Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang terjadi hampir pada setiap wanita.
Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara
jasmaniah dan dengan berat badan lahir yang cukup. Tetapi adakalanya kelahiran bayi
tersebut tidak seperti yang diharapkan, seperti lahirnya bayi dengan berat lahir rendah
yaitu kurang dari 2500 gram. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu
indikator dari tingkat kesehatan ibu dan anak, dan bayi dengan berat badan lahir rendah
merupakan determinan yang utama pada kematian perinatal dan neonatal. Menurut WHO
bayi berat lahir rendah merupakan penyebab dasar kematian neonatus (Depkes, 2000).
Penyebab utama kematian neonatal adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
sebanyak 29 % (Depkes, 2007). Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi
di negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (Depkes, 2007).
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 2,0%-15,1% (Aisyah,dkk 2010). Statistik menunjukkan
bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
Di Indonesia sendiri 29% kematian bayi secara langsung dikarenakan BBLR (Proverawati
& Ismawati, 2010) Studi di Kuala lumpur memperlihatkan terjadinya 20% kelahiran
prematur bagi ibu yang tingkat kadar haemoglobinnya dibawah 6,5gr/dl (Amiruddin, dkk
2007).
Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyakit ibu antara lain toksemia gavidarum,
perdarahan postpartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, diabetus mellitus, usia
ibu < 16 tahun, usia ibu > 35 tahun dan multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
Setiap tahun terdapat lebih dari 150 juta ibu hamil di negara berkembang. Sekitar
500.000 ribu jiwa diantaranya akan meninggal akibat penyebab yang berkaitan dengan
kehamilan, dan 50 juta lainnya akan menderita karena kehamilannya mengalami
komplikasi. Selain itu, telah terjadi 7 juta kematian perinatal yang diakibatkan
permasalahan kesehatan maternal, 4 juta adalah kejadian lahir mati (still birth) dan 3

1
jutanya adalah kematian perinatal dini. Dari angka tersebut, kira-kira separuhnya berkaitan
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Sutomo, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara meningkatkan status gizi ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Anggrek ?
2. Bagaimana cara menurunkan persentase bayi BBLR di wilayah kerja Puskesmas
Anggrek ?
1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengetahui penyebab meningkatnya angka persentase bayi BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Anggrek.
2. Memahami dan mengetahui cara menurunkan angka persentase bayi BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Anggrek.
3. Memahami dan mengetahui cara mencegah meningkatnya angka persentase bayi
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Anggrek

2
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS

Dr. Eva seorang dokter Puskesmas Anggrek. Di wilayah kerja dr. Eva
merupakan daerah terpencil dimana masyarakatnya hanya mengandalkan hutan sebagai
sumber mata pencahariannya, mayoritas penduduk hanya menamatkan Sekolah Dasar.
Terlebih lagi anak perempuan disana banyak yang menikah dini dengan alasan untuk
meringankan beban orang tua. Masih banyak dijumpai kasus BBLR di Wilayah
Puskesmas Anggrek. Berdasarkan data laporan Tahunan Puskesmas Anggrek diperoleh
data BBLR sebagai berikut.

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

15,8% 16,1% 16,5%

Ibu hamil enggan memeriksakan kehamilannya, padahal banyak dijumpai ibu hamil
dengan kondisi anemia dan status gizi kurang. Diperparah dengan kurang aktifnya
Posyandu yang tidak konsisten dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Hanya
50% dari ibu hamil yang melakukan ANC dan 40% K4.

Apa yang harus dilakukan dr. Eva untuk mengatasi hal tersebut.

2.1.1 Diagram Fishbone

1. INPUT
a. Masalah sosial ekonomi masyarakat rendah
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang paling menentukan
kuantitas maupun kualitas dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut penghasilan yang
dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitu pula
dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka

3
sesuaikan dengan pendapatan keluarga. Tingkat ekonomi yang
rendah sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Ekonomi
yang rendah sering menyebabkan tingkat pendidikan yang rendah
sehingga orang yang berpendidikan rendah akan memiliki
pengetahuan yang rendah pula. Sehingga tidak salah jika masih
banyak masyarakat di desa tersebut yang belum mengetahui secara
baik mengenai informasi dan penanggulangan BBLR

b. Pendidikan masyarakat rendah

Tingkat pendidikan ibu menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan lama
pendidikan (sekolah) yang ditempuh, dihitung dalam satuan tahun
dibagi menjadi 3 kategori yaitu Kategori Pendidikan Rendah
meliputi ibu dengan tingkat pendidikan settinggi-tinnginya tamat
Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Pendidkan Sedang yaitu ibu dengan jumlah tahun sukses sekolah
sampai dengan 12 tahun atau menamatkan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Pendidikan Tinggi yaitu ibu dengan
tahun sukses sekolah lebih dari 12 tahun atau telah sampai
menamatkan pendidikan Perguruan Tinggi.

BBLR cenderung terjadi pada kelompok penduduk dengan tingkat


pendidikan yang rendah, karena adanya berbagai sebab yang
memengaruhi. Pada kelompok penduduk berpendidikan rendah pada
umunya kurang mempunyai akses informasi tentang BBLR dan
penanggulangannya, kurang dapat memahami akibat BBLR, kurang
dapat memilih bahan makanan bergizi khususnya yang mengandung
zat besi tinggi, serta kurang dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia.

4
2. PROSES
a. Kurang aktifnya kader Posyandu
Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) melalui berbagai organisasi Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan
pembangunan kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisisr
dan terencana dengan tepat dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau
perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah dimengerti dan
dipahami sejak awal oleh kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Karena disadari atau tidak keberadaan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Upaya kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
yang telah ada dan yang telah berjalan selama ini mampu lebih
ditingkatkan dan dilestarikan. Kurang aktifnya para kader untuk
dapat berperan di masyarakat mengakibatkan semakin
meningkatnya permasalah kesehatan di masyarakat seperti keadaan
BBLR.

b. Kurangnya kunjungan masyarakat untuk melaksanakan K4


Kunjungan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama
kehamilan. K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang keempat atau lebih dengan ketentuan satu kali pada
trimester pertama (pada usia kehamilan 0-16 minggu), satu kali pada
trimester kedua (pada usia kehamilan 20-28 minggu) dan dua kali
pada trimester ketiga pada usia kehamilan 32 minggu sampai
menjelang persalinan. Menurut BPS (2003) 64% ibu hamil
memenuhi jadual tersebut, sedangkan target yang harus dicapai
adalah 90%. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan lebih cenderung
melakukan kunjungan 6 pemeriksaan kehamilan sesuai dengan yang
dianjurkan dari pada ibu yang tinggal di pedesaan. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan rendahnya kunjungan ibu hamil ke
pelayanan/tenaga kesehatan antara lain karena kurangnya motivasi
diri untuk memeriksakan kehamilannya dalam upaya mencegah
risiko/komplikasi selama kehamilan dan persepsi ibu hamil yang
5
menganggap bahwa pemeriksaan kehamilan tidak perlu dilakukan,
bila tidak ada keluhan karena kehamilan merupakan kodratnya
sebagai seorang wanita.

c. Kurangnya masyarakat yang melakukan ANC


Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI,
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Kebijaksaan
Program kesehatan mensyaratkan sebaiknya ANC dilakukan paling
sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu: satu kali pada trimester I, satu
kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III. Kemudian
dalam pelayanan tersebut dilakukan penimbangan berat badan,
pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri (TFU),
memberikan imunisasi tetanus toxoid lengkap, memberikan tablet
besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Keuntungan layanan
antenatal sangat besar bagi ibu hamil karena dapat mengetahui risiko
dan komplikasi sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk
melakukan rujukan ke rumah sakit. Dengan layanan antenatal dapat
dilakukan pengawasan yang lebih intensif, dan pengobatan agar
risiko dapat dikendalikan, serta melakukan rujukan untuk mendapat
tindakan yang adekuat. Sehingga kurangnya masyarakat pada
wilayah tersebut melakukan ANC dapat mempengaruhi terjadinya
BBLR karena tidak diberikannya perawatan selama kehamilan oleh
para ibu di wilayah tersebut.

3. LINGKUNGAN
a. Banyaknya masyarakat yang memilih menikah dini

Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko, hal ini


disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehing
gadapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan
pertumbuhan janin yangmemudahkan terjadinya BBLR, sedangkan
pada umur diatas 35 meskipunmereka telah berpengalaman tetapi

6
kondisi badannya serta kesehatannya sudahmulai menurun sehingga
dapat mempengaruhi janin inta uterin dan dapatmenyebabkan
BBLR.

b. Jauhnya lokasi Posyandu


Lokasi Posyandu yang jauh dapat menjadi faktor penyebab
masyarakat tidak melakukan pemeriksaan pada kehamilannya,
kurangnya sarana transportasi juga mempengaruhi timbulnya sikap
dari para ibu untuk tidak memeriksakan kehamilannya. Kurangnya
motivasi yang dikarenakan oleh faktor-faktor tersebut membuat para
ibu enggan untuk melakukan pemeriksaan, maka dari itu
dibutuhkannya pembagunan sarana posyandu yang memadai di
wilayah tersebut untuk dapat memfasilitasi kesehatan
masyarakatnya.

7
2.2 PEMBAHASAN

2.2.1 Pengertian BBLR

BBLR adalah bayi lahir dengan berat lahir kurang daro 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan ( <
37 minggu ) atau bayi cukup bulan. Berat bayi yang ditimbang dilakukan dalam
1 jam setelah lahir.

2.2.2 Klasifikasi BBLR


Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-
SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

2.2.3 Faktor Penyebab BBLR


Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

8
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah
d. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
e. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
f. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.2.4 Permasalahan dalam BBLR


a. Asfiksia
BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada
proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir.
b. Gangguan napas
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
c. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang.
9
d. Hipoglikemi
Karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru lahir dengan
BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan
minum sangat sering ( setiap 2 jam ) pada minggu pertama
e. Masalah pemberian ASI
Karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil
dan tidak dapat menghisap. BBLR sering mendapat ASI dalam jumlah yang
lebih sedikit tapi sering.
f. Infeksi
Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan tenaga
kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan
infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
g. Ikterus
Karena fungsi hati belum matang. BBLR menjadi kuning lebih awak dan
lebih lama daripada bayi yang cukup beratnya.

2.2.5 Penangganan dan Perawatan BBLR


a. Penanganan
1) Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia. Oleh sebab itu, suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan terkena infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi.
3) Pengawasan nutrisi/ ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna. Oleh sebab itu, pemberian
nutrisi dilakukan dengan cermat
4) Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu, penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
b. Perawatan
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen.
10
BAB III
RENCANA PROGRAM

3.1 Tabel scoring Alternatif Penyelesaian Masalah

𝑀 ×𝐼 ×𝑉
No. Alternatif Penyelesaian Masalah M I V C 𝑃=
𝐶
Pelatihan dan pemberian motivasi kepada
1. para kader dan nakes yang ada di setiap 5 4 4 3 26,7
posyandu
2. Penyuluhan untuk ibu hamil 4 3 3 3 12
3. Perbaikan ekonomi masyarakat 5 4 2 5 8
4. Pemberian fortifikasi untuk ibu hamil 5 4 2 5 8
5. Penambahan fasilitas posyandu 4 3 3 4 9

Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai P paling tinggi adalah pelatihan dan pemberian
motivasi kepada para kader dan nakes yang ada di setiap posyandu. Pelatihan dan pemberian
motivasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keaktifan para kader atau nakes
dalam melakukan pelayanan kesehatan di setiap posyandu di wilayah Puskesmas Anggrek.
Pelatihan dan pemberian motivasi ini dianggap sebagai langkah awal dan utama dalam
perbaikan masalah gizi buruk yang terjadi pada bayi yang baru lahir (BBLR).

P : Prioritas jalan keluar


M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan
(turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam menyelesaikan masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan

11
3.2 Rencana Program (Plan of Action)

No Kegiat Sasar Targ Rincian Lokasi Tenaga Jadw Kebutu Tujuan Indikator
an an et Kegiata Pelaksan Pelaksan al han
n aan a pelaksa
naan
1. Pelatih Para Para Membe Di balai Dokter Setia LCD Untuk Simulasi
an dan kader kade rikan desa puskesma p dan mening yang
pembe atau r pelatiha setempat s, bidan bula Proyekt katkan dilakukan
rian tenag atau n di n or (jika pengeta berjalan
motiva a tena berupa puskesma (dila ada) huan dengan baik,
si keseh ga materi s, atau kuka dan selain itu
kepada atan kese tentang dapat n Kertas kemam hasil follow
ara hata pntingn juga berk manila puan up tiap
kader n ya tenaga ala, untuk dalam minggu atau
atau yang peningk kesehatan dan melaku melaku bulan yang
nakes ada atan lain yang berg kan kan bagus.
di di kesehat memang antia simulas pelayan
setiap setia an berkomp n di i an
posyan ppos masyar eten dan setia setelah kesehat
du yand akat mengerti p pember an
u di sekitar tentang posy ian terutam
wila terutam materi andu materi a ANC
yah a yang yang oleh
Pusk kesehat akan ada para
esma an ibu dibawaka di kader
s dan n wila atau
Ang anak. yah nakes
grek Selain Pusk di
itu esma setiap
membe s posyan
rikan Ang di
motivas grek wilayah

12
i ke Puskes
para mas
kader Anggre
sebagai k
pemacu
para
kader
atau
nakesn
untuk
aktif
dalam
melaku
kan
pelayan
an di
setiap
posyan
du

Diberik
an juga
suatu
simulas
i
kepada
para
kader
atau
nakes
yang
bersang
kutan,si

13
mulasi
ini
berupa
penerap
an dari
materi
yang
diberik
an

2. Follow Para Para Rincian Di setiap Pengawa Peng Pengaw Menget Checklist
-up kader kade kegiata posyand s yang awas as di ahui yang
atau r n u di ditunjuk an setiap perkem diberikan
tenag atau berupa wilayah oleh dilak posyan bangan mendapat
a tena memon Puskesm Puskesm ukan du pelayan paling sedikit
keseh ga itor as as tiap an di 7 nilai 2 dari
atan kese perkem Anggrek Anggrek. hari Checkli setiap 10 list yang
hata bangan Pengawa di st di posyan disediakan.
n dari s ini setia setiap du,terut
yang penerap adalah ppos posyan ama Skor
ada an yang seorang yand du kunjun penilaian :
di telah tenaga u, gan 0, 1, dan 2
setia dilakuk kesehatan nam Alat ANC
ppos an di yang un tulis
yand setiap berpengal peng
u di posyan aman, isian
wila du dokter chec
yah dengan atau klist
Pusk menggu bidan dilak
esma nakan ukan
s checkli akhir
Ang st yang ming
grek gu

14
berisi atau
scoring akhir
bula
n,ter
gant
ung
kebij
akan
pusk
esma
s
3. Evalua Para Para Evaluas Di Dokter Seta Data Menget Menurunnya
si akhir kader kade i ini Puskesm puskesma hun dari ahui angka
setel setiap
atau r dilakuk as s anggrek keberha kejadian
ah posyan
tenag atau an Anggrek kegi du, silan BBLR
a tena dengan atan balai kegiata sebesar 30%
dimu pengob
keseh ga cara n yang dalam
lai atan,
atan kese melihat bidan sudah setahun
hata angka dan dilaksa
lain-
n kejadia nakan Indikator
lain
yang n keberhasilan
ada BBLR, evaluasi ini
di angka Dokter akan berubah
setia kunjun yang tiap
ppos gan bertuga tahunnya,
yand ANC s dengan besar
u di dan K4 mengec peurunan
wila ek data angka
yah tersebut kejadian
Pusk BBLR yang
esma lebih banyak,
s jika kegiatan
yang telah

15
Ang dilakukan
grek selama
setahun
berhasil.

16
BAB IV
SARAN DAN KESIMPULAN

B. Saran
Hasil penelitian ini sangat bermakna bagi keberhasilan pelaksanaan perawatan metode
kanguru bagi bayi BBLR sehingga peneliti memberikan saran, antara lain :
1. Bagi profesi
a. Perawat harus senantiasa meningkatkan pengetahuan tentang PMK dan selalu
menerapkan PMK bagi BBLR di instansi tempat kerja sedini mungkin dengan
melihat kestabilan kondisi bayi agar semakin memperkaya wawasan dan
pengalaman perawat dalam merawat BBLR dengan metode kanguru.
b. Perawat harus melakukan PMK sesuai protap yang berlaku untuk mendapatkan
efek PMK yang lebih baik.
c. Perawat maupun dokter harus memberikan pendidikan kesehatan pada ibu/orang
tua bayi dengan BBLR maupun ibu hamil yang beresiko melahirkan bayi BBLR
agar mempunyai pemahaman lebih baik mengenai PMK dan perawatan bayi
BBLR.
d. Penelitian ini dapat memberikan wawasan dan acuan bagi perawat untuk
melakukan penelitian lebih lanjut sehingga didapatkan pengetahuan yang lebih
banyak mengenai manfaat PMK bagi BBLR.

2. Bagi Instansi Terkait


a. Bagi instansi rumah sakit
1) Mensosialisasikan PMK bagi BBLR kepada tenaga medis dan para
medis melalui seminar, poster, ataupun sosialisasi PMKoleh petugas
kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan PMK kepada petugas
lain.
2) Mensosialisasikan kepada orang tua bayi melalui pendidikan
kesehatan dengan media poster, leaflet, pemutaran video, ataupun
ceramah.
3) Membuat kebijakan mengenai pelaksanaan PMK di ruang perawatan
bayi level I,II,III.
4) Mengadakan pelatihan tentang PMK bagi tenaga medis danparamedis
mengingat manfaat PMK bagi pertumbuhan dan perkembangan
BBLR sehingga dapat memperpendek masa rawat bayi di rumah
sakit.
5) Mengadakan kamar ibu di ruang perawatan bayi level II dan III agar
PMK dapat dilakukan secara lebih lama tidak hanya 2 jam setiap
harinya.

17
6) Meniadakan kamar bayi di ruang perawatan bayi level I agar bayi
BBLR yang sehat tidak terpisah dengan ibunya sehingga PMK dapat
dilakukan secara termitten.
7) Memisahkan kamar perawatan ibu yang memiliki bayi BBLR dengan
ibu yang melahirkan bayi aterm/bukan BBLR.

b. Bagi Instansi Pendidikan agar memberikan pendidikan pada mahasiswa


mengenai metode kanguru dan manfaatnya bagi BBLR sehingga diharapkan
mahasiswa dapat menerapkannya di lahan praktek.
3. Bagi Keluarga
a. Ibu bayi diharapkan untuk senantiasa melakukan PMK bagi BBLR selama
rumah sakit maupun di rumah sesuai dengan yang telah diajarkan di rumah
sakit secara termitten agar didapatkan efek yang
lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan BBLR yang optimal.
c. Keluarga terutama ayah bayi harus selalu memberikan dukungan pada ibu
untuk melakukan metode kanguru secara termitten bagi bayinya dan saling
bekerjasama karena dukungan keluarga sangat diperlukan bagi ibu selama
merawat bayinya terutama bayi dengan BBLR yang lebih membutuhkan
perhatian dan penanganan khusus.

4.1. KESIMPULAN

Rendahnya satus gizi ibu hamil dan meningkatnya angka persentase bayi BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Anggrek disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :

a. Peran posyandu yang kurang

b. Kurangnya sosialisasi oleh posyandu

c. Dan kurangnya ANC ibu hamil

Unutk menindaklanjuti permasalahan di wilayah kerja Puskesmas Anggrek, maka akan


dilakukan beberapa rencana program yaitu :

a. Pelatihan tenaga medis tentang bayi BBLR

b. Program perbaikan status Gizi

c. Penyuluhan untuk ibu hamil

18
DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Kristiyanasari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika

Depkes, 2000. Standar Pelayanan Kesehatan, IBI, Jakarta.

Sutomo S, 2003. Cakupan Bayi Berat Lahir Rendah Yang Ditangani.


http:/www.jawatengah.go.id/dinkes/new/SPM/bab1.htm.

19

Anda mungkin juga menyukai