A. Pengertian Giro
Giro adalah salah satu produk usaha bank dalam rangka kegiatan menerima penyimpanan
dana dari masyarakat dan pada saat ini hanya boleh diakukan oleh Bank Umum. Dana
masyarakat yang dihimpun oleh bank disebut simpanan. Giro sebagai salah satu bentuk atau jenis
simpanan tidak dapat dilepaskan dari pengertian simpanan.
Menurut Tasman (2008) Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet
giro, aatau surat pemindahbukuan yag lain. Cek adalah surat perintah pembayaran tanpa syarat,
sedangkan bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan.
Giro dapat ditarik setaip saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka
pendek bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa giro relative lebih
rendah dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito. Penetapan
tingkat jasa atau bunga giro merupakan otorisasi bank-bank yang bersangkutan.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet giro, sarana perintah lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Sedangkan pengertian
simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu.
Terdapat 2 jenis giro yaitu:
1. Giro Swastta yaitu giro yang dimiliki oleh prseorangan, kelompok, instansi swasta,
yayasan social, dan badan non pemerintah lainnya.
2. Giro pemerintah yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah misalnya giro
kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan, dan sebagaiannya
1. Giro Merupakan Salah Satu Bentuk Simpanan
Bank Umum dapat melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dengan berbagai
cara baik dalam bentuk simpanan maupun pinjaman. Simpanan yang berupa giro
hanya terdapat di Bank Umum dan ditatausahakannya dalam rekening yang disebut
rekening giro. Dijelaskan pada UU Perbankan Indonesia 1992/1998 melarang Bank
Perkreditan Rakyat menerima simpanan yang berbentuk giro. Untuk penyelenggaraan
giro harus disertai dengan pembuatan perjanjian penyimpanan dana antara Bank
Umum dengan nsabah penyimpanan yang lazim disebut Perjanjian Pembukaan
Rekening Giro.
2. Penarikan Dana Giro Setiap Saat
Dana yang disimpan dalam bentuk giro dapat ditarik setiap saat oleh pemiliknya
dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dakam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Nasabah penyimpanan dapat melakukan penarikan dana yang
tersimpan dalam rekening gironya setiap saat dan Bank Umum yang bersangkutan
akan menyetujuinya sepajang persyaratannya telah dipenuhi oleh nasabah
penyimpanan dan penerimaan dana. Pada pasal 1 angka 9 UU Perbankan Indonesia
1992/1998 menetapkan pengertian tabungan adalah : Tabungan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
3. Cek dan Bilyet Giro sebagai Sarana Penarikan
Penarikan dana giro pada prinsipnya hanya menggunakan cek dan bilyet giro. Kedua
warkat ini diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berbeda dan berlaku
mengikat seluruh masyarakat. Cek adalah surat perintah pembayaran dan bilyet giro
adalah surat perintah pemindahbukan dana.
4. Sarana Penarikan Berupa Perintah Pembayaran Lainnya atau
Pemindahbukuan
Sarana perintah pembayaran lainnya atau denga pemidahbukuan sebagaimana yang
dsebutkan dalam pengertian giro dapat berupa surat permohonan atau surat perintah
nasabah kepada banknya. Cek dan bilyet giro tidak dapat digunakan sebagai warkat
untuk menarik dana dari giro valuta asing.
B. Peranan Giro
Peranan giro sebagai produk bank dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain sisi
masyarakat, perbankan dan penyelenggaraan system pembayaran.
1. Peranan Giro dalam Masyarakat
Bagi masyarakat pemilik dana berkepentingan dengan penyimpangan dan
pengelolaan dananya, akan memerlukan fasilitas dan jasa yang disediakan oleh bank.
Giro adalah satu bentuk simpanan yang memberikan berbagai manfaat kepada
pemilik dana. Pelayanan yan diberikan bank akan membantu nasabah dalam
mengelola keuangannya. Dengan demikian, giro merupakan produk bank yang cukup
berperan dalam kegiatan keuangan masyarakat.
2. Peranan Giro dalam Perbankan
Dari sisi perbankan, giro merupakan salah satu sumber dana bagi Bank Umum untuk
menjaga kelangsungan kegiatannya sebagai suatu badan usaha. Dana yang dihimpun
bank dari masyarakat, antara lain melalui giro akan disalurkan kembali sesuai denga
usahanya terutama dalam bentuk pemberian kredit kepada pihak yang memerlukan
pinjaman dana.
3. Peranan Giro dalam Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Giro sesuai dengan pengelolaannya sebagai produk perbankan merupakan salah satu
penunjang tercapainya kelancaran lalu lintas pembayaran terutama sepanjang
berkaitan dengan warkat pembayaran dan kliring antar bank.
C. Kebijakan Pengelolaan Giro
Kebijakan pengelolaan giro umumya satu kesatuan dengan kebijakan Bank Umum secara
keseluruhan yang dijabarkan dalam rencana jangka panjang (corporate plan) dan rencana
jangka menengah serta pendek (business plan).
1. Pola Kebijakan Pengelolaan Giro
Dari praktik perbankan di Indonesia dapat diketahui sekurag-kurangnya terdapat tiga
pola kebijakan pengelolaan giro dan pihak yang berwenang serta bertanggungjawab
atas pelaksanaanya.
a. Pola Sentralisasi
Kantor pusat Bank Umum adalah pihak yang sepenuhnya berwenang
merencanakan, mengatur, dan memutuskan semua hal yang berkaitan dengan
pengelolaan giro sebagai kegiatan usahanya.
b. Pola Desentralisasi
Kecuali untuk hal-hal tertentu yang prinsipil dan menjadi kewenangan pusat,
kebijakan pengelolaan giro pada prinsipnya menjadi kewenangan satuan kerja
operasional (terutama kantor-kantor yang disebut sebagai kantor cabang
operasional).
c. Pola Desentralisasi Terbatas
Bank Umum juga menggunakan pola desentralisasi terbatas yang dimaksudkan
untuk menghindari kelemahan yang melekat pada desentralisasi. Dalam hal ini
satuan kerja operasional diberikan kewenangan dalam menetapkan sendiri
kebijakan pengelolaan simpanan dengan batas-batas tertentu.
2. Perimbangan dalam Menetapkan Pola Kebijakan Pengelolaan Giro
Salah satu konsep analisis yang dapat digunakan untuk menetapkan pola kebijakan
pengelolaan giro adalah analisis SWOT. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk
melakukan analisis SWOT adalah:
a. Kepemilikan, Ukuran dan Jaringan Kantor Bank Umum
Bank Umum dapat dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta
nasional, swasta asing atau campuran. Bank Umum dengan criteria seperti itu
umumnya akan mempunyai banyak nasabah giro dan akan lebih leluasa dalam
menetapkan kebijakannya.
b. Kondisi Perekonomian dan Pasar Bank
Kebijakan pengelolaan giro juga berkaitan dengan kondisi perekonomian nasional
dan regional. Kondisi perekonomian tersebut misalnya yang menunjukkan
terjadinya peningkatan produktivitas yang berpengaruh terhadap peningkatan
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.
c. Sarana Pendukung yang Dimiliki oleh Bank
Sarana pendukung yang dapat memengaruhi penetapan kebijakan pengelolaan
giro mencakup prasarana dan peralatan yang tersedia pada bank yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan giro antara lain gedung kantor, bidang
teknologi informasi, dan peralatan lainnya.
d. Sistem Pengawasan yang Efektif
Adanya system pengawasan intern yang efektif merupakan hal lain yang terkait
dengan penetapan kebijakan pengelolaaan simpanan termasuk mengenai kegiatan
usaha giro. Dalam hal ini, perlu diperhatikan mengenai organisasi dan
pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), adanya system pengawasan
yang efisien dan efektif serta tersedianya satuan kerja dan SDM yang menangani
penerapan manajemen risiko pada Bank Umum yang bersangkutan.
Sehubungan dengan keterkaitan Bank Umum dengan sumber dana lain yang berasal dari
masyarakat, maka diperlukan kempuan pengelolaan dana yang efisien dan sfektif oleh masing-
masing Bank Umum agar dapat tercapai pengelolaan bank yang sehat. Bank umum hendaknya
selalu mencari sumber dana murah dan aman yang berasal dari masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pendapatan bank. Dengan demikian, mungkin saja deposito dan obligasi akan
dipilih oleh suatu Bank Umum untuk dikelola lebih dahulu karena mempunyai jangka waktu
yang panjang dengan suku bunga yang tetap sehingga lebih aman bagi likuiditasnya dan lebih
menguntungkan dalam hal dibandingkan dengan giro.
F. Sarana Penarikan
Nasabah penyimpan sebagai pemilik dana tentu akan melakukan penarikan dengan giro
sesuai dengan keperluannya. Penarikan tersebut menggunakan sarana yang berlaku dalam
kegiatan perbankan di Indonesia. Sebagai mana telah dikemukakan dalam uraian terdahulu
tentang pengertian giro yang diatur dalam UU Perbankan 1992/1998, penarikan dana oleh
pemilik giro dapat dilakukan dengan menggunakan cek dan bilyet giro, di samping sarana
perintah pembayaran dan pemindah bukuan lainnya. Penggunaan sarana-sarana tersebut
dimungkinkan pula dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi di bidang perbankan.
Namun demikian, untuk penggunaan sarana lainnya yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku seharusnya terlebih dahulu telah dikonfirmasikan untuk mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia sebagai lembaga yang mempunyai tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Dalam praktik perbankan dapat diperhatikan penggunaan formulir khusus untuk
penarikan melalui pemindah bukuan yang dikaitkan dengan giro dan disediakan oleh bank.
Kelihatannya penggunaan formulir penarikan tersebut terutama dimaksudkan untuk penarikan
giro valuta asing. Sebagaimana diketahui dalam praktik perbankan untuk penarikan giro valuta
asing tidak menggunakan cek/bilyet giro.
Oleh:
Kelompok 8
Putu Nesy Swendriani (1506305037/08)
UNIVERSITAS UDAYANA
2017