Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa –senyawa
glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, Hal. 1088).
2. Etiologi
Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hyperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carcinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan
sindrom Cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH. Syndrome Cushing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit
Cushing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945).
Sindrom Cushing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan,
hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab
patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price;
Patofisiologi, hal 1091)
3. Patofisiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik
sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
a. Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah
kortisol.
b. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah aldosteron.
c. Androgen.
d. Estrogen
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan
menurunnya kemampuan sel-sel pembentk protein untuk mensistesis protein, sebagai
akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan
tulang.
Secara klinis dapat ditemukan:
a. Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.
b. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna
ungu (striae).
c. Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
d. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule
menyebabkan mudah tibul luka memar.
e. Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat
dengan mudah terjadi fraktur patologis.
f. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan meransang glukoneogenesis dan menganggu
kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami
hiperglikemia.
g. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari
glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan
toleransi glukosa.
h. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk
mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
a. Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh.
b. Obesitas
c. Wajah bulan (moon face)
d. Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison).
e. Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit
Efek minimal pada elektrolit serum.
a. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
4. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody
humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya
tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-
pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
a. Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag.
b. Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten.
c. Produksi anti bodi.
d. Reaksi peradangan.
e. Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
a. sekeresi asam lambubung dapat ditingkatkan.
b. sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat.
c. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat
mempermudah terjadinya tukak.
6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid:
- Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler.
- Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
- Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut
yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
- Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang
merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai
layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal
1090-1091)
4. Jenis – jenis Sindrom Cushing
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1. Tergantung ACTH : Hiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi
ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh
Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit cushing.
2. Tak tergantung ACTH: Adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu
terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah
kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan CRH
(Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A. Price; Patofisiologi.
hal 1091)
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada pasien dengan sindrom cushing antaralain:
- Obesitas sentral
- Gundukan lemak pd punggung
- Muka bulat (moon face)
- Striae
- Berkurangnya massa otot & kelemahan umum.
Tanda lain yg ditemukan pd Syndrom cushing seperti:
- Atripi/ kelemahan otot sektermitas
- Hirsutisme (kelebihan bulu pada wanita)
- Ammenorrhoe
- Impotensi
- Osteoporosis
- Akne
- Edema
- Nyeri kepala, mudah memar dan gg penyembuhan luka.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan  Untuk menunjukkan pembesaran adrenal pada kasus sindro cushing.
b. Photo scanning
c. Pemeriksaan adrenal mengharuskan pemberian kortisol radio aktif secara intravena
d. Pemeriksaan elektro kardiografi  Untuk menentukan adanya hipertensi (endokrinologi
edisi hal 437)
e. Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing
tersebut, apakah hipopisis atau adrenal.
f. Pengambilan sampele darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.
g. Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang merupakan
metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan tergantung pada ACTH yg tidak seragam. Apakah sumber ACTH ad hipofis
atau ektopik.
b. a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor transfenoidal.
c. b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka
sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
d. c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dg adrenolektomi total dan diikuti pemberian
kortisol dosis fisiologik.
e. d. Bila kelebihan kortisol disebabkan o/ neoplasma disusul kemoterapi pada penderita
dengan karsinoma/ terapi pembedahan
f. e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemideo, p-ooo yang bisa
mensekresikan kortisol ( Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 )
B. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat . Gejala: Insomnia, sensitivitas, otot lemah, gg koordinasi, kelelahan
berat. Tandanya : atrofi otot.
2. Sirkulasi . Gejala: Palpitasi, nyeri dada (angina). Tandanya: Distritnia, irama gallop, mur-
mur, takikardia saat istirahat.
3. Eliminasi. Gejala: Urine dlm jumlah banyak, perubahan dlm feces: diare.
4. Itegritas ego
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik..
Tandanya : Emosi letal, depresi.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, mual dan muntah.
6. Neorosensori
Gejala : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan prilaku seperti binggung,
disorientasi, gelisa, peka rangsangan, delirium.
7. Pernafasan
Tandanya : Frekuensi pernafasan meningkatan, takepnia dispnea.
8. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotobia.
9. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan tandanya suhu meningkat
diatas 37,40CC, retraksi, iritasi pada kunjungtiva dan berair.
10. Seksualitas
Tandanya : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan impoten.
2. Komplikasi
1. Krisis addison
2. Efek yang merugikan pd aktivitas korteks adrenal
3. Patah tulang akibat osteoporosis
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko cedera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan metabolisme protein serta respon
inflamasi
2. Defisit perawatan diri; kelemahan perasaan mudah lelah, atropi otot dan perubahan pola
tidur
3. Gg integritas kulit b/d edema, gg kesembuhan dan kulit yg tipis serta rapuh
4. Gg citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, gg fungsi seksual dan penurunan tingkat
aktivitas.
5. Gg proses berpikir b/d fluktuasi emosi, iritabilitas dan depresi
( Susanne C. Smeltzer; Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, hal.
1330).
C. Perencanaan & Implementasi
Tujuan : Tujuan utama mencakup penurunan resiko cedera dan infeksi, peningkatan
kemampuan untuk melaksanakan kemampuan perawatan mandiri , perbaikan fungsi mental
dan tidak adanya komplikasi.
D. Intervensi Keperawatan :
- Pemantauan dan penata laksanaan komplikasi potensial
Krisiss addison. Pasien sindrom cushing yang gejalanya ditangani dengan cara
menghentikan pemberian pemeberian kortikoisteroid atau dengan adrenelektomi atau
pengangkatan tumor hipofisis akan beresiko mengalami hipofungasi adrenal dan krisis
addisonian. Jika fungsi hormon adrenal telah tersupressi oleh kadara drenal yang tinggi
dalam darah, maka atropi korteks adrenal kemungkinan akan terjadi. Apabila kadar hormon
tersebut menurun dengan cepat akibat pembedahan atau penghentian terapi kortikosdteroid
yang tiba-tiba, manifestasi hipofungsi adrenal dan krisis addison dapat terjadi.
Disamping itu, penderita cushin sindrom yang mengalami kejadian yang sangat
menimbulkan strees seperti trauma atar operasi darurat beresiko mengalami krisis
addisonian karena terdapatnya supressi jangka panjang korteks adrenal. Karena itu kondisi
penderita harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi hipotensi , denyut nadi yang lemah
dan cepat, ppucat kelemahan yang ekstrim. Pasien tersebut meungkin memerlukan
pemberian infus cairan dan elektrolit serta terapi kortikosteroid.
Pasien yang mengalami trauma atau memerlukan operasi darurat memerlukan kadar
kortikosteroid tambahan sebelum, selama dan setelah terapi atau operasi. Jika terjadi krisis
addisonian pasien harus mendapat pengobatan untuk mengatasi kolaps sirkulasi dan syok.
Identifikasi faktor-faltor yang dapat menybebkan krisis tersebut harus diupayakan.
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Status cairan dan eletrolit dipantau dengan mengukut berat badan pasien setip hari.
Karena meningkatnya resikountuk mengalami intoleransi glukosa dan hiperglikemia, maka
pemantauan glukosa darah harus dinilai setiap kenaikan kadar glukosa darah harus dimulai
detiap kenaikan dilaporkan kepada dokter sehingga terapi dapat diberikan jika diperlukan.
- Menurunkan risiko cedera dan infeksi
Lingkungan yang aman harus diciptakan untuk mencegah kecelakaan seperti
terjatuh, fraktur dan berbagai cedera lain pada tulang serta jaringan lunak. Pasien yang
sangat lemah mengkin memerlukan bantuan dan mobilisasi untuk mencegah jatuh dan
membentur pada tepi perabot yang tajam.
Pertemuan dengan pengunjung, staff atau pasie yang menderita infeksi haarus
dihindari. Penilaina kondisi pasien harus sering dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda
infeksi yang tidak jelas, mengingat efek anti inflamasi dari kort ikosteroid dapat
menyamarkan tanda-tanda umum infeksi dan inflamasi. Makanan yang tinggi protein,
kalsium dan vitamin D harus dianjurkan untuk memperkecil kemungkinan pelisutan otot dan
osteoporosis.
Rujukan kepada ahli diet dapat membantu pasien untuk memilih jenis-jenis makanan
dan lalori.
- Persiapan mengahadapi praoperatif
Pasien dipersiapkan untuk menjalani adrenalektomi, jika diperlukan, dan untuk
perawatan pasca operasi, jika sindrom cushing merupakan kosekuensi dari tumor hipofisis,
tindakan hipofisektomi transfenoidalis dapat dilakukan. Siabetes mellitus dan ulkus
peptikum umumnya terjadi pada pasien sindrom cushing, dengan demikian pelaksanaannya
harus mencakup pemantauan kadar glukosa darah serta pemeriksaan darah dalam feses, serta
intervensi yang tepat.
- Menganjurkan istirahat dan aktivitas
Kelemahan, perasaan mudah lelah dan pelisutan otot akan menyulitkan penderita
sindrom cushing dalam melaksanakan aktivitas yang normal, aktivitas yang ringan harus
dianjurkan untuk mencegah komplikasi akibat imobilisasi dan meningkatkan rasa percaya
diri. Insomnia sering turut menimbulkan rasa cepat lelah yang dikeluhkan pasien. Waltu
istirahat perlu direncanakan dan diatur intervalnya sepanjang hari. Lingkungan yang tenang
dan rileks untuk istirahat tidur harus diupayakan.
- Meningkatkan perawatan kulit
Peningkatan perawatan kulit yang cermat untuk menghindari trauma pada kulit
pasien yang rapuh. Penggunaan plester perlu dihindari karena dapat menimbulkan irirtasi
kulit dan luka pad kulit yang rapuh ketika plaster itu dilepas. Daerah tonjolan tulang dan
kulitnya harus sering diperiksa dan pasien danjurkan serta dibantu untuk mengubah posisi
dehingga kerusakan kulit dapat dicegah.
- Memperbaiki citra tubuh
Jika penyebab sindrom cushing dapat ditangani dengan baik, perubahan fisik lain
yang penting juga akan menghilang pada saatnya. Meskipun demikian, akan sangat
memmbagtu apabila pasien diberi penjelasan tentang dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan tersebut terhadap konsep diri dan hubungannya dengan orang lain. Kenaikan
berat badan dan edema yang terlihat pada sindrom cushing dapat dimodifikasi dengan diet
rendah karbohidrat rendah natrium. Asupan protein yang tinggi dapat mengurangi sebagian
gejala lain yang mengganggu.
- Memperbaiki proses pikir
Penjelasan kepada pasien dan anggota keluarga mengenai penyabab ketidak stabilan
emosi amat penting dalam membantu mereka untuk mengatasi fluktuasi emosi, irritabilitas
serta depresi yang terjadi. Perilaku psikotik dapat dapat dijumpai pada beberapa pasien dan
harus dileporkan. Pasien dan anggota keluarga perlu didorong utuk mengungkapkan
perasaannya. (Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart,
Hal1331)
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1. Menurunkan resiko cedera dan infeksi
a. Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak.
b. Bebas daerah ekimosis.
c. Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-tanda lain infeksi
serta inflamasi.
2. Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
a. Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan periode istirahat.
b. Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
c. Bebas komplikasi mobilitas.
3. Mencapai/mempertahankan integritas kulit.
a. Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi.
b. Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan.
c. Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang menonjol setiap hari.
4. Mencapai perbaikan citra tubuh.
a. Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual dan tingkat aktivitas.
b. Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisil merupakan akibat dari pemberian
kortikosteroid yang berlebihan.
5. Memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
6. Tidak adanya komplikasi.
a. Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal serta bebas dari gejala
krisis sddisonian.
b. Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal yang harus dilaporkan
dan menyatakan tindakan yang akan diambil pada keadaan salit serta stress berat
c. Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komlikasi sindrom cusing.
d. Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut.
(Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331)
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (RENPRA)

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan muskuloskeletal, integumen, dan


seksual reproduksi
intervensi:
 Pertahankan lingkungan kondusif untuk membicarakan proses perubahan citra tubuh
 Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh pasien
 Kaji pasien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan personal serta mekanisme
koping untuk mengatasi masalah perubahan fisik
 Berikan informasi tentang kemungkinan dapat pulihnya gejala pada perubahan fisik.
 Kaji cara berpakaian untuk meningkatkan higiene personal, tindakan pemotongan bulu, rambut,
pakaian yang menarik
 Hargai keinginan pasien untuk privacy
 Bersikap sensitif terhadap kebutuhan.
 Buat waktu luang untuk setiap shift untuk mendengarkan secara aktif dan dukungan emosi
 Konsulkan kepada ahli keperawatan jiwa.
Hasil yang diharapkan/evaluasi
 Membicarakan perasaan tentang perubahan dalam penampilan
 Mengungkapkan pengetahuan bahwa gejala kekambuhan akan terjadi dengan pengobatan
 Melakukan higiene harian
 Meningkatkan penampilan melalui penggunaan kosmetik yang bijaksana dan pakaian yang
sesuai.

2. Potensial terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun


intervensi:
 Pantau suhu tubuh dan tanda dan atau gejala infeksi lainnya setiap 4 jam
 Intruksikan pasien berbalik, batuk dan nafas dalamsetiap 2 jam sementara tirah baring
 Hindari proses invsif yang tidak diperlukan (pemasangan kateter urine)
 Gunakan tekhinik sterilketika menangani semua lesi kulit, slang drain, atau sisi pungsi intara
vena
 Lakukan pemeriksaan kultur pada luka atau sekresiyang mencurigakan
 Pertahan kan status nutrisi yang adekuat
 Hindari penempatan pasien dalam ruangan dengan orang lain yang secara potensial dapat
menulari pasien.
 Hindari personil dengan ispa atau infeksi lain untuk memberikan perawartan pada klien, pantau
pengunjung terhadap tanda infeksi dan batasi sesuai kebutuhan , atau ajarkan cara
mencucitangan dan menggunakan masker sebelum berkunjung
Hasil yang diharapkan
 Suhu tubuh dalam batas normal; tidak terdapat infeksi pada integumen, pernafasan, dan sistem
ginjal.
3. Potensial untuk terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan mudah rusaksnya
kapiler atau penipisan kulit
intervensi:
 Kaji terhada kemerahan atau kerusakanan kulit setiap 8 jam, bila pasien menjalanai tirah baring
kaji setiap 4 jam
 Berikatan perawatan kulit perawatan kulit pada titik tekanan setiap 4 jam sesuai kebutuhan
 Gunakakan minyak atau solluision untuk air mandi, bilas dan keringkan dengan baik
 Hindari penggunaan sabun yang keras dan handuk yang kasar
 Baringkan pasien pada matras atau tempat anti decubitus
 Bantu dan berikan dorongan pasien untuk mengubah posisi dengan sering, ajarkan dan bantu
pasien saaat melakukan rentang gerak, ambulasi sesering mungkin, instruksikan klien untuk
hindari duduk lebih dari 1 jam.
Hasil yang diharapkan / rasional:
 Kulit tetap ututh tanpa bukti-bukti kemerahan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan muskuloskeletal karena peningkatan
katabolisme protein
intervensi :
 Biarkan pasien sesuai keiinginannya, gunakan pagar tempat tidur dan trapez diatas kepala
 Selingi aktivitas dengan waktu istirahat untuk membantu peningkatan toleransi
 Kaji dan berikan bantuan untuk ambulasi (alat bantu jalan, tulang) sesuai kebutuhan
 Antisipasi kebutuhan akan bantuan dengan aktivitas sehari-hari, berpakaian, toileting,
memberikan makanan,memebrikan barang-barang, yang dibutuhkan dalam jangkauan yang
mudah untuk diraihuntuk mengurangi penggunaan energi
 Batasi aktivitas sampai tingkat toleransi pasien.
 Hentikan aktivitas pada saat pertama kali terlihat tanda intoleran, Takikardi, dyspnea,
kelelahan.
 Beilan dorongan untuk meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, tetapi mencaribantuan bila
terjadi gejala intoleran.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
 Meningkatkan keiikut sertaan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari.
 Melaporkan berkurangnya perasaan kelemahan/ keletihan.
5. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan kelebihan sekresi kortisol
intervensi:
 evaluasi metode koping yang lalu dan saat ini.
 Berikan dorongan untuk membicarakan tentang perasaan kehilangan kontrol.
 Diskusikan reaksi yang melewati batas terhadap peristiwa dan metode untuk koping
selanjutnya.
 Jelaskan bahwa lonjatan alam perasaan tersebut dapat diatasi dengan pengobatan.
 Ajarkan dan bantu dalam melakukan teknik relaksasi.
 Beikan lingkungan yang tenang, stabil dan tanpa stress.
 Konsisten dengan waktu dan saat melaukuan aktivitas dan prosedur.
 Batasi pengunjung sesuai dengan kepentingan.
 Cegah situasi yang dapat menyebabkan kemarahan emosisonal.
 Rencanakan perawatan dengan pasien antisipasi kebutuhan.
 Orientsikan pasien pada lingkungan sesuai kebutuhan.
 Jelaskan prosedur dengan lambat dan jelas, ulangi bila perlu.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
 Pasien sadar dan berorintasi
 Membicarakan perasaan dengan mudah.
 Mengenali respon yang tidak sesuai terhadap situasi dan mebicarakan rencana untuk menagani
respon tersebut.
6. Kelebihan volume cairan sehubungan dengan sekresi kortisol yang berlebihan menyebakan
retensi air dan natrium
intervemsi:
 pantau terhadap nilai-nilai elektrolit setiap 4 jam sampai 8 jam dan laporkan temuan abnormal
pada dokter.
 Pantau madukan dan haluaran setiap 4 jam
 Timbang berat badan pasien setiap hari. Pada waktu yang sama, laporkan prningkatan berat
badan.
 Hindari masukan cairan yang berlebihan bila pasien mengalami hipernatremia.
 Pantau EKG terhadap abnormalitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit,
biasanya hipernatremia dan hiper kalemia.
 Pantau tekanan darah , nadi dan bunyi nafas setiap 4 jam laporkan perubahan yang signifikan
dari nilai dasar pasien.
 Kaji area edema dependen.
 Berikan perawatan kulituntuk erea yang mengalami edema, balikkan dan ubah posisi setiap 2
jam.
 Pertahankan diet tinggi protein, tinggi kalium, rendah natrium, mengurangi kalori.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
 Tanda-tanda vital dan elektrolit dalam batas normal untuk pasien, masukan dan haluaran
seimbang, berat badan stabil dan dalam batas normal bagi pasien, tidak ada bukti adanya
edema.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit,
pengobatan dan perawatan diri.
Intervensi:
 Jelaskan konsep dasar tentang penyakit .
 Diskusikan alasan terjadinya perubahan fisik dan emosional.
 Diskusikan dan berikan informasi tertulis tentang diiet rendah natrium.
 Jelaskan pentingnya mempertahankan lingkungan yang aman dan keseimbagan aktivitas dan
istirahat.
 Ajarkan nama obat-obatan , dosis, waktu dan cara pemberian, tujuan, efek samping dan efek
toksik.
 Jelaskan pelunya menghindari obat yang dijual bebas tanpa mengkonsultadikan dengan dokter.
 Tekankan pentingnya melakukan perawatan rawat jalan berkelanjutan.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
 Pasien orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, perinsip perawatan
dirumah dan perawatan tindak lanjut, dan rencanakan terapi radiasi atau operasi

Anda mungkin juga menyukai