengandung sampah atau zat organik, misalnya air laut, danau, sungai, sawah, kolam,
parit, dan selokan. Protozoa yang hidup bebas di alam, misalnya Amoeba proteus dan Paramecium
caudatum. Protozoa yang hidup di dalam tubuh organisme multiseluler pada umumnya bersifat
parasitik (menyebabkan penyakit), misalnya Plasmodium malariae penyebab penyakit malaria dan
Entamoeba histolytica penyebab diare Namun, ada pula yang bersimbiosis mutualisme, misalnya
Ciliata yang hidup di usus hewan pemakan rumput yang dapat membantu mencerna selulosa.
Pada lingkungan yang kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), Protozoa jenis tertentu
dapat bertahan hidup dengan cara berubah menjadi kista. Kista merupakan sel tidak aktif dan
memiliki dinding yang tebal berupa kapsul polisakarida. Bila kondisi lingkungan membaik, kista
akan berubah menjadi sel Protozoa yang aktif kembali.

5
2.5 Klasifikasi dari Protozoa
Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu species. Jenis protozoa
yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelas berdasarkan alat geraknya,
yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sporozoa.

Rhizopoda (Sarcodina)
Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo = akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina
(sarco = daging). Semua protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan penjuluran
sitoplasma selnya yang membentuk kaki semu (pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada
yang tebal membulat dan ada yang tipis meruncing. Pseupodia berfungsi sebagai alat gerak dan
memangsa makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya Globigerina dan ada yang
terbuka, contohnya Amoeba proteus. Pada Rhizopoda yang bercangkang, pseudopodia menjulur
keluar dari cangkang. Cangkang tersusun dari silica atau kalsium carbonat. Cangkang berukuran
0,5 mm.
Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan bergerak. Sitoplasma terdiri dari
ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar yang berbatasan dengan
membrane plasma. Endoplasma adalah plasma sel pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat
lebih kental daripada endoplasma. Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam
penjuluran dan penarikan pseudopodia. Pada proses makan, pseudopodia mengelilingi makanan
dan membentuk vakuola makanan. Di dalam valuola makanan, makanan dicerna. Zat makanan
hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa
makanan dikeluarkan dari vakuola keluar sel melalui membrane plasma.
Rhizopoda berkembang biak secara vegetatif dengan pembelahan biner. Pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat
beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista. Contoh rhizopoda yang
membentuk kista adalah Amoeba. Dalam keadaan berupa kista, kegiatan hidup Amoeba menjadi
tidak aktif. Amoeba akan menjadi aktif kembali jika kondisi lingkungan sesuai.
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan di lingkungan yang berair,
baik di darat maupun di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa alga uniselluler,
bakteri, atau protozoa lain. Rhizopoda yang bebas hidup di tanah lembab, contohnya Amoeba
proteus. Contoh Rhizopoda yang hidup di air tawar adalah Difflugia. Sedangkan Rhizopoda yang

6
hidup di laut adalah dari kelompok Foraminifera, antara lain Globigerina. Rhizopoda ada yang
hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan atau manusia. Contoh Rhizopoda parasit antara lain
Entamoeba gingivalis dan Entamoeba histolytica. Entamoeba gingivalis merupakan parasit pada
gusi dan gigi manusia. Entamoeba histolytica merupakan parasit dalam usus manusia dan
menyebabkan penyakit disentri. Parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang
mengandung kista Entamoeba karena tercemar kotoran.

Ciliata (Ciliophora/Infusoria)
Ciliata berasal dari bahasa Latin, yaitu cilia = rambut kecil, atau ciliophora, yaitu phora =
gerakan, bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar). Ciliata juga disebut Infusoria (Infus
= menuang) karena hewan ini ditemukan juga pada air buangan atau air cucuran. Silia terdapat
pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu. Selain berfungsi untuk bergerak, silia
juga merupakan alat Bantu untuk makan. Silia membantu pergerakan makanan ke sitoplasma.
Makanan yang terkumpul di sitoplasma akan dilanjutkan ke dalam sitofaring (kerongkongan sel).
Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.
Sel Ciliata memiliki ciri khusus lain, yaitu memiliki dua inti, yaitu makronukleus dan
mikronukleus. Makronukleus berukuran lebih besar daripada mikronukleus. Makronukleus
memiliki fungsi vegetatif, yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Mikronukleus
memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konyugasi. Ciliata juga memiliki trikokis yang fungsinya
untuk pertahanan dri dari musuh.
Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun laut. Ciliata juga hidup di
dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun parasit. Ciliata yang hidup bebas di alam
contohnya adalah Paramecium caudatum, Didinium, Stentor, Balantidium, dan vorticella. Jenis
lainnya hidup bersimbiosis dalam perut hewan pemakan rumput dan berfungsi membantu hewan
tersebut mencerna sellulosa yang terdapat dalam rumput. Hanya sedikit jenis Ciliata yang hidup
sebagai parasit. Salah satunya adalah Balantidium coli. Ciliata ini hidup pada usus besar ternak
atau manusia dan dapat menyebabkan diare (balantidiosis).
Ciliata melakukan reproduksi secara vegetatif dan generatif. Reproduksi vegetatif, yaitu
dengan pembelahan biner membujur (transversal). Reproduksi generatif dilakukan dengan
konyugasi.

7
Flagellata (Mastigophora)
Flagellata berasal dari flagell = cambuk, atau dengan menggunakan bulu cambuk, phora =
gerakan yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk atau flagellum. Sebagian besar
flagellata mempumyai dua flagellum. Letak flagellum ada yang di bagian belakang sel (posterior)
sehingga saat bergerak seperti mendorong sel, dan ada yang di bagian depan sel (anterior) sehingga
saat bergerak seperti menarik sel. Flagellata yang tidak memiliki klorofil digolongkan dalam
Zooflagellata (Flagellata hewa). Contoh Zooflagellata adalah Trypanosoma dan Tricomonas.
Flagellata berkembang biak secara vegetatif dengan pembelahan biner membujur,
misalnya pada Trypanosoma. Flagellata yang hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar
maupun air laut, dan ada yang hidup bersimbiosis dalam tubuh hewan. Flagellata yang hidup
bersimbiosis, misalnya Trichonympha campanula hidup pada usus rayap dan kecoa kayu.
Flagellata ini membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang dimakan serangga tersebut.
Flagellata yang hidup parasit antara lain adalah Trypanosoma brucei menyebabkan
penyakit tidur pada manusia di Afrika, Trypanosoma evansi penyebab penyakit surra pada ternak.
Trichomonas faginalis penyebab penyakit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin pria, serta
Leishmania penyebab penyakit kala-azar yang merusak sel darah manusia. Trypanosoma dan
Leishmania dibawa oleh jenis lalat tertentu yang menghisap darah manusia, contohnya lalat tsetse
(Glossina moritans) yang menularkan penyakit tidur. Penyakit ini merusak system saraf pusat dan
pembuluh darah sehingga penderita tidak dapat berbicara dan berjalan, tidur terus-menerus, dan
akhirnya dapat mengakibatkan kematian.

Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa berasal dari bahasa Yunani, spore = biji, zoa = hewan; Sporozoa adalah hewan
uniselluler yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya memiliki bentuk seperti spora.
Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan atau
manusia.
Sporozoa melakukan reproduksi secara vegetatif dan generatif. Pergiliran reproduksi
vegetatif dan generatifnya kompleks, dengan beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua
atau lebih inang. Reproduksi vegetatif dilakukan dengan pembelahan biner. Reproduksi generatif
dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan betina.

