SKENARIO
Ny. Desi usia 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan payudara kiri bengkak
kemerahan selama 2 hari. Pasien juga mengeluh demam, menggigil dan badannya terasa
ngilu.
1
BAB II
KATA KUNCI
2
BAB III
PROBLEM
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 BATASAN
Radang adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi
mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat
jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang
atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem
kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia
(histamin,bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan
oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37oC yang
disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Demam juga bisa merupakan pertanda
bahwa sel antibodi manusia ( sel darah putih ) sedang melawan
suatu virus atau bakteri.
4
kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi.
1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara
terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut
melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung
pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan
pada jumlah glandular aktual.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap
lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
sinus lakteferus (ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh
ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang
keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola.
5
Gambar 4.1. Anatomi Payudara (Farrer, 2001).
6
4.2.3 Fisiologi Payudara
7
dan terasa nyeri, terasa keras saat diraba dan tampak memerah. Permukaan
kulit dan payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah.
Badan demam seperti terserang flu. Namun bila terkena sumbatan tanpa
infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara
juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta merah.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak di keluarkan dengan efisien dan
payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah
melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak menghisap ASI, yang dihasilkan
dan sebagian atau seluruh payudara penyebabnya termasuk isapan bayi
yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi dan durasi menyusui serta sumbatan pada saluran ASI.
2. Infeksi
Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphylococus aureus.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan
kiorida yang tinggi merangsang penurunan aliran ASI.
Gangguan ini disebabkan oleh bakteri. Umumnya bakteri bakteri
tersebut menular melalui mulut ke hidung atau tengorokan bayi ke dalam
saluran ASI melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.
Penyebab lainnya adalah tidak kosongnya payudara secara tuntas
seusai menyusui, serta rendahnya daya tahan ibu sehingga rentan terkena
berbagai penyakit. Seorang ibu yang baru melahirkan biasanya memang
akan merasa kecapaian, stress dan mungkin saja tidak sempat makan secara
teratur.
8
Stasis ASI disebabkan oleh peningkatan tekanan duktus yang terjadi
jika ASI tidak segera dikeluarkan sehingga menyebabkan peningkatan
tegangan alveoli yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan sel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan sehingga permeabilitas
jaringan ikat akan meningkat. Selanjutnya beberapa komponen tubuh
(terutama protein dan natrium) dari plasma akan masuk ke dalam ASI dan
jaringan sekitar sel sehingga memicu terjadinya respon imun yang
mengarah kepada timbulnya respon inflamasi dimana kerusakan jaringan
yang terjadi akan mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri misalnya
Staphylococcus aureus dan Streptococcus melalui port d’ entry yaitu duktus
laktiferus yang kemudian menuju lobus sekresi dimana awalnya
dikarenakan oleh puting yang terluka. Bakteri yang menginfeksi akan
menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus kemudian setelah terjadi inflamasi
akan cepat menjadi abses, karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi
edematous akan menyebabkan air susu terbendung, dan air susu yang
terbendung itu segera bercampur dengan nanah. Gejala dari abses ini,
biasanya ibu akan merasakan nyeri yang sangat, kulit di atas abses
mengkilap dan terjadi peningkatan suhu (390 – 400C).
1. Mastitis
Merupakan kondisi radang akut yang nyeri, biasanya terjadi pada minggu
pertama setelah persalinan dengan Staphylococcus aureus sebagai penyebab
terbanyak. Mastitis dapat digolongkan berdasarkan etiologi, yaitu infeksi dan
bukan infeksi. Berdasarkan sifat radang, dapat dibedakan menjadi radang
granulomatosa spesifik dan tidak spesifik. Mastitis tidak spesifik dapat bersifat
akut yang apabila tidak tersembuhkan akan masuk ke tahap kronik membentuk
radang granulomatosa dengan atau tanpa sarang abses mikro. Mastitis tidak
spesifik akut paling sering ditemukan saat laktasi akibat fisura puting oleh trauma
yang disebabkan isapan bayi atau karena hygiene yang buruk. Terdapat beberapa
contoh jenis radang misalnya mastitis tuberkulosa, mastitis sifilika, dan mastitis
mikotik yang biasanya berjalan kronik dengan tanda–tanda radang tidak nyata
9
seperti tidak nyeri, bertukak, dan ada indurasi keras sehingga sering merupakan
diagnosis banding karsinoma payudara (Underwood & Cross, 2010; Soetrisno,
2010).
Ektasia duktus mammae ini merupakan proses pelebaran sistem duktus sampai
percabangan duktulus yang disertai fibrosis periduktal dan reaksi radang
mononukleus. Etiologinya tidak diketahui, namun wanita yang mengalami
penyakit ini biasanya pernah melahirkan. Duktus yang melebar, berisi bahan
berwarna putih kehijauan yang merupakan discharge papila. Kelainan ini biasa
ditemukan pada wanita yang pernah melahirkan (Nasar et al., 2010). Pada
pemeriksaan klinis, kasus yang berat sering dikelirukan dengan karsinoma
mammae karena terdapat discharge papila mamma yang terkadang bercampur
darah. Fibrosis disekitar mamma menyebabkan retraksi papila dan dapat pula
teraba benjolan keras. Meskipun demikian hal tidak berhubungan dengan proses
keganasan tetapi merupakan kelainan radang (Kumar et al., 2007).
10
- Umur : 28 tahun
- Alamat : Pasuruan
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
- Pendidikan :…
- Status : Sudah menikah
4.5.2. ANAMNESA
Keluhan utama : Bengkak pada payudara kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
- berwarna kemerahan
- teraba panas saat dipegang,
- demam,
- menggigil,
- nyeri tegang sehingga tidak menyusui anak.
- adakah penurunan berat badan?
Riwayat Penyakit Dahulu
- pernah mengalami bengkak payudara pada saat menyusui anak
pertama
- diabetes ( - )
- hipertensi ( - )
Riwayat Pengobatan
- sebelumnya belum pernah periksa
Riwayat Penyakit Keluarga :
- tidak ada riwayat keluhan bengkak payudara pada keluarga
Riwayat Sosial
- tidak merokok
- tidak minum alkohol
- tidak terlalu suka junkfood
Riwayat obstetri
- memiliki 2 anak
- anak pertama laki – laki 3 tahun
- pernah mengalami bengkak payudara saat menyusui anak
pertama
- anak kedua perempuan 2 bulan
11
- sedang menyusui dengan kebiasaan menyusui secara tiduran
VITAL SIGN
2. Nadi : 88 kali/menit
3. RR : 20 kali/menit
4. Suhu : 39 oC
5. BB / TB :…/…
Kepala
- Rambut :
- Mata :
- Hidung :
12
- Mulut :
Leher
- Trakea :
- Tiroid :
- KGB :
Toraks
Kesan umum : bentuk tidak simetris terdapat bengkak pada payudara kiri,
- Paru :
- Jantung :
13
Perkusi : Batas jantung dbn, lain-lain : dbn
Status Lokalis :
- Payudara :
Abdomen
Kesan Umum :
Perkusi : Timpani
- Hepar :
Perkusi : Redup
- Lien :
Perkusi : Redup
- Ginjal :
14
Palpasi : Nyeri tekan ( - ), lain-lain dbn
Ekstremitas
- Ekstremitas superior :
Perkusi : Pekak
Auskultasi : dbn
- Ekstremitas inferior :
Perkusi : Pekak
Auskultasi : dbn
15
BAB V
Menurut gejala yang disebutkan oleh Ny. Desi kemungkinan penyakit yang
menyerang adalah :
A. Mastitis
B. Ektasia Duktus Mammae
16
BAB VI
Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ny. Desi terkena
mastitis karena memiliki seluruh gejala yang terdapat pada mastitis, didapatkan adanya gejala
peradangan karena pasien mengalami cardinal sign dari proses inflamasi yaitu tumor yang
mengakibatkan adanya pembengkakan payudara, kalor yang menyebabkan payudara terasa
17
hangat pada saat palpasi, dolor yang menyebabkan adanya nyeri saat payudara ditekan, dan
rubor yang mengakibatkan payudara tampak berwarna kemerahan, selain itu berdasarkan
anamnesis, pasien sedang dalam masa menyusui dimana sering memberikan ASI dengan
posisi tiduran, hal ini memungkinkan terjadinya akumulasi ASI pada salah satu sisi sehingga
menyebabkan adanya penyumbatan ductus lactiferous dan memicu terjadinya reaksi
inflamasi sehingga semakin mengerucutkan diagnosis kea rah peradangan payudara atau
mastitis.
18
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Berdasar diskusi kelompok kami, dari mekanisme diagnosis yang sudah dilakukan,
mulai dari anamnesis hingga pemeriksaan penunjang, ditentukan hipotesis akhir (diagnosis)
dari skenario 1 tentang payudara bengkak ini yaitu MASTITIS.
19
BAB VIII
Identitas
MEKANISME DIAGNOSIS
1. Nama : Ny. Desi Data Pasien
2. Umur : 28 tahun
3. Alamat : Pasuruan
4. Pekerjaan : Ibu rumah
Diagnosis Banding :
tangga
- Mastitis
5. Pendidikan : … - Ektasia Duktus
6. Status : Sudah menikah Mammae
Anamnesa
Keluhan utama : Bengkak
BABpayudara
pada I kiri
Payudara kiri bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang Payudara kiri kemerahan
- berwarna kemerahan Terdapat benjolan
- teraba panas saat dipegang, Gejala Klinis Demam
- demam, Menggigil
- menggigil, Badan terasa ngilu
- nyeri tegang sehingga tidak -
menyusui anak.
Riwayat Penyakit Dahulu Diagnosis Akhir
- pernah mengalami bengkak
payudara pada saat
menyusui anak pertama MASTITIS
- diabetes ( - )
- hipertensi ( - )
Riwayat obstetri
- memiliki 2 anak
- anak pertama laki – laki 3
tahun
- pernah mengalami bengkak
payudara saat menyusui
anak pertama
- anak kedua perempuan 2
bulan
- sedang menyusui dengan
kebiasaan menyusui secara
tiduran
20
BAB IX
9.1 Penatalaksanaan
Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian
pula pada saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan
dan ibu tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti
terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang
mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus
memerah ASI dari payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui
dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses
dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan
dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari
daerah sumbatan kearah putting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat,
mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga
yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres
hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah
menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi
nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang
membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat
21
ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih
tergantung pada kenyamanan ibu.
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada
yang dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat
gabung ibu dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung
B. Terapi antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam,
maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah
cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 – 24 jam atau
jika ibu tampak sakit berat, antibiotic harus segera diberikan. Jenis antibiotik
yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6
jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktuparuh yang lebih singkat
dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan
flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara
intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin
biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penicillin tetapi untuk
kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.
Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 – 14 hari. Biasanya ibu
menghentikan antibiotic sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal
ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat
bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko
terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.
Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa
pemberian antibiotic disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis
mempercepat penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosonga payudara
saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk, memperlihatkan bahwa pemberian
22
Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan
kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik.
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-500 mg setiap 6 jam peroral
Amoksasilin 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500mg setiap 6 jam
C. Terapi simptomatik
Terapi nyeri ini biasanya dengan analgesik. Bisa diberikan ibuprofen
atau parasetamol untuk mengurangi nyeri. Rasa nyeri merupakan faktor
penghambat produksi hormone oksitosin yang berguna dalam proses
pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada
mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti
ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan
dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen
sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Disisi lain pantau suhu tubuh ibu. Namun istirahat juga sangat penting
dipertimbangkan sebaiknya tidur jika mungkin karena dengan berbaring akan
dapat meningkatkan frekuensi menyusui dan pengeluaran ASI nya juga akan
lebih baik. Tindakan yang lain dapat juga dilakukan dengan kompres hangat-
dingin pada payudara untuk membantu aliran ASI namun ibu juga harus
minum air yang banyak.
23
BAB X
10.1 Prognosis
Prognosis pada penderita mastitis defisiensi baik apabila penanganannya
dilaksanakan secara cepat dan tepat.
24
10. 5 Pencegahan Penyakit
1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
a. Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
b. Menyusui dengan posisi yang benar
c. Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
d. Makan dengan gizi yang seimbang
2. Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
b. Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas.
c. Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI.
3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri panas
kemerahan:
a. Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
b. Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
a. Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.
b. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
c. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat/pancuran.
d. Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk
membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
e. Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan
harinya.
4. Perhatian dini pada kesulitan menyusui
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami
kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :
a. Nyeri/puting pecah-pecah. Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering,
jarang atau lama.
b. Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak
cukup.
25
c. Pengenalan makanan lain secara dini.
d. Menggunakan dot.
5. Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering
sebelum dan setelah kontak dengan bayi.Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat
gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah
sakit.
26
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko VP, 2008. Atlas histologi diFiore. Edisi ke–11. Jakarta: EGC. hlm. 137–9.
Fadjari H, 2012. Pendekatan diagnosis benjolan di payudara. CDK, 39(4): 308– 10.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, 2007. Buku ajar patologi. Edisi ke–7. Jakarta: EGC. hlm.
401–15.
Soetrisno E, 2010. Payudara. Dalam: Nasar IM, Himawan S, Marwoto W. Buku ajar patologi
II. Edisi ke–1. Jakarta: Sagung Seto. hlm. 156–78.
Underwood JCE, Cross SS, 2010. Patologi umum dan sistemik. Edisi ke–2. Jakarta: EGC.
hlm. 543–66.
27