Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan masalah medik yang sering dijumpai di klinik di seluruh dunia,
di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang. Kelaianan ini merupakan penyebab debilitas kronik yang mempunyai
dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik. Secara
fungsional anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer. Secara praktis anemia di tunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit atau hitungan eritrosit. Anemia merupakan istila yang menunjukan
rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal. Anemia bukan merupakan penyakit melainkan merupakan pencerminanan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan
(Smeltzer, 2002).

Anemia, merupakan masalah yang sering dialami oleh penduduk Indonesia.Anemia


memang dianggap sepele oleh penduduk Indonesia, oleh sebab itu Anemia menjadi
masalah terbanyak yang ditangani mulai dari puskesmas hingga rumah sakit.Ada
banyak masalah gizi pada anak-anak di Indonesia, namun yang dianggap memiliki
dampak paling luas dan jangka panjang yakni anemia. Anemia gizi besi adalah keadaan
dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal
karena kekurangan zat besi. Menurut WHO (2000), indikator anemia pada anak usia 12-
14 tahun adalah < 12,0 g/dl. Anemia gizi besi ditandai dengan lesu, lemah, letih, lelah
dan lalai (5L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, kelopak mata,
bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat (Supariasa, dkk, 2001).

Remaja putri lebih rentan anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki. Itu
disebabkan kebutuhan zat besi pada remaja putri adalah 3 kali lebih besar dari pada
laki-laki. Remaja putri setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis
mengeluarkan darah. Itulah sebabnya remaja putri memerlukan zat besi untuk
mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Yang sangat disayangkan adalah
kebanyakan dari remaja putri tidak menyadarinya.

Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja
putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit,
menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia
kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan
produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat,
kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan
optimal (Arisman, 2004).

Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, dengan
proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9%
perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar
26,4% dan sebesar 18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan anemia pada remaja putri dengan tingkat pengetahuan
masyarakat ?
2. Bagaimana hubungan anemia pada remaja putri dengan dengan tingkat ekonomi ?
3. Bagaimana cara mengatasi anemia ditinjau dari aspek pendidikan, ekonomi, dan
kesehatan ?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan hubungan anemia pada remaja putri dengan dengan tingkat
pengetahuan masyarakat
2. Mendeskripsikan hubungan anemia pada remaja putri dengan dengan tingkat ekonomi
3. Memaparkan cara mengatasi anemia
4. Memberikan kiat dan saran untuk mengurangi prevalensi anemia pada remaja putri
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis
Berikut adalah data prevalensi anemia remaja putri berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Melati :
Puskesmas Prevalensi (%)
Kamboja 25,3
Anggrek 25,6
Mawar 28,3
Flamboyan 26,1
Kenanga 25,8
Semangka 26,4
Manggis 25,7
Apel 26,2

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di
lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita
anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Menurut Herman (2006) dalam
Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr. Wahyu di kabupaten Melati tahun 2014
khusunya di puskesmas Mawar, prevalensi remaja putri yang mengalami gejala anemia
jumlahnya paling besar dibandingkan puskesmas lain yaitu sebesar 28,3 %.
Adapun gejala anemia yang ada dapat disebbkan oleh beberapa faktor, antara lain
adalah :
a. Faktor Internal (Manusia)
1. Asupan makanan yang kurang
Permasalahan gizi di Indonesia masih sangatlah tinggi keberadaannya. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai zat gizi menjadikan dasar dari permasalahan
ini, salah satunya adalah penyebab anemia, masyarakat masih kurang
mendapatkan asupan zat-zat gizi penting yaitu besi, asam folat, dan vitamin B12
dimana ketiganya adalah bahan penting pembentuk darah sehingga dampak
karena kurangnya asupan itu adalah timbulnya anemia. Khusunya remaja putri
yang masih sangat memerlukan ketiga zat gizi tersebut untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, maka dari itu prevalensi anemia banyak terjadi pada remaja
putri.
2. Adanya perdarahan
Perdarahan adalah salah satu faktor penyebab anemia, karena dengan adanya
perdarahan maka akan menimbulkan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit,
dan eritrosit sekaligus. Menstruasi yang dialami oleh remaja putri bila terjadi
berlebihan maka akan mendapatkan anemia karena pada saat menstruasi tubuh
juga mengeluarkan zat besi yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah sehingga dapat menyebabkan anemia.
3. Adanya penyakit keturunan
Penyakit keturunan yang diwariskan secara genetik seperti thalassemia dan
anemia sel sabit sangat berpengaruh pada kejadian anemia karena terdapat
gangguan pada eritrosit khususnya hemoglobin pada thalassemia sehingga
kemampuannya mengikat oksigen berkurang sementara mobilitas eritrosit sangat
rendah untuk anemia sel sabit karena bentuk morfologi eritrosit yang tidak normal
sehingga distribusi oksigen ke jaringan akan sangat terganggu.
b. Faktor Eksternal
A. Keuangan
1. Kondisi sosial ekonomi yang rendah
Kondisi sosial ekonomi yang rendah berkaitan erat dengan daya beli
masyarakat. Pada daerah puskesmas Mawar mayoritas penduduk
bermatapencaharian sebagai petani dan buruh sehingga pendapatannya
mungkin masih dalam kategori rendah yang menyebabkan masyarakat di
puskesmas Mawar kurang mampu untuk membeli kebutuhan pangan yang
memiliki kadar gizi tinggi.
2. Sedikitnya lapangan pekerjaan
Mayoritas penduduk puskesmas Mawar adalah petani dan buruh tani karena
lapangan pekerjaan yang masih rendah, sehingga pendapatan maksimal yang
didapatkan masyarakat kemungkinan adalah pada saat musim panen tiba,
sementara bila tidak sedang musim panen pendapatannya minim.
B. Metode
1. Cara pengolahan makanan yang salah
Kurangnya pengetahuan mengenai cara mengolah makanan yang benar dapat
mengurangi atau menghilangkan zat gizi dari suatu bahan makanan, misalnya
proses perebusan dengan suhu tinggi dalam waktu yang lama, sehingga meski
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi, kandungan gizinya tidak
didapatkan dan dampakanya menimbulkan anemia gizi.
2. Kurangnya sosialisasi tentang anemia dan zat gizi
Pemahaman masyarakat mengenai anemia dan zat gizi sangatlah penting
karena jika masyarakat masih awam mengenai hal ini maka prevalensi anemia
akan sangat susah diturunkan.
C. Material
1. Ketersediaan bahan pangan rendah
Mata pencaharian utama masyarakat di daerah puskesmas Mawar adalah di
bidang pertanian, maka dari itu masyarakat lebih dominan mengkonsumsi
bahan pangan nabati daripada hewani. Padahal untuk permasalahan anemia
ini, zat gizi dari hewani yang paling banyak dan mudah diserap oleh tubuh.
2. Suplemen besi kurang dikonsumsi
Konsumsi suplemen besi yang kurang dikaitkan dengan pengetahuan dan
ekonomi masyarakat puskesmas Mawar, padahal seharusnya masyarakat
mengkonsumsi suplemen besi secara teratur untuk melancarkan pembentukan
sel darah merah sehingga dapat terhindar dari resiko anemia.
D. Environment
1. Lingkungan tidak mendukung untuk berternak
Mata pencaharian masyarakat puskesmas Mawar yang dominan di sektor
pertanian kemungkinan karena tidak memungkinkan beternak, bisa jadi karena
permasalahan cuaca yang dapat membuat hewan ternak rentan terkena
penyakit, sehingga dampaknya masyarakat kurang mengkonsumsi bahan
pangan hewani.
2. Daerah endemis parasit cacing
Kebersihan masyarakat yang kurang misalnya pada hal sanitasi dapat
meningkatkan angka kemungkinan endemisitas parasit cacing, karena saat
masyarakat terkena penyakit cacing salah satu dampaknya adalah timbul
anemia.
B. Pembahasan
Kasih narasi jawaban permasalahan dan 6 pokok masalah di skenario
BAB III
RENCANA PROGRAM
3.1 Rencana Pelaksanaan (POA)
Upaya Kesehatan : Penanggulangan Anemia Remaja Putri di Puskesmas Mawar

NO KEGIATAN SASARAN TENAGA PELAKSANA JADWAL TUJUAN


1 Manusia
 Memberikan penyuluhan Seluruh Tenaga kesehatan 1 Meningkatkan wawasan
mengenai anemia dan zat masyarakat yaitu dokter, bidan, bulan mengenai anemia dan
gizi Kabupaten perawat serta tenaga sekali gizi
Melati kesehatan puskesmas

 Melakukan genetic Diprioritas Dokter yang berperan 6 Mengetahui


testing untuk keluarga kan di dalam bidang bulan kemungkinan
yang memiliki daerah genetika sekali masyarakat yang terkena
kemungkinan penyakit puskesmas penyakit genetik
thalassemia dan anemia Mawar
sel sabit

2 Metode
 Memberikan penyuluhan Seluruh Tenaga kesehatan 1 Meningkatkan wawasan
mengenai cara mengolah masyarakat yaitu dokter, bidan, bulan mengenai anemia dan
makanan yang benar Kabupaten perawat serta tenaga sekali gizi
Melati kesehatan puskesmas
 Mengawasi peredaran Seluruh Petugas Dinas 1 Mencegah tersebarnya
makanan sehat di pasar daerah Kab Kesehatan bulan makanan yang tidak
Melati Kabupaten Melati sekali sehat di masyarakat
3 Money
 Memberikan pelatihan Seluruh Petugas Dinas 2 Meningkatkan
untuk meningkatkan masyarakat Pemberdayaan bulan keterampilan kerja
kemampuan kerja Kabupaten Masyarakat sekali masyarakat
Melati Kabupaten Melati
masyarakat
4 Material
 Memberikan pelatihan Seluruh Petugas Dinas 3 Meningkatkan
kepada petani untuk petani Pertanian Kabupaten bulan pengetahuan petani
Kabupaten Melati sekali tentang biodiversitas
menanam bahan pangan
Melati tanaman
yang bervariasi

Environment
Petugas kesehatan 2 Memantau kebersihan
 Mengadakan Seluruh
masing-masing lingkungan dan
pemantauan mengenai wilayah bulan
mencegah persebaran
Kabupaten puskesmas sekali
sanitasi Melati Kabupaten Melati parasit cacing
3.2 Program Pencegahan Anemia di Kabupaten Melati
Jelasin pencegahan primer, sekunder, tersier
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Tingginya prevalensi Anemia remaja putri di puskesmas Mawar disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain adalah :
 Asupan makanan yang kurang
 Adanya perdarahan
 Adanya penyakit keturunan
 Keadaan sosial ekonomi rendah
 Sedikitnya ketersediaan lapangan pekerjaan
 Cara mengolah makanan yang salah
 Kurangnya sosialisasi tentang anemia dan zat gizi
 Ketersediaan bahan pangan yang rendah
 Sedikitnya konsumsi suplemen besi
 Lingkungan yang tidak mendukung untuk beternak
 Daerah endemis parasit cacing

Dari beberapa faktor yang tersebut diatas, kondisi masyarakat yang dominan berada
di tingkat sosial ekonomi rendah adalah yang paling berpengaruh. Sehingga usaha
mengatasi tingginya prevalensi anemia remaja putri di Kabupaten Melati adalah
dengan memperbaiki sektor ekonomi sehingga pendapaatan perkapita meningkat
dan dapat mengangkat kondisi sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, pengetahuan
masyarakat mengenai anemia dan status gizi dapat ditingkatkan dengan cara
pemberian penyuluhan rutin kepada masyarakat sekaligus dengan mengadaka
pemberian suplemen besi dan melakukan fortifikasi makanan.

B. Saran
 Meningkatkan kondisi sosial ekonomi dengan meningkatkan pendapatan
penduduk sehingga akan berpengaruh pada daya beli makanan bergizi oleh
masyarakat
 Memberikan penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan wawasan
masyarakat mengenai anemia dan zat gizi
 Melakukan suplementasi dan fortifikasi makanan
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Ferri, Fred F., M.D., F.A.C.P. 2015. Ferri's Clinical Advisor. Elsevier

Anda mungkin juga menyukai