Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“ASPEK KEPERILAKUAN PADA ASPEK PERSYARATAN PELAPORAN”

Nama Kelompok:

Ni Putu Maetri Megantari (1506305013) / 05


Lyana Oka Kusumayanthi (1506305019) / 07
Ida Ayu Laksmi Dewi (1506305037) / 09
Komang Sukma Saraswati (1306305041) / 10

REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. SYARAT-SYARAT PELAPORAN
Untuk melaporkan informasi kepada orang lain diperlukan sebuah persyaratan baik itu
tentang siapa atau apa, bagaimana dalam menjalankan hidup, bagaimana mengerjakan suatu
pekerjaan, dan seterusnya. Pada umumnya hal ini sering disebut sebagai persyaratan pelaporan.
Kebanyakan riset tentang akuntansi keperilakuan mengenai dampak informasi telah
memfokuskan pada bagaimana penerima menggunakan informasi yang dilaporkan guna
membuat penilaian atau keputusan. Sehingga penting untuk memahami bahwa dampak
persyaratan pelaporan terhadap perilaku dari mereka yang diharuskan untuk memberikan laporan
informasi tertentu harus dikaji. Istilah “pelapor” dan “pengirim” akan digunakan secara
bergantian dan mengacu pada individu, organisasi atau kelompok lain yang diharuskan untuk
melaporkan informasi.
Intisari dari pelaporan akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki
implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan dan pelaporan informasi
menggunakan sumberdaya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan dengan suka rela kecuali
pelapor yakin bahwa hal ini akan memengaruhi si penerima informasi untuk berperilaku
sebagaimana yang diinginkan pelapor.
Informasi yang dilaporkan adalah bagian yang penting dari proses pengendalian
organisasi. Tanpa informasi, manajer, kreditor dan pemilik tidak dapat mengatakan apakah
segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana atau apakah tindakan korektif diperlukan.
Meskipun alternatif seperti pengamatan langsung dan audit kadang kala digunakan, informasi
yang dilaporkan adalah cara paling umum untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk
pengendalian. Adalah penting untuk memahami dampak dari persyaratan pelaporan karena
kelaziman dan biayanya.
Persyaratan pelaporan dikenalkan dan dipaksakan oleh beraneka ragam orang dan
organisasi dengan cara yang beraneka rupa. Dalam organisasi, manajer biasanya memiliki hak
untuk mengharuskan bawahannya melaporkan aspek mana pun dari kinerja pekerjaan mereka.
Apakah mereka dapat melaksanakan persaratan semacam itu dengan efektif adalah kurang jelas
dan bergantung pada sejumlah faktor organisasional, dan mungkin pribadi. Perusahaan-
perushaan yang dimiliki oleh publik diharuskan untuk melaporkan secara ekstensif kepada
BAPEPAM dan publik untuk status keuangan dan operasinya. Setiap orang yang terlibat dalam
perancangan atau penggunaan sistem informasi perlu memahami dapak yang mungkin dari

1
persyaratan pelaporan terhadap pengirim informasi, serta bagaimana memprediksikan dan
mengidentifikasikan dampak semacam itu.

2. BAGAIMANA PERSYARATAN PELAPORAN MEMPENGARUHI PERILAKU


Gagasan bahwa persyaratan pelaporan mempengaruhi perilaku pelaporan bukanlah
sesuatu yang baru atau bagi manajemen dan akuntansi. Para psikolog sangat menyadari bahwa
orang dapat merespon terhadap “ tuntunan” dari situasi eksperimental dengan keperilakuan
secara berbeda dengan apa yang mereka lakukan dalam situasi lain. Sementara psikolog
eksperimental mencoba untuk menghindari hal itu karena orientasi dan riset mereka. Manajer
dan badan reguler secara aktif mencoba untuk memberikan tuntunan kepada orang lain guna
membuat mereka berperilaku dengan cara tertentu. Manajer dan badan regulasi menggunakan
persyaratan pelaporan baik menggunakan tuntutan seacam itu dan untuk menediakan informasi
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi prilaku dan kinerja.
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi prilaku pelaporan dalam beberapa cara.
Bentuk lain dari pegukuran yang digunakan dalam organisasi seperti audit dan pengamatan
langsung, juga memiliki banyak dampak ang sama terhadap persyaratan pelaporan, setelah
dampak spesifiknya sendiri.

2.1 Antisipasi Penggunaan Informasi


Ketika persyaratan pelaporan dikenakan, adalah umum bagi si pengirim untuk paling
tidak berfikir, jika tidak bertanya “ mengapa mereka menginginkan informasi ini? Bagaimana
mereka akan menggunakannya?”. Si pengirim ingin mengetahui apakah di penerima akan
mengambil sutu tindakan yang berkaitan dengan, atau memiliki pendapat mengenai si pengirim
karena informasi yang dilaporkan tersebut. Karena si penerima menggunakan informasi ang
dilaporkan sebagai suatu dasar untuk evaluasi kinerja dan penilaian lainnya, pertimbangan si
pengirim mengenai penggunaan ang mungkin sangat berdasar.
Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan itu sendiri, bersama-sama dengan
informasi lainnya, untuk mengantisipasi bagaimana penerima akan bereaksi terhadap informsi
yang dilaporkan.

2
Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi perilaku pengirim ketika
informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai prilaku pengirim atau sesuatu yang
dipengaruhi oleh si pengirim atau sesuatu untuk mana si pengirim bertanggung jawab.

2.2 Prediksi si Pengirim mengenai Penggunaan si Pemakai


Penerima menyatakan secara jelas bagaimana mereka menginginkan si pengirim untuk
berperilaku. Jika si pengirim bertanggungjawab kepada si penerima, maka si pengirim ingin
berperilaku dalam cara-cara yang akan menyenangkan si penerima. Apa yang harus dilaporkan
oleh pengirim adalah suatu tanda bagi pengirim, sebelum tindakan diambil, mengenai tindakan
dan hasil manakah yang penting bagi si penerima. Kadang kala, seseorang merasa pasti
mengenai bagaimana penerima akan menggunakan informasi, sementara pada waktu-waktu lain
seseorang tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunkana jika setiap
orang selalu jelas dan jujur mengenai bagaimana mereka akan menggunakan informasi yang
dilaporkan, maka akan terdapat sedikit maslaah, tetapi tetap masih ada kemungkinan bahwa
informasi tersebut akan kemudian digunakan dalam cara-cara yang tidak dimaksudkan ketika
pertama kali informasi tersebut diminta. Sering kali orang yang meminta infromasi tidak begitu
explisit mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunakan atau dengan siapa informasi
tersebut akan dibagi. Kadang kala, bahkan ketika orang menyatakan dengan jelas mengenai
bagaimana mereka berencana untukmenggunakan informasitersebut dengan cara-cara yang
mereka indikasikan atau janjikan tidak akan digunakan.

2.3 Insentif / Sanksi


Dalam beberapa kasus, seseorang mengetahui bahwa penerima tidak akan senang dengan
informasi tersebut, tetapi tidak ada yang dpat dilakukan mengenai hal itu. Faktanya, kadang kala
orang yang menginginkan informs tersebut bahkan tidak dapat memaksakan persyaratan
pelaporan, dalam kasusumana “pengirim” kemungkinan besar tidak akan mengirimkan informasi
tersebut. tetapi ketika penerima paling tidak memiliki cukup kekuasaan lansgung maupun tidak
langsung untuk memaksakan persyaratan pelaporan, maka ia juga kemungkinan besar memiliki
paling tidak suatu kekuasaan atas tindakan si pengirim. Kekuatan dan sifat dari kekuasaan
penerima terhadap pengirim adalah penentu yang penting mengenai seberapa besar kemungkinan
bahwa si pengirim akan mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada bagi si
penerima untuk memberikan penghargaan atau sanksi keada sipengirim, semakin hati-hati si

3
pengirim akan bertindak dalam memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima
oleh si penerima.

2.4 Penentuan Waktu


Waktu adala faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan pelpaoran akan
menyebabkan perubahan dalam perilaku pengirim atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan
dapat menyebabkan pengirim mengubah perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan pelaporan
tersebut sebelum ia bertindak. Jika persyaratan pelaporan hanya terjadi setelah pengirim telah
bertindak, maka tidak ada peluang untuk mengubah perilaku masa lalu. Tetapi kebanyakan
persyaratan pelaporan bersifat repetitive dalam konteks manajemen, sehingga bahkan jika
persyaratan pelpaoran pertaa dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan terjadi, pelapor akan
mengetahui di depan bahwa laporan berikutnya harus dibuat. Karena data biasanya tidak
dikumpulkan kecuali seseorang bermaksud menggunakaannya, maka persyaratan pelaporan yang
baru sering kali memerlukan data baru dikumpulkan yang memberikan peluang untuk mengubah
perilaku sebelum pelpaoran.

2.5 Strategi Reponsif Iteratif


Ketika suatu persyaratan pelaporan baru dikenakan, strategi yang paling murah adalah
untuk terus berperilaku seperti biasa, melaporkan sejujurnya perilaku tersebut, dan menunggu
respons dari penerima. Jika tidak ada respons, maka strategi tersebut dapat diteruskan. Umpan
balik negatif dari penerima yang mengindikasikan bahwa perilaku yang dilaporkan tidak
diinginkan, memperbaiki estimasi pengirim menegani perilaku apa yang diinginkan oleh
penerima dan bagaimana ia akan merespons. Ackerman menunjukkan bahwa kombinasi antara
persyaratan pelaporan dan penyataan yang jelas mengenai perilaku yang diinginkan, serta umpan
balik mungkin tidak mencukupi untuk mendorong perilaku yang diinginkan dalam situasi-situasi
tertentu. Penghargaan dan sanksi yang dikaitkan dengan perilaku tersebut dibutuhkan dalam
beberapa atau semua situasi. Oleh karena itu kemungkinan pelpaor mengubah perilakunya dalam
menanggapi persyaratan pelaporan saja bergantung paling tidak sebabgian pada:

1) Seberapa jelas apa yang diinginkan oleh penerima untuk terjadi


2) Seberapa jelas untuk apa informasi yang dialporkan tersebut akan digunakan oleh si
penerima
3) Penghargaan atau sanksi apa yang dapat diberikan oleh si penerima kepada si pengirim

4
4) Penghargaan atau sanksi manakah yang mungkin digunakan oleh si penerima
5) Seberapa besar perubahan dalam perilaku pada suatu dimensi dapat memengaruhi kinerja
pada dimensi-dimensi penting lainnya.

2.6 Pengarah Perhatian


Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pengirim mengubah prilakunya,bahkan
jika ia tidak mengharapkan penerima bereaksi terhadap suatu informasi yang dilaporkan. Hal itu
mungkin karena informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatiaan pada bidang-
bidang yang berkaitan dengannya yang dapat mengarah pada perubahan perilaku. Meskipun
dampak mengarahkan perhatian mungkin kurang ampuh dan kurang rentan terhadap prediksi
dibandingkan dengan dampak antisipasi, dampak tersebut dapat mempengaruhi perilaku dalam
beberapa situasi. Dampak tersebut kemungkinan besar akan terjadi dalam situasi dimanaperilaku
yang dilaporkan penting bagi sipengirim karena beberapa alasan, dan dimana terdapat cukup
banyak kelonggaran (slack) dalam sistem yang memungkinkan si pengirim untukmengubah
perilakuknya tanpa dampak negatif terhadap aspek-aspek lain dari kinerjanya. Hal ini pada
umumnya lebih lemah dibandingkan dengan dampak antisipasi.
Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagai dampak dari pencatatan dan
bukannya dampak dari pelaporan informasi karena dampak tersebut timbul dari kepentingan
pengirim itu sendiri dan tidak bergantung pada informasi yang dilaporkan kepada siapapun.
Tetapi, dampak tersebut dipertimbangkan karena dampak tersebut dapat terjadi sebagai respons
terhadap persyaratan pelaporan dari luar meskipun hal tersebut juga dapat terjadi tanpa adanya
persyaratan tersebut.

3. DAMPAK DARI PERSYARATAN PELAPORAN


Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku semua bidang akuntansi: keuangan,
perpajakan, manajerial, dan sosial. Kompleksitas dari lingkungan akuntansi adalah penghalang
terhadap penilaian dampak dari persyaratan pelaporan. Terdapat begitu banyak hal yang terjadi
pada waktu yang bersamaan, sehingga sulit untuk mengatakan dengan pasti yang manakah yang
menyebabkan perilaku yang diamati.

5
3.1 Akuntansi Keuangan
Badan-badan yang berwenang dalam akuntansi keuangan di Amerika Serikat, termasuk
Securities Exchange Commission (SEC), Financial Accounting Standards Board (FASB), dan
Financial Executif Research Foundation (FERF) telah mengakui dampak potensial yang dimiliki
oleh persyaratan pelaporan terhadap perilaku korporat. FASB dan FERF mulai mendorong dan
mendukung investigasi mengenai dampak semacam itu dan mempertimbangkannya secara
eksplisit dalam proses penetapan standar.
Pada awal tahun 1969 diusulkan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara
umum (generally accepted accounting standards-GAAP) dapat mempengaruhi perilaku
korporat. Hawkins membahas dampak-dampak yang mungkin terjadi pada kebijakan operasi
manajer mengenai prinsip-prinsip akuntansi untuk pajak tangguhan, kredit, transaksi mata uang
asing, laba per saham, konsolidasi, laba atau rugi luar biasa, ekuivalen saham biasa, dan sewa
guna usaha. Ia menyatakan bahwa GAAP yang bagus secara keprilakuan akan “menghambat
manajer untuk mengambil tindakan operasi yang tidak diinginkan guna membenarkan adopsi
atas suatu alternatif akuntansi dan menghambat adopsi praktik akuntansi oleh korporasi yang
menciptakan ilusi kinerja”.

3.2 Akuntansi Perpajakan


Akuntansi perpajakan keperilakuan merupakan bidang yang relatif masih belum
dieksplorasi. Akan tetapi, bidang tersebut tentu saja merupakan bidang yang sensitif dalam
kaintannya dengan persyaratan pelaporan. Beberapa orang bahkan percaya bahwa persyaratan
pelaporan pajak yang sekarang melanggar hak konstituasional. Umunya dipandang bahwa
persyaratan pelaporan pajak rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak sebelum dibuatnya
program berupa e-billing pajak.
Beberapa persyaratan pelaporan telah dikenakan tidak hanyak kepada pembayaran pajak,
tetapi juga pada pihak lain, seperti karyawan, dengan maksud untuk membuat hukum pajak lebih
dipatuhi. Pengetahuan bahwa informasi tersebut akan dilaporkan kepada kantor pajak oleh orang
lain diharapkan akan membuat pembayaran pajak kemungkinan kecil akan mencoba untuk
menghindari pajak. Perhatikan bahwa pajak tidak berubah; persyaratan pelaporan menurunkan
peluang untuk berbuat curang tanpa mendapatkan permakluman.
Usaha pada tahun 1985 untuk mengharuskan catatan rinci atas pengurangan beban bisnis
mungkin adalah contoh yang paling kontroversial mengenai dampak keperilakuan dari
6
persyaratan pelaporan pajak. Telah dibantah bahwa orang-orang bisnis akan mengeluarkan lebih
sedikit dan dengan demikian mengklaim lebih sedikit pengurangan dibandingkan dengan
persyaratan pembukuan yang sekarang. Faktanya, catatan yang lebih rinci itu sendiri tidak perlu
dilaporkan, tetapi pembayar pajak dan penyusutan laporan pajak diharuskan untuk melaporkan
bahwa catatan semacam itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.

3.3 Akuntansi Sosial


Hanya seditkit saja yang diketahui mengenai dampak dari akuntansi sosial terhadap
pengirim informasi. Masih terdapat relatif sedikit akuntansi sosial bagi publik, dan kebanyak
riset mengenai hal itu berkaitan dengan dampak terhadap penerima dari informasi yang
dilaporkan. Karena akuntansi sosial eksternal masih bersifat sukarela, maka tidak terdapat
dampak apapun terhadap persyaratan pelaporan, meskipun masih terdapat dampak terhadap
pelaporan secara sukarela. Karena akuntansi sosial merupakan bidang perhatian yang relatif baru
dan sering kali mengalami konflik dengan kriteria- kinerja yang sudah lebih mapan, maka
terutama sangat penting untuk menggabungkan persyaratan pelaporan dengan pedoman
keperilakuan dan sanksi untuk ketidakpatuhan yang sangat eksplisit.

3.4 Akuntansi Manajemen


Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun yang
diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan secara internal dapat bersifat
keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi. Akan tetapi, hanya terdapat sedikit data
akuntansi manajemen yabg tersedia bagi public karena data tersebut jarang dilaporkan diluar
organisasi. Sangat sulit juga untuk digeneralisasi karena setiap organisasi memiliki sistem
akuntansi manajemen, sekelompok persyaratan pelaporan, dan hubungan organisasional yang
unik.
Kombinasi dari hasil riset dalam bidang ini menunjukan proses yang sangat kompleks
dimana persyaratan pelaporan berinteraksi dengan sejumlah variabel dan proses organisasional
lainya. Kesimpulan yang paling masuk akal yang dapt ditarik dari hasil riset yang tersedia bahwa
kadang kala, persyaratan pelaporan menghasilkan dampak ynag dapat diamati terhadap prilaku
pelapor dan kadang kala tidak. Keanekaragaman dari faktor-faktor yang mungkin harus
dipertimbangkan membuatnya menjadi ngat sulit untuk memprediksikan kapan dan damapak apa
yang akan terjadi.

7
4. PENILAIAN DAMPAK TERHADAP PENGIRIM INFORMASI
Terdapat banyak cara untuk menilai dampak dari persyaratan pelaporan terhadap
pengirim informasi. Yang paling tersedia adalah pengambilan keputusan deduktif, yang
melibatkan pemikiran secara hati-hati mengenai bagaimana persyaratan pelaporan akan
berinterasksi dengan kekuatan-kekuatan motivasional lainnya guna membentuk perilaku
manajer. Teknik ini sebaiknya selalu digunakan sebelum memberlakukan suatu persyaratan
pelaporan.
Metode lain adalah dengan menanyakan kepada para pelapor mengenai perilaku mereka.
Suatu cara formal untuk melakukan hal ini adalah dengan survey, yang dapat terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas
pertanyaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan tanggapan yang ditentukan atau atas
pertanyaan-pertanyaan sempit dengan kemungkinan jawaban yang terbuka atau atas gabungan
dari keduanya.
Cara untuk memastikan apakah persyaratn pelaporan mengubah prilaku prilaku pelaporan
adalah dengan mengamati prilaku denggan dan tanpa persyaratan pelaporan. Hal ini sebainya
dilakukan dalam eksperimen terkendali dimana satu-satunya hal yang dapat berubah adalah
persyaratan pelaporan. Tetapi, agar hasinya berguna, penting bahwa kondisi eksperimen cukup
serupa dengan kondisi alamiah diman persyaratan pelaporan ada. Hal ini tida selalu mudah untuk
dilakukan.
Beraneka ragam pendekatan dapat diambil untuk mengukur prilaku dalam kondisi
alamiah itu sendiri. Ketika terdapat akses langsung ke pelapor danpaling tidak beberapa variabel
relevan yang dapat dikendalikan atau dimanipulasi, gunakan “studi lapangan yang bersifat
eksperimen semu” yang meruak suatu kompromi atara kepastian dan relavansi. Metode tersebut
adalah metode yang paling mendekati eksperimen laboratorium dalam hal engendalian dan oleh
karna itu memberikan suatu pengujian tas kausalitas. Ketika pengirim hanya dapat diamati (yaitu
tidak ada variabel yang relevan yang dapat dikendalikan atau dimanipulasi), maka hal ini
merupakan suatu “studi kasus.” Dalam beberapa konteks akuntansi, terutama keuangan, tidak
ada pengendalian yang tersedia, sehingga seseorang harus menggunakan data apa pun yang
tersedia mengenai prilaku dari pengirim. Hal ini disebut dbngan “analisis post hoc atas data
sekunder”.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2014. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai