TUBERKULOSIS
A. Tuberkulosis
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistematik. Tuberkulosis primer biasanya mulai secara perlahan-
lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang terdapat keluhan
demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda-tanda infeksi sluran nafas
bagian atas. Penyakit ini bila tidakk diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat
timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium). Basil
tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
mati di dalam cairan yang bersuhu 600 selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer
tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat per oral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada mikrobakterium lain yakni
Mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberkulosis.
C. Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lamatelah menderita
infeksi,luasnya lesi,keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosa dini,
pengobatan adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang berulang-
ulang dan lain sebagainya.
D. Pencegahan
Vaksinasi BCG, pemeberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkolosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8 minggu setelah pemberian BCG, tetapi
imunisasi yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi infeksi meskipun
biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat. BCG diberikan padaanak
dengan uji tuberkulin negatif, 6 minggu kemudian dapat dilakukan uji tuberkulin ulanv dan
bila masihnegatif dianjurkan untuk mengulangi BCG. Pemberian BCG sekarang tanpa
dilakukan uji tuberkulin dahulu, cara ini menghemat biaya dapat mengcangkup lebih banyak
anak kemoprofilaksis. Sebagi kemoprofilaksis diberikan INH dengan dosis 10 mg/kg
BB/hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya
infeksi pada anak dengan kontak tuberkolosis dan uji tuberkolosis masih negatif yang belum
berarti belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi. Kemoprofilaksis sekunder
diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi meenjjadi penyakit, misalnya pada anak
berumur kurang dari tahun dengan uji tuberkulin positif tanpa kelainan radiologi paru, dan
pada anak dengankonversi uji tuiberkulin tanpa radiologi paru. Juga diberikan pada anak
dengan uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan radiologi pau atau yang telah sembuh dari
tuberkolosis tetapi mendapat pengobatan dengan kortikosteroit yang lama, menderita morbili
atau pertusis, mendapat vaksin virus misalnya vaksin morbili atau pada masa akil balik.
Kemoprofilaksis primer diberikan pula pada konversi uji tuberkulin dari negattif menjadi
positif dalam waktu 12 bulan tanpa kelainan klinis dan radiologi.
E. Gambaran Klinis
Sekarang digunakan klasifikasi yang meembagi tuberkolosis menjadi 2 stadium :
1. Tuberkoloosis primer, yang merupakan kompleks primer dan komplikasinya.
2. Tuberkolosis pascaprimeer.
Permulaan tuberkolosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai
secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberkolosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau
gejala, dandengan uji tuberkulin secara rutin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala
tuberkollosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau
tanpa batuk atau pilek. Gambaran klinis tuberkolosis primr ialah demam , batuk, anoreksia,
dan berat badan menuurun (atau sulit naik).kadang dijumpai demam yang menyerupai tifus
abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Karena itu bila
menjumpai keadaan demikian harus ada pemikiran ke arah tuberkolosis sebagai penyebab
demam tersebut. Gejala kadang seperti bronkopneumonia, maka jika pasien yang tersangka
bronkopneumonia dan telah mendapatkan pengobatan untuk bronkopneumonia tidak
menunjukan perbaikan harus dipikirkan kemungkinan tuberkolosis. Gambaran klinik lainya
sesuai dengan organ tubuh yang terkena. Walaupun menurut gambaran klinik penyakit
tuberkolosis pada anak dapat dijumpai berbagai kelainan sesuai organ tubuh yang terkena,
tetapi pada umumnya jika meenjumpai anak dengan demam naik turun dan lama, dengan
atau tanpa batuk pilek, anoreksia, berat badan sukar naik atau bahkan menurun maka perlu
dipikirkan kemungkinan anak menderita penyakit tuberkolosis. Pasien memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut
F. Pemeriksaan Diagnostik
Uji tuberkulin. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam
menegakkan diagnosis tuberkolosis.uji tuberkulin penting artinyya padda anak kecil jika
diketahui konversi dari negatif. Pada anak dibawah umur 5 tahun dengan uji tuberkulin
positif, proses tuberkolosis biasanya masih aktif meskipun tidak menunjukaan kelaianan
klinis dan radiologis, juga bila terdapt konversi uji tuberkulin. Uji tuberkulin dilakukan
berdasarkan timbulnya hipersensivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya infeksi.
Adabeberapa cara untuk uji tuberkulinini, yang dipakai luas adalah cara Mantoux dengan
suntikan intrakutan. Cara ini yang dipergunakan karena jumlah tuberkulin yang dimasukan
dapat diketahui banyaknya.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
melintang dan indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang biasa dipakai ialah Old Tuberkulin
(OT) dan Purified Protein Derivative Tuberkulin (PPD).pengeceran OT dan PPD yang
biasanya digunakan ialah ; dosis baku tuberkulin uji Mantoux ialah 0,1 ml PPD-RT 23-2 TU
atau OT 1/ 2.000 yang disuntikan intrakutan. Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi
dengan 5 mm ke atas. Bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10
mm keatas jelas positif. Untuk memastikan bahwa betul negatif dengan PPD atau OT seperti
yang telah disebutkan tadi setelah diulang dengan PPD-RT 100 TU atau OT 1/100 dan
hasilnya tetap negatif. Ulangan dengan PPD-RT 23 100 TU atau OT 1/100 dilakukan juga
bila pada kontak dengan pasien tuberkulosis aktif, keadaan umum jelek dan ada anergi.
Di Indonesia uji tuberkulin dengan OT 1/100 atau PPD-R 23 100 TU dikerjakan rutin bila
dengan OT 1/2000 atau PPD-RT 2 TU atau PPD-S 5 TU negatif. Uji tuberkulin dilakukan
rutin dan jika negatif diulang lagi setelah 6-2 bulan untuk menemukan tuberkulosis secara
dini.
Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dan mengacaukan
penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian dilakukan uji tuberkulin
dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000 menimbulkan indurasi lebih dari
15mm, harus dicurigai adanya terinfeksi tuberkulosis. Bila BCG diberikan pada masa
neonatus, setelah 1 tahun hanya 10% yang mempunyai reaksi dengan indurasi 5 mm atau
lebih terhadap PPD-RT 23 TU/PPD-S TU dan tidak ada yang bereaksi dengan indurasi
10mm ke atas.
Pemeriksaan radiologis. Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Secara rutin dilakukan foto rotgen paru, dan bila ada indikasi alin untuk
pembuatan foto rotgen misalnya foto tulang punggung pada spondilitis. Untuk diagnosis
tidak cukup hanya pemeriksaan radiologi terapi diperlukan juga data klinis.
Pemeriksaan bakteriologis. Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis
tuberkulosis. Tetapi walaupun tidak ditemukannya bukan berarti tidak menderita
tuberkulosis. Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya bila
dianggap perlu misalnya pada kelenjar getah bening, hepar,kulit dsb.
Uji BCG. Di indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin.
Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosisi dan perlu
diperiksa lebih lanjut ke arah tuberkolosis. Pada anak dengan tuberkolosis, BCG akian
menimbulkan reaksi lokalyang lebih cepat dan besar; oleh kerena itu, reaksi BCG dapat
dijadikan alat diagnostik. Pada anak yang menderita malnutrisi/KKP sering mengalami
kesukaran untuk menetukan diagnosis tuberkulosis dengan uji tuberkulin karena adanya
reaksienergi. Tetapi pada BCG tidak.
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang diberikan sekarang ialah:
1. Rifampisin, dengandosisi 10-15 mg/kg BB/hari diberikan 1 kali sehari per oral,
diminum dalamkeadaan lambung kososng, diberikan selama 6-9 bulan.
2. INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraselular dan basil di dalam makroofag. Dosis INH 10-20 mg/kg BB/hari per
oral, lama pemberian sampai 18-24 bulan.
3. Streptomisin, bekerja bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif
ekstraseluler,cara memberikannya intramuskular dengan dosis 30-50mg/kg BB/hari
maksimum 750 mg/hari; diberikan setiap hari selama 1-3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali
seminggu selama 1-3 bulan lagi.
4. Pirazinamid, bekerja bakterisial terhadap basil intraseluler; dosisi 30-35 mg/kg
BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
5. Etambutol ( belumjelas apahkah bakterisidal atau bakteriostatik, dosis 20 mg/kg
BB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1tahun.
6. PAS (para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300 mg/kg BB/hari,
secara oral 2-3 kali sehari. O9bat ini jarang dipakaikarna dosisnya tinggi kurang
menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1 tahun. Sekarang pemberian obat
yang terbaik adalah kombinasi INH dan rifamipisin atau etambutol dan INH
dengan/tanpa streptomisin tergantung derajat penyakit.
7. Kortikosteroid, diberikan bersama-sama denganobat antituberkulosis yang masih
sensitif; diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15mg/kg BB/hari. Bila
dalam bentuk prenidson dosis 1-3 mg/kg BB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai
antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkolosa,
pleuritis tuberkulosa,penyebaran bronkogen, atelektasis; tuberkulosisi berat atau
keadaan umum yang buruk.
Selain pemberian obat-obatan pada pasien tuberkulosis anak yang penting diperhatikan
keadaangizi dan lingkungan pasien, sumber infeksiharus dicari dan juga harus diobati.
LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Integument
Demam
Menggigil
Gastrointestinal
Penurunan Berat Badan
Respirasi
Batuk
Efusi pleura
Kalsifikasi yang Nampak pada foto thoraks
Neurologis
Meningitis
Musculoskeletal
Infeksi Tulang
Intervensi Rasional
1. Berikan oksigen humidifier bagi 1. Dispnea masih dapat terjadi hingga pemberian obat
anak dengan dispnea kemoterapeutik di mulai untuk mendapatkan
efeknya; oksigen humidifier dianggap mampu untuk
2. Tinggikan bagian kepala tempat mengurangi tingkat dispnea
tidur
2. Peninggian kepala dapat menyebabkan otot
diagfragma mengembang dengan mudah sehingga
3. Berikan obat batuk ekspektoran dapat mengurangi dispnea
sesuai kebutuhan.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan orang tua dan anak tentang 1. Membantu mengurangi kecemasan dan
penularan dan pengobatan TB dapat meningkatkan kepatuhan terhadap
2. Ajarkan dan beri penjelasan kepada pengobatan yang diberikan
orang tua dan anak tentang bagaimana 2. Pemahaman bagaimana memberikan
memberikan pengobatan, misalnya pengobatan dan resiko bila pengobatan
untuk antibiotic; dan berapa lama terapi dihentikan di awal akan meningkatkan
pengobatan harus dijalani,dan apa yang kepatuhan
terjadi bila anak tidak menjalani tuntas
pengobatanya
Intervensi Rasional
1. Kaji seberapa banyak pengetahuan yang 1. Penkajian mambantu menetukan apa
dimiliki orang tua dan anak, tentang TB yang orang tua dan anak butuhkan untuk
dan hal ketidakpahaman yang dimiliki belajar agar dapt membantu mereka
2. Identifikasi alternatif pemberi layanan memenuhi pengobatan jangka panjang
yang dapat memberikan pengobatan 2. Hal ini akan dapat menurunkan resiko
anak jika di perlukan pengabaian dosis yang dilakukan anak
selama pengobatan
4. Resiko gangguan dalam menjalankan peran sebagai orang tua yang berhubungan dengan
isolasi pasien
Hasil yang diharapkan
Anak tidak akan mengalami kecemasan karena perpisahan berhubungan dengan
penurunan kontak parental
Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan kepada orang tua 1. Pemahaman dan mengikuti teknik
tentang teknik isolasi dengan benar isolasi membantu mencegah penularan
2. Motivasi orang tua / anggota keluarga TB yang memungkinkan orang tua
untuk mengunjungi secara teratur bersama selama umnkin dengan
anaknya, akan mengurangi perpisahan
2. Seringnya orang tua/ keluarga kontak
akan mengurangi kecemasan akibat
perpisahan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi Rasional
1. Kaji nafsu makan 1. Dapat menjadi dasar dalam melakukan
anak dan fasilitasi anak dengan pendekatan pada anak saat memberi
menyediakan makanan yang menarik makan sehingga anak akan dapat
dan hangat meningkatkan nafsu makannya
2. Berikan makanan 2. dalam mengobati penyakit tuberkulosis
yang disertai dengan suplemen nutrisi diperlukan gizi yang cukup sehingga
untuk meningkatkan kualitas intake pemberian makanan dengan diet tinggi
nutrisi protein dan kalori sangan diperlukan
3. Menganjurkan 3. porsi kecil tetapi sering memungkinkan
kepada orang tua untuk memberikan anak dapat mengkomsumsi makanan
makanan dengan porsi kecil tetapis dengan cukup
erring
4. dapat meningkatkan nafsu makan anak
4. Mempertahankan
kebersihan mulut anak 5. pendidikan kesehatan tentang nutrisi
akan membuat orang tua dapat
5. Menjelaskan berpartisipasi dalam memberikan gizi
pentingnya intake nutrsisi yanga dekuat yang baik bagi anaknya
untuk penyembuhan penyakit
6. untuk memantau status gizi atau
6. Menimbang berat perbaikan gizi anak
badan setiap hari pada waktu yang sama
dan dengan skala yang sama 7. pemberian makanan parenteral sangat
perlu dilakukan jika anak tidak menelan
7. Kolaburasi untuk makanan atau muntah yang terus
pemberian nutrisi parenteral jika menerus
kebutuhan nutrisi melalui oral tidak
mencukupi kebutuhan gizi anak
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret pada saluran
pernapasan
Intervensi Rasional
A. PENGKAJIAN DATA
Tgl / Jam Pengkajian : 06 – 04 – 2010 Pkl. 08. 00 WIT
Tgl / Jam masuk RS : 04 – 04 – 2010 Pkl 07. 00 WIT
Ruangan / Kamar No : ANAK / Bangsal II
No Register : 00 42 60
Diagnosa Medis : Tuberculosis paru
I. DATA BIOGRAFI
a. Identitas Klien
Nama : An. S
Nama panggilan : Arul
Tanggal lahir / umur: 10 – 04 – 2006 / 4,8 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : makasar/ Indonesia
Pendidikan :-
Bahasa yang digunakan : Ambon
f. Catatan kronologis
Menurut ibu pasien sudah sekitar dua minggu yang lalu anaknya demam yang tidak menetap dan
sering batuk saat dirumah,namun ibunya mengatakan bahwa itu hanya demam dan batuk biasa
.Pada tanggal 05-04-2010 sekitar jam 05. 15 WIT pasien kembali demam, badan panas,dan batuk
berlendir sehingga pada jam 06. 35 pasien di bawa ke RST ambon oleh orang tua, dan tiba di
UGD pada pukul 07.00 WIT dan diberi therapy oleh petugas kesehatan yang dinas pada saat itu.
IVFD RL 60 tts/ m
OT 0,1ml / ic
Paracetamol Syrup 3x1/hari jika panas
☻ Hiperemisis gravidarum : ya
☻ Perdarahan pervagina : ya
☻ Anemia : ya
☻ Penyakit infeksi : tidak
☻ Pereklamsi / eklamsi : ya
Pemeriksaan kehamilan:
MASA NATAL
1. Usia kehamilan saat kelahiran : 40 minggu
2. Cara persalinan :
☻ Normal : normal
☻ Tidak :-
3. Ditolong oleh : bidan
4. Keadaan bayi saat lahir
☻ BB : 4,3 Kg
☻ PB : ibu tidak ingat
☻ LD : ibu tidak ingat
☻ LK : ibu tidak ingat
☻ LA : ibu tidak ingat
5. Pengobatan yang didapat : ibu minum obat tambah darah
NEONATAL
1. Catatan congenital : tidak ada
2. Iktrus : tidak ada
3. Kejang : tidak ada
4. Paralisis : tidak ada
5. Perdarahan : tidak ada
6. Trauma persalinan : tidak ada
7. Penurunan BB : tidak ada
8. Pemberian minuman ASI / PASI : bayi diberi ASI
X X X 58
38 35
40 5 52 3 29
4 0 0
1 12 1 7 4,8
5 0
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
X : Meninggal
X
: Pasien
: Tinggal serumah
c. Koping keluarga :
Ibu mengatakan kapan anaknya sembuh dan dapat pulang kerumah
Ibu tampak cemas dan gelisah melihat kondisi anaknya
Ibu sering bertanya – Tanya tentang kondisi anaknya
Ibu mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang diderita anaknya
c. Muka
1. Bentuk : simetris
2. Paralisis : tidak paralisis
3. Oedema : tidak oedema
d. Mata
1. Bola mata :
☻ Exopthalmus : tidak exopthalmus
☻ Enopthalmus : tidak enopthalmus
2. Kelopak mata :
☻ Ptosis : tidak ptosis
☻ Odema kelopak mata bawah : tidak ada odema
☻ Tanda radang : tidak ada tanda radang
☻ Perdarahan : tidak ada perdarahan
3. Konjungtiva : Pucat
4. Cornea : tidak ada kelainan
5. Lensa : tidak ada kelainan
6. Sclera : tidak ikterus
e. Mulut
1. Bibir :
☻ Warna : merah muda
☻ Lessi : tidak ada lesi namun
☻ Ulkus : tidak ada ulkus
☻ Massa : tidak ada massa
☻ Kelainan : tidak ada kelainan
2. Membrane mukosa :
☻ Warna : merah mudah
☻ Kelembaban : tidak ada luka
☻ Lessi : tidak ada lessi
☻ Massa : tidak ada massa
3. Gigi : Pasien belum mempunyai gigi
4. Lidah :
☻ Bentuk : normal
☻ Warna : merah mudah
☻ Pergerakan : normal
5. Palatum
☻ Warna : merah mudah
☻ Lessi : tidak ada lessi
☻ Massa : tidak ada massa
☻ Kelainan : tidak ada kelainan
6. Tonsil :
☻ Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
☻ Lessi : tidak ada lessi
☻ Eksudasi : tidak ada eksudasi
f. Hidung :
1. Bentuk : simetris
2. Gerakan Cuping Hidung : tidak ada gerakan cuping hidung
3. Septum : baik
4. Dinding dalam : tidak ada kelainan
g. Telinga :
1. Daun telinga :
☻ Kelainan congenital : tidak ada kelainan congenital
☻ Oedema : tidak oedema
2. Liang telinga :
☻ Serumen : tidak ada serumen
☻ Corpus alieneum : tidak ada corpus alieneum
☻ Furunkel : tidak ada furunkel
h. Leher :
1. Bentuk : normal
2. Kaku kuduk : tidak kaku kuduk
3. Pembengkakan : tidak terjadi pembengkakan
4. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
5. Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
6. Arteri karotis :teraba
7. Vena jugularis :tidak ada pembesaran
i. Dada :
1. Bentuk : simetris
2. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
3. Retraksi dinding dada : tidak terjadi retraksi
j. Paru – paru :
1. Bunyi nafas : mengi
2. Batuk : ada batuk
3. Sputum : ada sputum (berlendir)
4. Warna : putih tidak keruh
5. Sesak nafas : tidak ada
l. Abdomen :
1. Bentuk : normal
2. Bising usus : normal
3. Gambaran :
☻ Strie : tidak strie
4. Kembung : tidak kembung
5. Tegang / kaku : tidak tegang
6. Hernia : tidak hernia
7. Nyeri tekan dan nyeri lepas: tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
8. Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran
9. Pembesaran limfe : tidak ada pembesaran
10. Pembesaran ginjal : tidak ada pembesaran
11. Distensi kandung kemih : tidak distensi
2. Kuku :
☻ Warna : putih kemerahan
☻ Bentuk : normal
1. Pola Nutrisi
o Asi dan susu buatan Ada susu buatan Tidak ada
Lama pemberian Tidak menentu -
Jenis Laktogen -
Waktu pemberian tidak menentu -
Jenis susu buatan bubuk
Adakah kesulitan Tidak ada kesulitan -
o Makanan padat
TIDAK ADA
Jenis makanan padat
Nasi putih MAKANAN PADAT
Waktu pemberian Pagi, siang, malam
Cara pemberian Melalui mulut
3.
Pola kebersihan diri
o Mandi 1-2 x sehari 1 x sehari
Frekuensi Menggunakan sabun ( mandi dengan cara dilap )
Sabun Menggunakan bantuan ibu Menggunakan bantuan ibu
Bantuan
Teratur Setiap kali mandi Tidak menentu, ibu belum
o Oral Hygiene pernah menggosok gigi
anaknya
4.
Pola eliminasi
o BAB 1-2 x sehari 2-3 x sehari
Frekuensi Pagi dan sore Pagi, siang, malam
Waktu Kuning kecoklatan Kuning
Warna Khas Khas
Bau Lunak Lunak
Konsistensi Tidak ada Tidak ada keluhan
Keluhan
o BAK Tidak menentu ±3 x sehari
Frekuensi Kuning Kuning
Warna Pesing Pessing
Bau Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Keluhan yang
berhubungan dengan
BAK Ngompol Ngompol
Kebiasaan ngompol
5.
Kebiasaan lain
o Mengisap jari Tidak menghisap jari Tidak menghisap jari
Tidak menggiggit kuku Tidak menggiggit kuku
o Menggiggit kuku
Tidak mempermainkan Kadang suka bermain genital/
o Mempermainkan genital
genital burung
Pemeriksaan tingkat
perkembangan : Anak dapat bergerak dengan Anak tidak dapat bergerak
☼ Motorik kasar bebas dengan bebas
X. ASPEK SPIRITUAL
a. Agama : anak menganut agama Islam
b. Kegiatan agama : anak sering di ajak oleh bapaknya ke mesjid pada saat sholat jumat
Batuk berlendir
Anaknya kurus
Do :
Batuk berlendir
Warna lendir putih keruh
Suhu kulit hangat
Bunyi napas mengi
Konjungtiva pucat
BB 14 Kg
LLA 15 cm
TTV:
TD : 70/45MMhg
Suhu aksila 37.5 oC
N 100x/menit
R 35x/menit
Pemeriksaan penunjang:
05 – 04 – 2010 Pkl 07.10 WIT
Uji tuberculin/ mantoux test : positif / + (indurasi 8mm)
Tgl 05 – 04– 2010
Sputum + BTA (sewaktu dan pagi)
Foto rontgen :Pembesaran kelenjar paratrakeal.
1. DS. Ibu pasien mengatakan adanya secret pada Bersihan jalan nafas
saluran pernapasan tidak efektif
Batuk berlendir
DO.
Batuk berlendir
R 35x/menit
Pemeriksaan penunjang:
Anaknya kurus
Perubahan nutrisi
2. DO. kurang dari
kebutuhan tubuh
Konjungtiva pucat
Makan hanya 3 sendok teh
BB 14 Kg
LLA 15 cm
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan:
kedokteran
7. FKUI. (2001). Kapita Selecta Kedokteran. Edisi Ketiga. Yakarta : Media Aesculapius
8. Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
10. Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan gangguan Sistem