Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. POLA MAKAN


II.1.1. Pengertian Pola Makan
Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis
dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang
pada waktu tertentu. (Yayuk Farida Baliwati, 2004 : 69 ).
Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi
gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu
kelompok masyarakat tertentu. (Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti,
2004 : 89).
Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara
umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh
seseorang atas sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan
makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis
makanan, jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada
faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.
1. Pola makan terdiri dari :
a. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari
baik kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah
dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai
usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika dirata-rata, umumnya lambung kosong antara
3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuaikan dengan
kosongnya lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang
dan makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energi dan
sebagaian zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika
makan makanan ringan sekitar pukul 10.00. Menu sarapan yang

7
8

baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak, serta


cukup air untuk mempermudah pencernaan makanan dan
penyerapan zat gizi. Pilihlah menu yang praktis dan mudah
disiapkan dan usahakan selalu untuk makan pagi karena penting
dan mempersiapkan energi dalam beraktivitas dalam sehari.
b. Jenis makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau
dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit
susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan
merupakan salah stau cara untuk menghilangkan rasa bosan.
Sehingga mengurangi selera makan. Menyusun hidangan sehat
memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi. Variasi menu
yang tersusun oleh kombinasi bahan makanan yang
diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan sehat
baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan
makanan adalah guna memperoleh intake yang baik dan
bervariasi.
c. Tujuan Makan
Secara umum, tujuan makan menurut ilmu kesehatan
adalah memperoleh energi yang berguna untuk pertumbuhan,
mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme tubuh
serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
(Uripi, 2002).
d. Fungsi Makanan
Manfaat makanan bagi mahluk hidup, termasuk manusia antara
lain:
1) Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara tubuh
disamping memperbaiki bagian tubuh yang rusak.
2) Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk
kebutuhan bergerak dan bekerja.
3) Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap
ketentraman yang berarti mempunyai dampak positif
9

terhadap kesehatan. Dengan demikian, kecukupan akan


makanan mempunyai arti biologis dan psikologis.
e. Cara Pengolahan Makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah
dengan cara sebagai berikut :
1) Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan dengan
cara merebus suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu
dalam panci sampai mencapai titik didih (100 0C).
2) Memasak (braising) adalah cara memasak makanan dengan
menggunakan sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang
diolah dengan teknik ini adalah daging.
3) Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan
dalam uap air.
4) Bumbu-bumbuan (Simmering), Hampir sama dengan
mengukus tapi setelah dikukus makanan dibumbui dengan
bumbu tertentu.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak
rusak atau hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai
berikut :
1. Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
2. Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat (Pressure
cooker).
3. Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik
daripada memasak potongan bahan terutama sayuran yang
umumnya mengandung vitamin B dan C yang mudah larut
dalam air.
4. Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa
dipotong-potong terlebih dahulu.
5. Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu
terlalu lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak
yang hilang.
10

II.1.2 Membentuk Pola Makan yang Baik


Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian
proses upaya untuk membentuk pola makan yang baik hendaknya
dilaksanakan secara dini. Lingkungan sangat besar peranannya dalam
membentuk pola makan seseorang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
dalam membentuk pola makan yang baik antara lain:
a. Menyediakan makanan yang bervariasi.
b. Memberikan pengetahuan gizi.
c. Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan.
d. Menanamkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan
e. Menanamkan adab sopan santun saat makan.
Pada kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur
sehingga mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung yang
memicu terjadinya nyeri epigastrum.
II.1.3 Pola Makan
Manusia hidup bermasyarakat memiliki pandangan, kebiasaan dan
kebersamaan termasuk pola makannya. Pola makan individu dalam
keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pola makan
masyarakat. Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar
yang menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai
dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan
dan susunan hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat
mengubahnya. Usia remaja digolongkan dalam tiga tahap yaitu usia 10-
12 tahun. tahap kedua 13-15 tahun dan remaja akhir usia 16-19 tahun.
Usia remaja merupakan peralihan pola masa anak, namun pada usia
remaja telah mendapatkan berbagai pengarahan dan bimbingan orang tua
tentang makanan yang harus dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan
yang mulai banyak aktivitasnya baik di sekolah maupun di rumah.
Aktivitas fisik remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah
selama 8 jam meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat.
Aktivitas berada di rumah kurang lebih selama 5-6 jam meliputi
mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua dan bermain di
11

lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan


pangan mengandung gizi yang cukup, sehingga kondisi tubuh remaja
akan tetap baik dalam arti tidak mudah jatuh sakit. Pola makan remaja
yang perlu dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis makanan dan
jumlah makanan
II.1.4 Jenis Makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu makanan utama dan makanan selingan.
a. Makanan Utama
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang
berupa makan pagi, makan siang dan makan malam yang terdiri dari
makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah dan minuman.
1) Makanan Pokok
Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang
peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan
pokok berfungsi sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan
memberi rasa kenyang (Achmad Djaeni Sediaotama, 2004 : 78).
Makanan pokok yang biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti dan mie
atau bihun.
a) Nasi
Nasi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian
besar rakyat Indonesia. Memasak nasi di rumah tangga dengan
cara mencuci dengan air yang mengalir kemudian diaduk
dengan tangan sampai air cuciannya bening, selanjutnya dapat
dilakukan dengan cara meliwet, menanak dan mengukusnya.
Makan nasi bisa dikonsumsi pada pagi hari, siang hari atau
malam hari. Nasi disajikan bersama lauk pauk dan sayur. Kalori
yang dihasilkan adalah 1089-1452 kalori atau 2000 kalori
seseorang perhari (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004 : 80).
b) Roti
Roti adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu
ditambah ragi (yeast), lemak, garam dan air proses
12

pembuatannya dengan fermentasi selama 1-8 jam. Roti kualitas


baik berwarna putih dan mempuyai tekstur seperti spons yang
empuk merata diseluruh bagian roti tersebut. Sedangkan roti
biasanya dikonsumsi pagi hari berupa roti tawar yang diolesi
dengan margarin, diisi selai, mesis dan dadar telur, sedangkan
sore hari sebagai makanan selingan atau kecil. Bahan dari roti
adalah tepung terigu yang mempunyai protein tinggi dari gluten
yang dihasilkan tepung tersebut. Adonan roti dapat
menghasilkan berbagai bentuk roti, seperti roti tawar, roti manis,
roti pisang, roti isi daging dan sebagainya. Dalam tepung terigu
mempunyai kadar zat gizi dalam 100 gram.
2) Mie atau Bihun
Mie atau bihun adalah makanan yang terbuat dari tepung
terigu yang dijadikan adonan tanpa fermentasi, dilebarkan menjadi
lembaran tipis, diiris panjang-panjang dan dikeringkan. Mie dijual
sebagai bahan makanan setengah jadi yang akan dimasak lebih
lanjut. Mie biasanya di warung maupun rumah makan
menyediakan mie yang dicampur sayuran. Mie atau bihun yang
dikonsumsi pada pagi hari atau sebagai makanan selingan dan
makan malam hari. Mie yang sering dimasak dan dikeringkan serta
dikemas dalam bungkus praktis untuk langsung dikonsumsi setelah
direkonstitusi dengan air panas sebentar adalah jenis supermie,
indomie dan sebagainya (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004 :
100).
3) Lauk-pauk
Lauk pauk berfungsi sebagai teman makanan pokok yang
memberikan rasa enak pada menu makanan sehari-hari. Lauk pauk
terdiri dari dua golongan menurut jenisnya di antaranya lauk pauk
hewani dan lauk pauk nabati. Kedua jenis lauk-pauk tersebut
mempunyai protein hewani dan nabati mempunyai fungsi, antara
lain membangun sel-sel yang rusak dan membentuk zat pengatur
13

seperti enzim dan hormon (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004


:111).
a) Lauk pauk hewani
Lauk pauk hewani mencakup semua bahan makanan yang
berasal dari hewan terutama dari hewan piaraan, ternak, unggas,
ikan, susu dan telur. Hewan ternak yang dimakan adalah sapi,
kerbau dan kambing. Daging unggas yang biasa dipelihara dan
dijual, daging serta telur. Telur unggas juga banyak
diperdagangkan dan dikonsumsi diindonesia baik telur ayam,
bebek dan telur burung (telur puyuh). Fungsi telur sebagai
sumber protein tinggi dari jenis bahan makanan lain. Daging
ikan mempunyai komposisi zat gizi dari berbagai jenis daging
ikan lainnya sama. Kualitas protein ikan tergolong sempurna
(protein lengkap) yang mengandung semua asam amino esensial
dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tubuh. Ikan biasanya
dikonsumsi sebagai ikan segar, ikan kering yang diasinkan dan
ikan yang dikalengkan hasil teknologi pangan modern. (Achmad
Djaeni Sediaoetama, 2004 : 112).
b) Lauk pauk nabati
Lauk pauk nabati merupakan bahan makanan yang
bersumber dari protein nabati. Bahan makanan ini terdiri atas
golongan kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe
dan tahu. Sumber protein nabati juga lebih murah harganya
dibandingkan dengan sumber protein hewani. (Achmad Djaeni
Sediaoetama, 2004 : 119)
4) Jenis Sayur
Sayur adalah jenis masakan yang menggunkan dari sayuran
berwarna contohnya kacang-kacangan, kangkung, bayam, sawi
hijau, wortel dan sebagainya dan tidak berwarna contohnya kubis,
sawi putih dan taoge. Sayur yang dikonsumsi bersama nasi bisa
berkuah dan tidak berkuah, contoh sayur berkuah antara lain
sayur lodeh, sayur kare, sayur bayam, sayur asem, dan sayur sop.
14

Sayur tidak berkuah contohnya tumis kangkung, tumis kacang


panjang, tumis sawi hijau dan sebagainya.
5) Buah
Buah merupakan jenis hidangan yang dimakan sebagai cuci
mulut yaitu dimakan setelah makan nasi. Berupa buah masak
segar seperti semangka, melon, pisang, durian dapat juga berupa
masakan berupa buah cocktail, sale, setup dan sebagainya. Buah-
buahan berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral tetapi pada
buah-buah tertentu yang menghasilkan banyak energi (Achmad
Djaeni Sediaoetama, 2004 : 129).
6) Minuman
Minuman merupakan cairan yang dikonsumsi yang tidak
terbatas waktunya, atau yang mengiringi makanan selingan
berupa minuman yang dikonsumsi adalah air putih mengiringi
makan nasi, sedangkan minuman selingan berupa es kelapa muda,
juice, es cendol, es teh, es jeruk dan sebagainya.
b. Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan makanan kecil yang dibuat
sendiri maupun yang dijual didepan rumah maupun di sekolah.
Makanan selingan menurut bentuknya terdiri dari :
1) Makanan selingan berbentuk kering. Pada umumnya keripik
pisang, keripik singkong, kacang telur, pop corn dan sebagainya.
2) Makanan selingan berbentuk basah. Pada umumnya lemper, semar
mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.
3) Makanan selingan berbentuk kuah. Pada umumnya bakso, mie
ayam, empek-empek, mie ketupat dan sebagainya.
4) Makanan selingan yang dijual di sekolah. Makanan sering dijual
antara lain siomay, batagor, tempura, humburger, hotdog dan
sebagainya.
15

II.1.5 Jumlah (Porsi ) Makanan


Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Jumlah (porsi) standar
bagi remaja antara lain :
a. Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie instant. Jumlah atau
porsi makanan pokok antara lain : nasi 100 gram, roti tawar 50 gram,
mie instant untuk ukuran besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.

b. Lauk pauk
Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani,
jumlah atau porsi makanan antara lain : daging 50 gram, telur 50
gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram (dua potong), tahu 100 gram
(dua potong).
c. Sayur
Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan
sayuran antara lain: Sayur 100 gram.
d. Buah
Buah merupakan suatu hidangan yang disajikan setelah makanan
utama yang fungsinya sebagai pencuci mulut, jumlah atau porsi buah
ukuran buah 100 gram, ukuran potongan 75 gram.
e. Makanan Selingan
Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu
makan pagi, makan siang mapun sore hari. Porsi atau jumlah untuk
makanan selingan tidak terbatas jumlahnya ( bisa sedikit atau
banyak).
f. Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme tubuh,
tiap jenis minuman berbeda-beda pada umumnya jumlah atau
ukurannya untuk air putih dalam sehari lima kali atau lebih per gelas
(2 liter perhari), sedangkan susu 1 gelas (200gram). Jumlah (porsi)
16

makanan tersebut diatas adalah sesuai dengan anjuran makanan bagi


remaja menurut Achmad Djaeni Sediaoetama (2004 : 30).
II.1.6 Pantangan Makanan Bagi Penderita Sakit Gastritis :
a. Hindari makanan yang banyak mengandung gas. Seperti lemak, sawi,
kol, nangka, pisang ambon, kedondong, buah yg dikeringkan dan
minuman bersoda.
b. Hindari makanan yg merangsang keluarnya asam lambung. Seperti
kopi, minuman beralkohol 5-20%, anggur putih dan sari buah sitrus.
c. Hindari makanan yg sulit dicerna yg membuat lambung lambat
kosong misalnya: makanan berlemak, kue tart, keju.
d. Hindari makanan yg merusak dinding lambung. Seperti cuka, pedas,
merica dan bumbu yg merangsang.
e. Hindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah.
Seperti alkohol, coklat, makanan tinggi lemak dan gorengan.
f. Hindari beberapa sumber karbohidrat. Seperti beras ketan, mie, bihun,
bulgur, jagung, singkong, tales, serta dodol.
II.1.7 Pola Makan Sehat
a. Makanlah sesuai waktunya.
b. Biasakan membawa bekal makan siang dari rumah. Selain menghemat
uang jajan, membawa makan siang dari rumah akan menghemat
waktumu dengan tidak perlu mengantri di outlet makanan.
c. Pilih makanan yang dipanggang atau direbus, bukan digoreng.
Dibandingkan makanan yang dipanggang atau direbus, makanan yang
digoreng mempunyai 50% kalori atau lemak lebih banyak.
d. Kurangi fast food. Makan sekali-sekali boleh, tetapi jaga porsinya dan
hindari fast food berukuran besar. Kalori dalam fast food berukuran
besar akan ditumpuk menjadi lemak dan mengakibatkan naiknya berat
badan. Kebanyakan fast food juga kaya akan lemak jenuh, gula,
garam, dan kurang nutrisi penting vitamin dan mineral.
e. Mengemil dengan sehat. Salah satu cemilan sehat adalah buah dan
sayur. Selain kaya serat, buah dan sayur mengandung vitamin dan
17

mineral yang baik untuk kesehatan kamu. Supaya tidak bosan,


variasikan dengan yogurt buah, jus, atau salad.
f. Makan dengan nutrisi yang cukup dan seimbang. Selain karbohidrat
(nasi, roti, pasta), juga konsumsi protein (daging ayam tanpa kulit,
daging sapi tanpa lemak), lemak (ikan, kacang, salad dressing rendah
lemak, alpukat), juga buah dan sayur dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi harian kamu.
g. Hindari soft drink. Minuman ini tidak mengandung vitamin, mineral,
protein atau serat. Daripada minum soft drink dengan hanya
mendapatkan asupan karbohidrat, lebih baik minum susu dengan
kandungan nutrisi yang lebih beragam, terutama nutrisi kalsium yang
baik untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang.
II.2 GASTRITIS
II.2.1 Pengertian Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak
dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi
oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi. (Brunner dan Suddarth, 2001 : 1062).
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisn mukosa dan sub
mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik difus atau local
(Soeparman, 2001 : 127).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung klinis yang
ditemukan berupa dispepsia atau indigesti berdasarkan pemeriksaan
endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto
memperlihatkan iregulalitas mukosa. (Suzanne C Meltzer, 2001).
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Dan ada dua jenis
gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik. (Price, Sylvia, 2005 :
422)
18

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa


lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi. (Hirlan, 2005 : 335).
Gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung
yang bisa disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. (Wijoyo, M
Padmiarso, 2009).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gastritis
adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan misalnya makan terlalu banyak, cepat, telat makan, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat
menyababkan terjadinya gastritis.
II.2.2 Klasifikasi Gastritis
Menurut Mansyur (2000), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
b. Gastritis akut
1) Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan
tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut
dan neutrofil.
2) Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya
jinak dan dapat sembuh sendiri, merupakan respon mukosa
lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah
makan makanan yang terkontaminasi) alkohol, kafein dan aspirin
merupakan agen-agen penyebab yang sering. Obat-obatan lain,
seperti NSAID (indometasin, ibuprofen, naproksen), sulfanamide,
steroid dan digitalis juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu
termasuk cuka, lada, atau mustard, dapat menyebabkan gejala yang
mengarah pada gastritis.
3) Gastritis akut adalah degenerasi pada bagian superfisial yang
terpapar zat-zat iritan seperti: alkohol, aspirin, steroid, dan asam
empedu. Jika alkohol diminum bersama aspirin, efeknya akan lebih
merusak dibandingkan efek masing-masing agen tersebut secara
terpisah. Gastritis erosif haemorrogik difus biasanya terjadi pada
19

peminum berat dan pemakai aspirin dan dapat menyebabkan


perlunya dilakukan reseksi lambung. Penyakit yang serius ini akan
dianggap tidak akibat stres, oleh sebab keduanya memiliki banyak
persamaan. Destruksi sawar mukosa lambung diduga merupakan
mekanisme patogenik yang menyebabkan cidera.
4) Gastritis akut sering di sebabkan oleh diet yang tidak benar, makan
yang terlalu banyak dan terlalu cepat atau makan makanan yang
pedas dan terlalu banyak bumbu.
5) Gastritis akut biasanya mereka bila agen-agen penyebab dapat
dihilangkan. Obat-obatan anti muntah dapat membantu
menghilangkan mual dan muntah. Jika penderita tetap muntah,
mungkin perlu koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
memberikan cairan intravena. Pemakaian penghambat H2 (seperti
ranitidine) untuk mengurangi sekresi asam lambung, sukralfat atau
antacid, dapat mempercepat penyembuhan.
c. Gastritis kronik
1) Gastritis kronik jelas berhubungan dengan helikobakteri pylori,
apalagi jika ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
2) Gastritis kronik adalah yang menimbulkan atropi beberapa sel
fungsional tunika mukosa.
(Mansjoer, Arif, jilid 1, edisi 3, 2001)

3) Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan


perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat
dengan infeksi helicobartes phylori.
4) Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai
dengan kehilangan sel pametal dan chief cell. Akibatnya produksi
asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun. Dinding
lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang
rata. Bentuk gastritits ini sering dihubungkan dengan anemia
pernisiosa, tukak lambung dan kanker.
20

5) Gastritis kronik diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak


lambung dan karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi
pada anemia pernisiosa (10-15%).
6) Gastritis kronik berjalan perlahan-lahan gejala yang umum terlihat
adalah adanya rasa perih dan terasa penuh di lambung, kehilangan
nafsu makan sehingga hanya mampu makan dalam jumlah yang
sedikit.
II.2.3 Etiologi
a. Gastritis akut
Penyebab penyakit ini antara lain :
1) Obat-obat seperti aspirin, obat anti implamasi non steroid (ANS)
2) Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis
permukaan lambung sehingga asam lambung dengan mudah akan
mengikis permukaan lambung dan terjadi gastritis akut.
3) Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar,
sepsis
Secara makroskopis terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi
berbeda jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasany
disebabkan oleh stress, jika disebabkan Karena obat-obatan AINS,
terutama ditemukan didaerah antrum, namun dapat juga
menyeluruh sedangkan secara mikriskopik, terdapat erosi yang
regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel implamasi neutropil
yang minimal.
4) Stres
Keadaan stres yang disebabkan karena pembedahan, luka
(trauma), terbakar, ataupun infeksi penyakit tertentu dapat
menyebabkan gastritis akut.
5) Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis.
21

a. Gastritis kronik
Penyebab penyakit ini yaitu :
1) Terinfeksi helikobakter pylori.
Penemuan bakteri ini di lakukan oleh dua dokter dari
Australia yaitu Barry Marshall dan Robin Warre yang
menemukan adanya bakteri yang biasa hidup di dalam
lambung manusia. Penemuan ini mengubah pandangan para
ahli mengenai penyebab penyakit lambung termasuk cara
pengobatannya. Telah terbukti saat ini bahwa infeksi yang di
sebabkan oleh Helikobakter Pylori pada lambung biasa
menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut
dengan gastritis, proses ini biasa berlanjut hingga terjadi ulkus
atau tukak bahkan kanker lambung.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri
H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab
tersering terjadi gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung
yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan
oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara
22

sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat


bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang
terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai kanker dan
tidak mempunyai gejala gastritis.
2) Asam empedu.
Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan
lemak. Cairan ini diproduksi di hati dan di alirkan ke kantong
empedu. Ketika keluar dari kantong empedu, asam empedu
akan dialirkan ke usus kecil (duodenum). Secara normal cincin
pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran
asan empedu kedalam lambung setelah dilepaskan ke
duodenum tetapi apabila cincin tersebut rusak sehingga tidak
bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau dikeluarkan
karena pembedahan maka asam empedu dapat mengalir ke
lambung, akan mengakibatkan peradangan dan gastritis kronik.
3) Atropi tunika mukosa.
4) Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu
produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12 dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang
jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada
orang tua.
5) Crohn’s disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan
kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
23

Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari


Crohn’s disease yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan, tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
6) Radiasi dan kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan
radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding
lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis
dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,
kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
7) Penyakit bile reflux.
Bile (empedu) dalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh, cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran
kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah
otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung.
Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu
akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.
II.2.4 Patofisiologi
Menurut Brunner dan suddarth, 2001 perjalanan penyakit gastritis bisa
dilihat dari skema di bawah ini :
Skema 2.1
F. Imunologi, F. Bakteriologik, Faktor lain

Infiltrasi sel-sel radang

Atropi progresif sel epitel kelenjar mukosa


24

Kehilangan sel parietal dan chief sel

Produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun

Dinding lambung menipis

Kerusakan mukosa asam lambung

Nyeri ulu hati, Mual, Muntah, Anoreksia

Pada skema di atas dijelaskan bahwa obat-obatan, alkohol, garam


empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung
(gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan
memungkinkan difusi kembali asam pepsin kadalam jaringan lambung, hal
ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap
kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa,
karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan
sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang
dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat
yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada
dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan
peritonitis.
Gastritis kronik dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar
lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna
abu-abu atau kehijauan (gastritis atropik). Hilangnya mukosa lambung
akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya sekresi lambung dan
timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan
pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronik dapat pula terjadi
bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan
gastroyeyunostomi.
25

Gastritis kronik dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A


(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis
H. Pylori) ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylori, faktor diet seperti
minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok
atau refluks isi usus kedalam lambung.
II.2. 5 Faktor-faktor Resiko Gastritis
a. Pola makan
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau
ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
lambung, sehingga timbul rasa nyeri.
b. Rokok
Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada
waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang
membara karena diisap, terdapat kurang lebih 3000 macam bahan
kimia, diantaranya acrolein, tar, nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin
itulah yang menghalangi terjadinya rasa lapar. Itu sebabnya seseorang
menjadi tidak lapar karena merokok, sehingga akan meningkatkan asam
lambung dan dapat menyebabkan gastritis. Nikotin juga merangsang
pengeluaran hormon adrenalin, yang menyebabkan jantung berdebar–
debar, meningkatnya tekanan darah, serta kadar kolesterol dalam darah.
c. Kopi
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein ternyata
dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak),
sistem pernapasan, sistem serta sistem pembuluh darah dan jantung.
Oleh sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3
cangkir), tubuh kita terasa segar, bergairah,daya pikir lebih cepat, tidak
mudah lelah atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi
sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan
26

sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang
dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang
sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat
dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung
sehingga menjadi gastritis. Orang yang minum kopi 3x/ hari selama 6
bulan dapat menyebabkan gastritis.
d. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang
berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori (H. pylori) adalah
suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang
kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di dunia
terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus
peptikum dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
e. AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara
kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan
penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam
arakhidonat. Misalnya aspirinibuprofen dan naproxen yang dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3
bulan dapat menyebabkan gastritis.
27

f. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal. Berdasarkan penelitian, orang
minum alkohol 75 gr ( 4 gelas /minggu) selama 6 bulan dapat
menyebabkan gastritis.
g. Terlambat makan

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung


setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka
asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga
dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di
seitar epigastrium.
h. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan
mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang
nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas ≥ 1 x
dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis.
i Usia
Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis
sehingga lebih cenderung memiliki infeksi H. pylori atau gangguan
autoimun daripada orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika mengenai
usia muda biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak
sehat.
28

j. Stress psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,
misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam
lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jikla
hal ini dibiarkan lama - kelamaan dapat menyebabkan terjadinya
gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya
secara efektif dengan cara dietsesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat
cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
k. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,
refluks empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding
lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus
peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang
terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu)
adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh.
Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin
(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam
lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu
akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
29

II.2.6 Manifestasi Klinik


Tanda dan gejala dari gastritis menurut Brunner dan Suddarth, 2001 antara
lain :
a. Rasa terbakar di lambung dan akan menjadi semakin parah ketika
sedang makan.
b. Nyeri ulu hati
c. Mual, dan sering muntah
d. Tekanan darah menurun, pusing.
e. Keringat dingin
f. Nadi cepat.
g. Kadang berat badan menurun
h. Nasfu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik,
keluar keringat dingin.
i. Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) di bagian atas perut (ulu
hati).
j. Merasa lambung sangat penuh ketika sehabis makan.
k. Sering sendawa bila keadaan lapar.
l. Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut.
II.2.7 Diagnosis
a. Gastritis akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis yaitu ganbaran lesi mukosa
akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal sengan tepi atas
rata. Pada endoskopi dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggaal
sukar untuk melihat lesi permukaan yang superfisial, karena itu
sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum endoskopi saluran
cerna bagian atas lebih sensitive dan spesifik untuk diagnosis kelainan
akut lambung.
b. Gastritis kronik
Diagnosa gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
endoskopi dan dilanjuutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsy
mukosa lambung.perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan
adanya infeksi helicobacter pylory apalagi jika ditemukan ulkus baik
30

pada lambung ataupun pada duodenum,mengingat angka kejadian yang


cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Dilakukan pula rapid ureum
test(CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa helicobacter
pillory. Jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula
pemeriksaan serologi untuk Helicobacter pillory sebagai diagnosis
awal.
II.2.8 Komplikasi Gastritis
a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, berakhir
dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan
jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B12, akibat kurang penyerapan B12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
II.2.9 Penatalaksanaan
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiloginya, diet
lambung dengan porsi kecil dan sering ,obat-obatan di tujukan untuk
mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis respon N2, inhibitor
pompa proton, antikolinerojik, juga ditunjukan sehingga sitoprotektor
berupa surkralfat dan protaglandin.
b. Gastritis kronik
Pada pusat-pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak
dapat dilakukan pentalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan
sindrom dyspepsia, apalagi jika tes sirologi negatife. Jika endoskopi
dapat dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada
gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid,
antagonis H2 atau inhibitor pompa proton dan obat-obat prokinetik. Jika
endoskopi dapat dilakukan ,dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil
CLO, kultur dan PA ketiganya negative atau hasil serologi negatif.
31

II.2.10 Tes Untuk Menegakan Diagnosa Gastritis


Untuk menegakan diagnosa gastritis dilakukan dengan berbagai macam tes
diantaranya :
a. Tes darah
Tes darah untuk melihat adanya antibodi terhadap serangan
Helicobakter Pylori. Hasil test yang positif menunjukan bahwa
seseorang pernah mengalami kontak dengan bakteri Helicobakter Pylori
dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut bukan berarti seseorang telah
terinfeksi Helicobakter Pylori. Tes darah juga dapat digunakan untuk
mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh
perdarahan karena gastritis.
b. Breath test
Test ini menggunakan tinja sebagai sampel dan ditunjukan untuk
mengetahui apakah ada infeksi Helicobakter Pylori dalam tubuh
seseorang.
c. Stool test
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobakter Pylori dalam
sampel tinja seseorang. Hasil test yang positif menunjukan orang
tersebut terinfeksi Helicobakter Pylori. Biasanya dokter juga menguji
adanya darah dalam tinja yang menandakan adanya perdarahan dalam
lambung karena gastritis.
d. Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang
mungkin tidak dapat dilihat dengan sinar X.
e. Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang
dapat dilihat dengan sinar X. Agar dapat dilihat dengan jelas biasanya
penderita di injeksi terlebih dahulu dengan bubur barium.
32

II.2.11 Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Gastritis

a. Makan dengan porsi sedikit tapi sering.


b. Jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum – minuman yang
mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air putih hangat.
c. Bila maag kambuh karena terlambat makan, jangan langsung makan
makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan makanan ringan
seperti crackers.
d. Makan secara benar, hindari makan – makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas dan asam
e. Makan dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
f. Mengunyah makanan sampai benar – benar lumat.
g. Minum air putih yang banyak atau dapat digantikan dengan minuman
ber-ion.
h. Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
i. Menjaga kebersihan lingkungan seperti alat – alat makan, tempat tidur,
dll.
j. Hindari untuk meminum alkohol,karena alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung serta dapat mengakibatkan
peradangan dan perdarahan.
k. Hindari untuk merokok, karena dapat mengganggu kerja lapisan
pelindung lambung.
l. Lakukan olahraga secara teratur, misalnya senam aerobik. Senam
aerobik dapat meningkatkan kecepatan jantung dan pernafasan juga
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat
m. Menghindari pemakaian aspirin saat merasa tidak enak badan,
digantikan dengan istirahat yang cukup.
n. Hindari pemakaian obat gabungan, untuk mengurangi efek negatif obat.
o. Hindari stress yang berlebihan.
33

II.2.12 Diet Pada Gastritis

Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain


upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa
kedua unsur ini mempunyai hubungan yang erat. Pemberian diet untuk
penderita gastritis antara lain bertujuan untuk :

a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung


b. Menghilangkan gejala penyakit
c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung
d. Mempertahankan keseimbangan cairan
e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung
f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien

Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain :

a. Syarat diet penyakit gastritis

Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak


merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi,
jumlah energi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi ( 20-25 % dari total
jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi.
Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa
mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak
tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara
teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak
diulu hati dan muntah karena tekanan dalam lambung meningkat.

Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak


tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak
jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam
porsi kecil tapi sering, hindari makan secara berlebihan. Demikian pula
jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus dalam jumlah
34

cukup. Akan tetapi, karena keterbatasan bahan makanan sumber


vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin dan mineral
dan bentuk obat.

b. Kebutuhan zat gizi

Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat


badan, umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit. Kebutuhan
energi bagi pasien gangguan saluran pencernaan berdasarkan
kelompok umur.

c. Jenis dan bentuk makanan

Pada penderita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang


bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas
maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu, penderita
juga harus menghindari alkohol, kopi dan minuman ringan. Dan perlu
juga memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan
dipanggang adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya
menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan.
II.2.13 Hubungan Antara Pola Makan Dengan Terjadinya Gastritis

Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur


sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola
makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan
gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah
kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan
makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan (Uripi,
2002).

Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak


teratur yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan. Pola makan
yang baik mencegah terjadinya gastritis. Pada kasus gastritis, frekuensi
makan yang diperbanyak, tapi jumlah makanan yang dimakan tidak
35

banyak. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung.
Konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis,
pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, tidak jarang kondisi
seperti ini menimbulkan luka pada lambung (Uripi, 2002).
II.3 PENELITIAN TERKAIT
a. Penelitian yang dilakukan oleh Yanti Wa Ode Rosni dengan judul
“Pengaruh kebiasaan merokok, konsumsi non steroid anti inflamatory drugs
(NSAID) dan kopi terhadap kejadian gastritis di puskesmas mulyorejo
surabaya pada tahun 2010”. Gastritis merupakan masalah kesehatan di
masyarakat. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung dapat
menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh kebiasaan
merokok, konsumsi NSAID dan kopi. Tujuan penelitian ini untuk
merumuskan model terjadinya gastritis, dengan mempelajari karasteristik
responden (umur dan jenis kelamin) dan menganalisis pengaruh faktor
risiko kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan konsumsi kopi terhadap
kejadian gastritis. Penelitian ini menggunakan rancang bangun case control.
Sampel ditarik dari populasi dengan cars sistematic random sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 82 orang dengan
perbandingan kasus dan kontrol 1:1. Wawancara dengan kuesioner
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang diteliti. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa karasteristik responden terbanyak
berumur >20 tahun, perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hasil uji
regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jenis rokok (p=0,013) dan
jumlah konsumsi NSAID (p=0,042) mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian gastritis. Rumusan model terjadinya gastritis yaitu -0,966
+ (-1,827) (jenis rokok filter) + (0,935)(NSAID 53 tablet per minggu).
b. Penelitian yang dilakukan oleh Harun Rianto dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Klien Tentang Gastritis di RSU. Dr. Fl. Tobing Sibolga” tahun
2008. Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita Gastritis
antara pria dan wanita, ternyata Gastritis lebih banyak pada wanita dan
dapat menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Indonesia
6-20% menderita Gastritis pada usia 55 tahun. Untuk segala umur , 16
36

kasus/1000 pada kelompok umur 45-64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk
Gastritis adalah 10%. Berdasarkan hasil survey awal dilokasi penelitian
yaitu di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga tahun 2008 ditemukan rata-rata
perbulannya penderita Gastritis yang berobat selama tahun 2008 masih
cukup banyak yaitu setiap bulannya ± 40 orang.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Luthfiana Arifatul Hudha dengan judul
hubungan antara stres, kebiasaan makan dengan frekuensi kekambuhan
gastritis di puskesmas Ngenep Kecamatan Karang Ploso Kab. Malang
Tahun 2007. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah
penderita gastritis di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah
sebanyak 90 orang dengan menggunakan teknik simple ramdom sampling.
Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel dengan kejadian
kekambuhan gastritis digunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian
menunjukkan 57,8% responden berumur ≥ 40 tahun, 77,8% responden
mempunyai jenis kelamin perempuan dan status sosial ekonomi responden
sebanyak 75,6% berada pada status sosial ekonomi rendah dan sedang.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara
pengetahuan (p=0,549), umur (p=628), jenis kelamin (p=1,000), status
sosial ekonomi (p=0,424) dengan kekambuhan penyakit gastritis (p=0,549),
sedangkan stres (p=0,000) dengan OR=48,273 dan kebiasaan makan
(p=0,000) dengan OR=30,375 didapatkan adanya hubungan dengan
kekambuhan penyakit gastritis. Jadi dapat disimpulkan bahwa stres dan
kebiasaan makan berhubungan dengan kekambuhan penyakit gastritis.
37

II.4 KERANGKA TEORI


Skema 2.2

Faktor-faktor resiko gastritis :

1. Pola makan terdiri


dari :

a. Frekuensi makan
GASTRITIS
b. Jenis makan

c. Porsi makan

2. Rokok

3. Kopi

4. Helicobacter pylori

5. AINS (Anti Inflamasi


Non Steroid)

6. Alkohol

7. Usia

8. Stress psikis dan fisik

Kerangka Teori menurut Brunner dan Suddarth, 2001

Anda mungkin juga menyukai