PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan spesifik tentang Retinopati
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari penyakit Retinopati
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari retiopati
c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab adanya penyakit Retinopati
d. Untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala penyakit Retinopati
e. Untuk mangatahui proses perjalanan penyakit Retinopati
f. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dapat dilakuan untuk penyakit
Retinopati
g. Untuk mengetahui penatalasanaan dari Retinopati
h. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Retinopati
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Retinopati merupakan kelompok penyakit pada retina mata (selaput jala)
yang ditandai dengan gejala penurunan tajam penglihatan tanpa disertai proses
inflamasi. Sering merupakan manifestasi ocular (gejala pada mata) dari suatu
penyakit sistemik. retinopati diabetic adalah suatu mikroangiopati progresif yang
diandai oleh kerusakan dan sumbatan-sumbatan pembuluh halus yang meliputi
arteriol prekaipler retina, kapiler-kapiler dan vena-vena. Retinopati Diabetik
adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes
mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya
vena, perdarahan dan eksudat lemak. (Lubis, Rodiah Rahmawati. 2008)
Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami retinopati diabetik hanya bila
ia telah menderita lebih dari 5 tahun. Bila seseorang telah menderita DM lebih 20
tahun maka biasanya telah terjadi kelainan pada selaput jala / retina. (Pandelaki K.
2007)
3
4
B. Etiologi
Penyebab Retinopati Diabetik antara lain adalah sebagai berikut :
1. Genetik atau Faktor Keturunan
2. Virus dan Bakteri
3. Bahan Toksin atau Beracun
4. Asupan Makanan
5. Obesitas
C. Klasifikasi
Retinopati diabetik terdiri dari 2 stadium, yaitu : (Lubis, Rodiah Rahmawati.
2008)
1. Retinopati diabetes non proliferative / NPDR (Non proliferative diabetic
retinopathy)
Merupakan stadium awal dari proses penyakit Retinopati Diabetik.
Selama menderita diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah
kecil pada mata melemah sehingga timbul tonjolan kecil pada pembuluh darah
tersebut (mikroaneurisma) yang dapat pecah sehingga membocorkan cairan dan
protein ke dalam retina. (Lubis, Rodiah Rahmawati. 2008)
Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan pembentukan bercak
berbentuk cotton wool berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein
yang berwarna putih kuning (eksudat yang keras) juga terbentuk pada retina.
Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan
protein dari pembuluh darah yang rusak menyebabkan pembengkakan pada
pusat retina (makula). Keadaan ini yang disebut makula edema, yang dapat
memperparah pusat penglihatan seseorang. (Lubis, Rodiah Rahmawati. 2008)
2. Retinopati Diabetes Proliferatif / PDR
Retinopati proliferative merupakan stadium yang lebih berat pada
penyakit retinopati diabetik. Bentuk utama dari retinopati proliferative adalah
pertumbuhan (proliferasi) dari pembuluh darah yang rapuh pada permukaan
retina. Pembuluh darah yang abnormal ini mudah pecah, terjadi perdarahan pada
pertengahan bola mata sehingga menghalangi penglihatan. (Lubis, Rodiah
Rahmawati. 2008)
5
Juga akan terbentuk jaringan parut yang dapat menarik retina sehingga
retina terlepas dari tempatnya. Jika tidak diobati, retinopati proliferatif dapat
merusak retina secara permanen serta bahagian-bahagian lain dari mata sehingga
mengakibatkan kehilangan penglihatan yang berat atau kebutaan ((Lubis,
Rodiah Rahmawati. 2008)).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada retinopati antara lain: (Pandelaki K. 2007)
1. Tampak bayangan jaringan/sarang laba-laba pada penglihatan mata
2. Bayangan abu-abu
3. Mata kabur
4. Sukar membaca karena kabur
5. Ada titik gelap atau kosong ditengah lapangan pandang
6. Seperti ada selaput merah pada penglihatan
7. Obyek yang dilihat seperti dikelilingi lingkaran terang
E. Patofisiologi
perfusi yang kurang adekuat akibat kerusakan jaringan pembuluh darah organ,
termasuk kerusakan pada retina itu sendiri. Terdapat 4 proses biokimiawi yang
terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga berhubungan dengan timbulnya
retinopati diabetik, antara lain: (Tambayong,jan.2000)
1. Akumulasi Sorbitol
Produksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari
aktivasi jalur poliol terjadi karena peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase
yang terdapat pada jaringan saraf, retina, lensa, glomerulus, dan dinding
pembuluh darah akibat hiperglikemi kronis. Sorbitol merupakan suatu senyawa
gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan
tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat
akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat
proses osmotik.
Selain itu, sorbitol juga meningkatkan rasio NADH/NAD+ sehingga
menurunkan uptake mioinositol. Mioinositol berfungsi sebagai precursor sintesis
fosfatidilinositol untuk modulasi enzim Na-K-ATPase yang mengatur konduksi
syaraf. Secara singkat, akumulasi sorbitol dapat menyebabkan gangguan konduksi
saraf.
2. Pembentukan protein kinase C (PKC)
Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel
vaskular meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yang
merupakan suatu regulator PKC dari glukosa. PKC diketahui memiliki pengaruh
terhadap agregasi trombosit, permeabilitas vaskular, sintesis growth factor dan
vasokonstriksi. Peningkatan PKC secara relevan meningkatkan komplikasi
diabetika, dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah vaskular retina.
Peningkatan permeabilitas vaskular akan menyebabkan terjadinya
ekstravasasi plasma, sehingga viskositas darah intravaskular meningkat disertai
dengan peningkatan agregasi trombosit yang saling berinteraksi menyebabkan
terjadinya trombosis. Selain itu, sintesis growth factor akan menyebabkan
peningkatan proliferasi sel otot polos vaskular dan matriks ekstraseluler termasuk
7
ekstravasasi plasma di retina, yang ditandai dengan hilangnya refleks fovea pada
pemeriksaan funduskopi.
Neovaskularisasi yang tampak pada pemeriksaan funduskopi terjadi
karena angiogenesis sebagai akibat peningkatan sintesis growth factor, lebih
tepatnya disebutVascular Endothelial Growt Factor (VEGF). Sedangkan
kelemahan dinding vaksular terjadi karena kerusakan perisit intramural yang
berfungsi sebagai jaringan penyokong dinding vaskular. Sebagai akibatnya,
terbentuklah penonjolan pada dinding vascular karena bagian lemah dinding
tersebut terus terdesak sehingga tampak sebagai mikroaneurisma pada
pemeriksaan funduskopi. Beberapa mikroaneurisma dan defek dinding vaskular
lemah yang lainnya dapat pecah hingga terjadi bercak perdarahan pada retina yang
juga dapat dilihat pada funduskopi. Bercak perdarahan pada retina biasanya
dikeluhkan penderita dengan floaters atau benda yang melayang-layang pada
penglihatan.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara
lain: (Verdaguaer J.2002)
1. Indirect of Thalamoskop
Diperiksa seluruh permukaan fundus sampai belakang penggantung lensa
dapat dilihat dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien
ditetes dengan midirasil.
2. Foto fundus
Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan Nampak
optikus, retina dan pembuluh darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi
medriasil.
G. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan rutin
Kelainan metabolik pada diabetes melitus mempunyai pengaruh besar pada
komplikasi yang mungkin terjadi. Kelainan sistemik dan beberapa keadaan juga
dapat berpengaruh terhadap tingkat retinopati diabetik, misalnya peningkatan serum
lipid dan hpiertensi. Peningkatan serum lpi id dapat menyebabkan terjadinya
eksudat retina pada NPDR dan edema makula. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat meningkatkan progresifitas edema macula dan Retinopati diabetik secara
umum. (American Academy of Ophthalmology.2001-2002)
b. Pemeriksaan tambahan
10
ukuran diskus, atau perdarahan vitreus dan perdarahan preretina yang disertai
NVD, atau perdarahan vitreus dan preretina yang disertai neovaskularisasi lebih
besar dari diameter diskus tetapi jauh dari diskus optikus ( NVE ). Pada
keadaan ini, laser merupakan pilihan terapi untuk meregresi neovaskularisasi
yang tidak normal dengan syarat, operator dapat melihat fundus retina secara
adekuat, karena jika terjadi perdarahan vitreus yang hebat, akan sulit bagi
operator untuk melakukan laser, sehingga pada keadaan ini perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan vitrektomi.( Verdaguaer J.2002)
d. Operatif
Tindakan bedah yang dilakukan adalah vitrektomi pars plana, yang
dilakukan bila terdapat media yang keruh, perdarahan vitreus, ablasio retina traksi
yang mengenai makula dan ablasio retina kombinasi traksi dan regmatogen.11
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama
Klien mengeluh susah untuk melihat dan melakukan
aktivitas
2) Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami
Tidak ada
b) Pernah dirawat
Tidak ada
c) Alergi
Tidak ada
d) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Tidak ada
13
2. Diagnosis
Diagnosis yang mungkin muncul adalah sebagai berikut: (Herdman, T.H. &
Kamitsuru, S. 2014)
a. Gangguan citra tubuh b.d biofisik (penyakit mata)
DS :
Pasien mengatakan dia menjadi malu dengan kondisinya sekarang
DO : -
b. Resiko jatuh b.d faktor resiko fisiologis ( kesulitan melihat)
DS :
Klien mengatakan dia susah melihat pandangannya menjadi kabur
DO : -
3. NOC dan NIC
a. Gangguan citra tubuh b.d biofisik (penyakit mata)
NOC (Moorhead, Sue., Jonson, Marion., Mass, L. Meridean., et all.2008.)
1. Body Image
2. Self Esteem
Tujuan :
15
Peningkatan koping
Bantu klien untuk beradaptasi terhadap perubahan hidup
Peningkatan harga diri
Bantu klien untuk meningkatkan penilaian personal terhadap harga diri
b. Resiko jatuh b.d faktor resiko fisiologis (kesulitan melihat)
NOC (Moorhead, Sue., Jonson, Marion., Mass, L. Meridean., et all.2008.)
Falls Occurrence
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam (1 hari) risiko
jatuh teratasi dengan kriteria hasil :
1. Jatuh ketika berdiri diam (5)
2. Jatuh ketika berjalan (5)
Keterangan :
Skala 1 : 10 and over
Skala 2 : 7 9
Skala 3 : 4 6
Skala 4 : 1 3
Skala 5 : None
Knowledge: Personal Safety
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam (1 hari) risiko
jatuh teratasi dengan kriteria hasil :
16
Fall Prevention
1. Identifikasi perilaku dan faktor yanng mempengaruhi risiko jatuh
2. Didik anggota keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi
terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko
tersebut
3. Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keselamatan
4. Instruksikan keluarga pada pentingnya pegangan tangan untuk tangga,
kamar mandi dan jalan
Health Education
1. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan atau
menurunkan risiko jatuh.
2. Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk pencegahan jatuh.
3. Ajarkan strategi berpindah yang aman.
4. Gunakan metode ceramah untuk menyampaikan informasi pencegahan
jatuh dan penggunaan alat bantu berjalan semaksimal mungkin.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retinopati Diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada
penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa
aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak. Penyebab Retinopati
Diabetik antara lain adalah genetik atau faktor keturunan, virus dan bakteri, bahan
toksin atau beracun, asupan makanan, obesitas. Klasifikasi retinopatik deabetik terbagi
menjadi dua yaitu : Retinopati diabetes non proliferative / NPDR (Non proliferative
diabetic retinopathy), Retinopati Diabetes Proliferatif / PDR.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap perawat bisa menambah wawasan
tentang Retinopati Diabetik, bisa mengatahui manifestasi Retinopatik Deabetik secara
spesifik. Dan perawat bisa meneggakan diagnosis yang benar pada penyakit Retinopatik
Deabetik.
18
Daftar Pustaka