8
Contoh Sporozoa adalah Toxoplasma gondii yang menyebabkan toksoplasmosis dan
Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Toxoplasma gondii masuk ke
dalam tubuh manusia melalui makanan, misalnya daging yang tercemar kista Toxoplasma dari
kotoran kucing. Infeksi Toxoplasma terutama membahayakan ibu hamil karena dapat membu.nuh
embrio atau bayi yang dilahirkan menjadi cacat.
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di
dalam tubuh manusia, Plasmodium menyerang sel-sel hati dan sel-sel darah merah (eritrosit). Ada
empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium falciparum. Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium malariae meyebabkan malaria
kuartana, dan Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria yang paling berbahaya,
yaitu malaria tropiokana.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat tetap hidup, meskipun tidak aktif di dalam
sel hati penderita malaria selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Akibatnya, di kemudian
hari penyakit malaria dapat kambuh lagi. Pemberantasan penyakit malaria dapat dilakukan dengan
memotong siklus hidup Plasmodium, yaitu dengan cara mencegah adanya genangan air atau
menutup tempat penampungan air. Cara ini menyebabkan nyamuk tidak dapat tumbuh menjadi
dewasa. Cara lainnya adalah dengan memberi obat (misalnya obat kina) kepada si penderita. Siklus
hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina dan di
dalam tubuh manusia.
Empat kelompok utama sporozoa (berdasarkan struktur spora) meliputi:
Apicomplexa:
Apicomplexa, juga disebut Apicomplexia, adalah filum besar protista parasit. Mereka
membentuk spora parasit bersel tunggal. Sebagian besar dari mereka memiliki organel unik yang
terdiri dari jenis plastida disebut apicoplast, dan struktur apikal yang kompleks. Organel yang
digunakan oleh organisme untuk menembus ke dalam sel inang. Flagela atau pseudopodia hanya
ditemukan dalam tahap gamet tertentu. Kelompok ini mencakup organisme seperti coccidia,
gregarines, piroplasms, haemogregarines, dan plasmodium. Semua organisme dari filum ini
memiliki tahap infeksi, sporozoite. Semua spesies dari kelompok ini, kecuali Nephromyces,
sebuah simbion pada hewan laut, adalah endoparasit hewan.

9
Microsporidia:
Microsporidia merupakan kelompok parasit bersel membentuk spora. Mereka dulu dikenal
sebagai protista, tetapi sekarang dikenal sebagai jamur. Mereka memiliki tabung polar atau filamen
polar dalam spora mereka yang menyusup sel inang. Microsporidia tidak memiliki mitokondria,
dan sebagai gantinya memiliki mitosoma. Mereka juga tidak memiliki flagela. Kebanyakan
organisme dalam kelompok ini menginfeksi hewan dan serangga dan beberapa menginfeksi
manusia. Microsporidia juga dapat menginfeksi inang yang dengan sendirinya parasit.

Ascetosporea:
Mereka adalah kelompok protista yang parasit pada hewan, terutama invertebrata laut. Dua
kelompok yang berada di bawah ini adalah haplosporid dan paramyxid. Spora Haplosporid
memiliki inti tunggal dan pembukaan di salah satu ujungnya, ditutupi dengan diafragma internal.
Setelah muncul, berkembang dalam sel inangnya, biasanya invertebrata laut. Namun, beberapa
menginfeksi kelompok lain atau spesies air tawar. Paramyxid tumbuh dalam sistem pencernaan
invertebrata laut, dan menghasilkan spora multiseluler.

Myxosporidia:
Myxosporea adalah kelas parasit mikroskopis, milik Myxozoa (kelompok hewan parasit
lingkungan air). Mereka memiliki siklus hidup yang terdiri dari bentuk-bentuk vegetatif dalam dua
inang, invertebrata air, biasanya annelida, dan vertebrata ektotermik, biasanya ikan.

Sebagai filum, protozoa dibagi menjadi tiga subfilum:


Subphylum Sarcomastigophora
Subfilum Sarcomastigophora milik kingdom Protista dan mencakup banyak uniseluler atau
kolonial, autotrofik, atau organisme heterotrofik. Hal ini dibagi menjadi tiga superclass, yaitu
Mastigophora, Sarcodina dan Opalinata.
a. Superclass Mastigophora: Kelompok protozoa juga flagelata. Mereka bergerak dengan
bantuan flagella. Mereka memakan bakteri, alga, dan protozoa lainnya.
b. Superclass Sarcodina: Kelompok ini mencakup amuba, heliozoa, radiozoa, dan
foraminifera. Amoeba memiliki pseudopodia yang digunakan untuk bergerak dan makan.
Dalam amuba, flagella adalah tonjolan lobus seperti yang membentang dari membran sel.

10
Dalam heliozoa, radiozoa, dan foraminifera, pseudopod seperti jarum menonjol keluar dari
sel.
c. Superclass Opalinata: opaliness adalah sekelompok kecil protista, yang termasuk ke dalam
famili Opalinidae. Organisme mikroskopis kelompok ini adalah opalescent (memiliki atau
memancarkan permainan warna) dalam penampilan ketika mereka berada di bawah sinar
matahari penuh. Kebanyakan opalines hidup sebagai endokomensal (komensal yang hidup
di dalam tubuh inangnya) di usus besar dan kloaka katak dan kodok. Mereka kadang-
kadang ditemukan pada ikan, reptil, moluska, dan serangga.

Subphylum Sporozoa
Sporozoa termasuk organisme yang juga disebut sporozoan atau parasit intraseluler. Pada
tahap awal, mereka menunjukkan beberapa gerakan. Mereka tidak memiliki organel lokomotor di
kemudian hari mereka. Semua bentuk sporozoa adalah parasit. Mereka termasuk plasmodium,
parasit malaria.

Subphylum Ciliophora
Kelompok organisme ini adalah ciliata. Penggerak mereka dengan bantuan silia. Silia
memungkinkan mereka untuk bergerak cepat, tiba-tiba berhenti, dan berbalik tajam saat mengikuti
mangsanya. Jenis termasuk bentuk hidup bebas seperti paramecium dan bentuk parasit seperti
Balantidium coli. Banyak ciliat makan bakteri, jamur, dan protozoa lainnya.

Berdasarkan cara mendapat nutrisi, protozoa dibagi menjadi dua jenis berikut:
Protozoa Hidup bebas:
Protozoa hidup bebas adalah mereka yang tidak menginfeksi atau tinggal pada inang untuk
kelangsungan hidup mereka. Mereka dapat menghasilkan makanan secara fotosintetik mereka,
atau makan bakteri, ragi dan ganggang. Contoh: Euglena

Protozoa parasit:
Mereka bergantung pada inang mereka untuk bertahan hidup. Mereka mengambil cairan
dari tubuh inang. Contoh: Plasmodium

11
Berdasarkan cara respirasi, protozoa diklasifikasikan menjadi dua kelompok:
Protozoa Aerobik:
Sebagian besar spesies protozoa hidup bebas adalah aerobik. Mereka tidak bisa hidup tanpa
oksigen. Protozoa aerobik berukuran kecil dan mampu mendapatkan oksigen dari media cair
dengan difusi. Contoh: Amoeba proteus

Protozoa Anaerobik:
Mereka dapat bertahan hidup tanpa adanya oksigen dan tidak umum ditemukan di tengah-
tengah organisme eukariotik. Biasanya, eukariota anaerobik yang baik parasit atau simbiosis dari
organisme multisel yang berasal dari nenek moyang aerobik. Contoh: Giardia dan trichomonad.

2.6 Morfologi Protozoa


a. Flagellata

b. Ciliata

12
c. Rhizopoda

d. Sporozoa

13
2.7 Alat Gerak dan Reproduksi Protozoa

A. Alat Gerak Protozoa

Rhizopoda “Sarcodina”

 Pada alat geraknya berupa Pseudopodia “kaki semu” yang merupakan penjuluran
protoplasma sel.
 Dapat hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah dan sebagian ada yang hidup dalam
tubuh hewan atau manusia.
 Untuk jenis rhizopoda yang paling mudah diamati ialah Amoeba.
 Ektoamoeba ialah jenis Amoeba yang hidup di luar tubuh organisme lain “hidup bebas”
contoh: Ameoba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.
 Entamoeba ialah jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya
Entamoeba histolityca, Entamoeba coli.
 Amoeba proteus memiliki 2 jenis vakuola yakni vakuola makanan dan vakuola kontraktil.
 Entamoeba histolityca dapat menyebabkan disentri amoeba.
 Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan di dalam mulut radang gusi
“Gingivitis”.
 Foraminifera sp, Fosilnya dapat dipergunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi,
tanah yang mengandung fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.

14
Mastigophora/Flagellata
Flagellata memiliki alat gerak berupa flagel “bulu cambuk” yang digunakan juga sebagai
alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan. Flagellata dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Fitoflagellata, Flagellata yang merupakan flagellata autotrofik “berkloroplas” dapat
berfotosintesis. Contoh: Euglena viridis, Noctiluca miliaris, Volvox globator,
Zooflagellata.
b. Flagellata Heterotrofik merupakan flagellata yang tidak berkloroplas. Contoh:
Trypanosoma gambiens, Leishmania. Flagellata heterotrofik dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Golongan Phytonagellata, Contoh: Euglena Viridis, Volvax Globator, Noctiluca
Millaris.
2. Golongan Zooflagellata, Contoh: Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma
rhodesiense, Trypanosoma cruzl, Leishmaniadonovani, Trichomonas vaginalis.

Ciliata “Cilliophora”

 Cilliata memiliki alat gerak berupa silia “rambut getar” yang digunakan sebagai alat gerak
dan mencari makanan.
 Ukuran silia lebih pendek dari flegel.
 Ciliata memiliki 2 inti sel “nukleus” yaitu makronukleus “inti besar” yang mengendalikan
fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA dan juga penting untuk reproduksi
aseksual dan mikronukleus “inti kecil” yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk
proses reproduksi seksual.
 Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam
tubuhnya.
 Cilliata banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar.
 Contoh: Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli.

Sporozoa
 Sporozoa merupakan protozoa yang tidak memiliki alat gerak.
 Organisme ini bergerak dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya.

15
 Pembiakan secara vegetatif “aseksual” disebut juga Skizogoni dan secara generatif
“seksual” disebut Sporogoni.
 Sporozoa memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung “apex” selnya yang
dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang.
 Hidupnya parasit pada manusia dan hewan.
 Contoh: Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale. Gregarina.

B. Reproduksi Protozoa

Reproduksi Protozoa (Protista Mirip Hewan) - Protozoa dapat bereproduksi secara


aseksual (tak kawin) dan secara seksual (kawin). Berikut penjelasan reproduksi secara aseksual
dan seksual antara lain sebagai berikut:
 Reproduksi Secara Aseksual: secara aseksual pada umumnya dengan melakukan
pembelahan biner. Dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel, dan
seterusnya. Pembelahan biner diawali pada pembelahan inti atau kariokinesis, dan
kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasma (sitokinesis).
 Reproduksi Secara Seksual: secara seksual adalah dengan cara penyatuan gamet yang
berbeda jenis sehingga dapat menghasilkan zigot atau secara konjugasi (penyatuan inti
vegetatif sel). Namun, ada juga Protozoa yang tidak melakukan reproduksi secara seksual,
seperti Amoeba sp.

2.8 Contoh Protozoa

a. Ciliata (Balantidium coli)


Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya
golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri. Penyakit
zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam usus besar
manusia, babi dan kera. B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit
dan kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak
dapat membelah diri sebagaimana layaknya E.histolitica.

16
Klasifikasi Ilmiah

TINGKATAN NAMA
KINGDOM Protista
FILUM Protozoa
KELAS Ciliata
ORDO Heterotrichida
FAMILI Bursaridae
GENUS Balantidium
SPESIES Balantidium coli

Morfologi Trophozoite

Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek,
kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan
dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior
memiliki anus (cy; cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN; berbentuk
ginjal) dan mikronukleus (miN; berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan
makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan; bakteri, leukosit, erithrosit, dll)
dan vakuole kontraktil (cv)
Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat
makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub

17
mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis
dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup
selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan
oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk dinding usus,
dan memperbanyak diri.

Siklus Hidup
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah
adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus
besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit
tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi tropozoit
akan berubah menjadi kista.

18
Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis
(1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air
(2). Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar
(3). Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan
cara pembelahan binary fission
(4). Tropozoit menjadi kista infektif
(5). Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke
lumen dan memisahkan diri.
(6). Kista matang keluar bersama tinja (1). (lihat siklus hidup)

Reproduksi

Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit
melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama,
dan kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru.

Patologi dan Gejala Klinis


Pada umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan infeksi pada manusia
terjadi karena makan kista infektif yang tertelan bersama air atau makanan yang telah tercemar
tinja babi atau penderita lainnya. Pada usus besar (utamanya) menimbulkan ulserasi, sehingga
menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir di tinja penderita. Penderita tidak mengalami
demam pada kasus balantidiosis usus besar.

19
Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak diri.
Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Parasit
memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang kemudian pecah menjadi
ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran merah yang menggaung. Dengan kelainan
mulai dari hiperemi cataral yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak
mungkin terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus itu
menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.
Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat gangren.
Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel bulat, abses, ulkus
nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu yang menyolok kecuali bila
ada infeksi bakteri yang sekunder. Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat ulkus-
ulkus kecil dan tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat daerah-
daerah kecil yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas. Pada
infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 - 15 x sehari dengan lendir,
darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang timbul-hilang diselingi oleh
konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia.
Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis tergantung pada hebatnya infeksi dan
reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi kronis.
Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan kegagalan untuk
menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan bawaan yang tinggi pada
manusia.

Diagnosis
Secara klinik balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus.
Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan trofozoit dalam tinja encer dan lebih jarang
tergantung pada penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus diperiksa beberapa kali, karena
pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda. Pada penderita dengan infeksi di daerah
sigmoid-rectum, pemakaian sigmoidiskop berguna untuk mendapatkan bahan pemeriksaan.
Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan bentuk kista
atau tropozoit Balantidium coli.

20
Pengobatan dan Pencegahan
Obat-obatan yang sering digunakan adalah dari golongan diiodohidroksikinolin
(diiodokin), sediaan arsen (karbarson) dan oksitetrasiklin. Pencegahan dilakukan dengan
menghindari pencemaran makanan dan minuman dari tinja penderita atau babi.

Epidemiologi
Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi tinggi
berkisar anatar 63 - 91%. Babi mengandung Balantidium coli dan Balantidium suis. Spesies
Balantidium coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium suis tidak dapat
ditularkan kepada manusia.
Bukti epidemiologik yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama daripada infeksi
manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi infeksi rendah pada manusia
yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat antara mereka dengan babi dan manusia
refrakter terhadap infeksi dengan “strain” babi. Bila terjadi suatu wabah maka manusia yang
menjadi sumber infeksi utama, di mana penularan terjadi dari tangan ke mulut dan dari makanan
yang terkena kontaminasi.

2.9 Peranan Protozoa

Peranan Protozoa
Protozoa dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Beberapa manfaat Protozoa yang
menguntugkan antara lain:
1. Mengendalikan populasi bakteri, sebagian protozoa memangsa bakteri sebagai makanannya,
sehingga dapat mengontrol jumlah populasi bakteri di alam.
2. Sumber makanan bagi ikan, udang, kepiting dan ikan.
3. Indikator minyak bumi, fosil Foraminifera menjadi petunjuk sumber minyak bumi, gas, dan
mineral.
4. Bahan penggosok, endapan Radiolaria di dasar laut.
5. Protozoa khusunya Flagellata yang bersifat saprofitik memainkan peran baik sebagai herbivora
dan konsumen dalam tingkatan dekomposer dari rantai makanan. Flagellata berperan sebagai

21
phytoplankton dan zooplankton di dalam lingkungan perairan yang berfungsi sebagai sumber
pakan alami organisme lain.
Protozoa yang merugikan bagi manusia, yaitu menyebabkan penyakit antara lain sebagai
berikut:

1. Entamoeba histolytica, penyebab disentri

Entamoeba histolytica
- Disentri merupakan penyakit pada gangguan pencernaan yang ditandai dengan peradangan usus
besar.
- Gejala: diare berat sehingga timbul darah pada saat BAB, muntah yang dapat menimbulkan
resiko dehidrasi.
- Cara mengobati: dengan meminum air putih yang cukup dan segera membawa penderita ke
dokter.

2. Trypanosoma brucei, penyebab penyakit tidur di Afrika.

Trypanosoma brucei

22
siklus hidup Trypanosoma brucei

- Penyakit ini ditimbulkan oleh gigitan lalat.


- Gejala: pertama yaitu adanya suatu benjolan kecil yang berwarna merah. Apabila penyakit itu
akan berkembang, tanda-tanda dan gejala-gejala akan nampak lebih lanjut dalam waktu dua atau
tiga minggu. Kebanyakan dirasakan sakit kepala, nyeri urat syaraf, tidak dapat tidur (insomnia),
kehilangan kesanggupan untuk mempersatukan pikiran dan denyut nadi yang cepat.

23
3. Trichomonas vaginalis, parasit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin laki-laki.

