Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lambung
1. Anatomi
Berdasarkan perbedaan anatomis, histologis, dan fungsionalnya

lambung dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus, korpus dan antrum.

Fundus merupakan bagian lambung yang terletak di atas bagian

esophagus. Bagian tengah dan juga yang merupakan bagian utama dari

lambung adalah korpus (badan). Pada bagian bawah adalah antrum yang

memiliki dinding yang lebih tebal dan pada bagian akhir terdapat sfingter

pylorus yang berfungsi sebagai sawar antara Gaster dan Duodenum

[ CITATION Pau12 \l 1033 ].


Pada gambar 2.1 di bawah menggambarkan lambung terdiri dari tiga

lapisan muscular tapi tidak ditemukan secara konsisten di semua bagian

lambung. Lapisan longitudinal eksterna yang paling luar berbatasan

dengan lapisan sirkular (Stratum circulare). Dan lapisan paling dalam

terdiri dari serat otot oblik (Fibrae obliquae). Lapisan mukosa lambung

tersusun dalam lipatan – lipatan longitudinal yang dinamakan rugae yang

dapat memperluas permukaan dalam dengan cara meregang [ CITATION

Pau12 \l 1033 ]
6

Gambar 2. 1 Anatomi Lambung (Sobota,2013)

2. Fisiologi
Lambung melakukan beberapa fungsi yaitu fungsi motoric, fungsi

sekresi, dan fungsi absorbs. Fungsi motorik adalah fungsi penyimpanan

makanan yang masuk ke lambung sehingga dapat di cerna dan di serap

secara optimal dimana fungsi ini adalah yang terpenting. Sedangkan

fungsi sekresi, lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCL) dan

enzim – enzim pencernaan protein [ CITATION Hal09 \l 1033 ].

a. Fungsi Motorik Lambung


Fungsi motoric terbesar dalam pencernaan makanan adalah fungsi

motorik lambung. Fungsi motoric lambung terbagi menjadi tiga, pertama

yaitu menampung makanan dalam jumlah besar hingga makanan tersebut

dapat di proses di Duodenum, fungsi kedua adalah mencampur makanan

tersebut dengan sekret lambung sehingga membentuk campuran setengah

padat yang disebut kimus, dan fungsi ketiga yaitu menyalurkan makanan

ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan

penyerapan [ CITATION Hal09 \l 1033 ].

b. Fungsi Sekresi Lambung


7

Mukosa lambung memiliki dua kelenjar tubulosa, yaitu kelenjar

gastrik atau fundus dan kelenjar pylorus. Kelenjar gastrik atau fundus

menyekresikan getah-getah pencernaan dan kelenjar pylorus

menyekresikan lebih banyak atau hampir seluruhnya mukus untuk

perlindungan mukosa pylorus. Dalam mukosa korpus dan fundus

lambung, kelenjar gastrik terletak di sembarang tempat, sedangkan

kelenjar pylorus terletak pada bagian antrum lambung [ CITATION

Hal09 \l 1033 ].

Sekresi Lambung Memiliki Tiga Fase :


a. Fase sefalik
Pada fase ini membentuk 30% dari respons terhadap makanan dan

dimulai oleh antisipasi makanan serta aroma dan rasa makanan.


b. Fase Lambung
Pada fase ini membentuk 60% dari respons asam terhadap makanan.

Fase ini dipicu oleh peregangan lambung yang menyebabkan stimulasi

sekresi lambung oleh saraf. Selain daripada itu produk-produk pencernaan

parsial protein di lambung menyebabkan dibebaskannya gastrin dari

mukosa antrum. Pelepasan Gatrin tersebut menyebabkan sekresi getah

lambung yang sangat asam.


c. Fase Usus
Fase ini membentuk 10% dari respons. Dipicu oleh rangsang saraf

yang berkaitan dengan peregangan usus halus. Produk-produk pencernaan

protein di usus halus juga merangsang sekresi lambung melalui

mekanisme humoral [ CITATION Hal09 \l 1033 ].

d. Fungsi Pencernaan dan Absorbsi


8

Pencernaan makanan yang terjadi di dalam lambung sangat sedikit.

Namun beberapa zat gizi mengalami pencernaan oleh beberapa sekret

lambung, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.


Lambung merupakan daerah saluran cerna yang daya absorbsinya jelek,

hanya beberapa zat yang larut dalam lemak, seperti alcohol dan beberapa

obat-obatan dapat diabsorbsi dalam jumlah sedikit [ CITATION Hal09 \l

1033 ].

B. Ulkus Pepticum
1. Definisi
Ulkus peptikum adalah daerah mukosa yang mengalami ekskoriasi

akibat kerja digestif getah lambung [ CITATION Hal09 \l 1033 ].


Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang

meluas dibawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa

hingga lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung

berhubungan dengan cairan lambung asam atau pepsin [ CITATION San11

\l 1033 ].

2. Anatomi

Epitel gaster terdiri dari rugae yang mengandung gastric pits atau

lekukan yang berukuran mikroskopis. Setiap rugae bercabang menjadi empat

atau lima kelenjar gaster dari sel -sel epitel khusus. Susunan kelenjar

tergantung letak anatominya. Kelenjar di daerah cardia terdiri < 5 % kelenjar

gaster yang mengandung mukus dan sel-sel endokrin. Sebagian terbesar

kelenjar gaster (75%) terletak didalam mukosa oksintik mengandung sel-sel

leher mukosa, parietal, chief, endokrin dan sel enterokromafin. Kelenjar


9

pilorik mengandung mukus dan sel -sel endokrin (termasuk sel-sel gastrin)

dan didapati di daerah antrum.

Sel parietal juga dikenal sebagai sel oksintik biasanya didapati di daerah

leher atau isthmus atau kelenjar oksintik. Sel parietal yang tidak terangsang,

mempunyai sitoplasma dan kanalikuli intraseluler yang berisi mikrovili

ukuran pendek sepanjang permukaan atas. Enzim H+, K+ - ATPase didapati

didaerah membran tubulovesikel. Bila sel dirangsang, membran ini dan

membran atas/apikal lainnya diubah menjadi jaringan padat dari kanalikuli

intraseluler apikal yang mengandung mik rovili ukuran panjang (Tarigan,

2009).

Gambar 2. 2 Anatomi Ulkus Peptikum (Indraswari, 2004)


10

3. Epidemiologi

Dari tahun 2005-2008, ulkus lambung menempati urutan ke-14 dalam

kategori penyebab kematian utama untuk semua umur (1,7%), urutan ke-

10 dalam kategori penyebab kematian pada kelompok umur 45-54 tahun

pada laki-laki (2,7%), urutan ke-8 dalam kategori penyakit tidak menular

pada semua umur (3,4%) dan kategori penyakit penyebab kematian pada

kelompok umur 15-44 tahun menurut tipe perkotaan (4,2%) serta kategori

penyebab kematian pada kelompok umur 45-54 tahun menurut tipe

pedesaan (4,2%), urutan ke-7 dalam kategori penyakit penyebab kematian

pada kelompok umur 15-44 tahun menurut tipe pedesaan (4,0%), urutan

ke-5 dalam kategori penyebab kematian pada kelompok umur 15-44 tahun

pada perempuan (5,0%). Prevalensi Ulkus peptikum berkisar 11-14% pada

pria dan 8-11% pada wanita. Berkaitan dengan usia, jumlah kemunculan

ulkus peptikum menurun pada pria usia muda dan jumlahnya meningkat

pada wanita usai senja. [ CITATION Sup11 \l 1033 ].

4. Etiologi

Infeksi Helicobacter pylori

Kasus ulkus peptikum kebanyakan disebabkan oleh infeksi

Helicobacter pylori . Dalam satu penelitian, pasien yang tidak

menggunakan NSAID, 61% adalah penderita ulkus peptikum dan 63%

penderita ulkus peptikum positif terinfeksi Helicobacter pylori.


11

NSAID

Penggunaan NSAID pada kasus ulkus peptikum sudah menjadi penyebab

umum. Obat ini mengganggu pembatas permeabilitas mukosa, membuat

mukosa rentan rusak. Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan

NSAID menderita efek samping pada saluran gastrointestinal. Faktor yang

berhubungan dengan peningkatan resiko ulkus duodenum pada penggunaan

NSAID seperti riwayat ulkus peptikum sebelumnya, umur yang sudah tua,

perempuan, penggunaan NSAID dengan dosis tinggi, penggunaan NSAID

jangka panjang, dan penyakit penyerta yang parah. [ CITATION Sap08 \l

1033 ]

5. Patofisiologi

Obat-obatan golongan NSAID (ASPIRIN), alkohol, garam empedu

dan obat lain yang merusak mukosa lambung, mengubah permeabilitas

sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam khlorida dengan akibat

kerusakan jaringan (mukosa) dan khususnya pembuluh darah. Hal ini

mengakibatkan pengeluaran histamin. Histamin akan merangsang

pengeluaran asam dan peningkatan pepsin dan pepsinogen. Histamin ini

akan mengakibatkan juga peningkatan vasodilatasi kapiler sehingga

membran kapiler menjadi permiabel terhadap protein, akibatnya sejumlah

protein hilang dan mukosa menjadi edema.


12

Peningkatan asam akan merangsang syaraf kolinergik dan syaraf

simpatik. Perangsangan terhadap kolinergik akan berakibat terjadinya

peningkatan motilitas sehingga menimbulkan rasa nyeri, sedangkan

rangsangan terhadap syaraf sympatik dapat mengakibatkan reflek spasme

esofageal sehingga timbul regurgitasi asam HCL yang menjadi pencetus

timbulnya rasa nyeri berupa rasa panas seperti terbakar . Selain itu

rangsangan terhadap syaraf sympatik juga dapat mengakibatkan terjadinya

pilorospasme yang berlanjut menjadi pilorustenosis yang berakibat lanjut

makanan-makanan dari lambung tidak dapat masuk ke saluran

pencernaan berikutnya, oleh karena itu pada penderita ulkus peptikum

setelah makan mengalami mual, anoreksia, kembung dan kadang

vomitus. Resiko terjadinya kekurangan nutrisi bisa terjadi sebagai

manifestasi dari gejala tersebut.

Pada penderita tukak lambung mengalami peningkatan pepsin yang

berasal dari pepsinogen. Pepsin menyebabkan degradasi mukus yang

merupakan salah satu faktor lambung. Oleh karena itu terjadilah

penurunan fungsi sawar sehingga mengakibatkan penghancuran kapiler

dan vena kecil. Bila hal ini terus berlanjut akan dapat memunculkan

komplikasi berupa pendarahan.

Pendarahan pada ulkus peptikum bisa terjadi disetiap tempat namun

yang tersering adalah dinding bulbus duodenum bagian posterior, karena

dekat dengan arteri gastroduodenalis atau arteri pankreatikoduodenalis.

Kehilangan darah ringan dan kronik dapat mengakibatkan anemia


13

difesiensi besi. Disamping itu pendarahan dapat memunclkan gejala

hematemesis dan melena. Pada pendarahan akut dapat mengakibatkan

terjadinya kekurangan volume cairan.[ CITATION Vak10 \l 1033 ]

C. Aspirin

1. Definisi

Obat anti radang bukan steroid atau yang lazim dinamakan non

streroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat anti inflamasi non

steroid (OAINS) adalah golongan obat yang bekerja terutama di perifer

yang berfungsi sebagai analgesic (pereda nyeri), antipirektik (penurun

panas) dan antiinflamasi (anti radang)[ CITATION Mel12 \l 1033 ]. Obat

asam asetil salisilat (aspirin) ini pertama kalinya digunakan untuk

pengobatan simptomatis penyakit-penyakit rematik pada tahun 1899

sebagai obat anti radang bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang

yang kuat[ CITATION Rit12 \l 1033 ]. Obat anti radang bukan steroid

diindikasikan pada penyakitpenyakit rematik yang disertai radang seperti

rheumatoid dan osteoartritis untuk menekan reaksi peradangan dan

meringankan nyeri. Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid

yang lain, penggunaan asam asetil salisilat jauh lebih banyak, bahkan

termasuk produk farmasi yang paling banyak digunakan dalam

pengobatan dengan kebutuhan dunia mencapai 36.000 ton per tahun.

2. Mekanisme Kerja Aspirin


14

Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya

dalam menghambat enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang

mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,

prostaglandin E2, dan tromboksan A2. Aspirin hanya bekerja pada enzim

siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga tidak

menghambat pembentukan lekotrien. Tidak seperti AINS lainnya yang

menghambat enzim secara kompetitif sehingga bersifat reversibel, aspirin

menghambat enzim COX secara ireversibel. Hal ini disebabkan karena

aspirin menyebabkan asetilasi residu serin pada gugus karbon terminal

dari enzim COX, sehingga untuk memproduksi prostanoid baru

memerlukan sintesis enzim COX baru. Hal ini penting karena terkait

dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat bergantung pada kecepatan

turn over enzim siklooksigenase [ CITATION Mil12 \l 1033 ]

Sintesis platelet dihambat oleh aspirin melalui asetilasi enzim COX

dalam platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak memiliki nukleus,

maka selama hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini.

Akibatnya sintesis tromboksan A2 (TXA2) yang berperan besar dalam

agregasi trombosit menjadi terhambat. Molekul prostaglandin I2 (PGI2)

yang bersifat sebagai anti agregasi trombosit diproduksi oleh endothelium

pembuluh darah sistemik. Sel‐sel endotel ini mempunyai nukleus sehingga

mampu mensintesis ulang enzim COX. Hal inilah yang dapat menjelaskan

mengapa aspirin dosis rendah dalam jangka panjang mampu mencegah

serangan infark miokard melalui penghambatan terhadap TXA2 namun


15

tidak terlalu berpengaruh terhadap PGI2. Selain melalui penghambatan

terhadap COX, aspirin juga mampu mengasetilasi enzim Nitric Oxide

Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan produksi Nitric Oxide

(NO). Nitric Oxide diketahui bersifat sebagai inhibitor aktivasi platelet,

dengan demikian hal ini menambah informasi mengenai manfaat aspirin

sebagai antiplatelet [ CITATION Mil12 \l 1033 ].

3. Efek OAINS pada Lambung

Aspirin sangat iritatif tetapi yang paling bertahan lama dan merupakan

analgetik efektif, dengan durasi kerja sekitar 4 jam. Namun lebih dari 50%

pasien tidak dapat mentoleransi efek sampingnya (mual, muntah dan nyeri

epigastrium). Timbulnya mual, dispepsia, anoreksia, rasa sakit di

lambung, flatulen, diare terjadi pada 10-60% pasien, karena aspirin dapat

mengiritasi lambung dan menghambat pertahanan lambung. OAINS

merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu, topikal dan

sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal di karenakan OAINS bersifat

asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping H+ masuk ke dalam

mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik dari OAINS

menghambat sintesa prostaglandin. Seperti diketahui bahwa prostaglandin

merupakan substansi sitoprotektif yang sangat penting bagi mukosa

lambung atau sebagai gastroprotektif. Di dalam lambung COX-1

menghasilkan prostaglandin (PGE2 dan PGI2) yang menstimulasi mukus


16

dan sekresi bikarbonat serta menyebabkan vasodilatasi, suatu aksi untuk

menjaga mukosa lambung. OAINS nonselektif menghambat fungsi dari

COX-1 dan mengurangi efek sitoprotektif prostaglandin sehingga hal

tersebut dapat menyebabkan efek samping yang serius pada

gastrointestinal atas, termasuk perdarahan dan ulserasi [ CITATION Mil12

\l 1033 ]

D. Daun Mangrove Avicennia alba

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Clasis : Magnoliopsida

Ordo : Scrophulariales

Familia : Verbenaceae

Genus : Avicennia

Species : Avicennia alba Blume

Gambar 2. 3 Avicennia alba[CITATION NiM13 \l 1033 ]


17

2. Deskripsi

Api – api putih (Avicennia alba Blume) merupakan pohon

yang memiliki akar nafas. Termaksud golongan pohon dengan

ketinggian mencapai ± 15 m. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan

atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara

yang lainnya memiliki permukaan yang halus. Permukaan daunnya

halus, bagian atas hijau mengkilat sedangkan bawahnya pucat. Letak

daun berlawanan. Bentuk daun elips dan ujungnya meruncing. Bunga

seperti trisula dengan gerombolan bunga berwarna kuning hampir di

sepanjang ruas tandan. Buah berbentuk kerucut berwarna hijau muda

kekuningan dengan ukuran 4x2 cm [ CITATION NiM13 \l 1033 ].

3. Manfaat

Ekstrak dari tumbuhan mangrove sudah sering dipakai oleh

masyarakat pesisir sebagai obat – obatan alamiah. Salah satunya

adalah mangrove api-api putih ( Avicennia alba) yang kaya akan

senyawa steroid, saponin, flavonoid, dan tannin dimana bermanfaat

sebagai antimikroba, anti peradangan dan aktivitas sitotoksik.

[ CITATION Adi11 \l 1033 ]

Ekstrak mangrove api-api putih ( Avicennia alba) kaya akan

senyawa triterpenoid, saponin, flavonoid, tannin, dan Vitamin C

dimana bermanfaat sebagai antimikroba, anti peradangan dan aktivitas


18

sitotoksik. Flavonoid yang mudah larut dalam air pada tumbuhan

berfungsi untuk kerja antimikroba dan antivirus; serta isoprenoid

dengan turunannya saponin triterpenoid merupakan irritan yang kuat

dan berperan sebagai antimikrobial. Sebagian besar fitoaleksin adalah

fenil propanoid yang merupakan produk dari asam sikimat, beberapa

diantaranya merupakan senyawa isoprenoid dan poliasetilena

[ CITATION Adi11 \l 1033 ].

Flavonoid ditemukan hampir pada semua tumbuhan tingkat tinggi.

Sedikitnya terdapat 4000 struktur flavonoid yang telah dilaporkan.

Kelas flavonoid lainnya adalah flavon, flavonol, flavanon, flavanonol

yang kurang begitu berwarna terutama pada tumbuhan berkayu

[ CITATION Dar09 \l 1033 ].

Salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu antibiotik adalah

mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat

mikroorganisme patogen spesifik. Pathogenitas merupakan salah satu

ciri utama mikroorganisme. Mikroba dapat menimbulkan penyakit,

kemampuannya untuk menimbulkan penyakit merupakan ciri khas

organisme tersebut [ CITATION Dar09 \l 1033 ].

Ekstrak daun mangrove Avicennia alba mengandung senyawa

seperti alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin.


19

Golongan senyawa ini merupakan bahan obat-obatan modern.

[ CITATION Adi11 \l 1033 ]

Anda mungkin juga menyukai