A. Konsep medis
1. Definisi
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat
b. Pre-eklampsi berat:
4) Keluhan subjektif :
a) Nyeri di epigastrium
b) Gangguan penglihatan
c) Nyeri kepala
5) Pemeriksaan :
3. ETIOLOGI
multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid
peningkatan usia) dan dengan interval antar kehamilan (1,5 per 5 tahun
ratio) adalah sebesar 2,2. Sedangkan bagi mereka yang satu ibu lain ayah
OR-nya sebesar 1,6. Bagi mereka yang satu ayah lain ibu OR-nya adalah
1,8. Sementara itu hasil studi lain menunjukkan bahwa riwayat keluarga
3) Gangguan thrombofilik
4. Patofisiologi
tekanan darah.
Teori vasospasme dan respons vasopresor yang meningkat
meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi
darah. Bila ini dijumpai adalah sebagai tanda pre-eklampsi berat. Pada
dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi
pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam
organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini
5. Manifestasi klinis
abnormal )
7) Nyeri epigastriuma.
6. Komplikasi
a. Solusio plasenta
dinding rahim.
b. Hemolisis
penderita eklampsia.
Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi.
d. Edema paru
dengan enzim.
f. Prematuritas
terjadinya DIC
7. Pemeriksaan penunjang
Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif
diagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita yang
preeklampsia superimpose.
a. Laboratorium :
yang terdiri dari pemeriksaan kadar enzim hati, hitung trombosit, kadar
juga pemeriksaan kadar albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta
waktu perdarahan dan pembekuan. Semua pemeriksaan ini harus
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
dapat di berikan:
meningkatkan diuresis.
2) Klopromazin 50 mg intramuskulus.
3) Diazepam 20 mg intramuskulus
ml, max. 120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak
1) Anti hipertensi
a) Tekanan darah sistolis > 180 mmHg, diastolis > 110 mmHg.
plasenta.
umumnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
kondisi janin
b) Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
2) Diet biasa
sekali sehari.
dipulangkan :
preeklampsia berat.
aterm.
furosemid.
5) Pemberian antihipertensi
DOENGOES )
1. pengkajian keperawatan :
2000):
Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau
> 35 tahun
eklampsia sebelumnya
maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
menghadapi resikonya
Data Obyektif :
distress
5) Pemeriksaan penunjang ;
mg/100 ml
Intervensi :
timbul
R/ Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
Intervensi :
medikamentosa
hati
c. Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
Intervensi :
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
otak
kontraksi uteru
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
keadaan/kesejahteraan janin
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito- Moyet,Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, et al. 2010. Kapita selekta kedokteran, jilid I. edisi ketiga. Jakarta
: Media Aesculapius FKUI.
Mochtar, MPH. Prof. Dr. Rustam. 2011. Synopsis Obstetri. Jilid I. edisi kedua
EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Vol.2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Pengkajian Kegawatdaruratan
II S:-
O:
a. Trombositopenia (PLT 56 103/mm3)
b. HGB : 12.1 g/dl
Windawati
c. HCT : 34%
d. Tanda-tanda vital :
TD : 177/90 mmHg, nadi : 89 kali/menit, suhu : 36,5oC dan
pernapasan : 24 kali/menit
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran composmentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/Implementasi : -
4. Evaluasi : -
E. Exposure
1. Penilaian Hipotermia/hipertermia
Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu : 36,7oC
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/Implementasi : -
4. Evaluasi : -
TRAUMA SCORE
A. Frekuensi pernapasan
10 -25 4
25 -35 3
> 35 2
< 10 1
0 0
B. Usaha napas
Normal 1
Dangkal 0
C. Tekanan darah
> 89mmHg 4
70 -89 3
50 -69 2
1- 49 1
0 0
D. Pengisian kapiler
< 2 dtk 2
> 2 dtk 1
0 0
E. Glasgow Coma Score (GCS)
14 -15 5
11- 13 4
8 – 10 3
5- 7 2
3- 4 1
Total trauma score : 16
REAKSI PUPIL
Kanan Ukuran (mm) Kiri Ukuran
(mm)
Cepat 2,5 mm 2,5 mm
Kontriksi - -
Lambat - -
Dilatasi - -
Tak bereaksi - -
PENILAIAN NYERI :
Pasien mengeluh nyeri ulu hati yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu, nyeri yang
dirasakan hilang timbul sekitar 1-3 menit dengan skala 5 (sedang) dengan
menggunakan metode NRS.
Jenis nyeri : Akut
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
a. Kulit kepala :
1) Inspeksi : Rambut berwarna hitam, kulit kepala tampak bersih, dan
tidak ada ketombe.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
b. Mata
1) Inspeksi : Tidak ada perdarahan subkujungtiva, konjungtiva tidak
anemis, skelera tampak jernih, tidak ada cedera pada
kornea, dan pupil isokor.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
c. Telinga
1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
1) Inspeksi : Tampak bersih, posisi septum berada ditengah, tidak ada
benjolan pada hidung, dan tidak terdapat rinorhea.
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa
e. Mulut dan gigi
Inspeksi : Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak putih, jumlah
gigi 33 dan tidak terdapat stomatitis.
f. Wajah
Inspeksi : Wajah tampak meringis.
2. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.
3. Dada/thoraks
a. Paru-paru ;
1) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru, menggunakan otot
bantu pernapasan dada, frekuensi napas : 26 x/menit.
2) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi :Terdengar bunyi sonor.
4) Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan ada suara napas
tambahan wheezing.
b. Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri, batas kanan
linea paasteral kanan, batas kiri linea mid clavicularis
kiri, batas bawah intercostals 6 kiri
3) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising tidak ada.
4. Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk bulat, warna kulit sawo matang, Nampak adanya
striae dan nampak ada bekas luka operasi SC.
b. Auskultasi : peristaltic usus 12 kali/menit
c. Palpasi : Kandung kemih tidak teraba, TFU 1 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus : 3 kali dalam 10 menit, durasi 35-40 detik.
d. Perkusi : -
5. Genitalia
a. Inspeksi : Terpasang cateter.
b. Palpasi :Tidak dikaji.
6. Ekstremitas
a. Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas atas dan bawah >2
detik. Terpasang infus pada ektermitas kanan atas dengan cairan RL 28
tetes/menit.
b. Keadaan injury : Tidak ada
7. Neurologis
Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa sentuhan
ringan pada anggota tubuh.
Fungsi Motorik : Pasien dapat mengangkat kedua kakinya dan tangannya
dan mampu menahan dorongan. Kekuatan otot
5 5
5 5
E. HASIL LABORATORIUM :
1. Kimia Darah Tanggal, 31-08-2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 122 140 mg/dl
Fungsi ginjal
Ureum 113 10-50 mg/dl
Kreatinin 4.72 P(<1.3 L(<1.1) mg/dl
Fungsi hati 3.5-5.0
LDH 1023 210-425 U/l
SGOT 138 <38 U/l
SGPT 97 <41 U/l
Elektrolit
Natrium 140 136-145 mmol/l
Kimia lain
Asam urat 11.9 P(2.4-5.7); L(3.4-7.0) mg/dl
3 Resiko ketidakefektifan perfusi NOC : Manajemen asam basa Manajemen asam basa
ginjal Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau tanda-tanda vital Aktifitas keperawatan:
Ditandai dengan factor resiko : 1x24 jam diharapkan pasien akan : 2. Observasi status hidrasi 1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Nampak ada edema perifer a. Menunjukkan perfusi jaringan : ginjal (lkelembaban membrane mukosa). Hasil :
ektermitas bawah meningkat, yang dibuktikan dengan 3. Monitor hasil pemeriksaan Tekanan darah : 177/97 mmHg
b. Pengisian kapiler >2 detik indicator sebagai berikut (4-5: sedikit laboratorium (HCT, uruem Nadi : 99 kali/menit
(memanjang) terganggu – tidak terganggu). kreatinin dan SGOT SPT) Pernapasan : 24 kali/menit
c. Hipertensi (TD : 180/100 b. Menunjukkan keseimbangan elektrolit 4. Observasi tanda-tanda cairan Suhu : 36,3oC
mmHg) dan asam basa, yang dibuktikan berlebih/retensi. 2. Mengobservasi kelembaban membrane mukosa.
d. Terjadi peningkatan ureum dengan indicator sebagai berikut (4-5: 5. Kolaborasi pemberian cairan dan Hasil : Membran mukosa pasien lembab
kreatinin (113 mg/dl, 4.72 sedikit terganggu – tidak terganggu. elektrolit 3. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
mg/dl) Kriteria hasil : (HCT, uruem kreatinin dan SGOT SPT)
e. Peningkatan SGOT dan SGPT a. Tekanan darah sistol dan diastol dalam Hasil :
(138 U/l dan 97 U/l) batas normal (120/80 mmHg) a. Ureum kreatinin (113 mg/dl, 4.72 mg/dl)
f. Peningkatan asam urat (11.9 b. Tidak ada edema pada perifer b. SGOT dan SGPT (138 U/l dan 97 U/l)
mg/dl) c. Ureum dan kreatinin serum dalam batas c. Asam urat (11.9 mg/dl)
g. Peningkatan LDH (LDH : 1023 normal 10-50 dan <1.3 mg/dl) d. LDH : 1023 U/l
U/l) d. Tidak tejadi sepsi dan fungsi hati e. HCT : 34 %
h. HCT : 34 % SGOT dan SGPT dalam batas normal 4. Mengobservasi tanda-tanda cairan berlebih
(<38 dan <41 U/l) Hasil : Kaki pasien Nampak bengkak/oedema
e. Nilai LDH dalam darah dalam batas derajat I, pengisian kapiler >2 detik
normal (210-425 U/l) (memanjang)
f. Hematoktit dalam batas normal 5. Pemberian cairan dan elektrolit
(37-48%) Hasil : telah didrips maintenance magnesium
sulfat 40% gram dalam 500 cc ringer laktat 28
tetes/menit
4 Resiko perdarahan NOC : Pencegahan perdarahan Pencegahan perdarahan
Ditandai dengan faktor resiko : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi yang dilakukan : Aktivitas keperawatan :
a. Trombositopenia (PLT 56 1x24 jam diharapkan tidak terjadi resiko 1. Monitor kemungkinan terjadinya 1. Memonitor terjadinya perdarahan pada pasien
3 3
10 /mm ) dan pasien akan : perdarahan pada pasien Hasil : Tidak ada perdarahan pervagina.
b. HGB : 12.1 g/dl Menunjukkan pembekuan darah meningkat, 2. Pantau gejala dan tanda timbulnya Sedangkan pada saat dilakukan pembedahan
c. HCT : 34% yang dibuktikan dengan indicator sebagai perdarahan yang berkelanjutan perdarahan 200 cc. Pasien nampak pucat
d. Komplikasi kehamilan berikut (4-5: sedikit terganggu – tidak 3. Pantau factor koagulasi, termasuk 2. Memantau gejala dan tanda timbulnya
(preeklamsia) terganggu). kadar platelet dalam darah) perdarahan yang berkelanjutan
Kriteria hasil : 4. Pantau tanda-tanda vital Hasil : Tidak terjadi perdarahan berkelanjuran
a. Tekanan darah dalam batas norlam 5. Kolaborasi pemberian produk darah 3. Memantau tanda-tanda vital
b. Hemoglobin dan hematocrit dalam batas (platelet). Hasil :
normal (13.0-16.0 gr/dl dan 37-48%. TD : 177/90 mmHg
c. Tidak ada perdarahan pervagina Nadi : 89 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 24 kali/menit
4. Mengobservasi pemberian produk darah
(platelet).
Hasil : Telah diberikan produk darah (trombosit)
sebanyak 150 cc
Evaluasi keperawatan
Nama Pasien: Ny N
No. RM : 539705
Kamar/Bed : IGD OBGYN
Diagnosis Hari / Tanggal Evaluasi Nama Jelas &
Keperawatan Paraf
1. Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas
2. Tindakan Keperawatan
Memeriksa tanda-tanda vital pasien : tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
3. Rasional Tindakan
Tanda vital merupakan acuhan untuk mengetahui keadaan umum pasien
4. Prinsip Tindakan
Tindakan pemeriksaan tanda – tanda vital ini dilakukan dengan bersih
akan tetapi demi keselamatan pasien dan perawat tetap i mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan, Memeberikan rasa nyaman pada
saat pemeriksaan.
5. Bahaya Terhadap Tindakan Yang Dilakukan
Pemasangan Manset yang terlalu kencang dapat membuat klien tidak
nyaman dan tangan menjadi keram.
6. Tindakan Lain Yang Dapat Dilakukan
Posisi fowler / semi fowler
7. Evaluasi diri
Pemeriksaan Tanda – tanda Vital sudah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan prosedur yang telah di tetapkan, kmunikasi terapeutik lebih di
tingkatkan lagi saat melakukan pemeriksaan Vital Sign Pada pasien, , Evaluasi
diri sebelum melakukan tindakan
Hari/Tgl : Selasa, 28 Agustus 2018
ANALISA SINTESA TINDAKAN PEMASANGAN INFUS
Inisial pasien : Ny.K
Keluhan utama : Sesak nafas
Diagnosa medis : Ketuban Pecah Dini
1. Masalah Keperawatan
Kelebihan volume cairan
2. Tindakan Keperawatan
Melakukan pemasangan infus
3. Rasional Tindakan
a. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
b. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
4. Prinsip Tindakan
Tindakan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena (infus). Pemberian cairan infuse dapat diberikan pada pasien
yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini
membutuhkan kester lan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh
darah. Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan ke dalam vena
(pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan
mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau pada vena yang ada di
kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak). Selain
pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat
dilakukan pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan
pascabedah, sebelum tranfusi darah, atau pasien yang membutuhkan
pengobatan tertentu.
5. Bahaya Terhadap Tindakan Yang Dilakukan
Efek samping dari tindakan ini adalah timbulnya emboli udara. Infuse
juga merupakan jalan untuk memasukkan obat intravena dan seringnya injeksi
dilakukan kurang hati-hati sehingga sering ada gelembung udara yang ikut
masuk ke pembuluh darah ketika injeksi maupun infuse yang keblongan.
Kerugian dari tindakan ini adalah:
a. Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut
sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
b. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speeed Shock”
c. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
1) Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode
tertentu
2) Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
3) Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
6. Tindakan Lain Yang Dapat Dilakukan
a. Mempertahankan posisi semifowler/fowler
b. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Evaluasi diri
Pemasangan infus merupakan tindakan invasif sehingga harus selalu dalam
pengawasan pembimbing lahan
Hari/Tgl : Selasa, 28 Agustus 2018
ANALISA SINTESA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA