Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang fertilisasi tentu saja mengarah pada sistem

reproduksi, dimana fetilisisasi merupakan pembentukan gamet yaitu

perpaduan spermatozoa dari system reproduksi pria dengan ovum (sel

telur) dari sistem reproduksi wanita.

FSH dan Hipofisis berpengaruh terhadap ovarium, dimana ovarium

sudah mulai membentuk hormon estrogen dan progesteron yang berperan

dalam organ reproduksi primer dan sekunder wanita serta efek

kontrasepsi progesteron tugasnya untuk mencegah terjadinya pembuahan

selanjutnya selama masa hamil yang berlangsung dengan dua cara, yaitu

dengan mekanisme feedback negatif sekresi LH, dan progesteron yang

yang mempengaruhi leher rahim.

Kontrasepsi merupakan upaya mencegah terjadinya konsepsi atau

terjadinya kehamilan, dimana kontrasepsi menjaga persatuan antara telur

dan sperma dan juga untuk mencegah pematangan telur dan sperma,

serta mencegah implantasi telur yang telah dibuahi.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah untuk

Mengetahui secara lebih baik peran dari insulin di dalam tubuh dan

pengaruhnya pada penyakit diabetes.

C. Maksud Praktikum

Adpun maksud dari praktikum ini adalah untuk melihat efek terapi

dari obat diabetes

D. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat bagaimana

mekanisme kerja obat antidiabetes pada selang waktu 15 menit.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengamati efek terapi pada saat diberikan glukosa 10 %

dengan mengukur kadar gula darah.

b. Untuk mengamati efek terapi pada saat diberikan obat metformin

dengan mengukur kadar gula darah pada selang waktu 15 menit.

E. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai dasar atau

sumber pengetahuan agar mahasiswa dapat mengetahui peran insulin

pada penyakit diabetes.

2
F. Hipotesis

Adapun hipotesis pada percobaan ini adalah pengaruh glukosa 10 %

yang diberikan terhadap hewan coba dan efek setelah pemberian obat

metformin pada hewan coba.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetesmelitus

A. Pengertian Diabetesmelitus

Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat

adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan

proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang

diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga

keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal

pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan

dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik

secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan

terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia)

(Tjokroprawiro, 1998).

Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang

ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia)

sebagai akibat dari rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin,

atau keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan patogen

melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan

metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria,

polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan

kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat

menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan

4
ketoasidosis. Hiperglikemia kronik menyebabkan kerusakan jangka

panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan

organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy,

microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes

jantung (Reinauer et al, 2002).

B. Gejala Klinis

Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita

lainnya tidak selalu sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah

gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan

adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang

tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu

(Tjoktoprawiro, 1998).

Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:

a. Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)

b. Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)

c. Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing

3. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)

Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM)

merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok pasien

diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa

pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini

5
adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta (β) dari pulau-

pulau Langerhans (Katzung, 2002).

b. Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau

NIDDM) merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok

diabetes mellitus yang tidak memerlukan pengobatan dengan

insulin supaya dapat bertahan hidup, meskipun hampir 20%

pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu

mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya ditunjukkan

oleh adanya kombinasi yang beragam dari tahanan insulin dan

kekurangan insulin.

c. Pengobatan Diabetes Melitus

Diabetes melitus dapat ditanggulangi dengan pemberian

obat, pengaturan diet secara maksimal untuk mengembalikan

kadar glukosa darah dan pemberian

preparat hormonal. Pemberian obat hanya merupakan pelengkap

diet, obat diberikan bila pengaturan diet secara maksimal tidak

berhasil mengembalikan glukosa darah.

o Antidiabetik

oral Menurut Ganiswarna (1995), anti diabetik oral tidak

diindikasikan bagi penderita yang cenderung mendapat

ketoasidosis. Bila hiperglikemia sudah terkontrol dengan

antidiabetik oral dosis rendah maka dapat dilakukan pengaturan

6
diet saja dan kerja fisik. Penderita yang membutuhkan dosis

antidiabetik oral yang makin meningkat untuk mengontrol

peninggian gula darahnya mungkin menunjukkan adanya

kegagalan sekunder.

o Insulin

Insulin merupakan hormonyang penting untuk kehidupan. Hormon

ini mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Insulin menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian

besar jaringan, menaikan penguraian glukosa secara oksidatif,

menaikan pembentukan glikogen dalam hati dan otot dan

mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan lemak

dan protein dari glukosa. Semua proses ini menyebabkan kadar

glukosa darah menurun akibat pengaruh insulin. Kerja insulin

lainnya adalah menaikkan pengambilan ion kalium ke dalam sel

dan menurunkan kerja katabolik glukokortikoid dan hormon kelenjar

tiroid (Mutschler 1991).

o Glukagon

Glukagon adalah suatu polipeptida yang terdiri dari 29 asam amino.

Hormon ini dihasilkan oleh sel alpha pulau langerhans. Glukagon

meningkatkan glukoneogenesis efek ini mungkin sekali disebabkan

oleh menyusutnya simpanan glikogen dalam hati, karena dengan

berkurangnya glikogen dalam hati proses deaminasi dan

transaminasi menjadi lebih aktif. Dengan meningkatnya proses

7
tersebut maka pembentukan kalori juga semakin besar. Glukagon

terutama digunakan pada pengobatan hipoglikemia yang

ditimbulkan oleh insulin. Hormon tersebut dapat diberikan secara

intravena, intramuscular, atau subkutan. Bila 20 menit setelah

pemberian glukagon subkutan penderita koma hipoglikemik tetap

tidak sadar, maka glukosa intravena harus segera diberikan karena

mungkin glikogen dalam hati telah habis atau telah terjadi

kerusakan otak yang menetap (Ganiswarna 1995).

B. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi Hewan Uji Mencit ( Mus Musculus )

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub Class : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus Musculus

2. Karakteristik Hewan Uji Mencit ( Mus Musculus ), Betina dengan berat

badan 21 gr, dengan volume pemberian 0,7 ml.

8
C. Uraian Obat

Jenis obat : Obat antidiabetes biguanid (biguanide)

Golongan : Obat resep

Manfaat : Menurunkan kadar gula darah yang tinggi pada

diabetes

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak berusia 10 tahun ke

atas

Bentuk obat : Tablet, cairan yang diminum, bubuk

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

1. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah glukosa

10 %, obat metformin 0,7 ml, Alkohol, dan Betadin.

2. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah spoti 1 ml,

Kanula, Kapas dan alat pengukur kadar glukosa.

B. Hewan Coba

Hewan uji yang digunakan adalah Mencit ( Mus Musculus ) betina

dengan berat badan 21 gr.

C. Prosedur Kerja

Pertama – tama disiapakan hewan coba, alat dan bahan, hewan

coba Mencit ( Mus Musculus ) dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam,

setelah itu diambil darah dari mencit tersebut memalui ekornya, darah

yang diambil tersebut darah yang keluar ketiga kalinya, yang disebut

sebagai darah awal, setelah itu di oral glukosa 10% sebanyak 0,7 ml, di

tunggu selama 15 menit, setelah menit ke 15 di ambil kembali darah nya

untuk mengukur kadar gula setelah pemberian glukosa, kemudian

diberikan obat metformin pada menit ke 15. Kemudian dilakukan

10
pengamatan terhadap mekanisme kerja obat metformin sebagai obat

antidiabetes. pengamatan dilakukan tiap menit ke 15, 30 dan 60.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran kadar glukosa tiap menitnya

pada setiap kelompok ditabulasikan

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan BB VP Kadar Kadar Kadar glukosa setelah menit

gula awal glukosa


15’ 30’ 60’
induksi

Control 25 gr 0,8 118,8 212,4 145,8 97,2 68,8

mL

Metformin 21 gr 0,7 133,2 253,8 133,2 136,8 122,4

mL

Akarbose 21 gr 0,7 95,4 149,4 126 124,2 100,8

mL

Akarbose 25 gr 0,8 153 178,2 293,4 143,2 138,6

mL

Metformin 30 gr 1 mL 142,2 478,8 487,8 442,8 315

Diabetes atau yang dikenal dengan kencing manis adalah penyakit

tunggal yaitu suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya

ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defesiensi

insulin relatif atau absolute.

Diabetes melitus terbagi atas empat macam yaitu Diabetes Mellitus

tipe 1 Hasil dari kehancuran sel β pankreas, biasanya menyebabkan

defisiensi insulin yang absolut, Diabetes Mellitus tipe 2 Hasil dari

12
gangguan sekresi insulin yang progresif ynag menjadi latar belakang

terjadinya resistensi insulin, Diabetes tipe spesifik lain misalnya gangguan

genetik pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit

eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh obat atau

bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah

transplantasi organ) dan Gestational Diabetes Mellitus.

Penyebab diabetes disebabkan karena kurangnya insuline di dalam

tubuh kita, dibawah ini merupakan gambar proses normalnya sekresi dari

insulin yang bekerja didalam sel β-Pankreas

Ini merupakan gambar dalam sel β-Pankreas, diamana glukosa

masuk didalam sel dengan bantuan glu-T 2 (Glukosa Transporter),

masuknya glukosa ini menyebabkan terjadinta glikolisis (Proses

13
pengubahan glukosa menjadi asam piruvat yang kemudian terpecah

menjadi ATP) dan fosforilasi ( Penambahan gugus fosfat), ATP yang

terbentuk ini peka terhadap kanal K+ atau sebaliknya, sehingga

mengakibatkan kanal K+ tertutup sehingga K+ yang ada didalam sel

ataupun diluar tidak dapat masuk ataupun keluar atau terjadi depolarisasi,

sehingga untuk menyeimbanginya terbukalah kanal Ca 2+, sehingga

masuklah Ca2+ dalam sel β-Pankreas yang memicu keluarnya insulin,

sehingga terjadilah sekresi insulin untuk menurunkan kadar gula dalam

darah, dengan cara berikatan pada reseptor, atau sebagai kunci agar

glukosa dalam darah itu keluar sehingga tidak terjadi yang namanya

diabetes, sehingga semua obat dibetes ini berperan agar terjadinya

sekresi insulin ataupun ada juga pemberian insulin secara langsung yang

diakibatkan karena adanya keruskan dalam organ tubuh sehingga tidak

bisa lagi memproduksi insulin.

Adapun Obat-obat golongan antidiabetes yaitu insulin, Sulfonilurea,

Meglitinid, Biguanid, Inhibitor Dipeptil Peptidase-4 (DPP-4), Tiazoledindion

(TZDs), Inhibitor α-glukosidase, Analog Glucagon-Polypeptide 1(GLP-1),

dan analog amylin.

Pada praktkum ini hewan coba dibagi dalam 5 kelompok, digunakan

mencit Hewan uji yang digunakan adalah Mencit ( Mus Musculus ) betina

dan obat yang digunakan ada acarbose dan metforfin. Pada hewan uji

dengan berat badan 21 gr terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam agar

nanti pada saat pengukuran kadar glukosa hasilnya itu akurat, setelah itu

14
diambil darah ke tiga melalui ekor, karena jika darah pertama yang diambil

ditakutkan itu lisis, sehingga hasilnya juga tidak baik, kemudian diukur

kadar glukosa awalnya, yang di peroleh yaitu 133,2 mg/dl, setelah 15

menit diambil lagi darah hewan coba telah diberikan glukosa 10%

sehingga diperoleh kadar glukosa meningkat menjadi 253,8 mg/dl, setelah

itu hewan coba tersebut diberikan obat metformin yang berfungsi untuk

menurunkan kadar gula darah yang tinggi pada diabetes kemudian

dilakukan pengamatan terhadap mekanisme kerja dari obat metformin,

pada menit ke 15 diperoleh hasil 133,2 mg/dl, pada menit ke 30 diperoleh

136,8 mg/dl, dan pada menit ke 60 diperoleh 122,4 mg/dl, jadi terbukti

bahwa obat metformin ini menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan

cara hanya efektif di hadapan insulin, dan efek utamanya adalah untuk

mengurangi produksi glukosa hepatik[4]. Selain itu, metformin

meningkatkan penggunaan glukosa insulin yang dimediasi pada jaringan

perifer (seperti otot dan hati), terutama setelah makan, dan memiliki efek

antilipolitik yang menurunkan konsentrasi asam lemak bebas serum,

sehingga mengurangi ketersediaan substrat untuk glukoneogenesis

(pengubahan glukogen menjadi glukosa).

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Mencit (mus

musculus) dapat digunakan sebagai hewan coba karena memiliki struktur

organ dalam yang hampir sama dengan manusia, sehingga Pemberian

obat pada hewan coba dapat dilakukan secara oral, intraperitonial,

subkutan, intramuscular, dan intravena, serta dengan pemberian obat

metformin pada hewan coba yang dinaikkan glukosanya dengan

pemberian glukosa 10% memberikan efek yang baik untuk menurunkan

kadar glukosa dalam darah.

B. Saran

Disarankan kepada semua praktikan harus bisa mahir dalam

mengoral hewan coba ataupun menginjeksi agar tidak terjadi hal yang

tidak diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-4. Diterjemahkan


oleh Rianto Setiabudy, dkk. Jakarta : FKUI. hlm: 480-481.

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta,


Salemba Medika. Halaman 671, 677-678

Mutschler E. 1991. Dinamika Obat. Edisi ke-5. Diterjemahkan oleh


Mathilda B. Widianto & Anna Setiadi ranti. Bandung : ITB. hlm:
343-345.

Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002.


Laboratory Diagnosis and Monitoring of Diabetes Mellitus.
World Health Organization. Geneva

Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes.


Gramedia Pustaka Utama : Jakarta .

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen18 halaman
    Bab I
    intan
    Belum ada peringkat
  • Sampul Botani
    Sampul Botani
    Dokumen1 halaman
    Sampul Botani
    intan
    Belum ada peringkat
  • Ocing KKK
    Ocing KKK
    Dokumen34 halaman
    Ocing KKK
    intan
    Belum ada peringkat
  • Resume Botani
    Resume Botani
    Dokumen35 halaman
    Resume Botani
    intan
    Belum ada peringkat
  • KKK Ok
    KKK Ok
    Dokumen24 halaman
    KKK Ok
    intan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen21 halaman
    Bab I
    intan
    Belum ada peringkat
  • An Tik Anker
    An Tik Anker
    Dokumen13 halaman
    An Tik Anker
    intan
    Belum ada peringkat
  • Dua Dimensi Fix
    Dua Dimensi Fix
    Dokumen22 halaman
    Dua Dimensi Fix
    intan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen21 halaman
    Bab I
    intan
    Belum ada peringkat
  • Antri Fertelisasi
    Antri Fertelisasi
    Dokumen19 halaman
    Antri Fertelisasi
    intan
    Belum ada peringkat
  • Dapus BSLT
    Dapus BSLT
    Dokumen1 halaman
    Dapus BSLT
    intan
    Belum ada peringkat
  • Resume Botani
    Resume Botani
    Dokumen35 halaman
    Resume Botani
    intan
    Belum ada peringkat
  • An Tibi Otik
    An Tibi Otik
    Dokumen2 halaman
    An Tibi Otik
    intan
    Belum ada peringkat
  • Laporan BSLT-1
    Laporan BSLT-1
    Dokumen19 halaman
    Laporan BSLT-1
    intan
    Belum ada peringkat
  • An Tik Anker
    An Tik Anker
    Dokumen13 halaman
    An Tik Anker
    intan
    Belum ada peringkat
  • Dapus BSLT
    Dapus BSLT
    Dokumen1 halaman
    Dapus BSLT
    intan
    Belum ada peringkat
  • ANTIMIKROBA
    ANTIMIKROBA
    Dokumen24 halaman
    ANTIMIKROBA
    intan
    Belum ada peringkat
  • BSLT
    BSLT
    Dokumen20 halaman
    BSLT
    intan
    Belum ada peringkat
  • An Tik Anker
    An Tik Anker
    Dokumen13 halaman
    An Tik Anker
    intan
    Belum ada peringkat
  • An Tibi Otik
    An Tibi Otik
    Dokumen2 halaman
    An Tibi Otik
    intan
    Belum ada peringkat
  • Resume Botani
    Resume Botani
    Dokumen35 halaman
    Resume Botani
    intan
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen9 halaman
    SAMPUL
    intan
    Belum ada peringkat