Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSULTASI GIZI
“FREQUENTLY ASKED QUESTIONS : PENYAKIT KANKER”

Dosen Pembimbing:
Galih Purnasari, S.Gz, M.Si

Golongan B/ Kelompok 4 :

1. Desy Nur Rahmawati (G42150618)


2. Fahriza Amalia S (G42150633)
3. Ciagusbandiah (G42150638)
4. Dini Wulandari (G42150657)
5. Rini Jasrianti (G42150676)
6. Suci Ayuni Auliadani (G42150679)
7. Rosa Sebtien Anggraeni (G42150686)
8. Laili Rahma Dhaningrum (G42150687)

PROGRAM STUDI D-IVGIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
Daftar FAQ Penyakit Kanker Serviks
Frequently Asked Question (FAQ) ini diambil di Forum Tanya Jawab Kartini
Peduli Deteksi Dini Kanker Serviks yang diasuh oleh dr Widayanto SpOG, dr
Junita Indarti SpOG/K, dr Anthony Atmaja SpOG, dr Edward Tony SpOG, dr
Raditya Wratsangka SpOG dan dr Yahya Darmawan SpOG.

Apakah penyakit kanker serviks dapat disembuhkan?


Kanker serviks dapat disembuhkan bila dijumpai pada tahap awal.
Semakin cepat kanker ditemukan maka semakin mudah penanganannya dan
semakin besar harapan sembuh. Kemungkinan keberhasilan terapi kanker serviks
stadium I adalah 85%, stadium II adalah 60%, stadium III adalah 40%.
Pengobatan kanker serviks tergantung stadium penyakit, pada stadium IB-IIA
dapat diobati dengan pembedahan, radiasi (penyinaran) dan kemoterapi.
Sedangkan stadium IIB keatas diobati dengan radiasi saja atau kombinasi radiasi
dan kemoterapi (kemoradiasi). Menurut penelitian, hasil kemoradiasi lebih baik
jika dibandingkan dengan radiasi saja tetapi efek sampingnya lebih akan menjadi
berat (Hartati, 2010).

Apakah pil KB dapat menambah resiko kanker serviks?


Penggunaan pil KB dapat meningkatkan resiko kejadian kanker serviks.
Analisis data oleh International Agency for Research on Cancer ( IARC ) pada
tahun 2003 menemukan bahwa ada peningkatan resiko kanker serviks dengan
penggunaan kontrasepsi oral, dan resiko berkurang ketika obat kontrasepsi oral di
hentikan. Laporan lain dari IARC menyatakan bahwa dari data 8 studi mengenai
efek penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang positif terhadap HPV,
ditemukan peningkatan resiko 4 kali lebih besar pada mereka yang menggunakan
kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun (Nurwijaya dkk, 2010).

Apakah kanker serviks ditularkan ke perempuan atau dapat juga laki-laki?


Kanker serviks bisa ditularkan pada laki – laki karena penyebab utama dari
terjadinya kanker serviks adalah virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus
tersebut merupakan virus yang paling sering dijumpai pada penyakit menular
seksual dan diduga berperan dalam proses terjadinya kanker. Terdapat sekitar 130
tipe HPV yang telah berhasil diidentifikasi dan lebih dari 40 tipe HPV dapat
menginfeksi area genital laki-laki dan perempuan, mulut, serta tenggorokan. Virus
ini terutama ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
dari virus ini adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Pada laki – laki yang dapat
menyebabkan terjadinya kanker, yaitu pada laki-laki: usia muda (25-29 tahun),
memiliki lebih dari 1 pasangan seksual, dan tidak disunat (Setiawati, 2014).

Mengapa merokok dan kontrasepsi dapat meningkatkan resiko penyakit


kanker serviks?
Merokok saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai
penyebab kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel
skuamosa pada serviks (bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme
kerja bisa langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada
perokok) atau melalui efek imunosupresif dari merokok. Bahan karsinogenik
spesifik dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita
perokok. Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan
bersama infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi keganasan.
Kontrasepsi oral risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah
menunjukkan hubungan dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini
hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan
perkiraan risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi
gagal. Hubungan yang terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi
adanya bias karena peningkatan skrining terhadap pengguna kontrasepsi (Rasjidi,
2009).

Apakah antioksidan dapat mencegah kanker?


Studi lain yang diterbitkan tahun 2005 dalam The Journal of American
Medical Association, menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin E, antioksidan,
tidak membantu mencegah kanker pada pasien yang mengidap penyakit pembuluh
darah atau diabetes. Selain itu, pasien yang mengambil vitamin memiliki risiko
yang lebih tinggi gagal jantung selama periode tujuh tahun dibandingkan dengan
pasien yang mengambil plasebo. Studi baru ini menunjukkan, "antioksidan tidak
berada di lokasi yang tepat untuk memerangi sel-sel kanker. Oleh karena itulah
kerusakan sel tidak dapat dihindari," kata Dr David Tuveson, profesor di
laboratorium Cold Spring Harbor. Atau, bisa juga antioksidan ini bertemu dengan
sel kanker, tapi justru membuat sel kanker semakin kuat dan menstimulasi
pertumbuhannya.

Apakah penggunaan pantyliners berdampak menjadi kanker serviks?


Menurut Arum (2015) mengemukakan bahwa menggunakan pembalut
baik pantyliner atau pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kanker serviks,
pembalut/pantyliner tersebut adalah pembalut yang mengandung dioksin. Dioksin
merupakan bahan pencemar lingkungan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Agnes Widhiya Pangesti (2016) pembalut yang telah digunakan oleh responden
adalah pembalut yang mengandung dioksin, karena peredaran pembalut kain
masih jarang dan tidak mudah untuk ditemui.

Kalau sudah berhubungan seksual apakah harus diperiksa HPV?


Menurut dr. Nitish Basant Adnani BmedSc, pemberian vaksin Human
Papilloma Virus (HPV) paling baik dilakukan sebelum sexual debut seseorang,
yakni sebelum kontak seksual pertama. Namun, vaksin juga dapat diberikan
setelah seseorang pernah melakukan hubungan seksual, akan tetapi dengan ini,
proteksi yang didapatkan tidak maksimal karena orang yang sudah berhubungan
seksual memiliki kemungkinan sudah terekspos terhadap virus HPV. Namun,
pemberian vaksin juga memerlukan wawancara medis dan pemeriksaan fisis.

Faktor resiko kanker serviks adalah hubungan seksual usia muda, mengapa
dan seberapa muda?
Menurut penjelasan Prof.dr.Andrijono, SpOG (K), menikah muda atau
hubungan seksual sebelum berusia 19 tahun akan meningkatkan risiko infeksi
HPV. Di usia tersebut leher rahim belum matang. Selain itu, selaput dara juga bisa
menahan infeksi virus lewat hubungan seksual. Faktanya, angka pasangan
menikah muda sangat tinggi. Menurut data Riskesdas 2013, angka menikah
mudah mencapai 46 persen. Hubungan seksual di usia muda rentan menimbulkan
infeksi HPV di leher rahim dan berpeluang berkembang menjadi kanker, apalagi
jika daya tahan tubuh rendah.

Kalau masih perawan apakah papsmear/ LBC aman dan diperlukan?


Menurut Sandhya Pruthi, M.D., internis dari Mayo Clinic, seseorang yang
belum pernah melakukan hubungan seks melalui vagina, kemungkinan tak perlu
melakukan pap smear. Meskipun harus melakukan pap smear, namun bukan
berarti keperawanan akan hilang. Meskipun instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan sel-sel serviks saat dilakukan pap smear dapat meregangkan atau
merobek selaput dara (jaringan tipis yang menutupi pembukaan vagina yang
dimiliki beberapa wanita yang belum pernah berhubungan seks), bukan berarti
virginitas hilang. Keperawanan hilang jika melakukan aktivitas seksual.

Apakah gadis remaja perlu cek atau deteksi dini sebelum vaksin?
Apabila belum pernah melakukan hubungan seksual, langsung vaksin anti
HPV tanpa di cek. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
vaksin HPV diberikan rutin untuk anak perempuan dan anak laki-laki berusia 11
atau 12 tahun, walaupun beberapa organisasi merekomendasikan untuk memulai
vaksin sejak usia 9 atau 10 tahun. Sangat ideal untuk anak perempuan dan anak
laki-laki untuk menerima vaksin sebelum mereka melakukan kontak seksual dan
terpapar HPV. Karena sekali terinfeksi virus, maka vaksin tidak akan bekerja
efektif, atau mungkin tidak bekerja sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA

Pruthi, S. 2013. Apakah Perawan Perlu Lakukan Pap Smear?. [Serial Online].
http://www.dokterdigital.com/id/news/544_apakah-perawan-perlu-lakukan-
pap-smear.html. [27 Maret 2018].
Shabrina, A. 2017. 6 Fakta Tentang Vaksin Kanker Serviks yang Perlu Diketahui
Semua Wanita. [Serial Online]. https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-
sehat/vaksin-kanker-serviks/. [27 Maret 2018].
Adnani, N. 2017. Vaksin HPV Sesudah Berhubungan Seks, Apakah Masih Bisa?.
[Serial Online]. https://www.klikdokter.com/tanya-
dokter/read/2899023/vaksin-hpv-sesudah-berhubungan-seks-apakah-masih-
bisa. [27 Maret 2018].
Rasjidi, I. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer Vol.
III No.3.
Hartati, N. dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Penerbit : PT Elex
Media Komputindo.
Setiawati, D. 2014. Human Papilloma Virus Dan Kanker Serviks. Vol. VI. No. 2.
Juli-Desember.
Arum, S. (2015). Stop Kanker Serviks: Panduan Bagi Wanita Untuk Mengenal,
Mencegah & Mengobati. Yogyakarta: Notebook.
Widhiya, A. 2016. “Identifikasi Faktor Risiko Kanker Serviks Pada Mahasiswi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”. Skripsi. Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Andrijono. 2017. Hubungan Seks di Usia Muda Rentan Infeksi HPV Penyebab
Kanker Serviks. [Serial Online].
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/27/200000323/hubungan.seks.di.
usia.muda.rentan.infeksi.hpv.penyebab.kanker.serviks. [27 Maret 2018].

Anda mungkin juga menyukai