Anda di halaman 1dari 26

LANDASAN TEORI MEDIS

TUBERKULOSIS

A. Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistematik. Tuberkulosis primer biasanya mulai secara perlahan-
lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan
demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi sluran nafas
bagian atas. Penyakit ini bila tidakk diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat
timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium). Basil
tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
mati di dalam cairan yang bersuhu 600 selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer
tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat per oral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada mikrobakterium lain yakni
Mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberkulosis.

B. Patogenesis dan Patologi


Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya tahan tubuh
manusia. Sebagian besar (95%) infeksi primer terjadi di dalam paru. Hal ini disebabkan
penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah
terkena infeksi tuberkulosis. Basil tuberkulosis masuk ke dalam paru melaui udara dan
dengan masuknya basil tuberkulosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas,
disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.
Fokus primer, limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar
membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu (6-8 minggu)
pascainfeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer maka terjadilah
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dengan uji tuberkulin.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut mas inkubasi.
Pada anak, lesi dalam paru dapat terjadi di mana pun terutama di perifer dekat pleura.
Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding dengan lapangan atas. Pada orang
dewasa lapangan atas paru merupakan predileksi. Pembesaran kelenjar regional lebih
banyak terdapat pada anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak penyembuhan ke
arah kalsifikasi. Sedang pada dewasa ke arah fibrosis. Penyebaran hematogenlebih banyak
terjadi pada bayi dan anak kecil.
Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, akan tetapi sebagian menyebar lebih
lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Juga dapat meluas ke dalam jaring paru sendiri.
Basil tuberkulosis dapat masuk langsung ke dalam aliran darah atau melalui kelenjar getah
bening. Di dalam aliran darah basil tuberkulosis dapat mati, tetapi dapat pula berkembang
terus; hal ini bergantung kepada keadaan pasien serta virulensi kuman. Melalui aliran darah
basil dapat mencapai alat tubuh lain seperti paru, selaput otak, tulang, hati, ginjal dan lain-
lainnya. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis dapat segera menimbulkan penyakit,
tetapi dapat juga tenang dahulu kemudian setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit
atau tidak pernah menimbulkan penyakit sama sekali.
Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah
terjadinya penyakit. Penyebaran hematogen atau milier dan meningitis biasanya terjadi
dalam 4 bulan, jarag terjadi sebelum 3-4 minggu setelah terbentuknya kompleks primer.
Komplikasi pada tulang dan dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat terjadi
akibatpenyebaran hematogen dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer. Tetapi
dapat juga terjadi setelah 6-18 bulan. Komplikasi pada traktus urogenitalis dapat terjadi
setelah bertahun-tahun.
Menurut Wallgreen, komplikasi berupa penyebaran milier dan meningitis
tuberkulosis dapat terjadi dalam 3 bulan; pleuritis dan bronkogen dalam 6 bulan, dan
tuberkulosistulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer. Pembesaran
kelenjar getah bening yang terkena infeksi dapat menyebabkan atelektasis karena menekan
bronkus hingga tampak sebagai perselubungan segmen atau lobus; sering pada lobus paru
kanan. Selain akibat tekanan kelenjar getah bening yang menyebar ateletaksis dapat juga
terjadi karena konstriksi bronkus pada tuberkulosis dinding bronkus, tuberkuloma dalam
lapisan otot bronkus atau sumbatan oleh gumpalan kiju di dalam lumen bronkus.
Pembesaran kelenjar getah bening selain menyebabkan atelektasis karena penekanan, dapat
juga menembus bronkus kemudian pecah dan menyebabkan penyebaran bronkogen. Lesi
tuberkulosis biasanya sembuh sebagai proses resolusi, fibrosis, dan/atau kalsifikasi.
Tiga macam penyebaran patogen pada tuberkulosis anak.
1. Penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala
atau tanpa gejala klinis.
2. Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus
dan menimbulkan gejala akut; kadang-kadang kronis.
3. Penyebaran hematogen berulang-ulang.
Penyebaran bronkogen. Terjadinya kompleks primer bila basil tuberkulosis pada afek
primer melalui perjalanan limfe bersarang di kelenjar getah bening endotorakal, yang
kemudian membesar dan dapat terjadi perkijuan. Kelenjar-kelenjar yang membesar tersebut
akan membuat perlekatan pada dinding bronkus kemudian lambat laun merusak dindingnya
dan menembus ke dalam liang bronkus. Menurut time table Wallgreen, perforasi bronkus
biasanya terjadi dalam 6 bulan pertama setelah kompleks primer terbentuk. Diduga
penyebaran bronkogen prognosisnya buruk. Menurut kepustakaan pada permulaan abad XX
dari 144 kasus hanya 9 yang hidup. Untuk menentukan kelainan tersebut dapat dilihat dari
foto rontgen. Kemungkinan yang dapat dijumpai adalah :
1. Bila lubang perforasi kecil dan masa kiju yang masuk ke dalam liang bronkus
mengalir sedikit demisedikit dan perlahan-lahan,maka masa kiju dapat
dikeluarkan dengan batuk tanpa didapat gejala klinis.
2. Kelenjar getah bening yang membesar, menekan bronkus sehingga lumen
bronkus menyempit. Bila perforasi terjadi denga lubang besar maka masa kiu
dalam jumlah besar akan masuk ke dalam liang bronkus yang sudah
menyempit dan dapat mengakibatkan penutupan total liang bronkus tersebut
sehingga terjadi atelektasis.
3. Bila kiju tidak mengakibatkan sumbatan total pada liang bronkus, dapat terjadi
bronkostenosis. Udara pernapasan tidak dapat dikeluarkan pada waktu
ekspirasi sehingga lambat laun akan terjadi ventilstenosis yang akan
mengakibatkan pelebaran alveolus sampai akhirnya alveolus akan pecah.
4. Bila masa kiju diaspirasi retrogad, terjadi sarang-sarang bronkopneumonia
yang baru disamping atelektasis. Bila masa kiju mengandung banyak basil,akan
terjadi sarang-sarang infiltrat besar dan menyebar ke bagian paru lain.
Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa penyebaran bronkogen dapat
mengakibatkan sarang-sarang bronkopneumonia dan atelektasis kecil yang tidak
menimbulkan gejala pada perkusi dan auskultasi demikian pula gejala klinis seperti batuk
dan sesak napas. Bila sarang-sarang lebih besar maka anak akan tampak lebih sakit, sesak
napas kadang-kadang terdapat batuk ringan; diagnosis hanya dapat dibuat dengan foto
rontgen yang menunjukan adanya sarang-sarang infiltrat tersebar diseluruh paru kanan dan
kiri, infiltratnya kasar, dan penyebaran tidak teratur (berbeda dengan tuberkulosis/miliaris).
Perforasi bronkus ini sekarang dapat dilihat jelas dengan bronkoskopi (dahulu hanya
dapat diketahui setelah dapat dilakukan otopsi

C. Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lamatelah menderita
infeksi,luasnya lesi,keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosa dini,
pengobatan adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang berulang-
ulang dan lain sebagainya.

D. Pencegahan
Vaksinasi BCG, pemeberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkolosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG, tetapi
imunisasi yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi infeksi meskipun
biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat. BCG diberikan padaanak
dengan uji tuberkulin negatif, 6 minggu kemudian dapat dilakukan uji tuberkulin ulanv dan
bila masihnegatif dianjurkan untuk mengulangi BCG. Pemberian BCG sekarang tanpa
dilakukan uji tuberkulin dahulu, cara ini menghemat biaya dapat mengcangkup lebih banyak
anak kemoprofilaksis. Sebagi kemoprofilaksis diberikan INH dengan dosis 10 mg/kg
BB/hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya
infeksi pada anak dengan kontak tuberkolosis dan uji tuberkolosis masih negatif yang belum
berarti belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi. Kemoprofilaksis sekunder
diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi meenjjadi penyakit, misalnya pada anak
berumur kurang dari tahun dengan uji tuberkulin positif tanpa kelainan radiologi paru, dan
pada anak dengankonversi uji tuiberkulin tanpa radiologi paru. Juga diberikan pada anak
dengan uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan radiologi pau atau yang telah sembuh dari
tuberkolosis tetapi mendapat pengobatan dengan kortikosteroit yang lama, menderita morbili
atau pertusis, mendapat vaksin virus misalnya vaksin morbili atau pada masa akil balik.
Kemoprofilaksis primer diberikan pula pada konversi uji tuberkulin dari negattif menjadi
positif dalam waktu 12 bulan tanpa kelainan klinis dan radiologi.

