Anda di halaman 1dari 7

TUGAS DERMATITIS

KMB II ( SISTEM INTEGUMEN)

DOSEN PENGAJAR: NY. M.Siauta,S.Kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh Kelompok 2:

Siti rahmawati dinata

Apriliani burdewa

Jemi D. wicahyo

Manna E.Opier

Sarni Lesnussa

YAYASA WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN
RUMKIT TK III dr.J.A.LATUMETEN
AMBON
2018
DERMATITS

A. Pengertian
Dematitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon erhadap
pengaruh terhadap factor eksigen dan atau pada factor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Dermatitis cenderung residf an menadi kronik. (djuanda adhi,2010)

B. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalny bahan kimia (contoh: seterjen,
asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikroorganisme(bakteri, jamur), dapat pula
dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopic.

Klasifikasi dermatitis: (Djuanda Adhi,2010)


1) Dermatitis kontak
Peradangan pada kolit kerana kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh.
Terbagi menjadi 2 : alergi dan iritan.

2) Dermatitis atopic
Peradangan pada kulit kronik residif yang sisertai oleh gatal yang umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak.

3) Neurodermatitis sirkimskripta
4) Dermatitis numuralis
5) Dermatitis statis

C. Manifestasi klinis
1. Dermatitis konntak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai
72 jam.
c. Untuk dermatitis iritan, gejala terbagi menjadi akut dan kroonis. Saat akut terjadi
perubahn wartna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet. Saat
kronik gejal dimulai dengan kulit yang mongering dan sedikit meradang yang akhirnya
menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan terasa terbakarnya lebih trsa dibandingkan dengan
tipe alergi.
2. Dermatitis atopic (DA)
Ada tiga fase klinis DA yaitu:
a. DA infatil (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering mincul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua. Lesi
Mula-mula tampak didearah muka (dahi-pipi) berupa aritema, papup-vesikel pecah
karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya berbentukkrusta. Lesi bisa
meluas ke kepala dan tungkai. Nila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan didaerah
esktesor akstremitas. Sebagian besar penderita sembuh sebagian laggi berlanjut ke fase
anak.
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan dari DA infatil atau timbul sendiri (denovo). Lokasi lesi di
lipatan siku/lutut, bagian flekor pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. Ruam
berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hyperkeratosis, dan munngki infeksi
sekundar. DA berat yang labih dari 50% pemukaan tubbuh dapat mengganggu
pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah lipatan siki/lutut, samping leher, dahi, sekitar mata. Pada
dewasa, distribu lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan danpergelangan
tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik),
vulva, putting susu sklap. Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan,
mengalami likenifikai. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat
garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmntasi. Umumnya DA remaja dan dewasa
berlangsung lama dan cenderung memebaik setelah usia 30 tahun, jarang samapai usia
pertengahan dan sebagan kecil sampai tua.
3. Neodermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atai mata
kaki, kadang muncul ada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang tidur, akan
berkurng saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah bert rasa gatal
tersebut.
d. Terjadi erubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan atau
penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sanat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikal daan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membaesar dengan
cara berkonfluensi ataumeluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti
uang logam(coin), eritmtosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat laun pecah menjadi eksudasi, kemudian mongering menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya satu,
dapat pula banyak dan terbesar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi dan
miliar sampai nummular, bahkan plkat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. Luka atau lesi kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang kena
h. Ras kesemutan pada daerah yang terkena

D. Pemeriksaan penunjang
2. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intrakutan, solusi asetikolin 1/5000.
3. Percobaan histamine hostat disuntikan pada lesi.
4. Pric
Laboraturium
1. Darah: Hb, leukosit, hitung enis, trombist, elektrolit, protein total, albumin, globulin
2. Urin: pemeriksaan histopatologi

Penatalaksaan

1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir segera mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tenganilah seperti luka bakar.
d. Obat anti histamine oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberika secara topical, oral, atau intevena sesuai dengan
tingkat keparahan.
2. Dermatitis atopic
a. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan-bahan
berbulu.
b. Hidrasi kulit berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofilik urea 10% atau
pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%
c. Kontikosteroid topical poteni renda diberi padaa bayi, daerah intertriginosa dan
daerah genetalia. Kontekoeroid pontensi menengah dapat diberi pada anak dan
dewasa. Bila aktifiitas penyakit telah terkontrol. kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral haanya dipakai untuk
mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis remdah,
diberi selang-seling.menimbulkan efek sampaing dan bila tiba-tiba dihentikan akan
timbul phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karenaberpotensi kuat menimbulkan
sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu)
dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada area luas akan
menimbulkan efek samping sedative.
e. Pemberian antibiotika berkaita dengan ditemukannya peningkatan koloni S. aureus
pada ppenderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada
infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200
mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Pemberian kostikosteeroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkumendasikan untuk daerah kulit yang tipis
(vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang steroid yang
low-poten, pemakaina high-poten teroid hanya kurang dari 3 minggu pada kulit
yang tebal.
b. Anti-deprsan atau anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan perlu
pertimbagan untuk pemberiannya.
c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotic topical ataupun oral.
d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang data mencegah
gatal atau garukan.
4. Dermatitis numuralis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
b. Secara topical dapat diobati dengan obat antiinflamsi, misalnya perparat ter,
glukokortiroid, takrolimus, atau pimkrolimus.
c. Bila lesi masih eksudasi, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1:10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakteerial, diberikan antibiotic secara istemik.
e. Kortikossteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang beerat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisilin HCl.
5. Dermatitis statis
a. Cahaya berdenyut intens
b. Diuretic
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikosteroid
f. Ligasi veskuler
g. Pelembab
h. Terapi kompres
E. PENGOBATAN
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter
Anda. Tergantung pada penyebab dan kondisi yang dialami pasien, pengobatan untuk dermatitis
bervariasi. Selain rekomendasi gaya hidup dan pengobatan rumahan berikut, pengobatan
dermatitis biasanya meliputi:
 Mengoleskan krim kortikosteroid
 Mengoleskan krim atau losion tertentu yang mempengaruhi sistem imun (calcineurin
inhibitors)
 Memaparkan area dengan jumlah cahaya alami atau buatan yang terkendali
(phototherapy)

Berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu mengatasi
dermatitis:

 Batasi waktu mandi


Batasi mandi hingga 5-10 menit. Gunakan air hangat dibandingkan air panas. Bath oil
juga dapat membantu.
 Gunakan pembersih tanpa sabun, atau pakai sabun yang lembut
Pilihlah pembersih tanpa pewangi dan sabun, atau kalau harus pakai sabun gunakanlah
yang ringan. Beberapa sabun dapat mengeringkan kulit.
 Keringkan tubuh Anda dengan hati-hati
Setelah mandi, gosok kulit dengan cepat dengan telapak tangan, atau tepuk-tepuk kulit
dengan handuk yang halus.
 Lembapkan kulit
Saat kulit masih basah, kunci kelembapan kulit dengan minyak atau krim.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah
Anda.
F. Patofisiologi

- Fisik (sinar, suhu


- Mikroorganisme dermatitis Factor yang berhubungan
(berteri, jamur) - Genetic
- Lingkungan
- Farmakologi
Factor dari luar (eksogen) - imunologi
Factor dari dalam
(endogen)

Berhubungan dengan
Dermatitis kontak (sabun,
Dermatitis atopik penongkatan kadar IgE dalam
deterjen, zat kimia)
serum

Allergen sensitizen Iritan primer Asma brochial, rhinitis alergik

sel langerhans makrofag Mengiritasi kulit Ketidakefektifan pola napas

Sel T
Peradangan kulit (lesi) Kerusakan integritas kulit

Sensitisasi sel T oleh


saluran linfe Nyeri akut Gangguan citra tubuh
Resiko infeksi

Reaksi hipersensitivitas IV

Anda mungkin juga menyukai