TUBERCULOSIS PARU
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan granuloma dan
menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari
penderita ke orang lain. Tuberculosis adalah penyakit menular yang di sebabkan
hasil mikrobkteriu tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1 – 4 mm dan tebal 0,30 – 0,6 /mm. sebagian besar kuman
terdiri atas dasar asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap
Manurung Santa,S.SKM,M.kep,dkk.(2008)
B. Etiologi
Tb paru disebabkan oleh “Mycobacterium Tuberculosis” sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 2-4/um,dan tebal 0,3 – 0,6 / um.
Tuberculosis adalah penyakit menular yang di sebabkan hasil mikrobkterium
tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 4 mm dan tebal 0,30 – 0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas dasar
asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam udara dingin (dapat
tahan betahun –tahun dalam lemari es) . hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali. Sifat lain kuman
adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian afikal paru – paru lebih
tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian afikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis .
Manurung Santa,S.SKM,M.kep,dkk.(2008)
C. Patofisiologi
Kuman tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui udara pernafasan. Bakteri yang
hidup akan dipindahkan malalui jalan nafas melalui alveoli,tempat dimana mereka
mengumpul dan mulai memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga dapat dipindahkan
melalui limfe dan cairan darah ke bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berrespon dengan melakukan reaksi inflamasi tuberkulosis
menghancurkan banyak bakteri limposit spesifik tuberkulosis menghancurkan bakteri
dan jaringan normal.reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveolat yang dapat menyebabkan bronchopneumonia.infeksi awal biasanya terjadi 2
– 3 minggu setelah pemajanan.
Masa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk dinding
protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral dari fibrosa ini di
sebut “TUBERKEL” bakteri dan makrofag menjadi nekrotik membentuk massa seperti
keju.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena penyakit tidak ada kuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga
terjadi dengan infeksi ulang dan aktivitas bakteri. Tuberkel memecah, melepaskan
bahan seperti keju ke dalam bronkhi. Tuberkel yang pecah menyembuh dan
membentuk jaringan parut paru yang terinfeksi menjadi lebih bengkak dan
mengakibatkan terjadinya bronkhopneumonia lebih lanjut.
Port de” enri kuman mikronakteium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis ,
terjadi melalui udara (air way) , yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman – kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri
dari 1 – 3 gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit setelah berada dalam ruang
alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru – paru dan di bagian atas lobus
bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi pradangan. Leucosit
polimerfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun
tidak membunuh organism tersebut . sesudah hari –hari pertama maka leukosit di
ganti oleh makrofag . alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pnemonia akut . pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal , atau proses dapat juga berjalan terus , dan
bakteri terus di fagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional . makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteluit. Yang dikelilingi oleh foit, reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10 – 20hari
Manurung Santa,S.SKM,M.kep,dkk.(2008)
D. Manifestasi Klinik
Pada stadium awal penyakit TB tidak menunjukan tanda dan gejala yang
spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan
parunya mengalami kerusakan sehingga dapat meningkatkan produksi sputum yang
yang ditunjukan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi
pengeluaran dahak.
Selain itu klien merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB
paru ini dapat dibagi atas 2 golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
1. Gejala sistemik meliputi :
a. Demam
Merupakan gejala awal yang pertama dari Tuberkulosis paru. biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza,yang segera mereda
tergantung dari daya tahan tubuh dan firulensi kuman serangan demam yang
berikut dapat terjadi setelah 3 bulan,6 bulan,9 bulan, demam seperti
influenza ini hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya
sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Malaise
Karena sifat tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa
tidak enak badan, pegal – pegal nafsu makan berkurang , badan makin kurus ,
sakit kepala , mudah lelah, dan pada wanita kadang – kadang dapat terjadi
gangguan siklus Haid.
2. Gejala Respiratorik meliputi :
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan Bronkus. Batuk
mula – mula terjadi oleh karena iritasi bronchus ; selanjutnaya akibat adanya
peradangan pada ronkhus. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk - ekskresi peradangan, dahak dapat bersifat mukoid ataun purulen.
b. Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah, berat dan ringanya
batuk darah yang timbul , tergantung dari besarnya pembiluh darah yang
pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisme pada
dindin kafitas , juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk
darah inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter.
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena
gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik .
Test diagnostik
Untuk menegakan diagnosa TB paru, maka test diagnostik yang sering dilakukan
pada klien adalah :
a. Pemeriksaan radiologis : Foto Rontgen Toraks . tuberkulosis dapat
memberikan gambaran yang bermacam-macam pada foto rontgen toraks ,
akan tetapi terdapat beberapa gambaran yang karakteristik untuk
tuberkulosis paru yaitu :
Apabila lesi terdapat terutama dilapangan di atas paru
Bayangan berwarna atau bercak
Terdapat kavitas tunggal atau multipel
Terdapat klasifikasi
Apabila lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru
Bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks setelah foto ulang
beberapa minggu
Lesi pada orang dewasa mempunyai predileksi disegmen apikal dan
posterios lobus atas serta segmen segmen apikal lobus bawah. Umumnya lesi
tuborkulesis bersifat multiform , yaitu terdapat membran beberapa stadia
pada saat yang sama misalnya terdapat infiltrasi ,fibrosis, dan klasifikasi
bersamaan.
Gambaran yang terdapat pada foto toraks tergantung dari stadium
penyakit. Pada lesi baru di paru yang berupa sarang pneumonia terdapat
gambaran bercak seperti awan dengan batas yang tidak jelas. Apabila lesi
diliputi oleh jaringan ikat maka akan terlihat bayangan bulat berbats tegas
disebut tuberkuloma. Apabila lesi tuberkuloma meluas maka akan terjadi
perkujian, yang apabila dibatukan akan menimbulkan kavitas . kavitas ini
akan bermacam – macam bentuknya “multiloculatied”, dinding tebak dan
seklerotik. Bisa juga ditemukan atelektasis pada satu lobus bahkan pada satu
paru , kadang – kadang kerusakan yang luas ditemukan pada kedua paru.
Gambara fibrosis tampak seperti garis – garis yang yang padat. Sedangkan
klasifkasi terlihat sebagai bercak dengan ednsitas tinggi. Sering juga ditemui
penebalan yang tersebar merata di kedua paru. Gambaran efusi pleura dan
pneumotoraks juga sering menyertai tuberkulosis paru – paru. Foto toraks
PA dan lateral biasanya sudah cukup memberikan gambaran. Kadang-kadang
diperlukan pemeriksaan radiologik khususnya seperti foto toplordotik,
tomogram, dan bronkografi . penting sekali melakukan efaluasi foto dan
membandingkan hasilnya, untuk mengetahui apakah ada
kemajuan,perburukan atau terdapat kelainan yang mene tetap
b. Pemeriksaan laboratorium
Darah
Pada TB paru aktif biasanya ditemukan peningkatan leukosit dan laju
endap darah (LED).
Sputum BTA
Pemeriksaan bakterologik dilakukan untuk menemukan kuman
tuberkulosis . diagnosa pasti ditegakkan bila pada biakan ditemukan
kuman tuberkulosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa definitive
dan menilai kemajuan klien. Dilakukan berturut – turut dan biakan /
kultur BTA selama 4- 8 minggu.
c. Tes tuberculin (mantoux Test)
Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk menegakan diagnosa terutama
pada anak- anak. Biasanya ditemukan suntikan PPD (protein profied
derivation) secara intracutan 0,1 cc. . lokasi penyuntikan umumnya pada ½
bagian atas lengna bawahsebelah kiri bagian depanpenilaian test
diatuberkulosis dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan dengan mengukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi pada lokasi
penyuntikan. Industri berupa kemerahan denag hasil sebagai berikut :
Indurasi 0 -5 mm:negatif
Indurasi 6 – 9 mm: meragukan
Indurasi > 10 mm: positif
Test tubeculin negatif berarti bahwa secara klinis tidak ada infeksi microbcterium
tuberculosa, dan bila hasil meragukan dapat disebabkan karena kesalahan teknik
reaksi silang.
Manurung Santa,S.SKM,M.kep,dkk.(2008)
E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien TB paru dapat berupa :
a. Malnutrisi
b. Empiemap
c. Efusi pleura
d. Hepatitis ketulian dan gangguan gastrointestinal ( sebagai efek samping obat
– obatan)
F. Penatalaksaan.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan TBC di indonesia sesuai program nasional menggunakan panduan OAT yang
diberikan dalam bentuk kombipak sebagai berikut :
a. Katagori I: 2RHZE / 4H3 R3
Diberikan untuk :
Penderita baru TB paru dengan BTA (+)
Penderita baru TB paru , BTA (-) , RO (-) , dengan kerusakan parenkim paru yang
luas
Penderita baru TB dengan kerusakan yang berat pada TB ekstra pulmons
b. Kategori II: 2RHZE /4R3 H3
Diberikan untuk :
Penderita TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya kambuh,
kegagalan pengobatan atau pengobatan tidak selesai
c. Kategori III:2RHZ / 4R3 H3
Diberikan untuk:
Penderita baru BTA (-) dan RO (+) sakit ringan
Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe, peluritis eksidatif unilateral,
TB kulit tulang
1. Kategori IV: HRZE
Adapun obat-obat anti TB yang ada sekarang digolongkan dalam dua jenis yaitu
bakterisidal dan bakteriostatik. Termasuk dalam golongan bakterisidal adalah
isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), streptomisin (S). Sedangkan etambutol
(E) termasuk golongan bakteriostatik. Kelima obat tersebut diatas termasuk obat anti
TB utama (first-line Antituberculosis Drugs). Yang termasuk dalam OAT sekunder
(second Antituberculosis Drugs) adalah Para-aminosalicylic Acid (PAS), ethionamid,
sikloserin, kanamisin dan kapreomisin. Obat anti TB sekunder ini selain kurang efektif
juga lebih toksik, sehingga kurang dipakai lagi.
Pengobatan
A. Jenis Obat
- Insoniasid (H)
- Rifampisin ®
- Pirasinamid (z)
- Etambutol (E)
- Sterptomicin Analgetik
B. Prinsip Pengobatan TB Paru
Prinsip Pengobatan TB Paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis. Dalam jumlah Cukup dan Dosis Tepat selama 6-8 Bulan, supaya
semua kuman Dapat dibunuh.
Dosis Tahap Intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sbagai dosis tunggal.
Sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila panduan obat yang digunakan tidak
adekuat Quenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan, Kuman TB akan
berkembang menjadi kebal obat (Resisten)
- Tahap Intensif (awal)
Penderita Mendapat Obat Setiap Hari dan di awasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama Rifampisin. Bila Tahap
Intensif tersebut diberikan secara tepat penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian Besar TB BTA (+) menjadi
BTA (-) (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
- Tahap Lanjut
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu lama.
Pencegahannya yaitu ;
- Isolasi untuk penderita TB Paru
- Kebersihan Lingkungan
- Vaksinasi BCG
C. Efek samping penggunaan obat OAT :
1. Isoniazid (INH) / H :
a. Neutis perifer
b. Ekterus
c. Hipersensitifitas
d. Lain – lain : mulut kering , nyeri epigastrit , tinnitus , retensio urine
2. Rifampisin / R :
a. ikterus
b. Flu-lek syndrome
c. Syndrome radmen
d. Lain – lain : supresi imunitas
3. Etambutol / E
a. Neuritis optic
b. Gout
c. Lain – lain : gatal, nyeri sendi, nyeri perut, malaise,kepala sakit, halusinasi
4. Pirazinamid / Z
a. Gangguan hati
b. Gout
c. Lain – lain : astralgia, anoreksia, mual muntah disuria, malaise,demam
5. Streptomisin / S :
a. Reaksi terpenting disebabkan oleh hipersensitifitas
b. Mempengruhi saraf otak ke 8.
c. Dapat menurunkan fungsi ginjal.
( Arif mansjoer , dkk. 1999)
Landasan Teori Keperawatan “TB PARU”
Interaksi Sosial :
Gejala : Perasaan Isolasi
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB
Ketidakmampuan umum
Gagal untuk membaik
Pertimbangan tidak berpartisipasi dalam therapi
Pemeriksaan Diagnostik
Kultur sputum : Positif untuk TB pada tahap aktif penyakit
Ziehl heelsen : Positif untuk basil asam-cepat
Tes kulit (PPD) : Reaksi positif menunjukan refeksi masa lalu
Western blot : Menunjukan adanya HIV
Biopsi Jantung : Pada jaringan paru positif untuk granulomo TB.
Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / O2 adekuat
2. Mencegah penyebaran infeksi
3. Mendukung perilaku untuk melaksanakan tugas
4. Meningkatkan strategi koping efektif
5. Memberikan informasi tentang penyakit
Tujuan Pemulangan
1. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
2. Komplikasi dicegah
3. Pola hidup / perilaku berubah
4. Program pengobatan dipahami.
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan secret kental
Intervensi Rasional
Kaji fungsi pernapasan Penurunan bunyi nafas menunjukkan
adanya atelektasi ronchi, mengi
menunjukan akumulasi secret atau
ketidakmampun untuk membersihkan
saluran pernapasan.
Berikan pasien posisi semi fowler/fowler tinggi Posisi ini membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan.
Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler Mengurangi resiko terjadinya batuk
dan ransangan nyeri dada.
Beri tekhnik masase pada pasien ketika nyeri Mengurangi resiko terjadinya nyeri
ada hebat.
Anjurkan pada pasien untuk selalu dalam Keadaan tenang dapat mengurangi
keadaan tenang kecemasan/
Beri suasana yang nyaman pada saat pasien Membantu menambah nafsu makan
makan klien.
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai terapi Mengetahui bentuk dan jenis terapi
diet yang diberikan diet yang diberikan.
Ajarkan klien untuk selalu melakukan Agar dapat melakukan aktifitas tanpa
pemanasan ringan sebelum melakukan keluhan
aktifitas.
Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan penekanan proses inflamasi
Intervensi Rasional
Identifikasi orang yang beresiko terinfeksi Orang yang terpajan ini perlu program
pemberian obat untuk mencegah
penyebaran infeksi
Anjurkan pasien untuk batuk atau bersin dan Perilaku yang diperlukan untuk
mengeluarkan secret pada tisu dan menghindari penyebaran infeksi
menghindari meludah
Invasi Kuman TB
Terjadi Inflamasi
Reaksi Kuman
Sputum Kental
Pembuluh Darah Pecah
Adanya ransangan
Obstruksi Jalan Nafas
batuk dan bersin
Hemaptoe Peningkatan tekanan pada
dinding diagfragma Gangguan Bersihan
Kuman TB menyebar Jalan Nafas
melalui Droblet
Persepsi pasien terhadap Nyeri dada O2 dan Nutrisi
penyakit Kejaringan menurun
Penekanan / penyebaran
proses inflamasi
Ansietas Kelemahan Fisik
Resiko tinggi terhadap
penyebaran infeksi Intoleran Aktifitas
Merangsang
Anoreksia
termoreguler
I. Tinjauan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : HARUKU
Agama : KRISTEN PROTESTAN
Tanggal masuk Rumah Sakit : 29/01/2018 Pukul 09.30 WIT
Tanggal Pengkajian : 31/01/2018 Pukul 09.30 WIT
No. Registrasi : 048863
Diagnosa Medis : TB. Paru
Rumah Sakit : R.S.U Tulehu
Ruangan : R.I.W (Ruangan Intern Wanita)
X X X X
jbscjksdb
H&S H&S
H&S cksjdbcjk H&S H&S X H&S
sehfcoise
i
Pemeriksaaan fisik
a. Pemeriksaaan umum
K/U : lemas
Kesadaran : compos mentis
TB ;160
BB sebelum sakit : 50 kg
BB saaat sakit : 45 kg
Hasil : BB menurun 5 kg dari 70 kg
IMT : 17 (18-25 NORMAL)
b. Tanda-tanda fital
T/D : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 c
R : 24 x/menit
Kulit
Ada penurunan turgor kulit
Komentar kondisi kulit kurang baik
Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Vena leher
Tidak ada distensi vena jugularis
Wajah
Wajah paisen Nampak gelisah
Wajah pasien Nampak meringis
Dada
Bentuk dada barel
Irama pernapasan bradipnea
Pasien mengatakan napas sesak jika bernapas
Batuk
Pasien mengatakan sering batuk disertai lender
Pasien batuk disertai dengan sutum
Sputum
Karakteristik warna kuning kehijauan
Bau khas
Konsistensi kental
pasien sering meludah sembarangan tempat
Nyeri dada
Pasien mengatakan sakit pada dada jika batuk dan menyebarkepunggung
Pasien Nampak memegang atau mengelus ngelus bagian dada
Pasien mengatakan sakit dada sperti ditusuk-tusuk.
Napas sesak
Pasien mengatakan napas terasa sesak
Pasien mengatakan Susah jika menarik napas
Mudah lelah
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien Nampak lelah
Lordosis
Pasien Nampak membungkuk
Bunyi napas
Bunyi napas ronchi
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 29/1/2018
Therapy cairan
- IVFD RL D5% : RL 18 tetes/menit macro 1 : 1
Therapy diet yang diberikan
- Diet makanan lunak
- Ditambah dengan susu entrasol
Klasifikasi Data
DS : Pasien mengatakan :
Batuk disertai lendir
Nafas sesak jika bernafas
Sakit pada dada jika batuk dan menyebar ke punggung
Pasien mengatakan sakit dada seperti ditusuk-tusuk
Cemas dengan penyakit yang dialami
Pasien mengatakan mudah lelah
Pasien mengatakan ada rasa mual dan kurang nafsu makan
Pasien mengatak kurang bisa tidur jika batuk terus
Pasien mengatakan mudah lelah jika terlalu banyak beraktiftas
Pasien mengatakan jarang tidur siang
Pasien mengatakan sering terbangun
DO (Data Objektif)
K/U Lemas
Kesadaran Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
T/D : 130/80 mmHg
N : 80 x / menit
S : 36 oC
R : 24x/menit
Pasien batuk disertai dengan sputum
Pasien nampak sesak
Suara pasien nampak serak
Bunyi napas ronchi
Bunyi nafas tambahan broncho vesikuler
Irama pernapasan bradipnea
Ada sputum
Penuruna turgor kulit
Pasien nampak meringis
Membran mukosa sianosis
Berat badan menurun 5 kg
Pasien nampak gelisah
Pasien kurang nafsu makan
Pasien nampak mengelus-elus daerah dada
Sebagian aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga
Porsi makanan yang dihabiskan ½ porsi
Kualitas nyeri sedang
Skala 5-6
Sifat keluhan hilang timbul
Tidur malam 4-5 jam
Tidur siang + 15 menit
Pasien sering meludah sembarangan
Pasien dijaga oleh anaknya setiap hari
ANALISA DATA
DO :
Pasien nampak
Mengelus-ngelus daerah
dada
Wajah pasien meringis
Kualitas nyeri sedang
Skala 5-6
Sifat keluhan hilang timbul
DO :
- Pasien bertanya tentang
keadaannya
- Pasien nampak gelisah
No Data Etiologi Problem
IV DS : Pasien mengatakan Anoreksi Kebutuhan nutrisi
- Ada rasa mual. kurang dari kebutuhan
- Kurang nafsu makan tubuh.
DO : K/U Lemah
Pasien anoreksia
BB Menurut 5 Kg
Penurunan turgor kulit
Porsi yang dihabiskan ½
DO : K/U Lemas
Sebagian aktifitas dibantu
perawat dan keluarga
DO : (Data objektif)
Tidur malam 4-5 jam
Tidur siang + 15 menit
Pasien nampak gelisah
2. Nyeri dada berhubungan dengan peningkatan tekanan pada dinding diagfragma ditandai
dengan :
DS :
Pasien mengatakan sakit dada jika batuk dan menyebar ke punggung
Susah jika menarik nafas
Paien mengatakan sakit dada sperti ditusuk-tusuk
DO :
Pasien nampak mengelus-ngelus daerah dada
Wajah pasien nampak meringis
Kualitas nyeri sedang
Skala 5-6
Sifat keluhan hilang timbul.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai
denan :
DS : Pasien mengatakan
- Kurang nafsu makan
- Ada rasa mual
DO : K/U Lemas
Pasien
Berat Badan menurun 5 Kg
Penurunan turgor kulit
Porsi yang dihabiskan ½ porsi
DO : K/U Lemas
Sebagian aktifitas dibatu perawat dari keluarga
6. Perubahan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya ransangan batuk yang
berlebihan ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
Kurang bisa tidur jika batuk terus
Jarang tidur siang
Sering terbangun
TTV
T/D : 130/80
mmHg
N : 80
kali/menit
S : 36oc
R : 20
kali/menit
Bunyi nafas
(+) ronchi
Irama
pernafasan
brakibnea
Pasien
Nampak
2
pucat
Penurunan
turgor kulit
1. Mengetahui tingkat
Membran 1. Kaji tingkat nyeri nyeri,skala,
mukosa Nyeri dada berkurang yang di alami sifat,keluhan,Yang
pasien dialami pasien
sianosis dengan kretiria :
2. Atur posisi yang 2. Mengurangi resiko
Pasien tidak terjadinya batuk dan
Pasien nyaman dengan
merasa nyeri nyeri dada
posisi ostopnea
nampak pada dada pada 3. Mengurangi terjadinya
3. Beri mesase pada
tanggal resiko nyeri dada
sesak pasien kalu nyeri
Pasien bernafas
terjadi
Suara pasien dengan normal mengantisipasi batuk
4. Anjurkan klien
Wajah pasie yang mengakibatkan
Nampak untuk menghindari
tampak tenang nyeri dada
ransangan batuk
serak Skala nol (o) 5. Beri pasien
tidak ada keluhan pendidikan 4. Menjelaskan
Bunyi nafas
Sifat keluhan kesehatan pentingnya megetahui
tambahan hilang ( tidak ada penyebab dari penyakit
) yang dialami dan
broncho
5. Lingkungan yang
vesikuler 6. Pertahankan hangat mengurangi
Ada sputum lingkungan dalam resiko terjadinya batuk
keadaan keadaan
hangat/jauh dari
dingin
Nyeri dada b/d 7. Kolaborasi dengan 6. Sebagai tindakan
peningkatan tim Dokter tentang pengobatan dan
tekanan pada pemberian obat penyembuhan
dinding dan nyeri
diagfragma
DS: Pasien
mengatakan
Sakit pada Ansietas berkurang
denga criteria :
dada jika
Pasien Nampak
batuk dan tenang
menyebar ke Kecemasan berkurang 1. Kaji tingkat
kecemasan pasien 1. Mengatahui seberapa
punggung 2. Dengarkan apa cemas pasien
Susah jika yang membuat 2. Mengatahui penyebab
pasien cemas kecemasan pasien
menarik 3. Beri dukungan 3. Agar pasien percaya
nafas pada pasien bahwa bahwa penyakitnya
penyakit akan akan sembuh
Psien sembuh 4. Keadaan tenang dapat
mengatakan 4. Berikan pendidikan mengurang kecemasan
3 tentang yang terjadi
sakit dada pentingnya
sperti ketenangan dalam
membantu proses
ditusuk- penyembuhan
tusuk 5. Anjurkan pada
pasien untuk selalu 5. Keadaan tenang dapat
tenang mengurangi
DO : ketegangan yang
Pasien dirasakan klien
Nampak
mengelus
ngelus
daerah dada
Kebutuhana nutrisi
Wajah
dapat terpenuhi
pasien dengan Kreteria:
nampak POrsi makan
meringis dihabiskan
Rasa mual berkurang
Kualitas
Nafsu makan
nyeri sedang bertambah
BB kembali seperti 1. Kaji tingkat
Skala 5 – 6 kebutuhan aktifitas
semula dengan IMT
Sifat keluhan pasien 1. Mengetahui tingkat
normal 2. Bantu pasien dalam aktifitas yang dilkukan
hilang timbul beraktifitas pasien
3. Minta kerabat dan 2. Membantu pasien
4 keluarga dalam dfalam pemenuhan
pemenuhan aktifitas kebutuhan dasar
Ansietas b/d
persepsi pasien pasien 3. Membantu dalam
terhadap penyakit 4. Anjurkan pasien pengontrolan pasien
yang di tandai untuk selalu 4. Agar dapat melakukan
pemanasan ringan aktifitas tampa keluhan
dengan :
sebelum melakukan
DS : Pasien aktifitas
mengatakan
Cemas
dengan
penyakir
yang di alami
DO :
Pasien Kebutuhan istirahat
dan tidur dapat
bertanya
terpenuhi dengan
tentang kriteria:
keadaannya Pasien dapat
tidur dengan
Pasien
nyenyak
Nampak Tidur malam ±
7 – 8 jam
gelisah
Tidak ada
keluhan 1. Mengatahui berapa
menjelang 1. Kaji kebutuhan lama pasien tidur /
tidur istirahat dan tidur harinya
pasien 2. Membantu pasien
2. Kurangi kegaduhan dalam beristirahat
dan keributan 3. Lingkungan yang sejuk
dalam ruang dapat menambah
pasien keingingan untuk
3. Jaga keadaan beristirahat
lingkungan agar 4. Agar pasien dapat
tetap nyaman bagi memenuhi kebutuhan
5 pasien istirahat dan tidur
4. Kurangi batas 5. Lingkungan yang
Kebutuhan nutrisi
kunjungan hangat dapat
kurang dari keluarga dan mengurangi
kebutuhan tubuh kerabat pasien rangsangan batuk
b/d anoreksia 5. Jaga lingkungan 6. Membantu
ditandai dengan : dalam keadaan mengurangi produksi
hangat sputum dalam
6. Ajarkan teknik tenggorokan
DS : Pasien
batuk efektif 7. Sebagai tindakan
mengatakan sebelum tidur pengobatan dan
7. Kolaborasi dengan penyembuhan
Kurang nafsu dokter tentang
pemberian obat 1. Mengatahui seberapa
makan
batuk pada pasien banyak tingkat asupan
Ada rasa nutrisi klien
mual
2. Membantu dalam
pemenuhan nutris
DO :
K/U lemah Aktifitas dapat
Berat badan dilakukan dengan
kriteria :
menurun 20 3. Membantu menambah
Pasien dapat
kg melakukan nafsu makan pasien
Intoleransi
aktivitas b/d
kelemahan fisik
ditandai dengan:
DS : Pasien
mengatakan
Mudah lelah
jika terlalu
banyak
beraktifitas
DO :
Sebagian
aktifitas
dibantu
perawat dan
keluarga
Resiko tinggi
terhadap
penyebaran
infeksi b/d
penekanan proses
inflamasi yang di
tandai dengan :
DS : Pasien
mengatakan
Batuk
disertai
lender
DO :
Pasien
meludah di
sembarang
tempat
Pasien di
jaga oleh
anaknya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Tanggal : 01-02-18 Tanggal : 02-02-18
Pukul : 09.30 Pukul : 12.00 wit
1. 1.Mengkaji tingkat kebutuhan O2
Hasil : S : pasien mengatakan
Pasien mengatakan sesak nafas Masih sulit bernafas
Pasien Nampak berusaha bernafas
namun mulai enakan
Pukul : 11.30Wit
3. Memberikan dukungan kepada
pasien bahwa penyakitnya akan
sembuh
hasil :
Pasien percaya bahwa
penyakitnya akan sembuh
Pukul : 11.40 WIT
4.Menganjurkan pasien agar selalu
tenang
Hasil :
Pasien Nampak tenang
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
6. Tanggal 01/02/2018 Tanggal : 01/02/2018
Pukul : 22.00 WIT Pukul : 08.00 WIT
1.Mengkaji kebutuhan istirahat dan S : Pasien mengatakan sudah bisa tidur
tidur pasien dengan menanyakan dengan nyaman.
berapa lama biasanya tidur dalam
sehari saat sakit O : Pasien nampak tidur dengan tenang
Hasil : Pasien tidur + 6-7 jam
Pasien mengatakan selama sakit tidur
hanya 4-5 jam saja A : Masalah teratasi
Pukul : 22.10 WIT P : Intervensi dihentikan
2.Mengurangi kegaduhan/keributan
dalam ruangan
Hasil :
Pasien tampak nyaman dan santai
Pukul : 22.20 WIT
3.Menjaga keadaan lingkungan agar
tetap nyaman
Hasil :
Pasien menikmati keadaan suasana
lingkungan
Pukul 22.30 WIT
4.Mengurangi batas kunjungan keluarga
dan kerabat pasien
Hasil :
Pasien dapat tidur dengan nyenyak
tanpa ada gangguan
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
7. Tanggal 02/02/2018 Tanggal : 02/02/2018
Pukul : 07.00 WIT Pukul : 08.00 WIT
1.Mengidentifikasi orang-orang yang S : Pasien mengatakan mengerti tentang
beresio terinfeksi. maksud yang disampaikan
Hasil :
Pasien dijaga oleh anak dan suaminya O : Pasien melaksanakan apa yang
Pukul : 07.30 WIT dianjurkan
2.Menganjurkan pasien untuk batuk /
bersin dan mengeluarkan secret pada A: Sebagian masalah teratasi
tisu dan menghindari meludah di
sembarang tempat. P : Intervensi 3 dilakukan
Hasil :
Pasien mengerti tentang apa yang
disampaikan
Pukul : 08.00 WIT
3.Melanjutkan therapy yang diberikan
dengan pemberian OAT yakni 2HRZS (E)
- Isoniazid : 15 mg/hari
- Rifampisin : 15 mg
- Pirazinamid : 15 mg
- Streptomisin : 15 mg
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Ini Telah Disetujui Dan Diakui Oleh Pembimbing
Klinik Lapangan Dan Pembimbing Klinik Institusi Pendidikan Serta Disahkan oleh Ka. Ur.
Mindik
Diketahui oleh :
Ny Dj.kelrey,s.si.T
Nip : Nip : 140 057 142
DISAHKAN OLEH
Ka. Ur Mindik
Institusi Pendidikan
DR .H Tuanakotta.m,kes
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selecta Kedokteran, Jilid I Edisi ke 3, Arif Mansjoer, 1999. EGC Jakarta