Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 12 No 1 Agustus 2014

Hubungan tingkat pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan dekubitus


terhadap kejadian dekubitus pada pasien bedrest total di RS Dr. Soekardjo
Tasikmalaya Kota Tasikmalaya”.

Wawan Rismawan, S.Kep., Ns., M.Sc.

Abstrak

Hasil penelitian menunjukkan insidens decubitus di Indonesia sebesar 33.3%, angka ini sangat tinggi
bila dibandingkan dengan insidens decubitus di ASEAN yang hanya berkisar 2.1-31.3%. Jenis
penelitian yang sedang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik Asosiatif dengan desain
penelitian crosssectional. Maka dari itu penelitian ini mengambil populasi pada pasien bedrest total di
RS Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada penyakit typoid, stroke, trauma abdomen, trauma tulang
belakang, post operasi laparatomy dan post operasi craniotomy dengan lama bedrest total selama lebih
dari 3 hari. Penelitian ini menggunakan tekhnik non probability sampling (purposive) yang berarti
yaitu tekhnik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara dan observasi. Instrumen yang akan kita teliti menggunakan pedoman wawancara dan
pedoman observasi. Maka penelitian ini akan menggunakan pengujian instrumen dengan uji validitas
menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi. Penelitian ini akan menggunakan analisis
univariate dan bivariate. Hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan keluarga klien tidak mengerti
pencegahan decubitus 87% dan kejadian decubitus 87,1% dan terdapat hubungan antara pengetahuan
keluarga klien terhadap kejadian decubitus.

PENDAHULUAN sample, clinical setting, dan variable


Insidensi dan pravelensi lainnya (Saldy, 2011)
terjadinya dekubitus di Amerika tergolong Penelitian di Indonesia dilaporkan
masih cukup tinggi dan perlu dari Annas, HA cit Purwaningsih (2000)
mendapatkan perhatian dari kalangan menyebutkan bahwa dari 78 orang pasien
tenaga kesehatan. Hasil penelitian tirah baring yang dirawat di RSUP Dr.
menunjukan bahwa insidensi terjadinya Wahidin Sudirohusodo, Makasar
dekubitus bervariasi, tapi secara umum sebanyak 12 orang (15,8%) mendapatkan
dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditanan dekubitus. Setyajati (2001) juga
perawtan acute care, 15-25% ditatanan melakukan penelitian yang menghitung
perawat jangka panjang atau longterm angka kejadian dekubitus pada pasien
care, dan 7-12% ditatanan perawatan tirah baring di RS Muwardi Surakarta,
rumah/homecare (Mukti, 2002) pada bulan Oktober 2002 angka kejadian
Hasil penelitian menunjukkan dekubitus sebanyak 38,18%. Penelitian
insidens decubitus di Indonesia sebesar tentang angka kejadian dekubitus juga
33.3%, angka ini sangat tinggi bila dilakukan oleh Purwaningasih (2000) di
dibandingkan dengan insidens decubitus Ruang Al, B1, C1, D1 dan ruang B3
di ASEAN yang hanya berkisar 2.1- IRNA I RSUP DR. sardjito pada bulan
31.3%. Namun angka insidens dan Oktober 2001, didapatkan hasil dari 40
prevalensi decubitus masih simpang siur. pasien tirah baring, angka insidens
Hal ini disebabkan perbedaan metodelogi, mencapai 40%. Angka ini relative tinggi

112
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

dan akan semakin meningkatkan jika tidak berfungsi diluar tempat tidur ini sebagai
dilakukan upaya dalam mencegahnya akibat dari berbagai gangguan fungsi
Berdasarkan latar belakang di (gerak, bernafas, pengendalian syaraf). Ini
atas, maka peneliti tertarik untuk sebagai akibat dari penyakit (panas
melakukan penelitian dengan rumusan tinggi), kelemahan ( lumpuh).
“Bagaimana hubungan tingkat Penyebab Bedrest
pengetahuan keluarga klien tentang Berbagai kondisi dapat
pencegahan dekubitus terhadap kejadian menyebabkan terjadinya immobilisasi,
dekubitus pada pasien bedrest total di RS diantaranya gangguan sendi dan tulang,
Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.” penyakit reumatik seperti pengapuran
Penelitian ini bertujuan untuk tulang atau patah tulang akan menghambat
mengetahui hubungan tingkat pergerakan, penyakit saraf, adanya stroke,
pengetahuan keluarga klien tentang penyakit parkinson dan gangguan saraf
kejadian dekubitus terhadap kejadian tepi juga menimbulkan gangguan
dekubitus pada pasien bedrest total di RS pergerakan dan mengakibatkan
Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya immobilisasi, penyakit jantung atau
pernafasan, penyakit jantung atau
TINJAUAN TEORI
pernafasan akan menimbulkan kelelahan
Pengertian Bedrest
dan sesak nafas ketika beraktivitas,
Immobilisasi atau tirah baring
gangguan penglihatan, rasa percaya diri
adalah keadaan dimana seseorang tidak
untuk bergerak akan terganggu bila ada
dapat bergerak secara aktif atau bebas
gangguan penglihatan karena ada
karena kondisi yang mengganggu
kekhawatiran terpeleset, terbentur atau
pergerakan (aktivitas). Imobilisasi secara
tersandung, masa penyembuhan, pasien
fisik, merupakan pembatasan untuk
yang masih lemah setelah menjalani
bergerak secara fisik dengan tujuan
operasi atau penyakit berat tertentu
mencegah terjadinya gangguan komplikasi
memerlukan bantuan untuk berjalan atau
pergerakan
banyak istirahat, tirah baring atau
Tirah baring diartikan sebagai
immobilisasi berkepanjangan dapat
tinggal ditempat tidur untuk jangka waktu
membawa akibat-akibat yang merugikan
yang lama dan diharuskan. Kata "istirahat"
bagi fisik maupun psikologis. konsep
berkenaan dengan hal ini agak kurang
immobilisasi merupakan hal yang relatif,
tepat karena kita selalu berfikiran bahwa
dalam arti tidak saja kehilangan
ini diartikan dengan istirahat malam yang
pergerakan total tetapi juga terjadi
baik. Pada tirah baring sebenarnya bukan
penurunan aktivitas dari normalnya.
sesuatu yang dilakukan dengan
sukarela.Individu tak secara wajar

113
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Dampak Bedrest Bagi Fisik Diperlukan fisioterapi dan mungkin


Dampak dari immobilisasi dalam kaos kaki khusus
tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, 5) Luka tekan
seperti perubahan pada metabolisme Untuk mencegah terjadinya luka
tubuh, ketidakseimbangan cairan dan tekan ini pasien yang mengalami
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan immobilisasi harus diubah-ubah
nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, posisinya (miring kanan-kiri) sekitar
perubahan sistem pernafasan, perubahan setiap dua jam.
kardiovaskular, perubahan sistem Macam Penyakit Yang Diharuskan
muskuloskeletal, perubahan kulit, Bedrest Total
perubahan eliminasi (buang air besar dan 1). Cedera tulang : penyakit rheumatik
kecil). vertigo (pusing tujuh keliling) seperti pengapuran tulang atau patah
Upaya Pencegahan Akibat Bedrest tulang (fraktur) tentu akan
Beberapa upaya dapat dilakukan menghambat pergerakan
pengasuh pasien untuk mencegah 2). Penyakit saraf : stroke, penyakit
timbulnya penyakit akibat immobilisasi. parkinson, paralisis, dan gangguan
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh saraf, tapi juga menimbulkan
perawat adalah sebagai berikut : gangguan pergerakan dan
1) Infeksi saluran kemih mengakibatkan imobilisasi
Pada keadaan tersebut pasien harus 3). Penyakit jantung dan pernafasan, akan
dimotivasi untuk minum cukup menimbulkan kelelahan dan sesak
banyak cairan nafas ketika beraktivitas. Akibatnya
2) Sembelit pasien dengan gangguan pada organ-
Mengkonsumsi makanan tinggi serat organ tersebut akan mengurangi
seperti sayur dan buah, serta minum mobilisasinya. Ia cenderung lebih
cukup dapat membantu mencegah banyak duduk dan berbaring
atau paling tidak mengurangi 4). Gips orthopedik dan bidai
kemungkinan timbulnya masalah 5). Penyakit kritis yang memerlukan
sembelit akibat immobilisasi istirahat
3) Infeksi paru 6). Menetap lama pada posisi gravitasi
Perubahan posisi dan tepuk-tepuk berkurang, seperti saat duduk
dada atau punggung secara teratur atau berbaring
dapat membantu memindahkan 7). Keadaan tanpa bobot diruang hampa,
sputum tersebut sehingga mudah yaitu pergerakan tidak dibatasi,
dikeluarkan namun tanpa melawan gaya
4) Masalah sirkulasi atau aliran darah gravitasi.

114
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Pengertian Dekubitus dari 2-3 jam, maka kulit akan mati, yang
Dekubitus adalah luka pada dimulai pada lapisan kulit paling atas
jaringan kulit yang disebabkan oleh (epidermis). Penyebab dari berkurangnya
tekanan yang berlangsung lama dan terus aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika
menerus (Doh, 1993 dalam Martin, 1997). tekanan menyebabkan terputusnya aliran
Istilah dekubitus diambil dari kata Latin darah, maka kulit yang mengalami
decumbere, yang artinya berbaring.Ini kekurangan oksigen pada mulanya akan
merupakan luka yang terjadi karena tampak merah dan meradang lalu
tekanan atau iritasi kronis. Keadaan ini membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan
terjadi pada kulit punggung pasien yang yang normal akan mengurangi tekanan
selalu terbaring di tempat tidur atau yang sehingga darah akan terus mengalir. Kulit
sulit bangkit dari ranjang perawatan dalam juga memiliki lapisan lemak yang
waktu yang lama. Dekubitus berfungsi sebagai bantalan pelindung
mengakibatkan kerusakan atau kematian terhadap tekanan dari luar.
kulit sampai jaringan di bawah kulit, Risiko tinggi terjadinya ulkus
bahkan menembus otot bahkan sampai dekubitus ditemukan pada :
mengenai tulang. Hal ini disebabkan 1) Orang-orang yang tidak dapat bergerak
adanya penekanan pada suatu bagian (misalnya lumpuh, sangat lemah
tubuh yang berlangsung terus menerus dipasung)
misalnya karena tekanan dari tempat tidur, 2) Orang-orang yang tidak mampu
kursi roda, gips, pembidaian atau benda merasakan nyeri, karena nyeri
keras lainnya sehingga peredaran darah di merupakan suatu tanda yang secara
sekitar daerah itu terhenti, yang normal mendorong seseorang untuk
mengakibatkan kerusakan atau kematian bergerak. Kerusakan saraf (misalnya
kulit dan jaringan sekitarnya. Bagian akibat cedera, stroke, diabetes) dan
tubuh yang sering mengalami ulkus atau koma bisa menyebabkan berkurangnya
luka dekubitus adalah bagian dimana kemampuan untuk merasakan nyeri
terdapat penonjolan tulang, yaitu sikut, 3) Orang-orang yang mengalami
tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, kekurangan gizi (malnutrisi) tidak
punggung dan kepala bagian belakang. memiliki lapisan lemak sebagai
Lokasi yang sering terkena dekubitus pelindung dan kulitnya tidak
adalah daerah tumit, siku, kepala bagian mengalami pemulihan sempurna
belakang, dan daerah sekitar bokong. karena kekurangan zat-zat gizi yang
Penyebab Dekubitus penting
Kulit kaya akan pembuluh darah 4) Gesekan dan kerusakan lainnya pada
yang mengangkut oksigen ke seluruh lapisan kulit paling luar bisa
lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih menyebabkan terbentuknya ulkus. Baju

115
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

yang terlalu besar atau terlalu kecil, 3) Kelembaban


kerutan pada seprei atau sepatu yang Kelembaban yang disebabkan
bergesekan dengan kulit bisa karena inkontinensia dapat
menyebabkan cedera pada kulit. mengakibatkan terjadinya maserasi
Pemaparan oleh kelembaban dalam pada jaringan kulit. Jaringan yang
jangka panjang (karena berkeringat, air mengalami maserasi akan mudah
kemih atau tinja) bisa merusak mengalami erosi. Selain itu
permukaan kulit dan memungkinkan kelembaban juga mengakibatkan
terbentuknya ulkus. kulit mudah terkena pergesekan
Faktor Risiko Dekubitus (friction) dan perobekan jaringan
Faktor risiko terjadinya dekubitus (shear). Inkontinensia alvi lebih
antara lain, yaitu : signifikan dalam perkembangan
1) Mobilitas dan aktivitas luka tekan daripada inkontinensia
Mobilitas adalah kemampuan untuk urin karena adanya bakteri dan
mengubah dan mengontrol posisi enzim pada feses dapat merusak
tubuh sedangkan aktivitas adalah permukaan kulit
kemampuan untuk berpindah. 4) Tenaga yang merobek (shear)
Pasien yang berbaring terus Merupakan kekuatan mekanis yang
menerus di tempat tidur tanpa meregangkan dan merobek
mampu untuk merubah posisi jaringan, pembuluh darah serta
berisiko tinggi untuk terkena luka struktur jaringan yang lebih dalam
tekan. Imobilitas adalah faktor yang yang berdekatan dengan tulang
paling signifikan dalam kejadian yang menonjol.
luka tekan. Penelitian yang Contoh yang paling sering dari
dilakukan Suriadi (2003) di salah tenaga yang merobek ini adalah
satu rumah sakit di Pontianak juga ketika pasien diposisikan dalam
menunjukan bahwa mobilitas posisi semi fowler yang melebihi 30
merupakan faktor yang signifikan derajat. Pada posisi ini pasien bisa
untuk perkembangan luka tekan merosot ke bawah, sehingga
2) Penurunan sensori persepsi mengakibatkan tulangnya bergerak
Pasien dengan penurunan sensori ke bawah namun kulitnya masih
persepsi akan mengalami penurunan tertinggal. Ini dapat mengakibatkan
untuk merasakan sensari nyeri oklusi dari pembuluh darah, serta
akibat tekanan diatas tulang yang kerusakan pada jaringan bagian
menonjol. Bila ini terjadi dalam dalam seperti otot, namun hanya
durasi yang lama, pasien akan menimbulkan sedikit kerusakan
mudah terkena luka tekan pada permukaan kulit

116
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

5) Pergesekan (friction) 8) Tekanan arteriolar yang rendah


Pergesekan terjadi ketika dua Tekanan arteriolar yang rendah
permukaan bergerak dengan arah akan mengurangi toleransi kulit
yang berlawanan. Pergesekan dapat terhadap tekanan sehingga dengan
mengakibatkan abrasi dan merusak aplikasi tekanan yang rendah sudah
permukaan epidermis kulit. mampu mengakibatkan jaringan
Pergesekan bisa terjadi pada saat menjadi iskemia. Studi yang
penggantian sprei pasien yang tidak dilakukan oleh Nancy Bergstrom
berhati-hati (1992) menemukan bahwa tekanan
6) Nutrisi sistolik dan tekanan diastolik yang
Hipoalbuminemia, kehilangan berat rendah berkontribusi pada
badan, dan malnutrisi umumnya perkembangan luka tekan
diidentifikasi sebagai faktor 9) Stress emosional
predisposisi untuk terjadinya luka Depresi dan stress emosional kronik
tekan. Menurut penelitian Guenter misalnya pada pasien psikiatrik juga
(2000) stadium tiga dan empat dari merupakan faktor risiko untuk
luka tekan pada orangtua perkembangan dari luka tekan
berhubungan dengan penurunan 10) Merokok
berat badan, rendahnya kadar Nikotin yang terdapat pada rokok
albumin, dan intake makanan yang dapat menurunkan aliran darah dan
tidak mencukupi memiliki efek toksik terhadap
7) Usia endotelium pembuluh darah.
Pasien yang sudah tua memiliki Menurut hasil penelitian Suriadi
risiko yang tinggi untuk terkena (2002) ada hubungaan yang
luka tekan karena kulit dan jaringan signifikan antara merokok dengan
akan berubah seiring dengan perkembangan terhadap luka tekan
penuaan. Penuaan mengakibatkan 11) Temperatur kulit
kehilangan otot, penurunan kadar Menurut hasil penelitian Sugama
serum albumin, penurunan respon (1992) peningkatan temperatur
inflamatori, penurunan elastisitas merupakan faktor yang signifikan
kulit, serta penurunan kohesi antara dengan risiko terjadinya luka tekan.
epidermis dan dermis. Perubahan Stadium Luka Dekubitus
ini berkombinasi dengan faktor Menurut NPUAP (National
penuaan lain akan membuat kulit Pressure Ulcer Advisory Panel) pada
menjadi berkurang toleransinya gambar 1, luka dekubitus dibagi menjadi
terhadap tekanan, pergesekan, dan empat stadium, yaitu :
tenaga yang merobek Stadium I

117
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Adanya perubahan dari kulit yang Adanya lubang yang dalam serta
dapat diobservasi. Apabila dibandingkan saluran sinus.
dengan kulit yang normal, maka akan Pencegahan Dekubitus
tampak salah satu tanda sebagai berikut : Upaya pencegahan dekubitus
perubahan temperatur kulit (lebih dingin menurut berbagai ahli secara garis besar
atau lebih hangat), perubahan konsistensi meliputi mobilisasi, perawatan kulit,
jaringan (lebih keras atau lunak), penggunaan alat atau sarana dan penataan
perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada lingkungan perawatan serta pendidikan
orang yang berkulit putih, luka mungkin kesehatan (Basta, 1991; Mc. Farland,
kelihatan sebagai kemerahan yang 1993; Bell & Mathew, 1993; Ortwitch,
menetap. Sedangkan pada yang berkulit 1995 dalam Noviaestari, 1997) serta
gelap, luka akan kelihatan sebagai warna pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
merah yang menetap, biru atau ungu yang adekuat (Kozier, 1991)
Stadium II Pencegahan dekubitus dapat
Hilangnya sebagian lapisan kulit dilakukan dengan mengkaji risiko individu
yaitu epidermis atau dermis, atau terhadap kejadian dekubitus atau luka
keduanya. Cirinya adalah lukanya tekan. kajian risiko dapat digunakan untuk
superficial, abrasi, melepuh, atau mengetahui skor risiko, diantara skala
membentuk lubang yang dangkal. yang sering digunakan adalah skala
Jika kulit terluka atau robek maka Norton. Mengidentifikasi kelompok-
akan timbul masalah baru, yaitu kelompok yang berisiko tinggi terhadap
infeksi. Infeksi memperlambat kejadian luka tekan. Orang tua dengan
penyembuhan ulkus yang dangkal usia lebih dari 60 tahun, bayi dan
dan bisa berakibat fatal terhadap neonatal, pasien injury tulang belakang,
ulkus yang lebih dalam pasien dengan bedrest adalah kelompok
Stadium III yang mempunyai risiko tinggi terhadap
Hilangnya lapisan kulit secara kejadian luka tekan, Mengkaji keadaan
lengkap, meliputi kerusakan atau kulit secara teratur, Pengkajian kulit
nekrosis dari jaringn subkutan atau setidaknya sehari sekali, Mengkaji semua
lebih dalam, tapi tidak sampai pada daerah diatas tulang yang menonjol
fascia. Luka terlihat seperti lubang setidaknya sehari sekali, Kulit yang
yang dalam kemerahan dan daerah diatas tulang yang
Stadium IV menonjol seharusnya tidak dipijat karena
Hilangnya lapisan kulit secara pijatan yang keras dapat mengganggu
lengkap dengan kerusakan yang perfusi ke jaringan, Mengkaji status
luas, nekrosis jaringan, kerusakan mobilitas, Untuk pasien yang lemah,
pada otot, tulang atau tendon. lakukanlah perubahan posisi. Ketika

118
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

menggunakan posisi lateral, hindari dengan PH seimbang, Hindari menggosok


tekanan secara langsung pada daerah kulit dengan keras karena dapat
trochanter. Untuk menghindari luka tekan mengakibatkan trauma pada kulit,
di daerah tumit, gunakanlah bantal yang Pembersih perianal yang mengandung anti
diletakkan dibawah kaki bawah. Bantal mikroba topikal dapat digunakan untuk
juga dapat digunakan pada daerah berikut mengurangi jumlah mikroba di daerah
untuk mengurangi kejadian luka tekan kulit perianal, Gunakalah air yang hangat
yaitu di antara lutut kanan dan lutut kiri, atau sabun yang lembut untuk mencegah
diantara mata kaki, dibelakang punggung, kekeringan pada kulit, Berikanlah
dan dibawah kepala, Meminimalkan pelembab pada pasien setelah dimandikan
terjadinya tekanan, Hindari menggunakan untuk mengembalikan kelembaban kulit,
kassa yang berbentuk donat di tumit. Bila pasien menggunakan diaper, pilihlah
Perawat rumah sakit di Indonesia masih diaper yang memiliki daya serap yang
sering menggunakan donat yang dibuat baik, untuk mengurangi kelembapan kulit
dari kasa atau balon untukmencegah luka akibat inkontinensia, Mengkaji status
tekan. Menurut hasil penelitian Sanada nutrisi, Pasien dengan luka tekan biasanya
(1998) ini justru dapat mengakibatkan memiliki serum albumin dan hemoglobin
region yang kontak dengan kasa donat yang lebih rendah bila dibandingkan
menjadi iskemia, Mengkaji dan dengan mereka yang tidak terkena luka
meminimalkan terhadap pergesekan tekan, Mengkaji status nutrisi yang
(friction) dan tenaga yang merobek meliputi berat badan pasien, intake
(shear), Bersihkan dan keringkan kulit makanan, nafsu makan, ada tidaknya
secepat mungkin setelah inkontinensia. masalah dengan pencernaan, gangguan
Kulit yang lembab mengakibatkan pada gigi, riwayat pembedahan atau
mudahnya terjadi pergesaran dan intervensi keperawatan atau medis yang
perobekan jaringan. Pertahankan kepala mempengaruhi intake makanan, Mengkaji
tempat tidur pada posisi 30 atau di bawah dan memonitor luka tekan pada setiap
30 derajat untuk mencegah pasien merosot penggantian balutan luka, Deskripsi dari
yang dapat mengakibatkan terjadinya luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan
perobekan jaringan, Mengkaji (granulasi, nekrotik, eschar), ukuran luka,
inkontinensia, Kelembaban yang eksudat (jumlah, tipe, karakter, bau), serta
disebabkan oleh inkontinensia dapat ada tidaknya infeksi, Stadium dari luka
menyebabkan maserasi. Lakukanlah tekan, Kondisi kulit sekeliling luka, Nyeri
latihan untuk melatih kandung kemih pada luka, Mengkaji faktor yang menunda
(bladder training) pada pasien yang status penyembuhan, Penyembuhan luka
mengalami inkontinesia, Bersihkanlah sering kali gagal karena adanya kondisi-
setiap kali lembab dengan pembersih kondisi seperti malignansi, diabetes, gagal

119
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

jantung, gagal ginjal, pneumonia, 4) Segera bersihkan feses atau urin dari
Medikasi seperti steroid, agen kulit karena bersifat iritatif terhadap
imunosupresif, atau obat anti kanker juga kulit. Cuci dan keringkan daerah
akan mengganggu penyembuhan luka, tersebut dengan segera
Mengevaluasi penyembuhan luka, Luka 5) Laporkan adanya area kemerahan
tekan stadium II seharusnya menunjukan dengan segera
penyembuhan luka dalam waktu 1 sampai 6) Jaga agar kulit tetap bersih dan kering
2 minggu. Pengecilan ukuran luka setelah 7) Jaga agar linen tetap kering, bersih
2 minggu juga dapat digunakan untuk dan bebas dari kerutan atau tidak
memprediksi penyembuhan luka. Bila kusut dan benda keras
kondisi luka memburuk, maka evaluasi 8) Mandikan pasien dan beri perhatian
luka secepat mungkin, Menggunakan khusus pada daerah-daerah yang
parameter untuk penyembuhan luka berisiko mengalami tekanan atau
termasuk dimensi luka, eksudat, dan gesekan
jaringan luka. 9) Masase sekitar daerah kemerahan
Tindakan Keperawatan Dalam dengan menggunakan lotion
Mencegah Dekubitus 10) Beri sedikit bedak tabur yang
Tindakan keperawatan yang dapat mengandung calamine, zinc, camphor
dilakukan adalah: yang bermanfaat untuk mencegah
1) Rubah posisi pasien sedikitnya 2 jam kerusakan kulit akibat garukan karena
sekali. Ketika merubah hindari gatal
pergesekan seperti menggeser pasien 11) Lakukan latihan ROM minimal 2 kali
dengan linen atau alat-alat lain sehari untuk mencegah kontraktur
2) Anjurkan pasien untuk duduk di kursi 12) Periksa kesesuaian dan penggunaan
roda setiap 10 menit untuk penahan atau restrein
mengurangi tekanan. Bila penderita 13) Periksa selang NGT dan kateter
dapat duduk, dapat didudukkan di untuk memastikan bahwa selang
kursi. Gunakan bantalan untuk tersebut tidak pada posisi yang dapat
penyangga ke 2 kaki dan bantal- menyebabkan iritasi
bantal kecil untuk menahan tubuh 14) Gunakan kasur busa, kasur kulit, atau
penderita. Bila memungkinkan ganti kasur perubah tekanan. Jika pasien
posisi tidur penderita setiap hari harus menjalani tirah baring dalam
dengan cara mengganjalnya dengan waktu yang lama, bisa digunakan
bantal atau bantalan busa kasur khusus, yaitu kasur yang diisi
3) Anjurkan masukan nutrisi yang tepat dengan air atau udara.
dan cairan yang adekuat

120
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Metodologi Penelitian probabilitas yang tidak sama (Hidayat,


Jenis penelitian yang sedang 2007). Penelitian ini menggunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik non probability sampling yang
Analitik Asosiatif dengan desain berarti yaitu tekhnik penentuan sample
penelitian observatif, Populasi adalah dengan pertimbangan tertentu. Tekhnik ini
universum. Universum itu dapat berupa bisa diartikan sebagai suatu proses
orang, benda, gejala, atau wilayah yang pengambilan sampel dengan menentukan
ingin diketahui oleh peneliti. Populasi terlebih dahulu jumlah sample yang
dapat dibedakan menjadi dua kategori, hendak diambil, kemudian pengambilan
yaitu populasi target (target population) sample dilakukan dengan berdasarkan
dan populasi survei (survey population) tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak
(Danmin, 2003). Maka dari itu penelitian menyimpang dari ciri-ciri sample yang
ini mengambil populasi pada pasien ditetapkan. Teknik pengumpulan data
bedrest total di RSUD Kota Tasikmalaya terdiri dari wawancara, observasi, angket
pada penyakit typoid, stroke, trauma atau kuesioner, study dokumenter,
abdomen, hepatitis, diabetes mellitus, otobiografi, sosiometri (Susanto, 2008).
osteomelitis, gastrointestinal, trauma Penelitian yang kami rencanakan
tulang belakang, post operasi laparatomy menggunakan teknik pengumpulan data
dan post operasi craniotomy dengan lama wawancara dan observasi. Instrumen yang
bedrest total selama lebih dari 3 hari. akan digunakan dalam peneltian ini yang
Sampel merupakan bagian populasi yang kita teliti akan menggunakan pedoman
akan diteliti atau sebagian jumlah dari wawancara dan pedoman observasi,
karakteristik yang dimiliki oleh populasi Wawancara terdiri dari 10 pertanyaan
(Hidayat, 2007). Maka dari itu penelitian yang dapat mengukur tingkat pengetahuan
ini mengambil pada pasien bedrest total di yaitu : Tidak Mengerti bila jumlah skor
RSUD Kota Tasikmalaya pada penyakit 24-30 poin, kurang mengerti adalah umlah
typoid, stroke, trauma abdomen, hepatitis, skor 17-23 poin, mengerti adalah jumlah
diabetes mellitus, osteomelitis, skor 10-16 poin. Untuk Observasi terdiri
gastrointestinal, trauma tulang belakang, dari beberapa stadium yaitu : Stadium I
post operasi laparatomy dan post operasi artinya ulserasi terbatas pada epidermis
craniotomy dengan lama bedrest total dan dermis dengan eritema pada kulit.
selama lebih dari 3 hari. Penarikan sampel Penderita dengan sensibilitas baik akan
non probability sampling adalah tekhnik mengeluh nyeri, stadium ini biasanya
pengambilan sampel dengan tidak reversible dan dapat sembuh dalam 5-10
memberikan peluang yang sama dan hari, Stadium II artinya ulserasi mengenai
setiap anggota populasi, yang bertujuan dermis, epidermis dan meluas ke jaringan
tidak untuk generalisasi yang berasas pada adiposa terlihat eritema dan indurasi.

121
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Stadium ini dapat sembuh dalam 10-15 Penelitian ini menggunakan analisis
hari, Stadium III artinya uerasi meluas univariate dan bivariate.
sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot
HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah mulai terganggu dengan adanya
Analisis Univariat
edema dan inflamasi, infeksi akan hilang
Berdasarkan hasil penelitian yang
struktur fibril. Biasanya sembuh dalam 3-8
dilakukan terhadap Pasien di RS tentang
minggu, Stadium IV artinya ulserasi dan
hubungan tingkat pengetahuan keluarga
nekrosis meluas mengenai fasia, otot serta
klien tentang pencegahan dekubitus
sendi. Dapat sembuh dalam 3-6 bulan. Uji
terhadap kejadian dekubitus pada pasien
instrumen terdiri dari uji validitas dan uji
bedrest total di RSUD Kota Tasikmalaya
reabilitas. Analisis data merupakan bagian
adalah sebagai berikut :
yang sangat penting untuk mencapai
Gambaran Pengetahuan Keluarga Klien
tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab
tentang Pencegahan Dekubitus di RSUD
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2014
mengungkap fenomena (Nursalam, 2008)

Table 4.1
Distribusi frekuensi pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan decubitus
di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2014
Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentasi

Tidak mengerti 27 87%


Kurang mengerti 4 23%
Mengerti 0 0%
Jumlah 31 100%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa (87%) dan tidak ada yang mengerti
distribusi frekuensi responden tentang tentang decubitus.
tingkat pengetahuan keluarga klien
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan
tentang pencegahan decubitus sebagian
keluarga klien tentang kejadian dekubitus
besar tidak mengerti sebanyak 77 orang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Table 4.2
Gambaran Pengetahuan Keluarga Klien tentang Kejadian Decubitus
Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Kejadian Dekubitus
Tingkat pengetahuan
Tidak ada Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV
Mengerti 0 0 0 0 0
Kurang mengerti 2 2 0 0 0
Tidak mengerti 9 15 1 1 1

122
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Pada tabel di atas menunjukkan Untuk mengetahui hubungan


bahwa distribusi frekuensi responden tingkat pengetahuan keluarga klien
tentang pengetahuan keluarga klien tentang pencegahan dekubitus terhadap
tentang kejadian dekubitus sebagian kejadian dekubitus pada pasien bedrest
besar tidak mengerti 27 orang (87,1%), total di RSUD Kota Tasikmalaya dengan
kurang mengerti 4 orang (12, 9%) dan melakukan pendekatan tabulasi silang
yang tidak mengerti sama sekali tidak ada. dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3.
Tabulasi silang antara Pengetahuan Keluarga Klien tentang Pencegahan Dekubitus
terhadap Kejadian Dekubitus di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014
Kejadian Dekubitus

Pencegahan Stadi Stadi


Tidak Stadi Stadi Total
Dekubitus um um
Ada um I um II
III IV

Tidak Mengerti 9 15 1 1 1 27 87,1%


Kurang Mengerti 2 2 0 0 0 4 12,9%
Mengerti 0 0 0 0 0 0 0%
11 17 1 1 1 31 100%
 value = 0,045 2 = 4,020  = 0,05

Pada tabel 4.3 diketahui bahwa keluarga klien tentang pencegahan


jika pengetahuan keluarga klien tentang dekubitus terhadap kejadian dekubitus
pencegahan decubitus tidak mengerti pada pasien bedrest total di RSUD Kota
maka akan terdapat kejadian decubitus Tasikmalaya Tahun 2014.”.
pada keluarga tersebut 87,1%, jika
pengetahuan keluarga klien kurang Pembahasan
mengerti tentang pencegahan decubitus 1. Gambaran pengetahuan keluarga
maka akan terdapat kejadian decubitus klien tentang pencegahan decubitus
sebanyak 12,9%, dan jika pengetahuan di RSUD Kota Tasikmalaya Tahun
keluarga klien tentang pencegahan 2014.
decubitus telah mengeti maka kejadian Hasil penelitian menunjukkan
decubitus 0%. bahwa sebagian besar tidak
Dari hasil perhitungan dengan mengerti tentang pencegahan
menggunakan chi square diperoleh bahwa decubitus sebanyak 27 orang (87%).
value sebesar (0,045) lebih kecil Hasil temuan dari penelitian
dibandingkan dengan nilai alpha (), yaitu bahwa kejadian decubitus salah
0,045 < 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha satunya terjadi karena faktor
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidaktahuan keluarga klien
terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang pencegahan decubitus.

123
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Untuk mencegah terjadinya luka besar meliputi mobilisasi,


tekan ini pasien yang mengalami perawatan kulit, penggunaan alat
immobilisasi harus diubah-ubah atau sarana dan penataan
posisinya (miring kanan-kiri) lingkungan perawatan serta
sekitar setiap dua jam. pendidikan kesehatan (Basta, 1991;
Menurut Doh (1993) dalam Mc. Farland, 1993; Bell & Mathew,
Martin (1997) jika aliran darah 1993; Ortwitch, 1995 dalam
terputus lebih dari 2-3 jam, maka Noviaestari, 1997) serta pemenuhan
kulit akan mati, yang dimulai pada kebutuhan cairan dan nutrisi yang
lapisan kulit paling atas (epidermis). adekuat (Kozier, 1991)
Penyebab dari berkurangnya aliran Uraian di atas menjelaskan
darah ke kulit adalah tekanan. Jika bahwa jika klien ataupun keluarga
tekanan menyebabkan terputusnya klien yang tidak mengetahui
aliran darah, maka kulit yang pencegahan decubitus maka tidak
mengalami kekurangan oksigen akan melakukan tindakan
pada mulanya akan tampak merah pencegahan decubitus tersebut
dan meradang lalu membentuk luka sehingga besar kemungkinan akan
terbuka (ulkus). Gerakan yang menyebabkan decubitus.
normal akan mengurangi tekanan 2. Gambaran Pengetahuan Klien
sehingga darah akan terus mengalir. tentang Kejadian Dekubitus di
Kulit juga memiliki lapisan lemak RSUD Dr. Soekardjo Kota
yang berfungsi sebagai bantalan Tasikmalaya
pelindung terhadap tekanan dari Hasil penelitian menunjukkan
luar. bahwa distribusi frekuensi
Menurut Notoatmodjo tahun gambaran pengetahuan klien
1993 untuk merubah perilaku tentang kejadian dekubitus di
seseorang seperti harapan klien RSUD dr. soekardjo Kota
ataupun keluarga klien agar Tasikmalaya yaitu menunjukan
melakukan pencegahan decubitus bahwa keluag klien yang tidak
maka seseorang tersebut harus mengerti jenis kejadian decubitus
melangkahi 3 tahapan dari 6 sebanyak 27 orang (87,1%).
tahapan proses pengetahuan yaitu Hasil temuan dilapangan
seseorang harus mengetahui tentang menjelaskan bahwa keluarga klien
decubitus, memahami permasalahan tidak mengetahui tentang kejadian
decubitus dan mengaplikasikannya. decubitus, dari ciri-ciri sampai
Upaya pencegahan dekubitus masuk kepada stadium decubitus.
menurut berbagai ahli secara garis

124
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

Menurut Notoatmodjo (2002) Hasil temuan dilapangan


pengetahuan dapat diperoleh didapat bahwa dengan
melalui beberapa faktor yang dapat ditemukannya kenyataan banyak
digolongkan menjadi dua bagian keluarga tidak mengetahui
yaitu cara tradisional dan cara pencegahan dan kejadian decubitus
modern, tidak hanya perawat yang tentunya akan mengakibatkan
harus tahu tentang kejadian peningkatan kasus decubitus.
decubitus tetapi klien dan keluarga Sejalan dengan ini bahwa
klien pun harus mengetahuinya dengan pemberian pengetahuan
sehingga dapat melakukan deteksi mengenai penyakit yang dialami
dini kejadian decubitus. atau yang akan terjadi sangatlah
Menurut Nursalam (2008) penting sehingga klien ataupun
kejadian yang dapat ditimbulkan keluarga klien akan melakukan
dari imobilisasi mempunyai ciri-ciri tindakan sesuai harapan perawat.
nyeri, Kelemahan otot, Atropi Otot, Dalam penelitian ini
Kerusakan jaringan kulit dijelaskan bahwa perilaku
(dekubitus) dan gangguan nutrisi. seseorang dapat dipengaruhi oleh
Hubungan tingkat pengetahuan terhadap suatu
pengetahuan keluarga klien tentang stimulus atau objek. Tingkat
pencegahan dekubitus terhadap pengetahuan seseorang cenderung
kejadian dekubitus pada pasien berpengaruh positif terhadap sikap
bedrest total di RSUD Kota dan perilaku yang sesuai. Perilaku
Tasikmalaya.” mungkin tidak dapat berubah secara
Hasil perhitungan terhadap langsung sebagai respons terhadap
penelitian dengan menggunakan chi pengetahuan tapi efek kumulatif
square diperoleh bahwa value dari peningkatan kesadaran (Depkes
sebesar (0,045) lebih kecil RI, 2001).
dibandingkan dengan nilai alpha Pengetahuan merupakan
(), yaitu 0,045 < 0,05. Maka Ho domain yang sangat penting untuk
ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat terbentuknya tindakan seseorang.
disimpulkan bahwa terdapat Namun tingkat pengetahuan yang
hubungan tingkat pengetahuan baik belum tentu diikuti oleh sikap
keluarga klien tentang pencegahan dan perilaku yang baik. Karena
dekubitus terhadap kejadian menurut Notoatmodjo (2003)
dekubitus pada pasien bedrest total sebelum orang mengadopsi perilaku
di RSUD Kota Tasikmalaya.” baru di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan

125
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

sehingga terbentuk suatu perilaku Diharapkan dapat mengevaluasi


baru yaitu dalam mencegah semua kegiatan yang telah
kejadian decubitus. dilakukan, membuat kebijakan
untuk perbaikan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
berkesinambungan dan
Kesimpulan
melibatkan peran serta semua unit
Hasil penelitian yang telah dilakukan
di RSU untuk melakukan
dapat disimpulkan bahwa Gambaran
pelayanan paripurna.
pengetahuan keluarga klien tentang
3. Peneliti
pencegahan decubitus di RSUD Kota
Diharapkan dapat meneliti lebih
Tasikmalaya Tahun 2014 menunjukkan
lanjut mengenai upaya
bahwa sebagian besar tidak mengerti
peningkatan kesehatan klien dan
tentang pencegahan decubitus sebanyak
upaya pencegahan kejadian
27 orang (87%), Gambaran Pengetahuan
penyakit lainnya selama
Klien tentang Kejadian Dekubitus di
perawatan.
RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
meningkatkan pengetahuan dan
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
keterampilan bidan.
gambaran pengetahuan klien tentang
kejadian dekubitus di RSUD dr. soekardjo DAFTAR PUSTAKA
Kota Tasikmalaya yaitu menunjukan Denim.2003.sejarah dan metodologi riset
bahwa keluag klien yang tidak mengerti keperawatan, Jakarta, EGC
jenis kejadian decubitus sebanyak 27 Nursalam. 2003 konsep dan penerapan
orang (87,1%) dan terdapat hubungan metodologi penelitian
tingkat pengetahuan keluarga klien keperawatan. salemba Jakarta
tentang pencegahan dekubitus terhadap Notoatmodjo. 1997 prinsip-prinsip ilmu
kejadian dekubitus pada pasien bedrest kesehatan masyarakat. rineka
total di RSUD Kota Tasikmalaya.” cipta Jakarta
Saran Arikunto. 2002. prosedur penelitian suatu
1. Bagi Perawat Ruangan pendekatan praktek edisi 5. rineka
Diharapkan melakukan asuhan cipta Jakarta
keperawatan yang komprehensif Nursalam. 2008 konsep dan penerapan
mencakup bio-psiko-sosio- metodologi penelitian ilmu
spiritual melalui upaya preventif, keperawatan. Salemba medika.
promotif, kuratif dan maret 2008. edisi 2
rehabilitative. Jurnal universitas Indonesia. 2010
2. Bagi Rumah Sakit pengaruh posisi miring 30 derajat
terhadap kejadian luka tekan

126
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 12 No 1 Agustus 2014

grade 1(non blanchabe erythema) Jurnal kesmadaska. 2010 hubungan


pada pasien stroke di siloam tingkat pengetahuan dan sikap
hospitalis. fakultas ilmu dengan perilaku perawat dalam
keperawatan program pasca upaya pencegahan dekubitus di
sarjana ilmu keperawatan rumah sakit cakra husada klaten
peminatan keperawatan medikal volume 1.
bedah. Depok

127

Anda mungkin juga menyukai