PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA (Kasus: Program
Alokasi Dana Desa)” benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung
bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak kecuali sebagai bahan rujukan
yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan saya bersedia mempertanggunjawabkan pernyataan ini
ABSTRAK
Oleh
YUDHIANSYAH EKA SAPUTRA
I34120165
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Pengesahan :
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka
berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Desa (Kasus: Program
Alokasi Dana Desa)” ini dengan baik dan lancar. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan
untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si
sebagai pembimbing yang telah dan selalu memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Papa saya Khaidir J dan Mama saya
Masrani, beserta semua Kakak-kakak saya, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan
memberikan semangat untuk penulis. Terimakasih juga untuk Satya Kesumawardani yang
tak pernah lupa mengingatkan penulis setiap harinya. Tidak lupa terimakasih juga penulis
sampaikan kepada segenap teman-teman satu perjuangan di Departemen SKPM 49,
terutama teman-teman tongkrongan di kedai kopi setiap malam-malamnya yang telah
memberi semangat kepada penulis dalam proses penulisan laporan ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3
Metode Penulisan ......................................................................................................... 3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA................................................................... 4
Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi
Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang) ................................ 4
Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa Terhadap Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari Kecamatan Pandih Batu
Kabupaten Pulang Pisau ............................................................................................... 6
Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan Anggaran Dana Desa .......... 8
Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Memberdayakan
Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri ................... 11
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan
(Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito,
Kabupaten Jombang) .................................................................................................... 13
Hubungan Peran Stakeholders Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program
Agropolitan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ........................ 15
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik ................ 18
Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kelurahan Karang
Jati Kecamatan Balikpapan Tengah ............................................................................. 20
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok ..................... 22
Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Di Desa Talang Leak I Kecamatan
Bingin Kuning Kabupaten Lebong............................................................................... 24
Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten
Jombang ....................................................................................................................... 26
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 29
Definisi Desa ................................................................................................................ 29
Pembangunan Desa ...................................................................................................... 30
Dana Desa .................................................................................................................... 29
Partisipasi Masyarakat .................................................................................................. 30
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ........................................ 32
SIMPULAN ................................................................................................................. 40
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................................. 40
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ............................................... 42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang) .............................................................................................................................. 6
Gambar 11. Kerangka Berfikir Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan Bareng
Kabupaten Jombang) .......................................................................................................... 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil dan Pembahasan dari Pustaka ..................................................................... 34
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan yang sentralistik telah menyebabkan disparitas ekonomi antara
perkotaan dengan pedesaan, yang kemudian membuat perbedaan yang signifikan antara
perkotaan dan pedesaan dari berbagai sudut pandang. Maka dari itu diperlukan langkah
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi
kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien
dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun karakteristik daerah masing-masing.
Pemahaman akan pembangunan desa perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari
setiap kalangan, mulai dari rakyat biasa hingga segenap aparat di semua lini birokrasi. Hal
ini disebabkan karena tujuan dari pembangunan desa yang merupakan tempat dimana
sebagian besar masyarakat miskin yang ada di Indonesia berada adalah untuk memajukan,
memandirikan dan mensejahterakan masyarakat, hal ini tentu bukanlah merupakan sesuatu
yang mudah untuk dilalui tanpa proses yang sudah sangat matang dan tertata rapi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa, pada Pasal 78
dijelaskan mengenai pembangunan Desa yaitu meliputi; (1) Pembangunan Desa bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana
dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan secara berkelanjutan; (2) Pembangunan Desa meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan; (3) Pembangunan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan
guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
Salah satu strategi pemerintah untuk membantu agar desa menjadi mandiri dan
otonom dengan memberikan Alokasi Dana Desa (ADD). Penggunaan dana ADD adalah 30
persen untuk biaya operasional Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
70% untuk pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas Pemerintahan Desa (Putra
et al. 2013). Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa, Desa
mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli Desasumber pendapatan asli desa,
bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari
APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, serta hibah dan
sumbangan yang tidak mengikat pihak ketiga. Sumber pendapatan Desa tersebut secara
keseluruhan digunakan untuk mendanaipenyelenggaraan kewenangan desa yang mencakup
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan
kemasyarakatan.1
1Dikutip dari “Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2004 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”.
2
Untuk mewujudkan pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan desa itu
sendiri, maka diperlukan partisipasi setiap bagian dari desa tersebut, yang paling penting
adalah partisipasi dari masyarakat yang merupakan bagian dari kedaulatan. Ada tiga alasan
utama pentingnya melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan pembangunan, yaitu (1) sebagai langkah awal untuk mempersiapkan masyarakat
untuk berpartisipasi dan merupakan satu cara untuk menumbuhkan rasa meimiliki dan rasa
tanggung jawab masyarakat setempat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan.
(2) Sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi, dan sikap
masyarakat setempat. (3) Masyarakat memperoleh hak untuk ‘urun rembug’ dalam
menentukan program-program pembangunan yang dilaksanakan (Lugiarti 2004).
Di Indonesia, dibandingkan dengan wilayah perkotaan, wilayah pedesaan memiliki
luas dan jumlah penduduk yang lebih banyak, yaitu sekitar 65 persen penduduk Indonesia
bermukim di pedesaan (Adisasmita 2006). Pasrtisipasi masyarakat merupakan langkah
penting dalam upaya untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan serta masalah masalah
yang dialami masyarakat itu sendiri. Adisasmita (2006) mengatakan bahwa kegiatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, permasalahan
yang dihadapi masyarakat, penyususnan program-program pembangunan yang benar-benar
dibutuhkan oleh masyarakat lokal, implementasi program pembangunan dan
pengawasannya. Pada umumnya, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan
dan pengambilan keputusan program pembangunan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan program tersebut (Lugiarti 2004). Salah satu faktor yang menentukan dalam
terlaksananya suatu pembangunan adalah faktor manusia, maka peran serta dan kerja sama
dari seluruh masyarakat yang ada sangat diperlukan sekali. Partisipasi masyarakat sangat
diharapkan dalam setiap tahapan pembangunan dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pemanfaatan dan tahap evaluasi sehingga akan dapat dilaksanakan pembangunan
daerah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan suatu
tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh adanya tiga faktor utama
yang mendukung, yaitu kemauan, kemampuan, kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariyani (2007), seseorang untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan ada tiga prasyarat, yaitu adanya kesadaran pada diri
yang bersangkutan tentang adanya kesempatan, dan adanya kemauan (sikap positif
terhadap sasaran partisipasi) serta didukung oleh kemampuan (inisiatif untuk bertindak
dengan komitmen). Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka partisipasi masyarakat dalam
program pemberdayaan ,menarik untuk dikaji untuk melihat bagaimana peranan
partisipasi masyarakat dalam mendukung berlangsungnya program yang
berhubungan dengan pembangunan di desa.
3
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi; (1) Faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program pembangunan desa melalui ADD, (2)
Pengaruh partisipasi terhadap keberhasilan program pembangunan desa melalui ADD.
Metode Penelitian
Penulisan studi pustaka ini menggunakan metode analisis data sekunder. Bahan
penulisan/pustaka yang digunakan untuk menulis studi ustaka ini adalah berupa buku teks,
skripsi, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan tema yang
diangkat dalam studi pustaka ini. Dari bahan pustaka yang telah terkumpul kemudian
dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis. Setelah melalui penulusuran literature ini
diharapkan dapat memberikan pertanyaan baru terkait penelitian serupa sehingga
menciptakan kerangka penelitian yang baru.
4
Ringkasan
Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan pelaksanaan Pembangunan
Nasional agar laju pembangunan daerah serta laju pembangunan desa dan kota semakin
seimbang dan serasi. Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis karena di dalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya serta menyentuh secara langsung kepentingan sebagian besar masyarakat yang
bermukim di perdesaan dalam rangka upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini
didukung oleh pemerintah dengan memberikan dukungan keuangan kepada desa yang salah
satunya adalah berasal dari dana Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah minimal 10 persen diperuntukkan bagi desa yang disebut Alokasi Dana
Desa (ADD).2 Menurut Sumaryadi (2005) tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya
adalah membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat
yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok
masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode analisis oleh Milles dan Huberman dalam Sugiono
2
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
5
(2009) yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Fokus dalam
penelitian ini adalah: pertama, pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
pemberdayaan masyarakat desa, yang terdiri dari: a) Perencanaan ADD; b) Penganggaran
ADD; c) Mekanisme penyaluran dan pencairan ADD. d) Penggunaan ADD; e) Pengawasan
ADD; f) Pertanggung jawaban ADD. Kedua, faktor pendukung dan penghambat
pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam pemberdayaan masyarakat desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari dana ADD untuk pemberdayaan
masyarakat digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD sehingga
penggunaan ADD tidak sesuai dengan peruntukannya. Dalam perencanaan ADD tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan musyawarah desa cukup tinggi namun masih
monoton dalam upaya pembangunan infrastruktur, bukan pemberdayaan. Dalam
penganggaran terjadi tumpang tindih alokasi dana antara operasional dan pemberdayaan
masyarakat. Mekanisme pencairan dan penyaluran ADD sudah sudah sesuai dengan
peraturan yang ada. Pengawasan dalam pelaksanaan program ADD masih jauh dari kata
optimal karena hanya dilaksanakan 3 kali dalam setahun. Pertanggung jawaban secara
administratif sudah dilakukan secara tepat, namun pertanggungjawaban secara langsung
kepada masyarakat belum terjadi karena keterbukaan oleh pemerintah desa sebagai
pengelola ADD kepada masyarakat dalam bentuk informasi penggunaan dana ADD sangat
rendah. Faktor pendukung dalam pengelolaan ADD adalah: 1) tingginya partisipasi
masyarakat; 2) budaya gotong-royong masyarakat; 3) pengawasan secara fungsional dari
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan. Faktor penghambatnya yaitu: 1)
rendahnya sumber daya manusia (SDM) baik perangkat desa maupun penduduk; 2)
rendahnya pengawasan dari masyarakat.
Analisis
Penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk menggambarkan dan menganalisis
Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam pemberdayaan masyarakat desa serta faktor-faktor
pendorong dan penghambat apa saja yang mempengaruhi pengelolaan Alokasi Dana Desa
dalam pemberdayaan masyarakat desa di Desa Wonojero Kecamatan Singo-sari Kabupaten
Malang.
Menurut saya, kekurangan dari jurnal ini adalah penjelasan mengenai pembahasan
yang keseluruhan diberikan penulis dalam bentuk deskriptif, tidak ada hasil berupa angka
atau presentase pada bab pembahasan yang dapat membuat pembaca lebih mudah
memahami isi dari hasil penelitian. Kelebihan dari jurnal ini adalah adanya runtutan sub
bab-sub bab yang jelas dan lengkap, sehingga memudahkan pembaca mengetahui
keseluruhan dari proses penelitian dan memudahkan peneliti selanjutnya yang berminat
melanjutkan penelitian di bidang tersebut.
6
H%20IMPLEMENTASI%20PROGRAM%20DANA%20PEMB
ANGUNAN%20DESA%20TERHADAP%20PARTISIPASI%20
MASYARAKAT%20DALAM%20PEM BANGUNAN.pdf
Tanggal diunduh : 9 November 2015
Ringkasan
Implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang sangat penting bahkan jauh lebih
penting dari pada pembuatan kebijakan, hal ini karena kebijakan-kebijakan akan sekedar
menjadi impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi apabila tidak diimplementasikan.
Salah satu kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan di wilayah pedesaan adalah
Program Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K). Di sisi lain, partisipasi merupakan
hal yang penting dalam pembangunan dan bahkan menjadi salah satu tujuan dari
pembangunan itu sendiri, dalam artian lain bahwa partisipasi masyarakat sangat diperlukan
baik dalam konteks masyarakat sebagai subyek ataupun obyek pembangunan. Partisipasi
masyarakat adalah keterlibatandan atau keikutsertaan masyarakat secara sadar dalam proses
pembangunan dalam rangka mencapai suatu kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat, Cohen dan Uphoff (dalam Prijono dkk.,
1996) terdiri dari ; 1) partisipasi dalam pembuatan keputusan, 2) partisipasi dalam
pembuatan keputusan, 3) partisipasi dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil, dan 4)
partisipasi dalam mengevaluasi. Pendapat Meter dan Horn (dalam wahab,1997) pengukur
implementasi program yang berupa kebijakan tercermin dari tujuan kebijakan, sumber-
sumber kebijakan, instansi pelaksana, komunikasi, sikap dan perilaku pelaksana, serta
lingkungan.
Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh implementasi Program
Dana Pembangunan Desa/Kelurahan terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dan seberapa besar pengaruh implementasi Program Dana Pembangunan Desa/Kelurahan
terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Rumusan maslaha tersebut telah
terjawab dari hasil penelitian.
Menurut saya jurnal ini memiliki banyak sekali kelebihan mulai dari sangat rincinya
penulis dalam mengaitkan setiap teori yang berkaitan dengan latar belakang penelitian,
serta penjelasana dari metode penelitian yang dipakai sangatlah begitu besar. Namun tetap
memiliki keurangan seperti tidak dijelaskannya bagaimana perolehan hasil tingkat
partisipasi masyarakatnya.
(X1): Implementasi
Program Dana
Pembangunan
Desa/Kelurahan
1. Tujuan Kebijakan
2. Sumber-sumber kebijakan (Y): Partisipasi Mayarakat
3. Instansi Pelaksana dalam Pembangunan
4. Komunikasi
5. Sikap dan Perilaku 1. Keterlibatan dalam
pelaksana Perencanaan
6. Lingkungan 2. Keterlibatan dalam
pelaksanaan
(X2):Faktor yang 3. Keterlibatan dalam
Mempengaruhi Partisipasi Penerimaan dan
Memanfaatkan Hasil
1. Perilaku birokrasi 4. Keterlibatan dalam
pemerintah Pengawasan dan Penilaian
2. Kepemimpinan
3. Komunikasi
Partisipatoris.
Partisipasi warga adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok
sosial dan organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
(Domai, 2011). Partisipasi masyarakat Desa Wakan dalam pengelolaan anggaran dana desa
merupakan bentuk dan cara dalam mengambilan bagian untuk menjadi subjek atau pelaku
dalam pembangunan desa, dalam pembangunan yang dibiayai oleh anggaran dana desa
masyarakat dapat berpartisipasi pada tiga aspek yaitu; pada pelaksanaan perencanaan
pembangunan yang disebut dengan musrenbang, pelaksanaan program atau implementasi
program dan kontrol atau pengawasan pada prencanaan dan pelaksanaan perogram yang
dibiayai oleh anggaran dana desa. Dari ketiga aspek tersebut bentuk partisipasi masarakat
10
dapat dapat berbentuk; tenaga, pikiran, fasilitas atau peralatan dan kemampuan atau
keahlian dibidang tertentu. Hambatan partisipasi masyarakat Dalam pengelolaan anggaran
dana desa masih lemah baik dari segi pikiran, tenaga, keahlian dan waktu yang disebabkan
dengan keputusan yang tidak bijaksana, komonikasi yang tidak intraktif, kurangnya
kesadaran masyarakat, pendidikan yang rendah tidak ada teransparansi dan akuntabel
dalam pengelolaan anggaran dana desa.
Analisis
(X1): Hambatan
1. Jenis keputusan
2. Bentuk komonikasi
3. Tingkat kesadaran masyarakat
4. Tingkat pendidikan
5. Tingkat transparansi dan akuntabel
Ringkasan
Menurut Thomas R. Dye, proses kebijakan publik meliputi beberapa hal berikut: 1)
identifikasi masalah kebijakan (identification of policy), 2) penyusunan agenda (agenda
setting), 3) perumusan kebijakan (policy formulation), 4) pengesahan kebijakan
(legitimating of policies), 5) Implementasi kebijakan (policy implementation), 6) Evaluasi
kebijakan (policy evaluation). (Dr. Widodo, Joko.2007). Dengan memanfaatkan ADD, desa
juga dapat berperan lebih aktif dalam menggerakkan pemberdayaan desa. Pemberdayaan
masyarakat tentu tidak dapat tercapai secara instan, diperlukan tahapan-tahapan yang cukup
panjang yang akhirnya masyarakat tiba pada kondisi yang disebut berdaya. Proses belajar
dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap
yang harus dilalui tersebut adalah meliputi: (-) Tahap penyadaran dan pembentukan
12
perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri. (-) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. (-) Tahap peningkatan
kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan
kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian . (Sulistiyani. 2004: hal 83)
Analisis
Hadirnya Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang harus dikelola secara mandiri
memberikan dampak yang positif baik bagi pemerintah desa maupun masyarakat Desa
Cerme. Selain itu, kehadiran ADD juga memberikan keleluasan dari Desa Cerme untuk
mengelola pemerintah desa, pembangunan serta sosial kemasyarakatannya secara otonom.
Pelaksanaan ADD yang didalamnya terdapar proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan ADD mengkondisikan masyarakat berada pada tahapan
pemberdayaan, dimana semua itu mengarah pada masyarakat yang mandiri pada akhirnya.
Pada jurnal ini setiap bahasan yang berkaitan dengan topik penelitian selalu
dihubungkan dengan teori yang bersangkutan. Namun penjelasan bagaimana hubungan
antara pelaksanaan ADD terhadap pemberdayaan hanya berdasar pada tahapan-tahapan
yang masyarakat ikuti pada proses pelaksanaan kebijakan public, bukan menggolongkan
seberapa jauh masyarakat itu terberdayakan.
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Kediri
Ringkasan
Analisis
Menurut saya pada jurnal ini terdapat beberapa kekurangan diantaranya yaitu
kurangnya pemaparan teori dan konsep dari para ahli yang seharusnya menjadi acuan
dalam penulisan, tidak adanya pembandingan dengan hasil penelitian terdahulu, dan , serta
pengelolaan seperti apa yang dimaksudkan. tidak dicantumkannya bagaimana gambaran
hubungan yang jelas antara pengalokasian dana dengan pembangunan desa. Kelebihannya
adalah dalam menganalisis gambaran dari peraturan perundang-undangan cukup kompleks.
15
Kemudian juga didukung dengan dalam pemaparan konsep yang ada apakah sudah sesuai
dengan maksud dari aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Gambar 5. Kerangka Berfikir Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso
Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang)
Ringkasan
Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RJPN) tahun 2005-2025, pada
point 32 yang menyebutkan bahwa agropolitan merupakan salah satu program yang akan
diusung untuk pembangunan pedesaaan terutama pedesaan yang berbasiskan pada
pertanian. Dalam pelaksanaannya program agropolitan menggaet beberapa program
unggulan untuk memperlancar dan dapat mendukung terlaksananya program agripolitan,
antara lain; Program Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Pengembangan
Budidaya, Program Pengembangan Permodalan, Program Peningkatan Fasilitas
Infrastruktur. Elemen penting dalam program agropolitan adalah keterlibatan komunitas
yang merupakan pelaku utama dalam proses pengembangan kawasan, karenanya
diperlukan partisipasi komunitas dalam setiap tahapan program. Pengukuran partisipasi
masyarakat dilihat dari derajat wewenangnya dalam pengambilan keputusan dan
digolongkan menjadi tingkatan non partisipasi, tokenisme dan citizen power oleh Arnestein
(1969).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
kepada responden yang merupakan anggota kelompok tani di Desa Karacak. Pendekatan
kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada responden dan informan untuk
mengetahui informasi lebih dalam mengenai peran stakeholders dan penyelenggaraan
program agropolitan secara keseluruhan. Klasifikasi Stake holders berdasarkan peran
stakeholders yang termasuk keep statisfied adalah Dinas Peternakan, penyuluh pertanian
dan akademisi. Stakeholders yang termasuk manage closely adalah Ketua Gapoktan, Ketua
POSKO, aparat desa, Dinas Pertanian dan BAPPEDA Kabupaten Bogor. Stakeholders yang
termasuk dalam keep informed adalah Dinas Bina Marga. Stakeholders yang termasuk
dalam monitor adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan UKM,
BP3K, BP4K, LSM dan Lembaga Keuangan.
Partisipasi masyarakat secara keseluruhan program agropolitan berada pada tahap
tokenisme yang memiliki kesempatan untuk berpendapat, namun tidak memiliki wewenang
dan kekuatan untuk mengatur program agropolitan secara keseluruhan. Namun pada tahap
perencanaan dan evaluasi terdapat perbedaan yaitu sebagian besar masyarakat tidak
berpartisipasi. Sebagian besar bentuk partisipasi masyarakat adalah partisipasi dalam
memberikan pendapat dalam program walaupun terdapat masyarakat yang menyumbang
dana dan materi dengan jumlah lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya
peran stakeholders berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
program agropolitan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh yang terdiri dari dukungan dana,
17
Analisis
Pada jurnal ini dikemukakan bahwa fenomena pembangunan ekonomi yang
sentralistik telah menyebabkan disparitas ekonomi antara perkotaan dengan pedesaan.
Agropolitan merupakan suatu program yang bertujuan untuk mengurangi perbedaan antara
perkotaan dan pedesaan. Peneliti juga menyampaikan bahwa program agripolitan sangatlah
berpengaruh dalam hal pembangunan desa dan masyarakat desa apabila proses pelibatan
masyarakat dalam setiap prosesnya dapat dilakukan, mengingat dengan bentuk dan tingkat
partisipasi yang ada saat ini sudah menimbulkan perubahan kearah positif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasanya peran stakeholders berhubungan dengan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan program agropolitan, namun melihat hubungan peran stakeholders
dengan partisipasi masyarakat tidak parsial dalam satu tahapan saja.
Menurut saya, kekurangan dari jurnal ini adalah pada sub bab latar belakang, tidak
mencantumkan bagaimana keadaan dari program agropolitan yang sudah ada untuk
pembandingan. Selain itu, penjelasan mengenai pembahasan yang keseluruhan diberikan
penulis dalam bentuk deskriptif, tidak ada hasil berupa angka atau presentase pada bab
pembahasan yang dapat membuat pembaca lebih mudah memahami isi dari hasil
penelitian. Kelebihan dari jurnal ini adalah adanya runtutan sub bab – sub bab yang jelas
dan lengkap, sehingga memudahkan pembaca mengetahui keseluruhan dari proses
penelitian dan memudahkan peneliti selanjutnya yang berminat melanjutkan penelitian di
bidang tersebut.
Ringkasan
Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
pemerintah Pusat dan Daerah mendorong penyelenggaraan otonomi daerah yang
dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
kepada Daerah. Diperlukan pendekatan sistem perncanaan pembangunan untuk
melaksanakan otonomi daerah ini, pendekatan bawah-atas (bottom-up) bermaksud untuk
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan, untuk
mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki, ini bisa kita jumpai pada
pelaksanaan musrembangdes. Musrenbangdes memberi kesempatan luas bagi masyarakat
desa untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dan membahas permasalahan
yang dihadapi dan alternatif pemecahannya di tingkat desa untuk dibawa ditingkat
Musrenbang kecamatan dan selanjutnya dibawa ke Musrenbang kabupaten maupun
provinsi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei
menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama dalam menggali data. Kemudian Peneliti
menggunakan metode kuantitatif deskriptif untuk menganalisis data derajat partisipasi
masyarakat dalam Musrenbangdes.
Arnstein mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi yang
menunjukan tingkat keterlibatan masyarakat dalam sebuah program, yaitu: Manipulation
(Manipulasi), Therapy (Terapi), Informing (Menginformasikan), Consultation (Konsultasi),
Placation (Menenangkan), Partnership (Kemitraan), Delegated Power (Kekuasaan
didelegasikan), Citizen Control (Kontrol warga negara). Kemudian digolongkan lagi
menjadi tiga level derajat partisipasi yaitu non-partisipasi, tokenisme, dan citizen power.
19
Pelaksanaan Musrenbangdes di Desa Banjaran hanya sampai pada anak tangga ke lima
yaitu Penentraman, dimana pada tingkat ini masyarakat tetap didengar dan diperkenankan
berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa
usulan mereka akan dipertimbangkan oleh pemerintah. Dengan kata lain level derajat
partisipasi masyarakat masih berada di level tokenisme. Faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi keaktifan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal (terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan) dan faktor eksternal (terdiri dari komunikasi dan kepemimpinan).
Analisis
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk melihat derajat partisipasi atau kekuasaan yang
dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dalam Musrenbangdes, serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan masyarakat tersebut. Dalam
penulisannya peneliti lebih mengarahkan kearah pemahaman pembaca, dilihat dari
penulisan teori-teori dan konsep dimana lebih menerangkan apa maksud dari teori atau
konsep yang ada. Selain itu terdapat kelebihan pada jurnal ini yaitu begitu terincinya pada
sub bab hasil dan pembahasan dimana diterangkannya melalui persentase yang didapat
beserta dengan diagram-diagramnya. Peneliti juga sekaligus memberikan saran kepada
aparatur desa dimana tempat peneliti melakukan penelitian untuk meningkatkan faktor-
faktor yang memperkuat partisipasi masyarakat dalam perihal pembangunan.
Ringkasan
Tujuan program Otonomi Daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas
pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun
karakteristik daerah masing-masing. Salah satu faktor yang menentukan dalam
terlaksananya suatu pembangunan adalah faktor manusia, maka peran serta dan kerja sama
dari seluruh masyarakat yang ada sangat diperlukan sekali. Partisipasi masyarakat sangat
diharapkan dalam setiap tahapan pembangunan dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pemanfaatan dan tahap evaluasi sehingga akan dapat dilaksanakan pembangunan
daerah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo (2008:12) membagi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan ke dalam 4 tingkatan, yaitu : (a) Partisipasi dalam
perencanaan, (b) Partisipasi dalam pelaksanaan, (c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, (d)
Partisipasi dalam evaluasi. Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia
untuk melakukan suatu tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh
adanya tiga faktor utama yang mendukung, yaitu (1) kemauan; (2) kemampuan; dan (3)
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, Dorodjatin (dalam Slamet, 2003:18)
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Untuk memilih
informan dilakukan dengan cara teknik purposive sampling dan snow ball sampling. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan beberapa cara
atau teknik pengumpulan data yaitu interview, Observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan analisis data model interaktif, yaitu: (a) reduksi data; (b) penyajian data;
(c) menarik kesimpulan/verifikasi.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kelurahan Karang Jati
belumlah optimal karena belum sepenuhnya melibatkan masyarakat setempat di dalam
21
Ringkasan
Salah satu tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah mengentaskan kemiskinan
melalui peningkatan akses masyarakat miskin terhadap perumahan dan permukiman yang
berkualitas di perkotaan memiliki wadah dalam memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan
23
mereka serta mampu mempengaruhi keputusan kebijakan publik dalam bidang perumahan
dan permukiman. Salah satu prinsip yang dilaksanakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan
adalah prinsip partisipatif. Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan
yang sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang meletakkan landasan pembangunan yang
tumbuh berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh
masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat (Sumaryadi, 2005). Melalui
program-program pembangunan partisipatif tersebut diharapkan semua elemen masyarakat
dapat secara bersama-sama berpartisipasi dengan cara mencurahkan pemikiran dan sumber
daya yang dimiliki guna memenuhi kebutuhannya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: a) Faktor internal, yaitu berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri,
yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu
berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan (Slamet,1994). b) Faktor-faktor Eksternal,
Menurut Sunarti (dalam jurnal Tata Loka, 2003), dapat dikatakan petaruh (stakeholder),
yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program.
Kurangnya artisipasi dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain: 1) Pembangunan
hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat dan tidak menguntungkan rakyat
banyak; 2) Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi
rakyat kurang memahami maksud itu; 3) Pembangunan dimaksudkan untuk
menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai
dengan pemahaman mereka; 4) Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi
sejak semula rakyat tidak diikutsertakan. (Kartasasmita, 1997)
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif.
Dengan jenis data yang digunakan adalah data primer (hasil wawancara/kuesioner dan
survey) dan data sekunder (tinjauan literatur dan data yang diambil dari berbagai instansi).
Data primer dikumpulkan melalui teknik pengambilan sampel dengan metode proportional
random sampling. Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat diukur dengan skala
Likert dan cross tabulasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat diberikan dalam
bentuk sumbangan pikiran dalam bentuk usulan, saran maupun kritik. Selain itu juga ada
dalam bentuk tenaga, material dan uang. Tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori
rendah. Selain faktor kemiskinan hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat yang minim
terhadap program dan kurang optimalnya peranan stakeholder terkait dalam mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat adalah umur, status warga di kelurahan, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pemerintah daerah,
pengurus kelurahan (RT/RW), tokoh masyarakat dan fasilitator.
24
Analisis
Penelitian ini mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat khususnya
masyarakat miskin dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Solok serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Kajian penelitian
dilakukan terhadap pelaksanaan PNPM pada Tahun 2010 dalam kegiatan komponen
lingkungan saja. Sedangkan pelaksanaan komponen sosial dan ekonomi tidak dilakukan.
Pada jurnal ini juga memiliki kelebihan yaitu begitu terincinya pada sub bab hasil dan
pembahasan dimana diterangkannya melalui persentase yang didapat beserta dengan
diagram-diagramnya. Peneliti juga sekaligus memberikan saran kepada aparatur desa
dimana tempat peneliti melakukan penelitian untuk meningkatkan faktor-faktor yang
memperkuat partisipasi masyarakat dalam perihal pembangunan.
atmandiri_pedesaan_(PNPNMP)_di_desa_Talang_Leak_I_Kecam
atan_ Bingin_Kuning_Kabupaten_Lebong.pdf
Tanggal diunduh : 26 Vovember 2015
Rangkuman
Konsep pembangunan di era otonomi daerah saat ini hendaknya memberikan ruang
dan waktu bagi masyarakat untuk melibatkan dirinya dari setiap proses pembangunan itu
sendiri. Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang sesuai
dengan hakikat otonomi daerah yang meletakan landasan pembangunan yang tumbuh
berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat
dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat (Sumaryadi, 2005). PNPM-MP merupakan
salah satu program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan
akses masyarakat miskin terhadap pemenuhan hajat hidupnya yang berkualitas dan dapat
menjadi forum untuk memperjuangkan aspirasi serta kebutuhan mereka untuk dapat
mempengaruhi keputusan yang selama ini terpusat. Sedangkan salah satu prinsip yang
mendasar di dalam pelaksanaan PNPM-MP tersebut adalah prinsip partisipatif.
Menurut Uodji dalam Solichin Abdul Wahab (1991), pelaksanaan kebijakan adalah
sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang
tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Untuk
menentukan informan peneliti menggunakan metode puspose sampling. Untuk menganalisa
berbagai fenomena di lapangan, langkah-langkah yang dilakukan adalah Pengumpulan
informasi melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi; Reduksi data;
Penyajian data; dan kemudian menarik kesimpulan yang dilakukan secara cermat dengan
melakukan verifiksi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, sehingga data-
data yang ada teruji validitasnya (Sugiono: 2005).
Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat
partisipasi masyarakat desa tersebut telah cukup memadai dalam rangka pelaksanaan
proyek PNPM-MP di desa mereka. Dari lima jenis partisipasi yang dikaji, ternyata bentuk
partisipasi tenaga memiliki sumbangan yang sangat signifikan dalam pengerjaan proyek
PNPM-MP. Selain itu, Kepala Desa beserta aparatnya cukup aktif dan berhasil
menjalankan fungsi dan perannya dalam mendorong dan mengarahkan partisipasi
masyarakanya sehingga cukup berhasil dalam menyelesaikan salah satu proyek PNPM-MP
tersebut, sebagaimana diharapkan oleh masyarakat desanya.
26
Analisis
Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat satu pandangan akan “bagaimana
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan (PNPM-MP) di Desa Talang Leak I Kecamatan Bingin Kuning
Kabupaten Lebong. Untuk itu dilihatlah bagaimana tingkat partisipasi dan jenis partisipasi
masyarkat dalam program ini. Namun, karena bentuk programyang dilaksanakan adalah
perihal infrastruktur, sudah jelas biasanya partisipasi yang diberikan masyarakat adalah
tenaga.
Menurut saya, kekurangan dari jurnal ini adalah pada sub bab latar belakang, tidak
mencantumkan bagaimana keadaan dari PNPM-MP yang sudah ada untuk pembandingan.
Selain itu, penjelasan mengenai pembahasan yang keseluruhan diberikan penulis dalam
bentuk deskriptif, tidak ada hasil berupa angka atau presentase pada bab pembahasan yang
dapat membuat pembaca lebih mudah memahami isi dari hasil penelitian. Kelebihan dari
jurnal ini adalah adanya runtutan sub bab – sub bab yang jelas dan lengkap, kemudian
peneliti juga menambahkan saran dan langkah kebijakan yang mendukung untuk
memperlancar kegiatan PNPM-MP.
Ringkasan
Analisis
Fokus penelitian pada jurnal ini adalah (1) Upaya Kepala Desa Untuk
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, (2) Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, (3) Kendala-kendala yang dihadapi Kepala Desa
Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan pendidikan yang dimiliki oleh
suatu masyarakat akan mempengaruhi tingkat partisipasi mereka dalam pembangunan desa.
Pada jurnal ini kurang dibahasnya bentuk dari partisipasi masyarakat, cenderung
menunjukkan bahwa kehadiran masyarakat ataupun perwakilan dari masyarakat sudah bisa
dikatakan masyarakat. Hal ini wajar karena kurangnya landasan teori mengenai partisipasi
masyarakat pada jurnal ini.
Gambar 11. Kerangka Berfikir Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan
Bareng Kabupaten Jombang)
29
Definisi Desa
Desa merupakan satuan pemerintah terkecil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan administrasi pemerintahannya
kearah yang lebih memadai kepada masyarakat desa. Menurut Zakaria dalam Wahjudin
Sumpeno (2011) menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama
atau suatu wilayah, yang memiliki suatu organisasi pemerintahan dengan serangkaian
peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta berada dibawah pimpinan desa yang
dipilih dan ditetapkan sendiri.
1. Desa tradisional: adalah desa yang terdapat pada daerah terpencil dan terasing.
Seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara
pemeliharaan kesehatan, dan dan memasak tergantung pada pemberian alam sekitar.
Dengan kata lain, desa ini keseluruhan hidupnya menggantungkan pada alam
sekitarnya.
2. Desa swadaya: adalah desa di mana sebagian besar masyarakat memenuhi
keburuhan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang
berhubungan dengan masyarakat luar sehingga proses kemajuannya sangat lamban
karena kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
3. Desa Swakarya: adalah keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya.
Masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hail produksi ke daerah lain, selain
untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Interaksi dengan masyarakat luar sudah mulai
tampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.
4. Desa swasembada: adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi
yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai oleh kemampuan masyarakatnya
untuk melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdagangan),
din kemampuan untuk saling memengaruhi dengan penduduk di wilayah lain. Dan
31
Pembangunan Desa
Terdapat dua setrategi dalam pembangunan menurut Stohr dan Taylor dalam
Sumodiningrat (1999), yang pertama adalah dari atas ke bawah (top-down strategy) dan
yang kedua adalah setrategi dari bawah ke atas (bottom-up strategy). Untuk top-down
strategy, pembangunan dikendalikan oleh permintaan eksternal dan tekanan inovasi, dan
bahwa pembangunan yang dilakukan dari sebagian sektor atau wilayah akan secara spontan
mengucurkan hasilnya ke bawah atau ke sistem-sistem lainnya (trickle down effect).
Sedangkan botoom-up strategy memandang bahwa proses pembangunan harus terutama
didasarkan pada mobilisasi sumber daya manusia, alam dan kelembagaan, dengan tujuan
memenuhi kebutuhan dasar penduduk di wilayah yang bersangkutan. Lebih luas lagi,
strategi pembangunan dari bawah berorientasi pada kebutuhan dasar, padat tenaga kerja,
industri kecil, sumberdaya alam daerah, desa dan cenderung untuk menggunakan teknologi
tepat guna.
desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya alam (SDA) mereka melalui
peningkatan kualitas hidup, ketrampilan dan prakarsa masyarakat. Pembangunan
desa/kelurahan mempunyai makna membangun masyarakat pedesaan dengan
mengutamakan pada aspek kebutuhan masyarakat.
Dana Desa
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota yang dalam
pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut sebagai Alokasi
Dana Desa (ADD). Pengelolaan ADD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 20, adalah
Pengelolaan ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa yakni
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan desa.
Keterangan :
34
Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi selalu dikaitkan atau bersinonim dengan peran serta, maka
dapat dikatakan kalau partisipasi itu tidak berdasarkan keterlibatan secara fisik dalam
pekerjaannya tetapi menyangkut keterlibatan diri seseorang sehingga akan menimbulkan
tanggung jawab dan sumbangan yang besar (Darmawi, 2014). Partisipasi anggota
masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan
dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan yang
dikerjakan oleh masyarakat sekitar (Adisasmita 2006). Cohen dan Uphoff (1977) dalam
Ndraha (1982) menyatakan bahwa belum ada definisi yang memuaskan mengenai istilah
partisipasi. Oleh karena itu mereka membatasinya pada “development participation” atau
partisipasi di bidang pembangunan, ini berarti partisipasi (aktif) masyarakat di bidang
pembangunan desa.
Cohen dan Uphoff (1977) dalam Girsang (2011) membagi partisipasi kedalam
beberapa tahapan, sebagai berikut:
(1) Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat
dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan
kegiatan.
(2) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti
dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata dalam partisipasi pada tahap
ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran,
bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program.
(3) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan
melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat
program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.
(4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan
program selanjutnya.
Pengukuran partisipasi masyarakat dilihat dari derajat wewenangnya dalam
pengambilan keputusan dan digolongkan menjadi tingkatan non partisipasi, tokenisme dan
citizen power oleh Arnestein (1969).
Pelaksanaan pembangunan yang meliputi segala aspek kehidipan baru akan berhasil
apabila merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat. Hal ini secara
tegas dikemukakan oleh Tjokroamidjodjo (1974) dalam Supriyadi (2010), “disatu pihak
partisipasi penting bagi pembangunan dan bahkan menjadi salah satu tujuan pembangunan
itu sendiri”.
36
a. Faktor internal
Menurut Slamet (2003) dalam Deviyanti (2013), untuk faktor-faktor internal
adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan
kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau
ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan
dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan
tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi
anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan
akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Sedangkan,
37
b. Faktor-faktor Eksternal
Menurut Sunarti dalam Deviyanti (2013), faktor-faktor eksternal ini dapat
dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu Dalam hal ini stakeholder yang mempunyai
kepentingan dalam program ini adalah pemerintah daerah, pengurus desa/kelurahan
(RT/RW), tokoh masyarakat/adat dan konsultan/fasilitator. Petaruh kunci adalah siapa
yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting
guna kesuksesan program.
Berikut akan dilampirkan tabel ringkasan dan pembahasan dari semua pustaka yang
menjadi rujukan dari topik dalam tulisan ini.
38
SIMPULAN
Untuk lebih jelas bagaimana konsep-konsep diatas dapat berhubungan satu sama
yang lainnya dan merupakan variabel yang saling mempengaruhi, dapat dilihat pada gambar
yang berada dibawah ini yang merupakan hasil simpulan beberapa pustaka yang
menggambarkan topik dari tulisan ini.
45
Mekanisme
penyaluran dan (Y1): Infrastruktur
pencairan ADD
(Y): Implementasi
Program Dana (Y): Pembangunan Desa
Penggunaan ADD
Pembangunan
Desa/Kelurahan (Y2): Pemberdayaan
Pengawasan ADD Masyarakat
Pertanggung-
jawaban ADD
(X1): Faktor
Internal Keterlibatan dalam
Perencanaan
(X2): Faktor
Eksternal Keterlibatan dalam
pelaksanaan
(X3): Peran (X): Partisipasi Mayarakat
Stakeholders Keterlibatan dalam
Penerimaan dan
(X4): Upaya yang Memanfaatkan Hasil
Dilakukan
Pemimpin Keterlibatan dalam
Pengawasan dan
(X5): Faktor Penilaian
Pendukung (Y1): Bentuk (Y2): Tingkat
Partisipasi Partisipasi
(X6): Faktor
Penghambat Gambar 13. Simpulan Pustaka
46
Keterangan : : Mempengaruhi
Gambar 14. Kerangka berfikir baru
48
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siak, Riau pada tanggal 3 Maret 1995, dari pasangan Khaidir J
dan Masrani. Merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan formal di TK. Bina Kasih Kecamatan Siak Sri Indrapura pada tahun 1999-2000,
SDN OO2 Siak pada tahun 2000-2006, SMPN 1 Siak pada tahun 2006-2009 dan SMAN 1
Siak pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB), Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, melalui jalur BUD.
Hingga saat ini, penulis adalah mahasiswa Mayor Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat dan Minor Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Selama
penulis menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam beberapa
organisasi kemahasiswaan seperti MAX!! (Music Agricurtural X-Pression), sebagai anggota
pada bidang musik; Forsia, sebagai anggota pada divisi syiar; Simpul Mati, sebagai
anggota. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan diantaranya ACRA 2013 dan
2014; Espent 2014; Index 2015. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan perlombaan music
dan menang pada 2013. Penulis merupakan salah seorang penerima beasiswa utusan daerah
dengan penyandang dana adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Siak.