Anda di halaman 1dari 19

Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR COLON ASENDEN

OLEH :

NUR HIJRIAH

17.04.080

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR KOLON

A. PENGERTIAN
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan
merupakan neoplasma yang bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008). Tumor (berasal dari
bahasa latin, yang berarti “bengkak”), merupakan salah satu dari lima karakteristik
inflamasi. Namun, istilah ini sekarang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
biological jaringan yang tidak normal.Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas
(malignant) atau jinak (benign).Jadi, tumor kolon adalah pertumbuhan biologikal jaringan
yang tidak normal yang berada di kolon (Selvi, 2012).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan.Sebagaimana kita ketahui sistem
pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus
(duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur.Usus
besar terdiri dari kolon dan rektum.Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah
usus halus, terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas
(kolon transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden).
Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan saluran diatas dubur.Bagian kolon
yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang
berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.Colon (dari caecum sampai dengan
anus) memiliki panjang ± 1,5 m (±1/5 panjang seluruh GIT) dan bagian terlebar dari
colon ada di daerah caecum dan daerah tersempit ada di daerah sigmoid.
Secara embriologik kolon kanan berasal dari usus tengah dan kolon kiri sampai
dengan rektum berasal dari usus belakang.Taenia colon berasal dari lapisan otot
longitudinal yang membentuk 3 buah pita.Taenia tersebut menyebabkan colon menjadi
lebih pendek dan berlipat-lipat dan berbentuk seperti saculus yang disebut dengan
haustrae. Menurut letaknya, colon dibagi menjadi 2 :
1. Ekstra peritoneal (colon ascenden dan colon descenden)
2. Intra peritoneal (caecum, sigmoid, colon transversum)

VASKULARISASI
Pendarahan dari colon diatur oleh :
1. Arteri Mesenterika Superior
Yang mempendarahi colon ascenden, sebagian colon transversum, dan caecum.
2. Arteri Mesenterika Inferior
Yang mempendarahi colon descenden, sigmoid, dan proksimal rectum.Antara ke-2
sistem pendarahan colon tersebut dihubungkan dengan Arteri Marginalis. Aliran vena
dan limfe colon mengikuti aliran darah arteri yang disalurkan ke dalam
V.Mesenterika Superior dan V. Mesenterika Inferior

FUNGSI KOLON (usus besar)


Fungsi dari kolon adalah sebagai berikut :
1. Menyerap air, vitamin, dan elektrolit
2. Ekskresi mukus
3. Menyimpan feces kemudian mendorongnya keluar.
Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh colon, hanya 150-200 ml
yang dikeluarkan sebagai feces tiap harinya.Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau
menelan ludah. O2 dan CO2 di dalamnya diserap di usus, sedangkan Nitrogen bersama
gas hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus. Jumlah gas dalam usus
mencapai 500 ml/hari. Pada infeksi usus, produksi gas meningkat dan bila mendapat
obstruksi usus, gas tertimbun di saluran cerna yang menimbulkan flatus.Sebagian besar
pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus disalurkan ke kolon
terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa), komponen
empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan.Kolon mengekstraksi H2O dan garam
dari isi lumennya.Apa yang tersisa untuk dieliminasi di kenal sebagai feses. Fungsi
utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum defekasi.Selulosa dan
bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar
feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan
menentukan volume isi kolon.

C. ETIOLOGI
1. Kelainan congenital
Kelainan congenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya dapat berupa
benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang
muncul setelah usia dewasa
2. Genetik
3. Usia
4. Rangsangan fisik berulang
Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang
lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan terjadinya tumor atau kanker
pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada tempat tersebut tidak sempat
sembuh dengan sempurna
5. Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh dan fungsinya adalah mengatur
kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa
pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya beberapa jenis tumor atau kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan
prostat (kelenjar kelamin pria)
6. Infeksi
7. Gaya hidup
8. Karsinogenik (bahan kimia, virus dan radiasi)

Selain itu ada hal lain yang dipercaya dapat menyebabkan seseorang terserang tumor
kolon, yaitu :

1. Kekurangan serat
2. Merokok
3. Berusia di atas 50 tahun
4. Menderita penyakit gangguan pencernaan
5. Jarang berolahraga

D. PATOFISIOLOGI
Kelainan congenital, gender/jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang, hormone,
infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh
atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat
malignant (ganas).Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar.Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan
jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena itu bersimpai maka pada umumnya tumor
jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar.Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat
sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya
mencengkram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar
(metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh
darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru ditempat lain. Penyusupan sel
kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut
sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung ke jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi dari gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya. Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,
berdiferensiasi/proliferasi membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA
dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan
pembelahan)

E. MANIFESTASI KLINIS
Tumor kolon yang terletak pada daerah caecum dan colon ascendens akan jarang
memberikan gejala, karena feces yang melewati daerah tersebut masih berada dalam
bentuk cair. Selain itu, luas daerah caecum adalah yang terluas dibandingkan dengan
daerah pada colon kiri (sigmoid), hal ini menyebabkan tumor dapat tumbuh terus sampai
besar dan tidak memberikan tanda dan gejala apapun, juga tidak ada perubahan pada pola
buang air besar serta pada penampilan fisik dari feces. Tumor colon yang berada di sebelah
kiri biasanya akan cepat menimbulkan keluhan karena desakan tumor dan juga daerah
colon kiri yang relatif sempit dibandingkan dengan kolon kanan, gejala yang muncul
adalah adanya kram abdomen, sumbatan, dan bahkan perforasi(Akhmad, 2013).

F. KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.Pertumbuhan
dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemoragi.Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.Peritonitis dan
atau sepsis dapat menimbulkan syok.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa dari tumor kolon dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang baik.
1. Pemeriksaan colok dubur
Pada pemeriksaan ini akan teraba massa tumor.
2. Endoskopi, Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi
maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi
3. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada
dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran
tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy
4. Protoskopi (melihat kelainan pada anus, kanalis analis, dan bagian distal rektum)
5. Rektosigmoidoskopi (untuk melihat rektum dan sigmoid)
6. Colonoskopi (untuk melihat anus sampai dengan ileum terminalis dan dapat juga untuk
membiopsi jaringan, evaluasi, dan tindakan terapi).
7. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh
yang sudahmetastasis (Keljombar, 2015)

H. DIAGNOSA BANDING
Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :
1. Divertikulitis
Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid / colon descendens, dimana pada
colon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang bercampur dengan darah dan
lendir.
2. Colitis Ulcerativa
Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir, tenesmus,
mules dan nyeri perut. Tetapi pada C.U terdapat diare sedangkan pada tumor kolon
biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti kotoran kambing.
3. Appendicitis Infiltrat
Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan tumor caecum
stadium lanjut (tumor caecum pada stadium awal bersifat mobile).
4. Haemoroid
Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid darah keluar
sesudah feces keluar baru kemudian bercampur.Sedangkan pada tumor colon darah
keluar bersamaan dengan feces.
5. Tumor Ovarium
Pada tumor ovarium dan tumor colon kiri sama-sama sering ditemukan gangguan
konstipasi.Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen namun tumor ini
tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces.Selain itu tumor ovarium
menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan frekuensi di mana hal ini tidak
dijumpai pada tumor colon.

I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi primer
a. Operasi
1) Hemikolektomi kanan
Untuk tumor colon ascenden.Yang dibuang adalah ileum terminale sepanjang
10-12 cm dan setengah colon transversum (colon kanan sampai dengan
pangkalnya di mesocolon).Ileum yang sisa di sambung dengan colon
transversum, tindakan ini disebut ileotransversotomy.
2) Hemikolektomi kiri
Untuk tumor kolon descenden. Yang dibuang adalah setengah kolon transversum
sampai kolon ascenden
3) Sigmoidektomi
Untuk tumor sigmoid
4) Reseksi anterior
Cara ini dipakai untuk tumor rektum 1/3 proksimal dan 1/3 tengah.Bagian colon
yang dibuang adalah ½ colon descenden, sigmoid, dan sebagian rectum.Setengah
colon descenden bagian atas disambung dengan rectum bagian tengah atau
bawah.
5) Reseksi abdomino perineal (cara Miles)
Cara ini dipakai untuk tumor rektum 1/3 distal.Rectum dan sigmoid dengan
messosigmoid dilepaskan, termasuk kelenjar limfe para rectal dan retroperitoneal
sampai kelenjar limfe peritoneal. Kemudian melalui incisi perineal anus di eksisi
dan dikeluarkan seluruhnya dengan rectum melalui abdomen
b. Adjuvan : Radioterapi, kemoterapi, imunoterapi
1) Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel
yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding
lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan
kulit dan kehilangan nafsu makan.
2) Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan
efek yang lebih bagus

2. Terapi paliatif
Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi atau
menghentikan pendarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik.Jika tumor tidak
dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis.Pada metastasis
di hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat dipertimbangkan eksisi
metastasis.Pemberian sitostatik melalui arteri hepatika, yaitu perfusi secara selektif,
kadang lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel
ganas.
J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen
dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap
pola istirahat dan tidur
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada
tekanan darah.
c. Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress
(misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/ spiritual) Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia,
lesi, cacat, pembedahan,menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda : Kontrol, depresi, menyangkal, menarik diri, marah
d. Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi
pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu:
frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan
bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di
rumah sakit sama dengan di rumah. Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat
dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa
akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran
kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi
badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
e. Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan
komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan
anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga
menyebabkan berat badan menurun
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
f. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga
sirkulasi darah ke otak tidak lancar
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok), pemajanan
asbes
i. Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, Pemajanan matahari lama atau
berlebihan
Tanda: Demam, ruam ku1it, ulserasi
j. Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
c. Kerusakan integritas kulit b/dluka pembedahan, efek kemoterapi
d. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum, anemia
e. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap perubahan status kesehatan
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan,
faktor budaya dan spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan
3. Intervensi dan Implementasi

Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Nyeri Akut Pasien mengatakan nyeri 1. Kaji keluhan nyeri 1. Nyeri mempunyai
menghilang atau secara komprehensif karakteristik tertentu
berkurang 2. Observasi reaksi non dan penanganan
Kriteria hasil : verbal pasien yang spesifik.
1. Pasien melaporkan terhadap nyeri 2. Pasien dengan nyeri
nyeri berkurang 3. Observasi nadi pasien akan
dengan skala 0-1 4. Ajarkan dan dukung memperlihatkan
2. Pasien tampak tenang pasien menggunakan reflek nonverbal
3. Grimace tidak ada teknik distraksi berupa grimace dan
4. Nadi antara 60- relaksasi gelisah.
100x/menit 5. Kolaborasi dalam 3. Nyeri dapat
5. Pasien mampu pemberian analgesic meningkatkan nadi
melakukan teknik dengan tim dokter 4. Denngan distraksi
alternative untuk pasien teralihkan dan
menurunkan nyeri dengan relaksasi
pasien dapat tenang
5. Analgesic dapat
menghambat zat
perantara nyeri
2 Perubahan klien mampu 1. Kaji sejauh mana 1. Menganalisa
Nutrisi Kurang mempertahankan dan ketidakadekuatan penyebab
Dari Kebutuhan meningkatkan intake nutrisi klien melaksanakan
Tubuh nutrisi 2. Perkirakan/hitung intervensi
Kriteria hasil : pemasukan kalori, 2. Mengidentifikasi
1. Klien akan jaga komentar kekurangan atau
memperlihatkan tentang nafsu makan kebutuhan nutrisi
perilaku sampai minimal. berfokus pada
mempertahankan atau 3. Timbang berat badan masalah membuat
meningkatkan berat sesuai indikasi. suasana negatif dan
badan dengan nilai 4. Anjurkan makan mempengaruhi
laboratorium normal. sedikit tapi sering. masukan
2. Klien mengerti dan 5. Anjurkan kebersihan 3. Mengawasi
mengikuti anjuran oral sebelum makan. keefektifan secara
diet. 6. Tawarkan minum diet
3. Melaporkan saat makan bila 4. Tidak memberi rasa
peningkatan intake toleran bosan dan
makanan. 7. Konsultasi tentang pemasukan nutrisi
4. Tidak ada kesukaan/ketidaksuk dapat ditingkatkan
mual/muntah. aan klien yang 5. Mulut yang bersih
menyebabkan distres. meningkatkan nafsu
8. Kolaborasi ahli gizi makan
pemberian makanan 6. Dapat mengurangi
yang bervariasi. mual dan
9. Kolaborasi dengan menghilangkan gas
dokter dalam 7. Melibatkan pasien
pemberian suplemen dalam perencanaan,
dan obat-obatan memampukan
pasien memiliki rasa
kontrol dan
mendorong untuk
makan
8. Makanan yang
bervariasi dapat
meningkatkan nafsu
makan klien
9. Menstimulasi nafsu
makan dan
mempertahankan
intake nutrisi yang
adekuat
3 Kerusakan Mencapai penyembuhan 1. Kaji kulit dan 1. Mengetahui sejauh
Integritas Kulit luka pada waktu yang identifikasi pada mana perkembangan
sesuai tahap perkembangan luka mempermudah
Kriteria Hasil : luka dalam melakukan
1. Tidak ada tanda-tanda 2. Kaji lokasi, ukuran, tindakan yang tepat.
infeksi seperti pus warna, bau, serta 2. Mengidentifikasi
2. Luka bersih tidak jumlah dan tipe tingkat keparahan
lembab dan cairan luka luka akan
tidak kotor 3. Pantau peningkatan mempermudah
3. Tanda-tanda vital suhu tubuh intervensi
dalam batas normal 4. Berikan perawatan 3. Suhu tubuh yang
atau dapat ditoleransi luka dengan tehnik meningkat dapat
aseptik. Balut luka diidentifikasikan
dengan kasa kering sebagai adanya
dan steril, gunakan proses peradangan
plester kertas 4. Tehnik aseptik
5. Jika pemulihan tidak membantu
terjadi kolaborasi mempercepat
tindakan lanjutan, penyembuhan luka
misalnya debridement dan mencegah
6. Setelah debridement, terjadinya infeksi
ganti balutan sesuai 5. Agar benda asing
kebutuhan. atau jaringan yang
7. Kolaborasi terinfeksi tidak
pemberian antibiotik menyebar luas pada
sesuai indikasi area kulit normal
lainnya.
6. Balutan dapat
diganti satu atau dua
kali sehari
tergantung kondisi
parah/ tidak nya
luka, agar tidak
terjadi infeksi
7. Antibiotik berguna
untuk mematikan
mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang berisiko
terjadi infeksi.
4 Intoleran Pasien memiliki cukup 1. Rencanakan periode 1. Mengurangi
Aktivitas energi untuk beraktivitas istirahat yang cukup aktivitas yang tidak
Kriteria hasil : 2. Berikan latihan diperlukan, dan
1. Perilaku aktivitas secara energi terkumpul
menampakan bertahap dapat digunakan
kemampuan untuk 3. Bantu pasien dalam untuk aktivitas
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan seperlunya secar
diri. sesuai kebutuhan optimal
2. Pasien 4. Setelah latihan dan 2. Tahapan-tahapan
mengungkapkan aktivitas kaji respons yang diberikan
mampu untuk pasien membantu proses
melakukan beberapa aktivitas secara
aktivitas tanpa perlahan dengan
dibantu menghemat tenaga
3. Koordinasi otot, namun tujuan yang
tulang dan anggota tepat, mobilisasi dini
gerak lainya baik 3. Mengurangi
pemakaian energi
sampai kekuatan
pasien pulih kembali
4. Menjaga
kemungkinan
adanya respons
abnormal dari tubuh
sebagai akibat dari
latihan
5 Ansietas Ansietas berkurang atau 1. Kaji dan 1. Memudahkan
terkontrol. dokumentasikan intervensi
Kriteria hasil : tingkat kecemasan 2. Mempertahankan
1. Klien mampu pasien mekanisme koping
merencanakan 2. Kaji mekanisme adaftif,
strategi koping untuk koping yang meningkatkan
situasi-situasi yang digunakan pasien kemampuan
membuat stress untuk mengatasi mengontrol ansietas
2. Klien mampu ansietas di masa lalu. 3. Pendekatan dan
mempertahankan 3. Lakukan pendekatan motivasi membantu
penampilan peran. dan berikan motivasi pasien untuk
3. Klien melaporkan kepada pasien untuk mengeksternalisasik
tidak ada gangguan mengungkapkan an kecemasan yang
persepsi sensori pikiran dan perasaan dirasakan
4. Klien melaporkan 4. Motivasi pasien 4. Alat untuk
tidak ada manifestasi untuk memfokuskan mengidentifikasi
kecemasan secara diri pada realita yang mekanisme koping
fisik ada saat ini, harapan- yang dibutuhkan
5. Tidak ada manifestasi harapan yang positif untuk mengurangi
perilaku akibat terhadap terapy yang kecemasan
kecemasan di jalani 5. Meningkatkan
5. Berikan penguatan pengetahuan,
yang positif untuk mengurangi
meneruskan aktivitas kecemasan
sehari-hari meskipun 6. Menciptakan
dalam keadaan cemas perasaan yang
6. Anjurkan pasien tenang dan nyaman
untuk menggunakan 7. Menciptakan rasa
teknik relaksasi percaya dalam diri
7. Sediakan informasi pasien bahwa
factual (nyata dan dirinya mampu
benar) kepada pasien mengatasi
dan keluarga masalahnya dan
menyangkut memberi keyakinan
diagnosis, perawatan pada diri sendri
dan prognosis yang dibuktikan
dengan pengakuan
orang lain atas
kemampuannya
6 Gangguan Citra Tujuan : Pasien memiliki 1. Kaji dan 1. Factor yang
Tubuh persepsi yang positif dokumentasikan mengidentifikasikan
terhadap penampilan dan respons verbal dan adanya gangguan
fungsi tubuh. non verbal pasien persepsi pada citra
Kriteria hasil : tentang tubuhnya tubuh
1. Pasien melaporkan 2. Kaji harapan pasien 2. Mungkin realita saat
kepuasan terhadap tentang gambaran ini berbeda dengan
penampilan dan tubuh yang diharapkan
fungsi tubuh 3. Dengarkan pasien dan pasien sehingga
2. Memiliki keinginan keluarga secara aktif, pasien tidak
untuk menyentuh dan akui realitas menyukai keadaan
bagian tubuh yang adanya perhatian fisiknya
mengalami gangguan terhadap perawatan, 3. Meningkatkan
3. Menggambarkan kemajuan dan perasaan berarti,
perubahan actual prognosis memudahkan saran
pada fungsi tubuh 4. Berikan perawatan koping, mengurangi
dengan cara yang kecemasan
tidak menghakimi, 4. Menciptakan
jaga privasi dan suasana saling
martabat pasien percaya,
meningkatkan harga
diri dan perasaan
berarti dalam diri
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, N. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan Sistem Digestif.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC : Jakarta.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine ; 64 manifestasi klinis dan 146 penyakit medis.
Erlangga : Jakarta.

Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2004. Worldwide IARC Cancer Base No. 5.
version 2.0. IARCPress : Lyon.

Keljombar, E. M. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Kanker Kolon. Jurnal Keperawatan.

Selvi, A. (2012). Asuhan Keperawatan Tumor Kolon. Ilmu Keperawatan.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC, Ed.7.EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai