Anda di halaman 1dari 60

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM


PEMBANGUNAN DESA
(Kasus: Program Alokasi Dana Desa)

YUDHIANSYAH EKA SAPUTRA


I34120165

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA (Kasus: Program
Alokasi Dana Desa)” benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung
bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak kecuali sebagai bahan rujukan
yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan saya bersedia mempertanggunjawabkan pernyataan ini

Bogor, Desember 2015

Yudhiansyah Eka Saputra


NIM I34120165
iii

ABSTRAK

YUDHIANSYAH EKA SAPUTRA. Partisipasi Masyarakat Dalam Program


Pembangunan Desa (Kasus: Program Alokasi Dana Desa). Di bawah bimbingan
MAHMUDI SIWI
Pembangunan yang sentralistik telah menyebabkan disparitas antara perkotaan dengan
pedesaan, yang kemudian membuat perbedaan yang signifikan antara perkotaan dan
pedesaan dari berbagai sudut pandang. Salah satu strategi pemerintah untuk membantu agar
mengurangi disparitas dan menjadikan desa lebih mandiri dan otonom adalah dengan
memberikan Alokasi Dana Desa (ADD) yang kemudian melibatkan seluruh anggota
masyarakat dalam setiap tahap kegiatan yang dihasilkan dari kebijakan ini. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi; (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam program pembangunan desa melalui ADD, (2) Pengaruh
partisipasi terhadap keberhasilan program pembangunan desa melalui ADD. Penulisan
menggunakan metode analisis data sekunder dari pustaka berupa buku teks, skripsi, tesis,
disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan tema yang diangkat dalam
studi pustaka ini yang kemudian dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis sehingga
menciptakan kerangka penelitian yang baru. Simpulan dari studi Pustaka ini adalah
partisipasi masyarakat dalam program pembangunan desa dipengaruhi oleh faktor internal
yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan faktor eksternal yang merupakan keadaan
lingkungan masyarakat.
Kata Kunci: Alokasi Dana Desa, Partisipasi Masyarakat, Pembangunan.

YUDHIANSYAH EKA SAPUTRA. Public Participation In Rural Development Program


(Case: Village Fund Allocation Program). Supervised by MAHMUDI SIWI
Centralized economic development has led to economic disparities between urban and
rural, and then makes a significant difference between urban and rural areas from various
viewpoints. One of the government's strategy to help to reduce disparities and to make the
village more independent and autonomous by giving the Village Fund Allocation (ADD)
which then involves all members of the community in every phase of the activities resulting
from this policy. The purpose of this paper is to identify; (1) Factors affecting community
participation in rural development programs via the ADD, (2) Effect of participation to the
success of development programs at the village level. Writing using the secondary data
analysis of the literature in the form of textbooks, thesis, dissertations and scientific
journals that have relevance to the themes raised in this literature study are then studied,
summarized and made the analysis synthesis, creating a new research framework. The
conclusions of the study This library is community participation in rural development
programs are affected by internal factors that come from the community itself and external
factors that are state of the society.
Keywords: Village Allocation Fund, Community Participation, Development.
iv

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM


PEMBANGUNAN DESA
(Kasus: Program Alokasi Dana Desa)

Oleh
YUDHIANSYAH EKA SAPUTRA
I34120165

LAPORAN STUDI PUSTAKA


sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakltas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Yudhiansyah Eka Saputra


Nomor Pokok : I34120165
Judul : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN DESA (Kasus: Program Alokasi Dana
Desa)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.

Disetujui oleh

Mahmudi Siwi, SP, M.si


Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.


Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan :
vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka
berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Desa (Kasus: Program
Alokasi Dana Desa)” ini dengan baik dan lancar. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan
untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si
sebagai pembimbing yang telah dan selalu memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Papa saya Khaidir J dan Mama saya
Masrani, beserta semua Kakak-kakak saya, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan
memberikan semangat untuk penulis. Terimakasih juga untuk Satya Kesumawardani yang
tak pernah lupa mengingatkan penulis setiap harinya. Tidak lupa terimakasih juga penulis
sampaikan kepada segenap teman-teman satu perjuangan di Departemen SKPM 49,
terutama teman-teman tongkrongan di kedai kopi setiap malam-malamnya yang telah
memberi semangat kepada penulis dalam proses penulisan laporan ini.

Semoga laporan Studi Pustaka ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor,17 Desember 2015

Yudhiansyah Eka Saputra


NIM I34120165
vii

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................................. 1
Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 3
Metode Penulisan ......................................................................................................... 3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA................................................................... 4
Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi
Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang) ................................ 4
Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa Terhadap Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari Kecamatan Pandih Batu
Kabupaten Pulang Pisau ............................................................................................... 6
Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan Anggaran Dana Desa .......... 8
Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Memberdayakan
Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri ................... 11
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan
(Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito,
Kabupaten Jombang) .................................................................................................... 13
Hubungan Peran Stakeholders Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program
Agropolitan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ........................ 15
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik ................ 18
Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kelurahan Karang
Jati Kecamatan Balikpapan Tengah ............................................................................. 20
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok ..................... 22
Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Di Desa Talang Leak I Kecamatan
Bingin Kuning Kabupaten Lebong............................................................................... 24
Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten
Jombang ....................................................................................................................... 26
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 29
Definisi Desa ................................................................................................................ 29
Pembangunan Desa ...................................................................................................... 30
Dana Desa .................................................................................................................... 29
Partisipasi Masyarakat .................................................................................................. 30
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ........................................ 32
SIMPULAN ................................................................................................................. 40
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................................. 40
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ............................................... 42
viii

Usulan Kerangka Pemikiran Baru ................................................................................ 42


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 44

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang) .............................................................................................................................. 6

Gambar 2. Kerangka Berfikir Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan


Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari
Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau ............................................................. 8

Gambar 3. Kerangka Berfikir Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan


Anggaran Dana Desa .......................................................................................................... 10

Gambar 4. Kerangka Berfikir Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD)


dalam Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Kediri ............................................................................................................... 13

Gambar 5. Kerangka Berfikir Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam


Menunjang Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso
Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang) ......................................................... 15

Gambar 6. Kerangka Berfikir Hubungan Peran Stakeholders Dengan Partisipasi


Masyarakat Dalam Program Agropolitan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang
Kabupaten Bogor................................................................................................................ 17

Gambar 7. Kerangka Berfikir Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan
Driyorejo Kabupaten Gresik .............................................................................................. 19

Gambar 8. Kerangka Berfikir Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam


Pembangunan Di Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah ........................ 21

Gambar 9. Kerangka Berfikir Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota
Solok................................................................................................................................... 23

Gambar 10. Kerangka Berfikir Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program


25
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Di Desa Talang
ix

Leak I Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong .......................................................

Gambar 11. Kerangka Berfikir Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan Bareng
Kabupaten Jombang) .......................................................................................................... 27

Gambar 12. Delapan Tingkatan dalam Tangga Partisipasi Masyarakat ............................. 31

Gambar 13. Simpulan Analisis Pustaka.............................................................................. 41

Gambar 14. Usulan Kerangka Pemikiran Baru .................................................................. 43

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil dan Pembahasan dari Pustaka ..................................................................... 34
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan yang sentralistik telah menyebabkan disparitas ekonomi antara
perkotaan dengan pedesaan, yang kemudian membuat perbedaan yang signifikan antara
perkotaan dan pedesaan dari berbagai sudut pandang. Maka dari itu diperlukan langkah
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi
kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efisien
dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun karakteristik daerah masing-masing.
Pemahaman akan pembangunan desa perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari
setiap kalangan, mulai dari rakyat biasa hingga segenap aparat di semua lini birokrasi. Hal
ini disebabkan karena tujuan dari pembangunan desa yang merupakan tempat dimana
sebagian besar masyarakat miskin yang ada di Indonesia berada adalah untuk memajukan,
memandirikan dan mensejahterakan masyarakat, hal ini tentu bukanlah merupakan sesuatu
yang mudah untuk dilalui tanpa proses yang sudah sangat matang dan tertata rapi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa, pada Pasal 78
dijelaskan mengenai pembangunan Desa yaitu meliputi; (1) Pembangunan Desa bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana
dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan secara berkelanjutan; (2) Pembangunan Desa meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan; (3) Pembangunan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan
guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
Salah satu strategi pemerintah untuk membantu agar desa menjadi mandiri dan
otonom dengan memberikan Alokasi Dana Desa (ADD). Penggunaan dana ADD adalah 30
persen untuk biaya operasional Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
70% untuk pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas Pemerintahan Desa (Putra
et al. 2013). Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa, Desa
mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli Desasumber pendapatan asli desa,
bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari
APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota, serta hibah dan
sumbangan yang tidak mengikat pihak ketiga. Sumber pendapatan Desa tersebut secara
keseluruhan digunakan untuk mendanaipenyelenggaraan kewenangan desa yang mencakup
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan
kemasyarakatan.1

1Dikutip dari “Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2004 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”.
2

Untuk mewujudkan pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan desa itu
sendiri, maka diperlukan partisipasi setiap bagian dari desa tersebut, yang paling penting
adalah partisipasi dari masyarakat yang merupakan bagian dari kedaulatan. Ada tiga alasan
utama pentingnya melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan pembangunan, yaitu (1) sebagai langkah awal untuk mempersiapkan masyarakat
untuk berpartisipasi dan merupakan satu cara untuk menumbuhkan rasa meimiliki dan rasa
tanggung jawab masyarakat setempat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan.
(2) Sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi, dan sikap
masyarakat setempat. (3) Masyarakat memperoleh hak untuk ‘urun rembug’ dalam
menentukan program-program pembangunan yang dilaksanakan (Lugiarti 2004).
Di Indonesia, dibandingkan dengan wilayah perkotaan, wilayah pedesaan memiliki
luas dan jumlah penduduk yang lebih banyak, yaitu sekitar 65 persen penduduk Indonesia
bermukim di pedesaan (Adisasmita 2006). Pasrtisipasi masyarakat merupakan langkah
penting dalam upaya untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan serta masalah masalah
yang dialami masyarakat itu sendiri. Adisasmita (2006) mengatakan bahwa kegiatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, permasalahan
yang dihadapi masyarakat, penyususnan program-program pembangunan yang benar-benar
dibutuhkan oleh masyarakat lokal, implementasi program pembangunan dan
pengawasannya. Pada umumnya, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan
dan pengambilan keputusan program pembangunan akan mempengaruhi tingkat
keberhasilan program tersebut (Lugiarti 2004). Salah satu faktor yang menentukan dalam
terlaksananya suatu pembangunan adalah faktor manusia, maka peran serta dan kerja sama
dari seluruh masyarakat yang ada sangat diperlukan sekali. Partisipasi masyarakat sangat
diharapkan dalam setiap tahapan pembangunan dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pemanfaatan dan tahap evaluasi sehingga akan dapat dilaksanakan pembangunan
daerah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan suatu
tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh adanya tiga faktor utama
yang mendukung, yaitu kemauan, kemampuan, kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariyani (2007), seseorang untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan ada tiga prasyarat, yaitu adanya kesadaran pada diri
yang bersangkutan tentang adanya kesempatan, dan adanya kemauan (sikap positif
terhadap sasaran partisipasi) serta didukung oleh kemampuan (inisiatif untuk bertindak
dengan komitmen). Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka partisipasi masyarakat dalam
program pemberdayaan ,menarik untuk dikaji untuk melihat bagaimana peranan
partisipasi masyarakat dalam mendukung berlangsungnya program yang
berhubungan dengan pembangunan di desa.
3

Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi; (1) Faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program pembangunan desa melalui ADD, (2)
Pengaruh partisipasi terhadap keberhasilan program pembangunan desa melalui ADD.

Metode Penelitian
Penulisan studi pustaka ini menggunakan metode analisis data sekunder. Bahan
penulisan/pustaka yang digunakan untuk menulis studi ustaka ini adalah berupa buku teks,
skripsi, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan tema yang
diangkat dalam studi pustaka ini. Dari bahan pustaka yang telah terkumpul kemudian
dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis. Setelah melalui penulusuran literature ini
diharapkan dapat memberikan pertanyaan baru terkait penelitian serupa sehingga
menciptakan kerangka penelitian yang baru.
4

RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA

1. Judul : Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat


Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang)
Tahun : 2013
Jenis Pustaka : Jurnal Administrasi Publik (JAP)
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Chandra Kusuma Putra, Ratih Nur Pratiwi, Suwondo
Nama Jurnal : Jurnal Sosiologi Pedesaan
Volume (edisi) :
Vol. 1, No. 6. Hal. 1203-1212
halaman
Alamat URL : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article
/viewFile/193/173
Tanggal diunduh : 9 November 2015

Ringkasan
Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan pelaksanaan Pembangunan
Nasional agar laju pembangunan daerah serta laju pembangunan desa dan kota semakin
seimbang dan serasi. Pembangunan desa mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis karena di dalamnya terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya serta menyentuh secara langsung kepentingan sebagian besar masyarakat yang
bermukim di perdesaan dalam rangka upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini
didukung oleh pemerintah dengan memberikan dukungan keuangan kepada desa yang salah
satunya adalah berasal dari dana Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah minimal 10 persen diperuntukkan bagi desa yang disebut Alokasi Dana
Desa (ADD).2 Menurut Sumaryadi (2005) tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya
adalah membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat
yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan kelompok-kelompok
masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode analisis oleh Milles dan Huberman dalam Sugiono

2
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
5

(2009) yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Fokus dalam
penelitian ini adalah: pertama, pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
pemberdayaan masyarakat desa, yang terdiri dari: a) Perencanaan ADD; b) Penganggaran
ADD; c) Mekanisme penyaluran dan pencairan ADD. d) Penggunaan ADD; e) Pengawasan
ADD; f) Pertanggung jawaban ADD. Kedua, faktor pendukung dan penghambat
pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam pemberdayaan masyarakat desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari dana ADD untuk pemberdayaan
masyarakat digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD sehingga
penggunaan ADD tidak sesuai dengan peruntukannya. Dalam perencanaan ADD tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan musyawarah desa cukup tinggi namun masih
monoton dalam upaya pembangunan infrastruktur, bukan pemberdayaan. Dalam
penganggaran terjadi tumpang tindih alokasi dana antara operasional dan pemberdayaan
masyarakat. Mekanisme pencairan dan penyaluran ADD sudah sudah sesuai dengan
peraturan yang ada. Pengawasan dalam pelaksanaan program ADD masih jauh dari kata
optimal karena hanya dilaksanakan 3 kali dalam setahun. Pertanggung jawaban secara
administratif sudah dilakukan secara tepat, namun pertanggungjawaban secara langsung
kepada masyarakat belum terjadi karena keterbukaan oleh pemerintah desa sebagai
pengelola ADD kepada masyarakat dalam bentuk informasi penggunaan dana ADD sangat
rendah. Faktor pendukung dalam pengelolaan ADD adalah: 1) tingginya partisipasi
masyarakat; 2) budaya gotong-royong masyarakat; 3) pengawasan secara fungsional dari
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan. Faktor penghambatnya yaitu: 1)
rendahnya sumber daya manusia (SDM) baik perangkat desa maupun penduduk; 2)
rendahnya pengawasan dari masyarakat.
Analisis
Penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk menggambarkan dan menganalisis
Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam pemberdayaan masyarakat desa serta faktor-faktor
pendorong dan penghambat apa saja yang mempengaruhi pengelolaan Alokasi Dana Desa
dalam pemberdayaan masyarakat desa di Desa Wonojero Kecamatan Singo-sari Kabupaten
Malang.
Menurut saya, kekurangan dari jurnal ini adalah penjelasan mengenai pembahasan
yang keseluruhan diberikan penulis dalam bentuk deskriptif, tidak ada hasil berupa angka
atau presentase pada bab pembahasan yang dapat membuat pembaca lebih mudah
memahami isi dari hasil penelitian. Kelebihan dari jurnal ini adalah adanya runtutan sub
bab-sub bab yang jelas dan lengkap, sehingga memudahkan pembaca mengetahui
keseluruhan dari proses penelitian dan memudahkan peneliti selanjutnya yang berminat
melanjutkan penelitian di bidang tersebut.
6

(X1): Faktor Pendukung Dan Penghambat


Pengelolaan Alokasi Dana Desa
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat
2. Budaya Gotong Royong
3. Tingkat Pengawasan
4. Tingkat SDM

(X2): Pengelolaan Alokasi Dana Desa


(ADD) :
1. Perencanaan ADD
2. Penganggaran ADD.
3. Mekanisme penyaluran dan pencairan
ADD
4. Penggunaan ADD.
5. Pengawasan ADD.
6. Pertanggungjawaban ADD.

(Y): Pemberdayaan Masyarakat


1. Tingkat Keaktifan

Gambar 1. Kerangka Berfikir Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan


Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang)

2. Judul : Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa


Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di
Pangkoh Sari Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau
Tahun : 2010
Jenis Pustaka : Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Supriyadi
Nama Jurnal : Jurnal Manajemen dan Akuntansi
Volume (edisi) : Volume 11 Nomor 2. Hal. 152-165
halaman
Alamat URL : http://jurnalstiei-kayutangi.ac.id/downlot.php?file=9.PENGARU
7

H%20IMPLEMENTASI%20PROGRAM%20DANA%20PEMB
ANGUNAN%20DESA%20TERHADAP%20PARTISIPASI%20
MASYARAKAT%20DALAM%20PEM BANGUNAN.pdf
Tanggal diunduh : 9 November 2015

Ringkasan

Implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang sangat penting bahkan jauh lebih
penting dari pada pembuatan kebijakan, hal ini karena kebijakan-kebijakan akan sekedar
menjadi impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi apabila tidak diimplementasikan.
Salah satu kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan di wilayah pedesaan adalah
Program Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K). Di sisi lain, partisipasi merupakan
hal yang penting dalam pembangunan dan bahkan menjadi salah satu tujuan dari
pembangunan itu sendiri, dalam artian lain bahwa partisipasi masyarakat sangat diperlukan
baik dalam konteks masyarakat sebagai subyek ataupun obyek pembangunan. Partisipasi
masyarakat adalah keterlibatandan atau keikutsertaan masyarakat secara sadar dalam proses
pembangunan dalam rangka mencapai suatu kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat, Cohen dan Uphoff (dalam Prijono dkk.,
1996) terdiri dari ; 1) partisipasi dalam pembuatan keputusan, 2) partisipasi dalam
pembuatan keputusan, 3) partisipasi dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil, dan 4)
partisipasi dalam mengevaluasi. Pendapat Meter dan Horn (dalam wahab,1997) pengukur
implementasi program yang berupa kebijakan tercermin dari tujuan kebijakan, sumber-
sumber kebijakan, instansi pelaksana, komunikasi, sikap dan perilaku pelaksana, serta
lingkungan.

Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode explanatory survey,


dengan melakukan analisis terhadap masalah penelitian melalui analisis statistic untuk
menguji hipotesis. Alat pengumpulan data utama yang digunakan adalah kuesioner dengan
skala likert. Model analisi yang digunakan adalah model regresi sederhana, selanjutnya
dengan menentukan koefisien korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program dan pembangunan


desa/kelurahan berpengaruh kuat dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Kenyataan
menunjukkan belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tercermin
dari rendahnya keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan, penerimaan dan pemanfaatan,
serta pada pengawasan dan penilaian hasil pembangunan. Selain itu memberi pemahaman
bahwa program dana pembangunan desa/kelurahan belum dilaksanakan dengan baik
sehingga belum dapat memberikan kontribusi secar optimal bagi meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Selain itu juga didapat faktor lain yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu: Perilaku birokrasi pemerintah,
kepemimpinan, dan juga komunikasi partisipatoris.
8

Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh implementasi Program
Dana Pembangunan Desa/Kelurahan terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan
dan seberapa besar pengaruh implementasi Program Dana Pembangunan Desa/Kelurahan
terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Rumusan maslaha tersebut telah
terjawab dari hasil penelitian.

Menurut saya jurnal ini memiliki banyak sekali kelebihan mulai dari sangat rincinya
penulis dalam mengaitkan setiap teori yang berkaitan dengan latar belakang penelitian,
serta penjelasana dari metode penelitian yang dipakai sangatlah begitu besar. Namun tetap
memiliki keurangan seperti tidak dijelaskannya bagaimana perolehan hasil tingkat
partisipasi masyarakatnya.

(X1): Implementasi
Program Dana
Pembangunan
Desa/Kelurahan
1. Tujuan Kebijakan
2. Sumber-sumber kebijakan (Y): Partisipasi Mayarakat
3. Instansi Pelaksana dalam Pembangunan
4. Komunikasi
5. Sikap dan Perilaku 1. Keterlibatan dalam
pelaksana Perencanaan
6. Lingkungan 2. Keterlibatan dalam
pelaksanaan
(X2):Faktor yang 3. Keterlibatan dalam
Mempengaruhi Partisipasi Penerimaan dan
Memanfaatkan Hasil
1. Perilaku birokrasi 4. Keterlibatan dalam
pemerintah Pengawasan dan Penilaian
2. Kepemimpinan
3. Komunikasi
Partisipatoris.

Gambar 2. Kerangka Berfikir Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa


Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari
Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau

3. Judul : Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan Anggaran


Dana Desa
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Jurnal
9

Bentuk Pustaka : Elektronik


Nama Penulis : Syahrul Syamsi
Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Volume (edisi) : Vol. 03, No. 01 | hal. 21-28
halaman
Alamat URL : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=331265&val
=7753&title=PARTISIPASI%20MASYARAKAT%20DALAM
%20MENGONTROL%20PENGGUNAAN%20ANGGARAN %
20DANA%20DESA
Tanggal diunduh : 9 November 2015
Ringkasan

Desa sebagai bagian terkecil dari kepemerintahan mempunyai wewenang dalam


merencanakan pembangunan untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya, dan pemerintah desa yang paling dekat dan paling mengetahui segala
kebutuhan masyarakatnya. Sehingga pemerintah desa dapat mengelola segala urusan
Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), administratif dan pengelolaan
keuangan yang berdasarkan kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya. Sebagaimana yang
terkandung pada prinsip dari otonomi daerah dan Undang-undang Dasar, peraturan
pemerintah (PP) dan Surat Edaran menteri dalam Negeri bahwa partisipasi masyarakat
sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan di desa, yaitu untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam bidang pembangunan baik dari segi perencanaan,
pelaksanaan dan pengontrolan.

Penelitian disini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan fokus


penelitian pada partisipasi masyarakat dalam mengontrol penggunaan anggaran dana desa.
Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Purposive sampling dan Snowbal
sampling. Teknik pengumpulan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik : Wawancara, angket,
observasi, studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD).

Partisipasi warga adalah proses ketika warga, sebagai individu maupun kelompok
sosial dan organisasi, mengambil peran dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
(Domai, 2011). Partisipasi masyarakat Desa Wakan dalam pengelolaan anggaran dana desa
merupakan bentuk dan cara dalam mengambilan bagian untuk menjadi subjek atau pelaku
dalam pembangunan desa, dalam pembangunan yang dibiayai oleh anggaran dana desa
masyarakat dapat berpartisipasi pada tiga aspek yaitu; pada pelaksanaan perencanaan
pembangunan yang disebut dengan musrenbang, pelaksanaan program atau implementasi
program dan kontrol atau pengawasan pada prencanaan dan pelaksanaan perogram yang
dibiayai oleh anggaran dana desa. Dari ketiga aspek tersebut bentuk partisipasi masarakat
10

dapat dapat berbentuk; tenaga, pikiran, fasilitas atau peralatan dan kemampuan atau
keahlian dibidang tertentu. Hambatan partisipasi masyarakat Dalam pengelolaan anggaran
dana desa masih lemah baik dari segi pikiran, tenaga, keahlian dan waktu yang disebabkan
dengan keputusan yang tidak bijaksana, komonikasi yang tidak intraktif, kurangnya
kesadaran masyarakat, pendidikan yang rendah tidak ada teransparansi dan akuntabel
dalam pengelolaan anggaran dana desa.

Analisis

Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif ini bertujuan untuk


memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti,
yang kemudian diharapkan dapat memunculkan teori yang baru. Pada jurnal ini terdapat
beberapa kelemahan berupa masih banyaknya kesalahan dalam penulisan dan sedikitnya
pembahasan terhadap pengelolaan anggaran dana desa di desa Wakan.

(X1): Hambatan
1. Jenis keputusan
2. Bentuk komonikasi
3. Tingkat kesadaran masyarakat
4. Tingkat pendidikan
5. Tingkat transparansi dan akuntabel

(X2): Partisipasi Masyarakat


1. Keterlibatan dalam Perencanaan
2. Keterlibatan dalam pelaksanaan
3. Keterlibatan dalam Penerimaan dan
Memanfaatkan Hasil
4. Keterlibatan dalam Pengawasan dan Penilaian

(Y): Pengawasan Anggaran Dana Desa

Gambar 3. Kerangka Berfikir Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan


Anggaran Dana Desa
11

4. Judul : Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam


Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan
Grogol, Kabupaten Kediri
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Helen Florensi
Nama Jurnal : Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume (edisi) : Volume 2 Nomor 1 (Januari). Hal. 1-8
halaman
Alamat URL : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp945d6ad757fu
ll.pdf
Tanggal diunduh : 9 November 2015

Ringkasan

Program-program pemberdayaan masyarakat desa dalam perkembangannya tidak


semata-mata terbatas pada implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui
distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Pemberian bantuan langsung
berupa Alokasi Dana Desa menjadi wujud nyata kebijakan pemerintah dalam upaya
mengembangkan desa dengan mendukung perbaikan infrastruktur fisik maupun non fisik.
Kebijakan Alokasi ADD ini dikeluarkan pemerintah dalam upaya mengatasi problem-
problem di area desa, baik problem pembangunan, pemerintahan, maupun sosial
masyarakat. Adanya dukungan ini diharapkan terjadi peningkatan taraf hidup dalam
masyarakat desa, dimana semua pihak yaitu masyarakat desa turut ikut ambil bagian di
dalam pengembangan desanya, yang nantinya ADD juga dapat digunakan dalam
pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan daya masyarakat menuju suatu
kondisi masyarakat yang mandiri.

Menurut Thomas R. Dye, proses kebijakan publik meliputi beberapa hal berikut: 1)
identifikasi masalah kebijakan (identification of policy), 2) penyusunan agenda (agenda
setting), 3) perumusan kebijakan (policy formulation), 4) pengesahan kebijakan
(legitimating of policies), 5) Implementasi kebijakan (policy implementation), 6) Evaluasi
kebijakan (policy evaluation). (Dr. Widodo, Joko.2007). Dengan memanfaatkan ADD, desa
juga dapat berperan lebih aktif dalam menggerakkan pemberdayaan desa. Pemberdayaan
masyarakat tentu tidak dapat tercapai secara instan, diperlukan tahapan-tahapan yang cukup
panjang yang akhirnya masyarakat tiba pada kondisi yang disebut berdaya. Proses belajar
dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap
yang harus dilalui tersebut adalah meliputi: (-) Tahap penyadaran dan pembentukan
12

perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri. (-) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. (-) Tahap peningkatan
kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan
kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian . (Sulistiyani. 2004: hal 83)

Dalam penelitian ini, teknik penentuan informan dilakukan dengan menggunakan


teknik purposive pada key informan yang kemudian berkembang menjadi teknik snowball.
Proses analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan dan mengkombinasikan data
yang diperoleh, serta menetapkan serangkaian hubungan keterkaitan diantara data tersebut.
Dalam kebijakan public ADD sudah tentu menjalankan tahap-tahap sebagaimana
disebutkan oleh Thomas R. Dye. Dimana kebijakan ini telah diimplementasikan pada desa-
desa di Indonesia dan sudah mengalami proses evaluasi. Kemudian pelaksanaan kebijakan
Alokasi Dana Desa (ADD) ini didalamnya terdapat proses perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam pemberdayaan masyarakat.

Analisis

Hadirnya Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) yang harus dikelola secara mandiri
memberikan dampak yang positif baik bagi pemerintah desa maupun masyarakat Desa
Cerme. Selain itu, kehadiran ADD juga memberikan keleluasan dari Desa Cerme untuk
mengelola pemerintah desa, pembangunan serta sosial kemasyarakatannya secara otonom.
Pelaksanaan ADD yang didalamnya terdapar proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan ADD mengkondisikan masyarakat berada pada tahapan
pemberdayaan, dimana semua itu mengarah pada masyarakat yang mandiri pada akhirnya.

Pada jurnal ini setiap bahasan yang berkaitan dengan topik penelitian selalu
dihubungkan dengan teori yang bersangkutan. Namun penjelasan bagaimana hubungan
antara pelaksanaan ADD terhadap pemberdayaan hanya berdasar pada tahapan-tahapan
yang masyarakat ikuti pada proses pelaksanaan kebijakan public, bukan menggolongkan
seberapa jauh masyarakat itu terberdayakan.

(X1): Tahapan Kebijakan


Anggaran Dana Desa
1. identifikasi masalah kebijakan
(identification of policy)
2. penyusunan agenda (agenda (Y): Pemberdayaan
setting) Masyarakat
3. perumusan kebijakan (policy 1. Tahap penyadaran dan
formulation) pembentukan perilaku
4. pengesahan kebijakan 2. Tahap transformasi kemampuan
(legitimating of policies) 3. Tahap peningkatan kemampuan
5. Implementasi kebijakan (policy intelektual
implementation)
6. Evaluasi kebijakan (policy
evaluation).
13

Gambar 4. Kerangka Berfikir Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Kediri

5. Judul : Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang


Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan
Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang)
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Okta Rosalinda LDP
Nama Jurnal : -
Volume (edisi) : -, halaman 1-14
halaman
Alamat URL : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap
/article/viewFile/193/173
Tanggal diunduh : 9 November 2015

Ringkasan

Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pengembangan wilayah


pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus yang dicantumkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan,
yakni dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD). Pemerintah desa diyakini lebih mampu
melihat prioritas kebutuhan masyarakat dibandingkan Pemerintah Kabupaten yang secara
nyata memiliki ruang lingkup permasalahan lebih luas dan rumit. Pelaksanaan local
government memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dalam akses mendapatkan
pelayanan publik karena lebih dekat dan dianggap lebih mengetahui keadaan riil
masyarakat setempat daripada pemerintah pusat. Dengan Alokasi Dana Desa yang dititik
beratkan pada pembangunan masyarakat pedesaan, diharapkan mampu mendorong
penanganan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa secara mandiri
tanpa harus lama menunggu datangnya program-program dari pemerintah kabupaten.
14

Pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem


pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong
royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah
Indonesia.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No 66 tahun 2007,


karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan
dan partisipatif. ADD sebagai perwujudan desentralisasi bidang pengelolaan keuangan pada
desa harus memberikan dampak yang lebih baik pada pembangunan desa. Untuk membuat
kemandirian (otonomi) desa itu, dibutuhkan dua daya dukung.Pertama, desentralisasi dari
negara yang membagi kekuasaan, kewenangan, keuangan, kepercayaan dan tanggungjawab
kepada desa.Kedua, basis lokal yang tumbuh di dalam desa (swadaya, modal sosial, adat
dan pranata lokal, kapasitas, dan sumberdaya ekonomi).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara,


dokumentasi serta triangulasi. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Pengecekan keabsahan temuan atau uji validasi data menggunakan triangulasi teknik dan
sumber. Tata kelola dana ADD masih nampak belum efektif, hal ini terlihat pada
mekanisme perencanaan yang belum memperlihatkan sebagai bentuk perencanaan yang
efektif karena waktu perencanaan yang sempit, kurang berjalannya fungsi lembaga desa,
partisipasi masyarakat rendah karena dominasi kepala desa dan adanya pos-pos anggaran
dalam pemanfaatan ADD sehingga tidak ada kesesuaian dengan kebutuhan desa. Faktor
yang mendukung pelaksanaan ADD meliputi: a) Potensi Penerimaan Desa yang
mendukung; b) Adanya dukungan kebijakan pemerintah. Sedangkan factor penghambat
meliputi: a) managemen organisasi pemerintah desa yang kurang baik; b) sumber daya
manusia yang kurang; c) kurangnya sarana prasarana; dan d) kurangnya partispasi
masyarakat dalam pelaksanan ADD.

Analisis

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai objek


penelitian yaitu mengenai bagaimana seharusnya pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di
Desa dan faktor- faktor yang menjadi kendala pada pelaksanaan Alokasi Dana Desa.

Menurut saya pada jurnal ini terdapat beberapa kekurangan diantaranya yaitu
kurangnya pemaparan teori dan konsep dari para ahli yang seharusnya menjadi acuan
dalam penulisan, tidak adanya pembandingan dengan hasil penelitian terdahulu, dan , serta
pengelolaan seperti apa yang dimaksudkan. tidak dicantumkannya bagaimana gambaran
hubungan yang jelas antara pengalokasian dana dengan pembangunan desa. Kelebihannya
adalah dalam menganalisis gambaran dari peraturan perundang-undangan cukup kompleks.
15

Kemudian juga didukung dengan dalam pemaparan konsep yang ada apakah sudah sesuai
dengan maksud dari aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

(X2): Faktor Penghambat


(X1): Faktor Pendukung
1. Tingkat Manajemem
1. Tingkat Penerimaan Desa Pemerintahan Desa
2. Kebijakan Pemerintah 2. Tingkat Partisipasi
3. SDM
4. Sarana dan Prasarana

(X3): Pengelolaan Alokasi


Dana Desa
1. Tingkat Transparansi
2. Tingkat akuntabilitas
3. Tingkat partisipasi

(Y): Pembangunan Desa


1. Infrastruktur
2. Pemberdayaan Masyarakat

Gambar 5. Kerangka Berfikir Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso
Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang)

6. Judul : Hubungan Peran Stakeholders Dengan Partisipasi Masyarakat


Dalam Program Agropolitan Desa Karacak Kecamatan
Leuwiliang Kabupaten Bogor
Tahun : 2005
Jenis Pustaka : Jurnal Sosiologi Pedesaan
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Siska Oktavia dan Saharuddin
Nama Jurnal : Jurnal Sosiologi Pedesaan
Volume (edisi) : Vol. 01, No. 03 | Desember | hal. 231-246
halaman
16

Alamat URL : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/9407


/7371
Tanggal diunduh : 1 Oktober 2015

Ringkasan
Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RJPN) tahun 2005-2025, pada
point 32 yang menyebutkan bahwa agropolitan merupakan salah satu program yang akan
diusung untuk pembangunan pedesaaan terutama pedesaan yang berbasiskan pada
pertanian. Dalam pelaksanaannya program agropolitan menggaet beberapa program
unggulan untuk memperlancar dan dapat mendukung terlaksananya program agripolitan,
antara lain; Program Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Pengembangan
Budidaya, Program Pengembangan Permodalan, Program Peningkatan Fasilitas
Infrastruktur. Elemen penting dalam program agropolitan adalah keterlibatan komunitas
yang merupakan pelaku utama dalam proses pengembangan kawasan, karenanya
diperlukan partisipasi komunitas dalam setiap tahapan program. Pengukuran partisipasi
masyarakat dilihat dari derajat wewenangnya dalam pengambilan keputusan dan
digolongkan menjadi tingkatan non partisipasi, tokenisme dan citizen power oleh Arnestein
(1969).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
kepada responden yang merupakan anggota kelompok tani di Desa Karacak. Pendekatan
kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada responden dan informan untuk
mengetahui informasi lebih dalam mengenai peran stakeholders dan penyelenggaraan
program agropolitan secara keseluruhan. Klasifikasi Stake holders berdasarkan peran
stakeholders yang termasuk keep statisfied adalah Dinas Peternakan, penyuluh pertanian
dan akademisi. Stakeholders yang termasuk manage closely adalah Ketua Gapoktan, Ketua
POSKO, aparat desa, Dinas Pertanian dan BAPPEDA Kabupaten Bogor. Stakeholders yang
termasuk dalam keep informed adalah Dinas Bina Marga. Stakeholders yang termasuk
dalam monitor adalah Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan UKM,
BP3K, BP4K, LSM dan Lembaga Keuangan.
Partisipasi masyarakat secara keseluruhan program agropolitan berada pada tahap
tokenisme yang memiliki kesempatan untuk berpendapat, namun tidak memiliki wewenang
dan kekuatan untuk mengatur program agropolitan secara keseluruhan. Namun pada tahap
perencanaan dan evaluasi terdapat perbedaan yaitu sebagian besar masyarakat tidak
berpartisipasi. Sebagian besar bentuk partisipasi masyarakat adalah partisipasi dalam
memberikan pendapat dalam program walaupun terdapat masyarakat yang menyumbang
dana dan materi dengan jumlah lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya
peran stakeholders berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
program agropolitan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh yang terdiri dari dukungan dana,
17

personality serta jaringan stakeholders dan kepentingan stakeholders mampu


mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Namun jika dilihat dari setiap tahapan
program agropolitan, pada tahapan perancanaan tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam melihat hubungan peran
stakeholders dengan partisipasi masyarakat tidak parsial dalam satu tahapan saja.

Analisis
Pada jurnal ini dikemukakan bahwa fenomena pembangunan ekonomi yang
sentralistik telah menyebabkan disparitas ekonomi antara perkotaan dengan pedesaan.
Agropolitan merupakan suatu program yang bertujuan untuk mengurangi perbedaan antara
perkotaan dan pedesaan. Peneliti juga menyampaikan bahwa program agripolitan sangatlah
berpengaruh dalam hal pembangunan desa dan masyarakat desa apabila proses pelibatan
masyarakat dalam setiap prosesnya dapat dilakukan, mengingat dengan bentuk dan tingkat
partisipasi yang ada saat ini sudah menimbulkan perubahan kearah positif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasanya peran stakeholders berhubungan dengan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan program agropolitan, namun melihat hubungan peran stakeholders
dengan partisipasi masyarakat tidak parsial dalam satu tahapan saja.
Menurut saya, kekurangan dari jurnal ini adalah pada sub bab latar belakang, tidak
mencantumkan bagaimana keadaan dari program agropolitan yang sudah ada untuk
pembandingan. Selain itu, penjelasan mengenai pembahasan yang keseluruhan diberikan
penulis dalam bentuk deskriptif, tidak ada hasil berupa angka atau presentase pada bab
pembahasan yang dapat membuat pembaca lebih mudah memahami isi dari hasil
penelitian. Kelebihan dari jurnal ini adalah adanya runtutan sub bab – sub bab yang jelas
dan lengkap, sehingga memudahkan pembaca mengetahui keseluruhan dari proses
penelitian dan memudahkan peneliti selanjutnya yang berminat melanjutkan penelitian di
bidang tersebut.

(X): Peran Stakeholders (Y): Partisipasi


Masyarakat
1. Tingkat Dukungan Dana
2. Personality 1. Tingkat Partisipasi
3. Jaringan Stakeholders Masyarakat
4. Tingkat Kepentingan 2. Bentuk Partisipasi
Stakeholders Masyarakat

Gambar 6. Kerangka Berfikir Hubungan Peran Stakeholders Dengan Partisipasi


Masyarakat Dalam Program Agropolitan Desa Karacak Kecamatan
Leuwiliang Kabupaten Bogor
18

7. Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat


Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Hadi Suroso, Abdul Hakim, Irwan Noor
Nama Jurnal : Wacana
Volume (edisi) : Vol. 17, No. 1| hal. 7-15
halaman
Alamat URL : http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/viewFile/290/
249
Tanggal diunduh : 1 Oktober 2015

Ringkasan
Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
pemerintah Pusat dan Daerah mendorong penyelenggaraan otonomi daerah yang
dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
kepada Daerah. Diperlukan pendekatan sistem perncanaan pembangunan untuk
melaksanakan otonomi daerah ini, pendekatan bawah-atas (bottom-up) bermaksud untuk
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan, untuk
mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki, ini bisa kita jumpai pada
pelaksanaan musrembangdes. Musrenbangdes memberi kesempatan luas bagi masyarakat
desa untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dan membahas permasalahan
yang dihadapi dan alternatif pemecahannya di tingkat desa untuk dibawa ditingkat
Musrenbang kecamatan dan selanjutnya dibawa ke Musrenbang kabupaten maupun
provinsi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei
menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama dalam menggali data. Kemudian Peneliti
menggunakan metode kuantitatif deskriptif untuk menganalisis data derajat partisipasi
masyarakat dalam Musrenbangdes.
Arnstein mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi yang
menunjukan tingkat keterlibatan masyarakat dalam sebuah program, yaitu: Manipulation
(Manipulasi), Therapy (Terapi), Informing (Menginformasikan), Consultation (Konsultasi),
Placation (Menenangkan), Partnership (Kemitraan), Delegated Power (Kekuasaan
didelegasikan), Citizen Control (Kontrol warga negara). Kemudian digolongkan lagi
menjadi tiga level derajat partisipasi yaitu non-partisipasi, tokenisme, dan citizen power.
19