E. Gambaran Klinis
Sekarang digunakan klasifikasi yang meembagi tuberkolosis menjadi 2 stadium :
1. Tuberkoloosis primer, yang merupakan kompleks primer dan komplikasinya.
2. Tuberkolosis pascaprimeer.
Permulaan tuberkolosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai
secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkolosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau
gejala, dandengan uji tuberkulin secara rutin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala
tuberkollosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau
tanpa batuk atau pilek. Gambaran klinis tuberkolosis primr ialah demam , batuk, anoreksia,
dan berat badan menuurun (atau sulit naik).kadang dijumpai demam yang menyerupai tifus
abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Karena itu bila
menjumpai keadaan demikian harus ada pemikiran ke arah tuberkolosis sebagai penyebab
demam tersebut. Gejala kadang seperti bronkopneumonia, maka jika pasien yang tersangka
bronkopneumonia dan telah mendapatkan pengobatan untuk bronkopneumonia tidak
menunjukan perbaikan harus dipikirkan kemungkinan tuberkolosis. Gambaran klinik lainya
sesuai dengan organ tubuh yang terkena. Walaupun menurut gambaran klinik penyakit
tuberkolosis pada anak dapat dijumpai berbagai kelainan sesuai organ tubuh yang terkena,
tetapi pada umumnya jika meenjumpai anak dengan demam naik turun dan lama, dengan
atau tanpa batuk pilek, anoreksia, berat badan sukar naik atau bahkan menurun maka perlu
dipikirkan kemungkinan anak menderita penyakit tuberkolosis. Pasien memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut
F. Pemeriksaan Diagnostik
Uji tuberkulin. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam
menegakkan diagnosis tuberkolosis.uji tuberkulin penting artinyya padda anak kecil jika
diketahui konversi dari negatif. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji tuberkulin
positif, proses tuberkolosis biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukaan kelaianan
klinis dan radiologis, juga bila terdapt konversi uji tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan
berdasarkan timbulnya hipersensivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya infeksi.
Adabeberapa cara untuk uji tuberkulinini, yang dipakai luas adalah cara Mantoux dengan
suntikan intrakutan. Cara ini yang dipergunakan karena jumlah tuberkulin yang dimasukan
dapat diketahui banyaknya.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
melintang dan indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasa dipakai ialah Old Tuberkulin
(OT) dan Purified Protein Derivative Tuberkulin (PPD).pengeceran OT dan PPD yang
biasanya digunakan ialah ; dosis baku tuberkulin uji Mantoux ialah 0,1 ml PPD-RT 23-2 TU
atau OT 1/ 2.000 yang disuntikan intrakutan. Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi
dengan 5 mm ke atas. Bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10
mm keatas jelas positif. Untuk memastikan bahwa betul negatif dengan PPD atau OT seperti
yang telah disebutkan tadi setelah diulang dengan PPD-RT 100 TU atau OT 1/100 dan
hasilnya tetap negatif. Ulangan dengan PPD-RT 23 100 TU atau OT 1/100 dilakukan juga
bila pada kontak dengan pasien tuberkulosis aktif, keadaan umum jelek dan ada anergi.
Di Indonesia uji tuberkulin dengan OT 1/100 atau PPD-R 23 100 TU dikerjakan rutin bila
dengan OT 1/2000 atau PPD-RT 2 TU atau PPD-S 5 TU negatif. Uji tuberkulin dilakukan
rutin dan jika negatif diulang lagi setelah 6-2 bulan untuk menemukan tuberkulosis secara
dini.
Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dan mengacaukan
penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian dilakukan uji tuberkulin
dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000 menimbulkan indurasi lebih dari
15mm, harus dicurigai adanya terinfeksi tuberkulosis. Bila BCG diberikan pada masa
neonatus, setelah 1 tahun hanya 10% yang mempunyai reaksi dengan indurasi 5 mm atau
lebih terhadap PPD-RT 23 TU/PPD-S TU dan tidak ada yang bereaksi dengan indurasi
10mm ke atas.
Pemeriksaan radiologis. Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Secara rutin dilakukan foto rotgen paru, dan bila ada indikasi alin untuk
pembuatan foto rotgen misalnya foto tulang punggung pada spondilitis. Untuk diagnosis
tidak cukup hanya pemeriksaan radiologi terapi diperlukan juga data klinis.
Pemeriksaan bakteriologis. Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis
tuberkulosis. Tetapi walaupun tidak ditemukannya bukan berarti tidak menderita
tuberkulosis. Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya bila
dianggap perlu misalnya pada kelenjar getah bening, hepar,kulit dsb.
Uji BCG. Di indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin.
Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosisi dan perlu
diperiksa lebih lanjut ke arah tuberkolosis. Pada anak dengan tuberkolosis, BCG akian
menimbulkan reaksi lokalyang lebih cepat dan besar; oleh kerena itu, reaksi BCG dapat
dijadikan alat diagnostik. Pada anak yang menderita malnutrisi/KKP sering mengalami
kesukaran untuk menetukan diagnosis tuberkulosis dengan uji tuberkulin karena adanya
reaksienergi. Tetapi pada BCG tidak.
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang diberikan sekarang ialah:
1. Rifampisin, dengandosisi 10-15 mg/kg BB/hari diberikan 1 kali sehari per oral,
diminum dalamkeadaan lambung kososng, diberikan selama 6-9 bulan.
2. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraselular dan basil di dalam makroofag. Dosis INH 10-20 mg/kg BB/hari per
oral, lama pemberian sampai 18-24 bulan.
3. Streptomisin, bekerja bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif
ekstraseluler,cara memberikannya intramuskular dengan dosis 30-50mg/kg BB/hari
maksimum 750 mg/hari; diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali
seminggu selama 1-3 bulan lagi.
4. Pirazinamid, bekerja bakterisial terhadap basil intraseluler; dosisi 30-35 mg/kg
BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
5. Etambutol ( belumjelas apahkah bakterisidal atau bakteriostatik, dosis 20 mg/kg
BB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1tahun.
6. PAS (para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300 mg/kg BB/hari,
secara oral 2-3 kali sehari. O9bat ini jarang dipakaikarna dosisnya tinggi kurang
menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1 tahun. Sekarang pemberian obat
yang terbaik adalah kombinasi INH dan rifamipisin atau etambutol dan INH
dengan/tanpa streptomisin tergantung derajat penyakit.
7. Kortikosteroid, diberikan bersama-sama denganobat antituberkulosis yang masih
sensitif; diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15mg/kg BB/hari. Bila
dalam bentuk prenidson dosis 1-3 mg/kg BB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai
antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkolosa,
pleuritis tuberkulosa,penyebaran bronkogen, atelektasis; tuberkulosisi berat atau
keadaan umum yang buruk.
Selain pemberian obat-obatan pada pasien tuberkulosis anak yang penting diperhatikan
keadaangizi dan lingkungan pasien, sumber infeksiharus dicari dan juga harus diobati.
LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
 Integument
 Demam
 Menggigil

 Gastrointestinal
 Penurunan Berat Badan

 Respirasi
 Batuk
 Efusi pleura
 Kalsifikasi yang Nampak pada foto thoraks

 Neurologis
 Meningitis

 Musculoskeletal
 Infeksi Tulang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infektif
 Hasil yang diharapkan
Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea

Intervensi Rasional
1. Berikan oksigen humidifier bagi 1. Dispnea masih dapat terjadi hingga pemberian obat
anak dengan dispnea kemoterapeutik di mulai untuk mendapatkan
efeknya; oksigen humidifier dianggap mampu untuk
2. Tinggikan bagian kepala tempat mengurangi tingkat dispnea
tidur
2. Peninggian kepala dapat menyebabkan otot
diagfragma mengembang dengan mudah sehingga
3. Berikan obat batuk ekspektoran dapat mengurangi dispnea
sesuai kebutuhan.

3. Ekspektoran dapat membantu melepaskan mucus


2. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan Kurang informasi
tentang penyakit
 Hasil yang di harapkan
Keluarga akan mengekspresikan pemahamanya tentangn proses penyakit dan pengobatan

Intervensi Rasional
1. Ajarkan orang tua dan anak tentang 1. Membantu mengurangi kecemasan dan
penularan dan pengobatan TB dapat meningkatkan kepatuhan terhadap
2. Ajarkan dan beri penjelasan kepada pengobatan yang diberikan
orang tua dan anak tentang bagaimana 2. Pemahaman bagaimana memberikan
memberikan pengobatan, misalnya pengobatan dan resiko bila pengobatan
untuk antibiotic; dan berapa lama terapi dihentikan di awal akan meningkatkan
pengobatan harus dijalani,dan apa yang kepatuhan
terjadi bila anak tidak menjalani tuntas
pengobatanya

3. Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama


 Hasil yang di harapkan
Orang tua dan anak mengikuti pedoman terapi

Intervensi Rasional
1. Kaji seberapa banyak pengetahuan yang 1. Penkajian mambantu menetukan apa
dimiliki orang tua dan anak, tentang TB yang orang tua dan anak butuhkan untuk
dan hal ketidakpahaman yang dimiliki belajar agar dapt membantu mereka
2. Identifikasi alternatif pemberi layanan memenuhi pengobatan jangka panjang
yang dapat memberikan pengobatan 2. Hal ini akan dapat menurunkan resiko
anak jika di perlukan pengabaian dosis yang dilakukan anak
selama pengobatan

4. Resiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yang berhubungan dengan
isolasi pasien
 Hasil yang diharapkan
Anak tidak akan mengalami kecemasan karena perpisahan berhubungan dengan
penurunan kontak parental

Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan kepada orang tua 1. Pemahaman dan mengikuti teknik
tentang teknik isolasi dengan benar isolasi membantu mencegah penularan
2. Motivasi orang tua / anggota keluarga TB yang memungkinkan orang tua
untuk mengunjungi secara teratur bersama selama umnkin dengan
anaknya, akan mengurangi perpisahan
2. Seringnya orang tua/ keluarga kontak
akan mengurangi kecemasan akibat
perpisahan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

 Hasil yang diharapkan

Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhnya kebutuhan nutrisi

Intervensi Rasional
1. Kaji nafsu makan 1. Dapat menjadi dasar dalam melakukan
anak dan fasilitasi anak dengan pendekatan pada anak saat memberi
menyediakan makanan yang menarik makan sehingga anak akan dapat
dan hangat meningkatkan nafsu makannya
2. Berikan makanan 2. dalam mengobati penyakit tuberkulosis
yang disertai dengan suplemen nutrisi diperlukan gizi yang cukup sehingga
untuk meningkatkan kualitas intake pemberian makanan dengan diet tinggi
nutrisi protein dan kalori sangan diperlukan
3. Menganjurkan 3. porsi kecil tetapi sering memungkinkan
kepada orang tua untuk memberikan anak dapat mengkomsumsi makanan
makanan dengan porsi kecil tetapis dengan cukup
erring
4. dapat meningkatkan nafsu makan anak
4. Mempertahankan
kebersihan mulut anak 5. pendidikan kesehatan tentang nutrisi
akan membuat orang tua dapat
5. Menjelaskan berpartisipasi dalam memberikan gizi
pentingnya intake nutrsisi yanga dekuat yang baik bagi anaknya
untuk penyembuhan penyakit
6. untuk memantau status gizi atau
6. Menimbang berat perbaikan gizi anak
badan setiap hari pada waktu yang sama
dan dengan skala yang sama 7. pemberian makanan parenteral sangat
perlu dilakukan jika anak tidak menelan
7. Kolaburasi untuk makanan atau muntah yang terus
pemberian nutrisi parenteral jika menerus
kebutuhan nutrisi melalui oral tidak
mencukupi kebutuhan gizi anak
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret pada saluran
pernapasan

 Hasil yang di harapkan

Anak menunjukkan jalan nafas yang efektif

Intervensi Rasional

1. Auskultasi area paru, 1. penurunan aliran udara terjadi pada area


catat area penurunan/tidak ada aliran konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas
udara dan bunyi napas adventisius, misal bronkhial dapat juga terjadi pada area
krekels, mengi
konsolidasi. Krekels, ronkhi dan mengi
2. Bantu pasien latihan terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
napas sering dengan cara meniup balon pada respons terhadap pengumpulan
atau terapi benam. Tunjukkan/bantu cairan/sputum
pasien mempelajari melakukan batuk,
misalnya menekan dada dan batuk efektif 2. Napas dalam memudahkan ekspansi
sementara posisi duduk tinggi maksimum paru/jalan napas lebih kecil.
3. Berikan cairan Batuk adalah mekanisme pembersihan
sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali jalan napas alami membantu silia untuk
kontraindikasi). Tawarkan air hangat dari mempertahankan jalan napas paten.
pada dingin Penekanan menurunkan ketidaknyamanan
dada dan posisi duduk memungkinkan
4. Berikan cairan
tambahan, misalnya IV, oksigen upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
humidifikasi
3. Cairan (khususnya yang hangat)
5. Kolaborasi dalam memobilisasi dan mengeluarkan secret
pemberian obat bronchodilator
4. Cairan diperlukan untuk menggantikan
kehilangan (termasuk yang tidak tampak)
dan memobilisasikan secret

5. obat bronchodilator dapat membantu


mengencerkan sekret sehingga mudah
untuk dikeluarkan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TB PARU DI RUANG ANAK
RST AMBON

A. PENGKAJIAN DATA
Tgl / Jam Pengkajian : 06 – 04 – 2010 Pkl. 08. 00 WIT
Tgl / Jam masuk RS : 04 – 04 – 2010 Pkl 07. 00 WIT
Ruangan / Kamar No : ANAK / Bangsal II
No Register : 00 42 60
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru

I. DATA BIOGRAFI
a. Identitas Klien
Nama : An. S
Nama panggilan : Arul
Tanggal lahir / umur: 10 – 04 – 2006 / 4,8 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : makasar/ Indonesia
Pendidikan :-
Bahasa yang digunakan : Ambon

b. Identitas orang tua / wali


Ibu Ayah

Nama : Ny. Wa. sarifa Tn. Bahar


Usia : 35 tahun 40 tahun
Pendidikan : SD SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga buruh
Agama : Islam Islam
Suku / Bangsa : Buton / Indonesia Makasar / Indonesia
Alamat rumah : Galunggung
Sumber biaya : Ayah

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

a. Keluhan utama Masuk Rumah Sakit : Ibu mengatakan anaknya demam


b. Keluhan yang menyertai : batuk berlendir,badan terasa panas, tidak suka
makan,berkeringat diwaktu malam,lemas
c. Keluhan Utama saat pengkajian : batuk berlendir
d. Keluhan yang menyertai :tidak suka makan, lemas,keringat di waktu malam,
e. Riwayat kesehatan utama
☻ Sifat keluhan : mentap
☻ Hal – hal yang :
o Memberatkan : pada saat pasien berbaring tanpa bantal kepala
o Meringankan : pada saat pasien tidur menggunakan bantal kepala dan
mendapatkan pengobatan

f. Catatan kronologis
Menurut ibu pasien sudah sekitar dua minggu yang lalu anaknya demam yang tidak menetap dan
sering batuk saat dirumah,namun ibunya mengatakan bahwa itu hanya demam dan batuk biasa
.Pada tanggal 05-04-2010 sekitar jam 05. 15 WIT pasien kembali demam, badan panas,dan batuk
berlendir sehingga pada jam 06. 35 pasien di bawa ke RST ambon oleh orang tua, dan tiba di
UGD pada pukul 07.00 WIT dan diberi therapy oleh petugas kesehatan yang dinas pada saat itu.
 IVFD RL 60 tts/ m
 OT 0,1ml / ic
 Paracetamol Syrup 3x1/hari jika panas

 Bisolvon 15mg 2 x½ tablet/hari

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Riwayat kelahiran dan kehamilan
ANTENATAL
Kesehatan ibu pada waktu hamil Ya /Tidak

☻ Hiperemisis gravidarum : ya
☻ Perdarahan pervagina : ya
☻ Anemia : ya
☻ Penyakit infeksi : tidak
☻ Pereklamsi / eklamsi : ya

Pemeriksaan kehamilan:

☻ Teratur : Tidak teratur


☻ Diperiksa oleh : perawat dan bidan
☻ Tempat pemeriksaan : Puskesmas
☻ Imunisasi TT : Imunisasi dilakukan

Riwayat pengobatan selama kehamilan :Tidak ada riwayat pengobatan

MASA NATAL
1. Usia kehamilan saat kelahiran : 40 minggu
2. Cara persalinan :
☻ Normal : normal
☻ Tidak :-
3. Ditolong oleh : bidan
4. Keadaan bayi saat lahir
☻ BB : 4,3 Kg
☻ PB : ibu tidak ingat
☻ LD : ibu tidak ingat
☻ LK : ibu tidak ingat
☻ LA : ibu tidak ingat
5. Pengobatan yang didapat : ibu minum obat tambah darah
NEONATAL
1. Catatan congenital : tidak ada
2. Iktrus : tidak ada
3. Kejang : tidak ada
4. Paralisis : tidak ada
5. Perdarahan : tidak ada
6. Trauma persalinan : tidak ada
7. Penurunan BB : tidak ada
8. Pemberian minuman ASI / PASI : bayi diberi ASI

b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :


 Anak sudah bermain
 Anak sudah mulai mengenal orang tuanya dan orang – orang terdekat.

c. Penyakit – penyakit yang pernah diderita :Panas


d. Pernah dirawat di RS :
 Tidak pernah dirawat di RS sebelumnya
e. Riwayat penggunaan obat :
 Obat paracetamol Syrup
f. Tindakan ( misalnya : Operasi ) : pasien tidak pernah dioperasi
g. Alergi : pasien pernah alergi pada saat makan sarimi
h. Kecelakaan : pasien tidak pernah mengalami kecelakaan.
i. Riwayat imunisasi :
 BCG :1x
 DPT :3x
 Polio :3x

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Susunan keluarga ( genogram 3 generasi )

X X X 58
38 35
40 5 52 3 29
4 0 0

1 12 1 7 4,8
5 0
Keterangan :
: Laki – laki

: Perempuan

X : Meninggal
X

: Pasien

: Tinggal serumah

b. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat Orang tua Saudara Anggota


penyakit kandung keluarga lain

☻ Penyakit yang Tidak ada - Pernah Batuk – batuk


pernah diderita
Tidak ada - Tidak ada
☻ Penyakit yang
sedang diderita

c. Koping keluarga :
 Ibu mengatakan kapan anaknya sembuh dan dapat pulang kerumah
 Ibu tampak cemas dan gelisah melihat kondisi anaknya
 Ibu sering bertanya – Tanya tentang kondisi anaknya
 Ibu mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya

d. System nilai kepercayaan :


Kelurga yakin dan percaya akan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa anaknya akan sembuh namun
terkadang keluarga tampak putus asa

V. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN


a. Resiko bahaya kecelakaan
☻ Rumah : keadaan rumah kurang bersih, ada ventilasi tetapi kecil
☻ Lingkungan rumah : keadaan lingkungan kurang bersih dan padat penduduk
b. Polusi : ada, anggota keluarga yang sering merokok di dalam rumah
c. Tempat bermain : tidak ada resiko bahaya pada tempat bermain pasien

VI. PENGKAJIAN FISIK


a. Penampilan umum
1. Keadaan umum : baik
2. Tk kesadaran : Compos Menthis
3. Antropometri :
 BB : 14 Kg
 PB : 120cm
 LD : 44 cm
 LLA : 15 cm

4. Status gizi : kurang


5. TTV :
TD : 70/45 MMhg
S.ax : 37,5C
N : 100 x / m
RR : 35x / m
b. Kepala
1. Bentuk : simetris
2. Besar / kecil : normal

c. Muka
1. Bentuk : simetris
2. Paralisis : tidak paralisis
3. Oedema : tidak oedema

d. Mata
1. Bola mata :
☻ Exopthalmus : tidak exopthalmus
☻ Enopthalmus : tidak enopthalmus
2. Kelopak mata :
☻ Ptosis : tidak ptosis
☻ Odema kelopak mata bawah : tidak ada odema
☻ Tanda radang : tidak ada tanda radang
☻ Perdarahan : tidak ada perdarahan

3. Konjungtiva : Pucat
4. Cornea : tidak ada kelainan
5. Lensa : tidak ada kelainan
6. Sclera : tidak ikterus

e. Mulut
1. Bibir :
☻ Warna : merah muda
☻ Lessi : tidak ada lesi namun
☻ Ulkus : tidak ada ulkus
☻ Massa : tidak ada massa
☻ Kelainan : tidak ada kelainan

2. Membrane mukosa :
☻ Warna : merah mudah
☻ Kelembaban : tidak ada luka
☻ Lessi : tidak ada lessi
☻ Massa : tidak ada massa
3. Gigi : Pasien belum mempunyai gigi
4. Lidah :
☻ Bentuk : normal
☻ Warna : merah mudah
☻ Pergerakan : normal
5. Palatum
☻ Warna : merah mudah
☻ Lessi : tidak ada lessi
☻ Massa : tidak ada massa
☻ Kelainan : tidak ada kelainan
6. Tonsil :
☻ Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
☻ Lessi : tidak ada lessi
☻ Eksudasi : tidak ada eksudasi

f. Hidung :
1. Bentuk : simetris
2. Gerakan Cuping Hidung : tidak ada gerakan cuping hidung
3. Septum : baik
4. Dinding dalam : tidak ada kelainan

g. Telinga :
1. Daun telinga :
☻ Kelainan congenital : tidak ada kelainan congenital
☻ Oedema : tidak oedema
2. Liang telinga :
☻ Serumen : tidak ada serumen
☻ Corpus alieneum : tidak ada corpus alieneum
☻ Furunkel : tidak ada furunkel

h. Leher :
1. Bentuk : normal
2. Kaku kuduk : tidak kaku kuduk
3. Pembengkakan : tidak terjadi pembengkakan
4. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
5. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
6. Arteri karotis :teraba
7. Vena jugularis :tidak ada pembesaran

i. Dada :
1. Bentuk : simetris
2. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
3. Retraksi dinding dada : tidak terjadi retraksi

j. Paru – paru :
1. Bunyi nafas : mengi
2. Batuk : ada batuk
3. Sputum : ada sputum (berlendir)
4. Warna : putih tidak keruh
5. Sesak nafas : tidak ada

k. Jantung : Tidak dikaji

l. Abdomen :
1. Bentuk : normal
2. Bising usus : normal
3. Gambaran :
☻ Strie : tidak strie
4. Kembung : tidak kembung
5. Tegang / kaku : tidak tegang
6. Hernia : tidak hernia
7. Nyeri tekan dan nyeri lepas: tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
8. Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran
9. Pembesaran limfe : tidak ada pembesaran
10. Pembesaran ginjal : tidak ada pembesaran
11. Distensi kandung kemih : tidak distensi

m. Ekstremitas atas dan bawah


1. Bentuk : sejajar
2. Kekuatan menggenggam : baik
☻ Tangan kiri : baik/ kuat
☻ Tangan kanan :baik / kuat
3. Otot kaki : baik/kuat
4. Rentang gerak : kuat
5. Kekuatan otot : baik
n. Belakang : tulang belakang :
☻ Kyposis : tidak ada
☻ Skoliosisi :tidak ada
☻ Lordosis :tidak ada

o. Kulit dan kuku


1. Kulit :
☻ Warna : normal
☻ Turgor : baik
☻ Suhu : hangat
☻ Luka : tidak ada luka
☻ Lessi : tidak ada lessi

2. Kuku :
☻ Warna : putih kemerahan
☻ Bentuk : normal

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI


No KEGIATAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

1. Pola Nutrisi
o Asi dan susu buatan Ada susu buatan Tidak ada
 Lama pemberian Tidak menentu -
 Jenis Laktogen -
 Waktu pemberian tidak menentu -
 Jenis susu buatan bubuk
 Adakah kesulitan Tidak ada kesulitan -

o Makanan padat
TIDAK ADA
 Jenis makanan padat
Nasi putih MAKANAN PADAT
 Waktu pemberian Pagi, siang, malam
 Cara pemberian Melalui mulut

o Pola makanan dan


minuman

 Frekuensi makan 3 x sehari / tidak menentu 2 x sehari / tidak menentu


 Jenis makanan Nasi, bubur, sun Bubur saring,ikan
 Makanan yang disenangi Nasi, dan bubur ,sayur,telur/sun beras merah
 Kebiasaan makan Disuapi/Makan sendiri Sun beras merah
 Waktu makan Pagi, siang,malam Makan disuapi
 Makanan yang di 1 porsi anak Pagi, siang, sore
habiskan 3 sendok teh yang dihabiskan
 Keluhan Tidak ada Kurang makan

 Frekuensi minum 6-8 gelas sehari 2-4 gelas perhari


Air putih Air putih
 Jenis minuman
-
 Jumlah minum/hari
piring dan sendok Piring dan sendok serta gelas
 Pengunaan alat makan / Serta gelas 400-600/hari
minum
Orang tua memperhatikan Orang tua memperhatikan
 Sikap orang tua waktu makan anaknya waktu makan anaknya

Tidak ada keluhan Ibu mengatakan Pasien kurang


 Keluhan suka makan

2. Pola Tidur Teratur Tidak teratur


o Waktu tidur siang /
malam Tidak ada kelainan Jarang tidur siang
o Kelainan waktu tidur Nonton tv Dijaga oleh ibu di tepuk
o Kebiasaan menjelang
tidur

o Kebiasaan yang Didekap oleh ibunya Ditepuk oleh ibunya


membuat anak merasa
nyaman saat tidur.

3.
Pola kebersihan diri
o Mandi 1-2 x sehari 1 x sehari
 Frekuensi Menggunakan sabun ( mandi dengan cara dilap )
 Sabun Menggunakan bantuan ibu Menggunakan bantuan ibu
 Bantuan
Teratur Setiap kali mandi Tidak menentu, ibu belum
o Oral Hygiene pernah menggosok gigi
anaknya

Setiap kali mandi Belum pernah dilakukan


o Cuci rambut Menggunakan sampo -
Tidak ada keluhan -
 Frekuensi
Dibantu ibu -
 Sampo
 Keluhan

4.

Pola eliminasi
o BAB 1-2 x sehari 2-3 x sehari
 Frekuensi Pagi dan sore Pagi, siang, malam
 Waktu Kuning kecoklatan Kuning
 Warna Khas Khas
 Bau Lunak Lunak
 Konsistensi Tidak ada Tidak ada keluhan
 Keluhan
o BAK Tidak menentu ±3 x sehari
 Frekuensi Kuning Kuning
 Warna Pesing Pessing
 Bau Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
 Keluhan yang
berhubungan dengan
BAK Ngompol Ngompol
 Kebiasaan ngompol
5.

Kebiasaan lain
o Mengisap jari Tidak menghisap jari Tidak menghisap jari
Tidak menggiggit kuku Tidak menggiggit kuku
o Menggiggit kuku
Tidak mempermainkan Kadang suka bermain genital/
o Mempermainkan genital
genital burung

Pemeriksaan tingkat
perkembangan : Anak dapat bergerak dengan Anak tidak dapat bergerak
☼ Motorik kasar bebas dengan bebas

Anak dapat meraih dan Anak dapat meraih dan


☼ Motorik halus memegang mainan maupun memegang mainan maupun
tangan orang lain tangan orang lain

Anak sudah dapat bebicara Anak tampak diam


☼ Bicara

Belum mandiri/ masih dib Belum mandiri / di bantu orang


☼ Kemandirian antu orang tua tua

VIII. KEADAAN PSIKOLOGIS


a. Keadaan emosional : anak tampak takut dengan petugas kesehatan
b. Pola adaptasi : adaptasi anak kurang

IX. KEADAAN SOSIAL


a. Interaksi dalam keluarga : anak dekat dengan keluarganya
b. Hubungan dengan orang yang paling dekat : anak paling dekat dengan ibu dan neneknya
c. Kebudayaan keluarga : kebudayaan keluarga berdasarkan kebudayaan Maluku
d. Lingkungan keluarga : lingkungan keluarga menjamin perkembangan mental anak

X. ASPEK SPIRITUAL
a. Agama : anak menganut agama Islam
b. Kegiatan agama : anak sering di ajak oleh bapaknya ke mesjid pada saat sholat jumat

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


05 – 04 – 2010 Pkl 07.10 WIT
Uji tuberculin/ mantoux test : positif / + (indurasi 8mm)
Tgl 05 – 04– 2010
Sputum + BTA (sewaktu dan pagi)
Foto rontgen :Pembesaran kelenjar paratrakeal.
XII. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
 IVFD RL 60 tts/ m
 OT 0,1ml / ic
 Paracetamol Syrup 3x1/hari jika panas
 Bisolvon 15mg 2 x½ tablet/hari

Obat yang di dapat setelah rawat di bangsal


 Rifampicin 10 mg 3x1/hari
 INH 10 mg 3x1/hari
 Pyrazinamide 30 mg3x1/hari
 Sreptomisin 30mg 3x1
 Ethambutol 15mg 3x1/hari

XIII. KLASIFIKASI DATA

Ds. Ibu pasien mengatakan

 Batuk berlendir

 Keringat diwaktu malam

 Tidak suka makan

 Anaknya kurus

 Ibu mengatakan kapan anaknya sembuh dan dapat pulang kerumah


 Ibu tampak cemas dan gelisah melihat kondisi anaknya
 Ibu sering bertanya – Tanya tentang kondisi anaknya
 Ibu mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya
 keadaan rumah kurang bersih, ada ventilasi tetapi kecil
 keadaan lingkungan kurang bersih dan padat penduduk
 ada, anggota keluarga yang sering merokok di dalam rumah

Do :

 Batuk berlendir
 Warna lendir putih keruh
 Suhu kulit hangat
 Bunyi napas mengi
 Konjungtiva pucat
 BB 14 Kg
 LLA 15 cm
 TTV:
 TD : 70/45MMhg
 Suhu aksila 37.5 oC
 N 100x/menit
 R 35x/menit
 Pemeriksaan penunjang:
 05 – 04 – 2010 Pkl 07.10 WIT
Uji tuberculin/ mantoux test : positif / + (indurasi 8mm)
 Tgl 05 – 04– 2010
Sputum + BTA (sewaktu dan pagi)
Foto rontgen :Pembesaran kelenjar paratrakeal.

XIV. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS. Ibu pasien mengatakan adanya secret pada Bersihan jalan nafas
saluran pernapasan tidak efektif
 Batuk berlendir

 Keringat diwaktu malam

DO.

 Batuk berlendir

 Warna lendir putih keruh

 Suhu kulit hangat

 Bunyi naps mengi Anoreksia


 TD : 70/45MMhg

 R 35x/menit

 Suhu aksila 37.5 oC

 Pemeriksaan penunjang:

 05 – 04 – 2010 Pkl 07.10 WIT


Uji tuberculin/ mantoux test
: positif / + (indurasi 8mm)
 Tgl 05 – 04– 2010
Sputum + BTA (sewaktu dan
pagi)Foto rontgen
:Pembesaran kelenjar
Kurang informasi
paratrakea tentang penyakit

DS. Ibu pasien mengatakan

 Anaknya Tidak suka makan

 Anaknya kurus
Perubahan nutrisi
2. DO. kurang dari
kebutuhan tubuh
 Konjungtiva pucat
 Makan hanya 3 sendok teh

 BB 14 Kg

 LLA 15 cm

DS.ibu pasien mengatakan

 kapan anaknya sembuh dan dapat


pulang kerumah
 Ibu tampak cemas dan gelisah Defisit pengetahuan
3. melihat kondisi anaknya tentang proses
 Ibu sering bertanya – Tanya infeksi
tentang kondisi anaknya
 Ibu mengatakan belum mengerti
tentang penyakit yang diderita
anaknya
 keadaan rumah kurang bersih,
ada ventilasi tetapi kecil
 keadaan lingkungan kurang bersih
dan padat penduduk
 ada, anggota keluarga yang sering
merokok di dalam rumah
DO.

 Ibu tampak cemas dan gelisah

XV. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan:

DS. Ibu pasien mengatakan


 Batuk berlendir
 Keringat diwaktu malam
DO.
 Batuk berlendir
 Warna lendir putih keruh
 Suhu kulit hangat
 Bunyi naps mengi
 TD : 70/45MMhg
 Suhu aksila 37.5 oC
 R 35x/menit
 Pemeriksaan penunjang:
 05 – 04 – 2010 Pkl 07.10 WIT
Uji tuberculin/ mantoux test : positif / + (indurasi 8mm)
 Tgl 05 – 04– 2010
Sputum + BTA (sewaktu dan pagi)Foto rontgen :Pembesaran kelenjar paratrakea
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia yang
ditandai dengan:

DS. Ibu pasien mengatakan


 Anaknya Tidak suka makan
 Anaknya kurus
DO.
 Konjungtiva pucat
 Makan hanya 3 sendok teh
 BB 14 Kg
 LLA 15 cm

3. Defisit pengetahuan tentang proses infeksi berhubungan dengan Kurang informasi


tentang penyakit yang ditandai dengan:

DS.ibu pasien mengatakan

 kapan anaknya sembuh dan dapat pulang kerumah


 Ibu tampak cemas dan gelisah melihat kondisi anaknya
 Ibu sering bertanya – Tanya tentang kondisi anaknya
 Ibu mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya
 keadaan rumah kurang bersih, ada ventilasi tetapi kecil
 keadaan lingkungan kurang bersih dan padat penduduk
 ada, anggota keluarga yang sering merokok di dalam rumah
DO.

Ibu tampak cemas dan gelisah


Daftar Pustaka
1. perawatan anak sakit edisi 2, ngastiyah penerbit bukun kedokteran

2. rencana asuhan keperawatan pediatric, Kathleen morgan speer,penerbit buku

kedokteran

3. Aditama, T.Y, (2000). [balita-anda] artikel :Waspadai Tuberkulosis Pada

Anak.http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg .html. Diakses

tanggal 15 Maret 2009

4. Admin, (2007). Tuberkulosis pada Anak

5. http://medlinux.blogspot.com/ 2007/08.html. Diakses tanggal 15 Maret 2009

6. Djauzi, S. (2009). Tuberkulosis Pada Anak. http://64.203.71.11/

ver1/Kesehatan/0609/10/095119.htm. Diakses tanggal 12 Maret 2009

7. FKUI. (2001). Kapita Selecta Kedokteran. Edisi Ketiga. Yakarta : Media Aesculapius

Facultas Kedokteran Universitas Indonesia

8. Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.

Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika

9. Murid, (2009). Tuberculosis Paru dan Tuberculosis Anak.

http://puskesmasbamban.wordpress.com/. Diakses tanggal 113 Maret 2009

10. Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan gangguan Sistem

Pernapasan. Cetakan I. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai