Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Garam adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang dalam kehidupan
sehari-hari banyak digunakan sebagai bahan tambahan bumbu pada makanan,
sebagai pengawet makanan seperti ikan asin, asinan buah-buahan, dan dasar
pembuatan senyawa kimia (NaOH, Na2SO4, NaHCO3, Na2CO3). Setiap manusia
pada umumnya mengkonsumsi garam dengan jumlahnya berbeda-beda tergantung
kebiasaan masing-masing individu. Oleh karena itu, penambahan iodium pada
produk garam merupakan cara yang sangat efektif dalam menutupi kekurangan
tubuh manusia akan kebutuhan iodium. Untuk menunjang program pemerintah
dibidang kesehatan masyarakat, setiap produsen garam diwajibkan menambahkan
iodium pada produk garamnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan, orang yang
kekurangan iodium dalam konsumsi makanannya dapat mengalami penyakit
gondok. Sedang pada anak-anak dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat.
Oleh karena itu kekurangan iodium pada masyarakat diharapkan tidak ada lagi bila
semua garam yang diproduksi sudah mengandung iodium.

Garam beriodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam yang
telah difortifikasi (ditambah) dengan iodium. Di Indonesia, iodium ditambahkan
dalam garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium iodat (KIO3).
Penggunaan garam beriodium dianjurkan oleh WHO untuk digunakan di seluruh
dunia dalam menanggulangi GAKI. Cara ini dinilai lebih alami, lebih murah, lebih
praktis dan diharapkan dapat lestari di kalangan masyarakat.

Hasil Survei Nasional Garam Beriodium yang dilakukan setiap tahun oleh
Badan Pusat Statistik terintegrasi dengan SUSENAS menunjukkan bahwa secara
nasional persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dengan
kandungan cukup sejak tahun 1997-2002 hanya berkisar antara 62-68%.

Garam yang beredar di masyarakat masih banyak yang tidak maupun kurang
memenuhi syarat kandungan iodium. Hal ini diduga akibat banyaknya produsen
garam yang menggunakan iodium kurang dari jumlah yang disyaratkan (30-80 ppm
iodium sebagai KIO3), atau kandungan iodium hilang maupun berkurang selama
masa penyimpanan atau transportasi. Oleh karena itu kandungan iodium yang
terdapat di dalam garam dapur penting untuk dianalisis kadarnya untuk mengetahui
apakah kandungannya teah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di dalam
SNI maupun WHO.

1.2. Tujuan
1. Untuk menentukan kadar kalium iodat (KIO3) pada sampel garam pada
berbagai merek.

1.3. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan kadar kalium iodat (KIO3) pada sampel garam
pada berbagai merek?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iodium

Iodium merupakan salah satu mineral mikro yang berperan penting dalam
sistem fisiologis tubuh. Iodium ada di dalam tubuh dalam jumlah yang sangat
sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau sekitar 15023
mg. Iodium merupakan anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia dan
manusia sebagai hormon tiroid. Hormon ini sangat penting selama pembentukan
embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolisme dan produksi kalori atau
energi.(Anonim 1, 2015

Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan sebanyak jumlah ioda dan
untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino. Iodium diserap sangat
cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid digunakan untuk memproduksi hormon
thyroid. Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui urin Cara ini merupakan
indikator utama jumlah pemasukan dan status iodium. Jika tingkat ekskresi iodium
dalam kondisi yang rendah (25-20 mg L/g creatin) yang menunjukkan resiko
kekurangan iodiun dan yang memiliki tingkatan yang rendah menunjukkan resiko
lebih berbahaya.

Peran yodium bagi tubuh Yodium tergolong sebagai mikro mineral yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh
kelenjar tiroid (kelenjar yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah).
Namun, sumber yodium terbesar adalah seafood, seperti: kerang, udang, rumput
laut dan aneka ikan serta hasil olahannya. Untuk memenuhi kecukupan yodium
sebaiknya di dalam menu sehari-hari sertakan bahan bahan pangan yang berasal
dari laut. Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan.
Kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram/ hari untuk anak sampai
umur 10 tahun, 150 mikrogram/ hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan
menyusui dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/
hari.
Anjuran Asupan Yodium Setiap Hari Di Dalam Makanan
1. Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.
2. Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
3. Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
4. Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
5. Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).
Fungsi Yodium
Yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin. Tiroksin adalah hormon
yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol pertumbuhan, membantu
proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama seseorang bertahan untuk
hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.
Dampak Kelebihan Yodium
Kelebihan yodium di dalam tubuh dikenal juga sebagai
hipertiroid. Hipertiroid terjadi karena kelenjar tiroid terlalu aktif memroduksi
hormon tiroksin.
Kelebihan yodium ditandai gejala mudah cemas, lemah, sensitif terhadap
panas, sering berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun, nafsu makan
bertambah, jari-jari tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata menonjol
serta denyut nadi bertambah cepat dan tidak beraturan. Jika tidak segera diobati,
penderita hipotiroid akan mengalami anemia, sistem pernafasan melemah,
penderita mengalami kejang, sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai
akhirnya terjadi gagal jantung.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
1. Defisiensi pada janin
Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme endemis.
Gejala khas kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis saraf yang
menampilkan tanda dan gejala seperti kemunduran mental, bisu-tuli dan diplegia
spastik. Jenis kedua yaitu bentuk miksedema yang memperlihatkan tanda
hipotiroidisme dan dwarfisme (Arisman, 2004)
2. Defisiensi pada bayi baru lahir.
Selain berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang parah dan
berlangsung lama akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian
mengancam perkembangan otak secara dini. (Arisman, 2004)
3. Defisiensi pada anak dan remaja
Kekurangan yodium pada anak khas terpaut dengan insiden gondok. Angka
kejadian gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja.
Prevalensi gondok pada wanita lebih tinggi daripada lelaki. Total Goitre Rate
(TGR) anak sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran
GAKY masyarakat suatu daerah. Gangguan pada anak dan remaja akibat
kekurangan Yodium yaitu Gondok, hipoiroidisme Juvenile dan perkembangan fisik
terhambat. (Arisman, 2004)
4. Defisiensi pada Dewasa
Pada orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan keadaan lemas dan
cepat lelah, produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah (isna, 2009),
Gondok dan penyulit, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme diimbas oleh yodium.
(Arisman, 2004).
5. Defisiensi pada ibu hamil
Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian
bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa
nanti. Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang
juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1
tahun, sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya. (Isna, 2009).
6. Defisiensi pada semua usia
Bentuk gangguannya : Kepekaan terhadap radiasi nuklir meningkat
(Arisman, 2004)
Penanggulangan Dan Pencegahan
1. Penanggulangan
a. Garam beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober 1994,mewajibkan
semua garam yang dikonsumsi,baik manusia maupun hewan
,diperkaya dengan yodium sebanyak 30-80 ppm (Erna, 2004).
b. Suplementasi yodium pada binatang
c. Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)
d. Kapsul minyak beryodium. (Arisman,2004).
2. Pencegahan
Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100
μg/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika
garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap
3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun. (Arisman,2004)

2.2. Garam Beriodium

Garam beriodium merupakan solusi bagi kebutuhan iodium untuk


masyarakat. Berdasarkan SNI No. 01-3556 tahun 1994 dan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995 tentang proses, pengepakan dan
pelabelan garam beriodium, iodium yang ditambahkan dalam garam adalah
sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80 ppm). Sampai saat ini mutu garam
konsumsi terbagi menjadi dua yaitu mutu I Garam beriodium dan mutu II Garam
tidak beriodium(Anonim 2, 2011)

2.3. Metode Iodometri

Metode konvensional yang biasa digunakan untuk mengukur kadar iodium


dalam garam adalah titrasi iodometri.

Titrasi adalah proses pengukuran volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan kedalam larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Atau dengan kata lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekuivalen pereaksi-pereksi sama. Pada prakteknya titik
ekuivalen sulit diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui (Underwood 1990).
Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat
penetrasi (titran akan menyebabkan perubahan warna indikator). Kedua cara
tersebut termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Istilah analisis volumetrik
lebih sering digunakan dari pada titimetri. Reaksi penetralan dalam analisis
titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan
yang pH-nya lebih netral (Basset 1994).

2.3.1. KIO3

Garam KIO3 mampu mengoksidasi iodida menjadi iodium secara


kuantitatif dalam larutan asam. Oleh karena itu digunakan sebagai larutan standar
dalam proses titrasi Iodometri. Selain itu, karena sifat Iodida yang mudah
teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan, menyebabkan iodida mudah terlepas.
Reaksi ini sangat kuat dan hanya membutuhkan sedikit sekali kelebihan ion
hidrogen untuk melengkapi reaksinya. Namun kekurangan utama dari garam ini
sebagai standar primer adalah bahwa bobot ekivalennya yang rendah. Larutan
standar ini sangat stabil dan menghasilkan iodium bila diolah dengan asam:
IO3- + 5 I- + 6H+ 3 I2 + 3 H2O

Larutan KIO3 memiliki dua kegunaan penting, pertama adalah sebagai


sumber dari sejumlah iodin yang diketahui dalam titrasi, larutan ini harus
ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat, namun tidak dapat
digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman rendah. Fungsi
kedua yaitu dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara iodometri atau
dalam standarisasi larutan asam keras. Larutan baku KIO3 0,1 N dibuat dengan
melarutkan beberapa gram massa kristal KIO3 yang berwarna putih dengan
menggunakan akuades dan mengencerkannya (Vogel 1994).

2.3.2. Tiosulfat

Tiosulfat adalah suatu senyawa yang mudah sekali teroksidasi, dimana


iodium dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua penentuan senyawa
secara iodometri didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat dengan iodium. Pada titrasi
iodium dengan tiosulfat, iodium bertindak sebagai oksidator atau titran (Rivai
1995).

2.3.3. Larutan Kanji

Larutan kanji digunakan sebagai indikator pada metode titrimetri. Kanji


bereaksi dengan iodin. Dengan adanya iodide membentuk suatu kompleks yang
berwarna biru tua , yang terlihat pada konsentrasi iodin yang sangat rendah
(Khopkar 1990).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum “Penetapan Kadar Kalium Iodidat” dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 17 November 2016, pukul 13.00 WIB sampai selesai di
Laboratorium Analisa Gizi, Gedung Kesehatan, Politeknik Negeri Jember.

3.2. Alat
Pada praktikum dibutuhkan beberapa alat laboratorium untuk
memaksimalkan hasil yang diperoleh pada praktikum, antara lain:
Tabel (no). Alat Yang Digunakan Praktikum
No. Alat Kuantitas
1. Timbangan digital 1 unit
2. Beaker glass 1 buah
3. Erlenmeyer 1 buah
4. Gelas ukur 1 buah
5. Batang pengaduk 1 buah
6. Labu takar 1 buah
7. Corong kaca 1 buah
8. Buret 1 buah
9. Botol semprot 1 buah
10. Pipet 1 buah
3.3. Bahan
Pada praktikum dibutuhkan beberapa bahan untuk memaksimalkan hasil
yang diperoleh pada praktikum, antara lain:
Tabel (no). Bahan Yang Digunakan Praktikum
No. Bahan Kuantitas
1. Garam “Refina” 25 gram
2. Garam “Kapal” 25 gram
3. Garam “Indomart” 25 gram
4. Garam “Ibu Bijak” 25 gram
5. Aquades Secukupnya
6. HCl 2 ml (masing-masing kelompok)
7. KIO3 0,1 gram (masing-masing kelompok)
8. Na2S2O3 Secukupnya
9. Larutan indicator kanji (amilum) Secukupnya

3.4. Prosedur Kerja

Ditimbang (25
gram garam)

Aquades
secukupnya Dilarutkan

2 ml HCl dan 0,1


gram KIO3
Dihomogenkan
Na2S2O3 0,0050 N
secukupnya,
kemudian Dititrasi
ditambahkan
larutan indicator
kanji (amilum)
secukupnya Hasil Titrasi

Gambar 1. Diagram Alir Penetapan Kadar kalium Iodidat garam Beriodium


BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Hasil praktikum
Tabel. Hasil Praktikum
NO Jenis garam VNa2S203 Kadar I
1 Garam Refina 7,6 ml 32 ppm
2 Garam Kapal 12,3 ml 51,2 ppm
3 Garam Indomaret 11,2 ml 45,73 ppm
4 Garam Ibu bijak 12 ml 50,8 ppm

4.2 Perhitungan
Perhitungan Kelompok 1
VKIO₂ x N KIO₃ = Vtitrasi x NNatrium tiosulfat
= 7,6 x 0,005
Mol KIO₃ = 0,038 mmol
= 0,0381 / 6
= 0,0063333 mmol
Massa Mol KIO₃= mmol x Mr KIO₃
= 0,0063333 x 214 mg/ mol
= 1,3553262 mg
𝐴𝑟 𝐼
I = Mr KIO₃ x massa KIO₃

127
= 𝑥 1,3553262
214
= 0,8043291 mg
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼
Kadar I =
Massa garam
0,8043291
=
25,03 𝑥 10¯3
= 32 ppm
Perhitungan Kelompok 2
VKIO₂ x N KIO₃ = VNa₂S₂O₃ x N Na₂S₂O₃
= 12,3 x 0,005
Mol KIO₃ = 0,06 mol
= 0,06 / 6
= 0,01 mmol
Massa Mol KIO₃= mmol x Mr KIO₃
= 0,01 x 214 mg/ mol
= 2,14 mg
𝐴𝑟 𝐼
I = Mr KIO₃ x massa KIO₃

128
= 𝑥 214
214
= 1,28 mg
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼
Kadar I =
Massa garam
1,28
=
25 𝑥 10¯3
= 51,2 ppm
Perhitungan Kelompok 3
VKIO₂ x N KIO₃ = VNa₂S₂O₃ x N Na₂S₂O₃
= 11,2 x 0,005
Mol KIO₃ = 0,056 mol
= 0,056 / 6
= 0,0009 mmol
Massa Mol KIO₃= mmol x Mr KIO₃
= 0,009 x 214 mg/ mol
= 1,926 mg
𝐴𝑟 𝐼
I = Mr KIO₃ x massa KIO₃

127
= 𝑥 1,926
214
= 1,143 mg
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼
Kadar I =
Massa garam
1,143
=
25 𝑥 10¯3
= 45,72 ppm
Perhitungan Kelompok 4
VKIO₂ x N KIO₃ = VNa₂S₂O₃ x N Na₂S₂O₃
= 12 x 0,005
Mol KIO₃ = 0,06 mol
= 0,06 / 6
= 0,01 mmol
Massa Mol KIO₃= mmol x Mr KIO₃
= 0,01 x 214 mg/ mol
= 2,14 mg
𝐴𝑟 𝐼
I = Mr KIO₃ x massa KIO₃

127
= 𝑥 214
214
= 1,27 mg
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼
Kadar I =
Massa garam
1,27
=
25 𝑥 10¯3
= 50,8 ppm
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Iodium
Menurut literatur, Iodium merupakan salah satu mineral mikro yang
berperan penting dalam sistem fisiologis tubuh. Iodium ada di dalam tubuh dalam
jumlah yang sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan
atau sekitar 15023 mg. Iodium merupakan anion monovalen. Keadaannya dalam
tubuh mamalia dan manusia sebagai hormon tiroid. Hormon ini sangat penting
selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolisme dan
produksi kalori atau energi.
Peran yodium bagi tubuh Yodium tergolong sebagai mikro mineral yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh
kelenjar tiroid (kelenjar yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah).
Untuk memenuhi kecukupan yodium sebaiknya di dalam menu sehari-hari
sertakan bahan bahan pangan yang berasal dari laut. Kebutuhan yodium perhari
sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-
120 mikrogram/ hari untuk anak sampai umur 10 tahun, 150 mikrogram/ hari untuk
orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-
masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari.
5.2. Prosedur kerja Penetapan Kadar Kalium Iodidat
Langkah pertama yang harus dipersiapkan adalah alat yang akan digunakan.
Setelah alat semua siap timbang dengan seksama 25 gram garam beriodium.
Kemudian larutkan dengan aquadest sampai terlarut sempurna dalam erlenmeyer
bersumbat kaca. Lalu tambahkan 2 ml H2SO4 dan 0,1 gram Kristal KI ( Kalium
Iodide ) dan dihomogenkan. Kemudian titrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,0050
N, dengan indikator larutan kanji sampai warna biru larutan tepat hilang. Larutan
kanji tersebut berfungsi sebagai indikator pada metode titrimetri. Kanji bereaksi
dengan iodin. Dengan adanya iodide membentuk suatu kompleks yang berwarna
biru tua , yang terlihat pada konsentrasi iodin yang sangat rendah Tiap ml Na2S2O3
0,1 N setara dengan 3,567 mg KIO3. Menurut literatur memiliki dua kegunaan
penting, pertama adalah sebagai sumber dari sejumlah iodin yang diketahui dalam
titrasi, larutan ini harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat,
namun tidak dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki keasaman
rendah. Fungsi kedua yaitu dalam penetapan kandungan asam dari larutan secara
iodometri atau dalam standarisasi larutan asam keras.
5.3. Hasil Praktikum
5.3.1. Hasil Praktikum Kelompok 2 ( Garam Kapal ).
Hasil praktikum kelompok 2 garam beriodium yang digunakan, yaitu garam
kapal. Garam kapal tersebut diuji untuk mengetahui kadar iodium pada garam
tersebut. Yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin. Tiroksin adalah hormon
yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol pertumbuhan, membantu
proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama seseorang bertahan untuk
hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.

Hasil dari kadar I (kalium iodidat ) atau iodium pada garam kapal adalah
51,2 ppm yang telah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan volume 12,3 ml.
Maksud dari tujuan titrasi tersebut, yaitu untuk melakukan proses pengukuran
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain
dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna atau dengan kata lain
untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen.
Sedangkan larutan Na2S2O3 merupakan suatu senyawa yang mudah sekali
teroksidasi, dimana iodium dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua
penentuan senyawa secara iodometri didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat
dengan iodium. Pada titrasi iodium dengan tiosulfat, iodium bertindak sebagai
oksidator atau titran.

Dari hasil tersebut garam kapal sesuai dengan literatur persyaratan


kandungan iodium pada garam . Pada literatur yang berdasarkan SNI No. 01-3556
tahun 1994 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995
tentang proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, iodium yang
ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80
ppm). Sehingga garam tersebut dapat memenuhi kebutuhan iodium manusia dan
untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium, yaitu pada anak
dan remaja untuk mencegah penyakit gondok. Sedangkan pada orang dewasa untuk
mencegah terjadinya penyakit hipotiroidisme,gondok, keadaan lemas dn cepat
lelah.

5.3.2. Kelompok 1 ( Garam Retina )


Hasil praktikum kelompok 1 garam beriodium yang digunakan, yaitu garam
retina . Garam retina tersebut diuji untuk mengetahui banyaknya kadar iodium pada
garam tersebut. Yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin. Tiroksin adalah
hormon yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol pertumbuhan,
membantu proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama seseorang
bertahan untuk hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.

Hasil dari kadar I (kalium iodidat ) atau iodium pada garam retina adalah 32
ppm yang telah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan volume 7,6 ml. Maksud
dari tujuan titrasi tersebut, yaitu untuk melakukan proses pengukuran volume
larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain dan
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna atau dengan kata lain untuk
mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen.
Sedangkan larutan Na2S2O3 merupakan suatu senyawa yang mudah sekali
teroksidasi, dimana iodium dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua
penentuan senyawa secara iodometri didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat
dengan iodium. Pada titrasi iodium dengan tiosulfat, iodium bertindak sebagai
oksidator atau titran.

Dari hasil tersebut garam retina sesuai dengan literatur persyaratan


kandungan iodium pada garam . Pada literatur yang berdasarkan SNI No. 01-3556
tahun 1994 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995
tentang proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, iodium yang
ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80
ppm). Sehingga garam tersebut dapat memenuhi kebutuhan iodium manusia dan
untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium, yaitu pada anak
dan remaja untuk mencegah penyakit gondok. Sedangkan pada orang dewasa untuk
mencegah terjadinya penyakit hipotiroidisme,gondok, keadaan lemas dn cepat
lelah.
5.3.3. Kelompok 3 (Garam Indomaret ).
Hasil praktikum kelompok 3 garam beriodium yang digunakan, yaitu garam
indomaret . Garam indomaret tersebut diuji untuk mengetahui banyaknya kadar
iodium pada garam tersebut. Yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin.
Tiroksin adalah hormon yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol
pertumbuhan, membantu proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama
seseorang bertahan untuk hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.

Hasil dari kadar I (kalium iodidat ) atau iodium pada garam indomaret
adalah 45,73 ppm yang telah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan volume 11,2
ml. Maksud dari tujuan titrasi tersebut, yaitu untuk melakukan proses pengukuran
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain
dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna atau dengan kata lain
untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen.
Sedangkan larutan Na2S2O3 merupakan suatu senyawa yang mudah sekali
teroksidasi, dimana iodium dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua
penentuan senyawa secara iodometri didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat
dengan iodium. Pada titrasi iodium dengan tiosulfat, iodium bertindak sebagai
oksidator atau titran.

Dari hasil tersebut garam indomaret sesuai dengan literatur persyaratan


kandungan iodium pada garam . Pada literatur yang berdasarkan SNI No. 01-3556
tahun 1994 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995
tentang proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, iodium yang
ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80
ppm). Sehingga garam tersebut dapat memenuhi kebutuhan iodium manusia dan
untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium, yaitu pada anak
dan remaja untuk mencegah penyakit gondok. Sedangkan pada orang dewasa untuk
mencegah terjadinya penyakit hipotiroidisme,gondok, keadaan lemas dn cepat lelah
5.3.4. Kelompok 4 ( Garam Ibu Bijak )

Hasil praktikum kelompok 4 garam beriodium yang digunakan, yaitu garam


ibu bijak . Garam ibu bijak tersebut diuji untuk mengetahui banyaknya kadar
iodium pada garam tersebut. Yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin.
Tiroksin adalah hormon yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol
pertumbuhan, membantu proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama
seseorang bertahan untuk hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.

Hasil dari kadar I (kalium iodidat ) atau iodium pada garam ibu bijak adalah
50,8 ppm yang telah dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan volume 12 ml.
Maksud dari tujuan titrasi tersebut, yaitu untuk melakukan proses pengukuran
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain
dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna atau dengan kata lain
untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen.
Sedangkan larutan Na2S2O3 merupakan suatu senyawa yang mudah sekali
teroksidasi, dimana iodium dapat mengoksidasinya menjadi tetrationat. Semua
penentuan senyawa secara iodometri didasarkan atas reaksi natrium tiosulfat
dengan iodium. Pada titrasi iodium dengan tiosulfat, iodium bertindak sebagai
oksidator atau titran.

Dari hasil tersebut garam ibu bijak sesuai dengan literatur persyaratan
kandungan iodium pada garam . Pada literatur yang berdasarkan SNI No. 01-3556
tahun 1994 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77/1995
tentang proses, pengepakan dan pelabelan garam beriodium, iodium yang
ditambahkan dalam garam adalah sebanyak 30-80 mg KIO3/ kg garam (30-80
ppm). Sehingga garam tersebut dapat memenuhi kebutuhan iodium manusia dan
untuk mencegah terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium, yaitu pada anak
dan remaja untuk mencegah penyakit gondok. Sedangkan pada orang dewasa untuk
mencegah terjadinya penyakit hipotiroidisme,gondok, keadaan lemas dn cepat
lelah.

Anda mungkin juga menyukai