Anda di halaman 1dari 12

1 Latar Belakang

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) penyakit


kardiovaskular seperti hipertensi, stroke, dan penyakit jantung merupakan
penyakit nomor satu yang paling sering terjadi. Prevalensi kejadian stroke di
Indonesia 12,1% atau sekitar 3.050.949 jiwa dan diperkirakan akan terus
meningkat setiap tahunnya (Riskesdas, 2013). Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki angka kejadian stroke di tahun 2013 sebanyak 0,5% atau sekitar 13.612
jiwa. Sedangkan orang yang memiliki faktor resiko stroke sebanyak 2,2% atau
sekitar 59.892 jiwa dari seluruh penduduk Provinsi Kalimantan Selatan,
(Riskedas, 2013).
Stroke adalah pengecilan atau penyumbatan pembuluh darah di otak secara
mendadak yang disertai dengan kelumpuhan (Dorland, 2002). Stroke atau
cerebral vascular accident adalah gangguan fungsional otak sebagian atau
menyeluruh yang timbul secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari
24 jam (Smeltzer & Bare, 2001). Penyakit stroke harus segera ditangani ketika
sudah menunjukkan tanda dan gejala berupa lumpuhnya anggota gerak. Golden
hour atau waktu penanganan pertama stroke adalah 3-4,5 jam, jika melebihi waktu
tersebut penderita akan sulit untuk kembali normal (Adib, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi golden hour pasien stroke adalah pengetahuan,
persepsi, tingkat pendidikan dan transportasi (Kim, 2011). Persepsi adalah
tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu hal yang diserap (Moeliono,
2012). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
merupakan hal yang empiris dalam artian bahwa hal tersebut didasarkan pada
pengalaman masa lalu (Sunaryo, 2012).
Pada saat terjadinya serangan stroke inisiator berperan penting untuk
mengambil keputusan dalam perawatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap
pasien stroke (Lenora, 2004). Penelitian Wahid (2015) mengatakan bahwa
sebanyak 33 pasien stroke mengalami serangan stroke ketika berada di rumah.
Ketika serangan terjadi di rumah maka inisiator terbesar dalam mengambil

1
keputusan untuk memberikan tindakan kesehatan yang tepat adalah keluarga
(Wahid, 2015).
Penelitian tentang persepsi keluarga belum pernah dilakukan, tetapi ada
penelitian yang dilakukan oleh Nakibuuka (2014) menjelaskan bahwa persepsi
pasien yang kurang tepat mengenai penyakit stroke. Berdasarkan data dari RSUD
Ulin Banjarmasin didapatkan bahwa rata-rata jumlah pasien stroke yang masuk ke
rumah sakit pada Januari-Juni berjumlah 107 pasien setiap bulan. Rata-rata pasien
yang meninggal pada Januari-Juni berjumlah 6 pasien setiap bulan. Hasil
wawancara terhadap perawat yang bekerja di RSUD Ulin Banjarmasin diketahui
bahwa beberapa keluarga pasien membawa pasien ke rumah sakit setelah 1 hari
terkena serangan, dan kondisi pasien sudah memburuk. Keluarga pasien
berpandangan bahwa stroke hanya bisa terjadi pada orang yang mengalami
tekanan darah tinggi. Rata-rata waktu kedatangan pasien di RSUD Ulin
Banjarmasin adalah 8,9 jam setelah mendapat gejala awal stroke (Wahid, 2015).

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana proses penyakit stroke, penyebab, tanda dan gejala sampai
penenganannya serta golden hour pasien dengan stroke.

2 Stroke
2.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan tanda atau gejala
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak lokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah
atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler (Smeltzer & Bare, 2001). Stroke merupakan penyebab
kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor dua di dunia.
Dua dari tiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80%
penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik.
Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia (William, 2008).

2
2.2 Penyebab Stroke
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan
jauh lebih sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada
kelompok usia yang lebih muda bisa lebih buruk. Keturunan menjadi faktor
predisposisi untuk stroke, misalnya penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit
hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis.
Namun belum ada perawatan yang memadai untuk hemoglobinopati, tetapi
homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia akan merespon
untuk diet atau mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan pengobatan
hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat terjadinya proses
pengerasan dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan mengurangi
risiko stroke atau infark miokard pada usia dewasa (Smelzer & Bare, 2001).
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut (Adib, 2009):
a. Trombosis Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis,
poliarteritis nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis 10 (spontan
atau traumatik); Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati
(penyakit sel sabit).
b. Embolisme di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark
miokardium, penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung,
katup prostetik, kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli
aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis
distal; Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.
c. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah
d. Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
e. Perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif;
perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
ruptura malformasi arteriovena (MAV), trauma; penyalahgunaan
kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor tak; infark hemoragik;
penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.

3
2.3 Tanda dan Gejala Stroke
a. Infark pada Sistem Saraf Pusat
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang
terkena (Adib, 2009):
1) Infark total sirkulasi anterior (karotis):
a) Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus
kortikospinal),
b) Hemianopia atau buta mendadak (kerusakan pada radiasio optikus),
c) Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya
fungsi visuospasial (hemisfer nondominan).
2) Infark parsial sirkulasi anterior: Hemiplegia dan hemianopia, hanya
defisit kortikal saja.
3) Infark lakunar: Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil
profunda menyebabkan sindrom yang karakteristik.
4) Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar): Tanda-tanda lesi batang
otak,Hemianopia homonim.
5) Infark medulla spinalis atau cedera pada tulang belakang.
b. Serangan Iskemik Transien
Tanda khas TIA (Transien Iskemik Akut) adalah hilangnya fungsi
fokal SSP (Infeksi Sistem Saraf Pusat) secara mendadak; gejala seperti
pingsan, bingung, dan pusing tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
TIA umumnya berlangsung selama beberapa menit saja, jarang berjam-
jam. Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi (Adib,
2009):
1) Karotis (paling sering):
a) Hemiparesis atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
b) Hilangnya sensasi hemisensorik, Disfasia (gangguang
berkomunikasi).
c) Kebutaan monokular yang disebabkan oleh iskemia retina.
2) Vertebrobasilar:
a) Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif,
4
b) Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut),
c) Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia.
Setidaknya dua dari tiga gejala ini terjadi secara bersamaan.
c. Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan
gejala nyeri kepala mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat
disertai fotofobia, mual, muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku
kuduk dan tanda Kernig).
Pada perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan
tekanan intrakranial dan gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat
dilihat edema papil dan perdarahan retina. Tanda neurologis fokal dapat
terjadi sebagai akibat dari:
1) Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial,
2) Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan,
3) Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah,
bersamaan dengan iskemia (Adib, 2009).
d. Perdarahan Intraserebral Spontan
Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung dari
lokasi perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan intrakranial.
Diagnosis biasanya jelas dari CT scan (Adib, 2009).

2.4 Faktor Resiko pada Stroke


Faktor resiko pada stroke dibagi dua, yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi, sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2001):
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
Kebanyakan orang yang menderita stroke berusia lebih dari 65
tahun.
2) Jenis kelamin

5
Penderita stroke lebih banyak perempuan, dikarenakan perempuan
hidup lebih lama dari pada pria. Secara keseluruhan sekitar 1,5 kali lebih
banyak perempuan dari pada pria meninggal karena stroke.
3) Herediter
Faktor genetik sebenarnya belum dapat dipastikan gen apa yang
menyebabkan stroke.
b. Faktor resiko stroke yang dapat dimodifikasi
1) Hematocrit
2) Riwayat Stroke
3) Hipertensi
4) Penyakit Jantung
5) Diabetes Mellitus,
6) Transient Ischemic Attack (TIA)
7) Hiperkolesterol
8) Obesitas
9) Merokok
10) Alkoholik
11) Hiperurisemia.

2.5 Patofisiologi Stroke


Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi, arteria karotis interna dan
sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Stroke mungkin didahului

6
Gambar 2.1 Sirkulus Willisi (AHA/ASA, 2007)
oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang serupa dengan angina pada
serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit neurologic yang
mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung membaik
dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi biasanya dalam
24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar 50% sampai 75%
pasien (AHA/ASA, 2007).
Secara patologi stroke dibedakan menjadisebagai berikut:
a. Stroke Iskemik
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan
aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik
dengan cara:
1) Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus
atau perdarahan aterom.
3) Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai
emboli.

7
4) Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma
yang kemudian dapat robek.
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia
jaringan otak di bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga
bertindak sebagai iritan yang menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di
segmen di mana embolus berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh
darah yang tersumbat. Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau
embolus, maka area sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi dan akan
mengalami infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat.
(Junaidi, 2011).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami
ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat
menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah aneurisma sakular
dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme lain pada stroke
hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat
menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subarakhnoid.
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling
sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur
salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan
otak. Biasanya perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan
defisit neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara progresif dalam
beberapa menit sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang
berlawanan dari letak perdarahan merupakan tanda khas pertama pada
keterlibatan kapsula interna.
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan
ketergantungan dinding aneurisma yang bergantung pada diameter dan
perbedaan tekanan di dalam dan di luar aneurisma. Setelah pecah, darah
8
merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar keseluruh otak dan medula
spinalis bersama cairan serebrospinalis. Darah ini selain dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat melukai
jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama
kali pecah, serta mengiritasi selaput otak (Junaidi, 2011).

2.6 Pemeriksaan Stroke


Untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke perdarahan
dilakukan pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala. Pada stroke hemoragik akan
terlihat gambaran hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik akan terlihat adanya
gambaran hipodens (Adib, 2009).

2.7 Penatalaksanaan Stroke


Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan
stroke sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3 jam sampai
dengan 4,5 jam. Hal yang harus dilakukan adalah (Groco, 2003):
a. Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, Breathing,
Circulation).
b. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor, koma atau gagal napas.
c. Pasang jalur infus intravena dengan larutan normal salin 0,9 % dengan
kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa
5 % dalam air dan salin 0,45 %, karena dapat memperhebat edema otak.
d. Berikan oksigen 2 liter/menit melalui kanul hidung.
e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
f. Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen
toraks.
g. Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer
lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan
kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial.

9
h. Jika ada indikasi, lakukan tes berikut yaitu kadar alkohol, fungsi
hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi.
i. Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
j. CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia.

2.8 Golden Hour


Golden hour adalah rentang waktu dari awal terjadinya serangan hingga
pasien tiba di rumah sakit. Golden hour stroke adalah 3 jam sampai dengan 4,5
jam dari awal terkena serangan. Tujuan dari golden hour pasien stroke adalah
untuk menurunkan angka kematian dan angka kecacatan permanen pada
penderita. Penanganan stroke yang melebihi golden hour akan mengakibatkan
beberapa organ tubuh mengalami kecacatan permanen atau sulit berfungsi normal
(AHA/ASA, 2007). Filosofi yang harus dipegang adalah the golden hour dalam
<4,5 jam (Grocco, 2003).
Penanganan stroke sesegera mungkin merupakan hal penting dalam
mengurangi kematian dan meminimalkan kerusakan otak yang ditimbulkan.
Penanganan dini yang paling direkomendasikan untuk stroke diberikan dalam
rentang waktu 3 sampai dengan 4,5 jam setelah terjadinya serangan. Waktu <4,5
jam tersebut dipergunakan untuk mengoreksi sumbatan yang terjadi di otak. Kalau
penanganan stroke diberikan lebih dari rentang waktu (golden hour) maka
kerusakan yang dialami pasien stroke akan bersifat permanen (Pinzon, 2010).
Keterlambatan pertolongan harus dihindari dengan pengenalan keluhan
dan gejala stroke bagi pasien dan orang terdekat sehingga memudahkan untuk
secepat mungkin membawa pasien ke Rumah sakit. Pada setiap kesempatan,
informasi mengenai keluhan stroke, terutama pada kelompok berisiko tinggi
(hipertensi, atrial fibrilasi, kejadian vaskuler lain dan diabetes) perlu
disebarluaskan. Keterlambatan manajemen stroke akut dapat terjadi pada beberapa
tingkat. Pada tingkat populasi, hal ini dapat terjadi karena keluhan atau gejala
stroke kurang familiar dan ketidaktahuan kontak pelayanan gawat darurat
(AHA/ASA, 2007).

10
Faktor yang mempengaruhi golden hour pada tahap prehospital ada 3
yaitu (AHA/ASA, 2007):
a. Deteksi: deteksi adanya tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Dalam
langkah deteksi akan dipengaruhi oleh persepsi tentang stroke,
pengetahuan tentang stroke dan tingkat pendidikan yang dimiliki.
b. Dispatch: merupakan tahap dimana seseorang harus mencari keputusan
untuk pasien stroke. Pada tahap ini akan dipengaruhi oleh pengetahuan
tentang stroke, persepsi tentang stroke dan tingkat pendidikan yang
dimiliki.
c. Delivery: saat dimana pasien diantar menuju pelayanan kesehatan
terdekat. Ketika pengantaran terjadi akan dipengaruhi oleh transportasi
tercepat menuju pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang stroke,
persepsi tentang stroke serta tingkat pendidikan yang dimiliki.

3. Simpulan
a. Stroke merupakan peyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh
darah otak maupun pecahnya pembuluh darah otak yang bersifat
mendadak.
b. Tanda gejala penyakit stroke umumnya merupakan kelumpuhan pada
sebagian organ tubuh.
c. Stroke bisa disembuhkan apabila waktu penanganan awal tidak melebihi
3,5-4 jam.
d. Golden hour adalah waktu penanganan terbaik penyakit stroke, yaitu 3,5-4
jam.
e. Angka kejadian stroke di rumah sakit umum daerah ulin Banjarmasin
sebanyak 107 orang atau bulan, dengan jumlah kematian 6 orang atau
bulan.

11
6

Anda mungkin juga menyukai