- Trichomonas vaginalis merupakan penyakit menular lewat hubungan seksual (PMS), seseorang
beresiko terkena PMS apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
melalui vagina, oral maupun anal, bila tidak diobati dengan benar penyakit ini dapat berakibat
serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru
lahir bahkan kematian.
- Pada wanita: gejalanya Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau hubungan seksual, rasa nyeri
pada perut bagian bawah, pengeluaran lendir pada vagina atau alat kelamin, keputihan berwarna
putih susu bergumpal disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin dan sekitarnya,
keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seksual, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
- Pada laki-laki : gejalanya Berupa bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada penis atau alat
kelamin, luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin, rasa gatal yang hebat
sepanjang alat kelamin, rasa sakit yang hebat pada saat kencing, bengkak, panas dan nyeri pada
pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.

24
4. Balantidium coli, penyebab diare.

-Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare dan muntah-muntah.
-Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari
biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
-Tanda tanda yang mudah untuk kita kenali pada penderita diare yaitu Buang air besar encer
(mencret), disertai rasa melilit (sakit perut), disertai rasa perut kembung, kadang disertai suhu
badan yang meningkat (demam) terutama sering terjadi pada bayi dan anak.

5. Toxoplasma gondii, penyebab toksoplasmosis

Toxoplasma gondii
- Toxoplasma gondii bisa menyerang manusia dan semua hewan berdarah panas terutama burung,
ayam dan sejenisnya serta Hewan berkaki empat seperti sapi, kambing, kerbau, domba dll.

25
- Gejala akibat Toxoplasmosis pada orang sehat, antara lain demam, sakit kepala, pembesaran
kelenjar limfa (Getah bening), lemah, lesu, nyeri tenggorokan, nyeri dan pegal di seluruh badan.

6. Plasmodium sp, penyebab penyakit malaria.

Plasmodium sp
-Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium,
dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak
sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.
- Gejala: Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam, diikuti demam dengan
suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya kemerahan dan menggigau. Demam berakhir
serelah beberapa jam, penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu
berakhir, penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan.

26
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Ciri-ciri morfologi Sporozoa adalah tidak memiliki alat gerak khusus mempunyai spora
berbentuk lonjong yang berukuran 8 – 11 mikron pada dinding kitin, mempunyai 2 kapsul
polar pada anterior, berpasangan bentuk labu, berukuran sama, terletak pada sudut sumbu
longitudinal dengan ujung posterior, dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior,
dinding katub tidak jelas.
2. Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa
dapat hidup pada lingkung ananaerobik (misal pada saluran pencernaan manusia atau
ruminansia). . Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme
lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa
yang hidup di lingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-molekul kecil
dapat berdifusi melalui membran sel.
3. Organisme merupakan makanan dari protozoa, mereka basanya menelan dan
mencernanya. Protozoa memiliki berbagai peran dalam rantai makanan dan jaring
makanan, seperti misalnya sebagai predator. Protozoa yang hidup bebas di alam dapat
ditemukan di perairan atau di tempat basah yang banyak mengandung sampah atau zat
organic
4. Klasifikasi protozoa antara lain: Rizhopoda, Flagellata, Cilliata, Sporozoa. Protozoa juga
berperan penting dalam kehidupan, salah satunya sebagai penyeimbang ekosistem.
Beberapa protozoa juga merugikan karena menyebabkan penyakit.
5. Morfologi protozoa terdiri dari flagellate, Ciliata, Rhizopoda, dan Sporozoa.
6. Alat gerak Protozoa yaitu Rhizopoda, Mastigophora, Ciliata, Sporozoa, dan cara protozoa
bereproduksi adalah dengan dua cara yaitu aseksual dan seksual

27
7. Contoh Protozoa adalah Ciliata (Balantidium coli) adalah protozoa yang terdapat dalam
usus manusia.
8. Protozoa memiliki peranan menguntungkan dan merugikan bagi manusia.

3.2 Saran

Dalam pembelajaran zoology invertebrate subfilum protozoa diharapkan mahasiswa mengenal


lebih jauh segala hal tentang protozoa, dan diharapkan bagi para pembaca agar mencari referensi
lain untuk menambah pengetahuan tentang Sporozoa.

28
TUGAS ZOOLOGI INVERTEBRATA

FILUM PROTOZOA

OLEH:

NI KOMANG AYU NORIANINGSIH 1713041008

GEDE ANGGA ADIWIGUNA 1713041030

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

29
TAHUN AJARAN

2017/2018

30

Anda mungkin juga menyukai