Pelaksanaan Musrenbangdes di Desa Banjaran hanya sampai pada anak tangga ke lima
yaitu Penentraman, dimana pada tingkat ini masyarakat tetap didengar dan diperkenankan
berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa
usulan mereka akan dipertimbangkan oleh pemerintah. Dengan kata lain level derajat
partisipasi masyarakat masih berada di level tokenisme. Faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi keaktifan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal (terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan) dan faktor eksternal (terdiri dari komunikasi dan kepemimpinan).
Analisis
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk melihat derajat partisipasi atau kekuasaan yang
dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dalam Musrenbangdes, serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan masyarakat tersebut. Dalam
penulisannya peneliti lebih mengarahkan kearah pemahaman pembaca, dilihat dari
penulisan teori-teori dan konsep dimana lebih menerangkan apa maksud dari teori atau
konsep yang ada. Selain itu terdapat kelebihan pada jurnal ini yaitu begitu terincinya pada
sub bab hasil dan pembahasan dimana diterangkannya melalui persentase yang didapat
beserta dengan diagram-diagramnya. Peneliti juga sekaligus memberikan saran kepada
aparatur desa dimana tempat peneliti melakukan penelitian untuk meningkatkan faktor-
faktor yang memperkuat partisipasi masyarakat dalam perihal pembangunan.

(Y): Tingkat Partisipasi


(X): Faktor yang 1. Manipulasi
Mempengaruhi Partisipasi 2. Terapi
1. Usia 3. Menginformasikan
2. Tingkat Pendidikan 4. Konsultasi
3. Jenis Pekerjaan 5. Menenangkan
4. Tingkat Komunikasi 6. Kemitraan
5. Tingkat Kepemimpinan
7. Kekuasaan didelegasikan
8. Kontrol warga negara

Gambar 7. Kerangka Berfikir Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat


Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo
Kabupaten Gresik
20

8. Judul : Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di


Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah
Tahun : 2013
Jenis Pustaka : Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Dea Deviyanti
Nama Jurnal : eJournal Administrasi Negara
Volume (edisi) : Vol. 1 no. 2 | hal. 380-394
halaman
Alamat URL : http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/
2013/05/JURNAL%20DEA%20(05-24-13-09-02-30).pdf
Tanggal diunduh : 7 Oktober 2015

Ringkasan
Tujuan program Otonomi Daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas
pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun
karakteristik daerah masing-masing. Salah satu faktor yang menentukan dalam
terlaksananya suatu pembangunan adalah faktor manusia, maka peran serta dan kerja sama
dari seluruh masyarakat yang ada sangat diperlukan sekali. Partisipasi masyarakat sangat
diharapkan dalam setiap tahapan pembangunan dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pemanfaatan dan tahap evaluasi sehingga akan dapat dilaksanakan pembangunan
daerah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo (2008:12) membagi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan ke dalam 4 tingkatan, yaitu : (a) Partisipasi dalam
perencanaan, (b) Partisipasi dalam pelaksanaan, (c) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, (d)
Partisipasi dalam evaluasi. Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia
untuk melakukan suatu tindakan, dimana perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh
adanya tiga faktor utama yang mendukung, yaitu (1) kemauan; (2) kemampuan; dan (3)
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, Dorodjatin (dalam Slamet, 2003:18)
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Untuk memilih
informan dilakukan dengan cara teknik purposive sampling dan snow ball sampling. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan beberapa cara
atau teknik pengumpulan data yaitu interview, Observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan analisis data model interaktif, yaitu: (a) reduksi data; (b) penyajian data;
(c) menarik kesimpulan/verifikasi.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Kelurahan Karang Jati
belumlah optimal karena belum sepenuhnya melibatkan masyarakat setempat di dalam
21

perencanaan tersebut. Realisasi pembangunan dilaksanakan oleh pihak pemerintah


setempat tanpa adanya swadaya dari masyarakat terutama dalam bentuk materi (dana),
masyarakat hanya memberikan swadaya dalam bentuk tenaga. Hasil pembangunan yang
ada memang sudah banyak memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat, dan
masyarakat juga ikut terlibat dalam mengawasi dan menilai hasil pembangunan tersebut.
Dalam perwujudan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kemauan
dari masyarakat itu sendiri, namun masih dihadapkan oleh berbagai hambatan baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Kendala internal yang dihadapi yaitu ketergantungan
masyarakat terhadap pihak pemerintah dan pengetahuan masyarakat yang masih terbatas
serta ketersediaan waktu yang kurang, sedangkan kendala eksternal berupa kurangnya
sosialisasi dari pihak-pihak terkait mengenai kegiatan pembangunan yang akan
dilaksanakan di lingkungan masyarakat.
Analisis
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dan juga untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-
faktor yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Pada penelitian ini penulis melihat partisipasi masyarakat dari segi bagaimana keterlibatan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan dana pa faktor yang mendukungnya.
Dalam penulisan ini peneliti menunjukkan bagaimana minimnya keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan penyampaian usulan masyarakat/penyampaian
aspirasi masyarakat. Ketua RT yang merupakan koordinator dan penanggung jawab untuk
mengumpulkan usulan masyarakat pada umumnya tidak mendiskusikan usulan tersebut
kepada masyarakat di wilayah mereka masing-masing. Pihak kelurahan hanya melibatkan
beberapa pihak yang dianggap mewakili masyarakat untuk ikut serta mendiskusikan
usulan-usulan yang telah terkumpul yang kemudian akan dipilih untuk direalisasikan
berdasarkan skala prioritas pembangunan, seperti para ketua RT, dan Tokoh Masyarakat
yang ada.
22

(Y1): Tingkatan Partisipasi


Masyarakat
1. Partisipasi dalam perencanaan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan
3. Partisipasi dalam pemanfaatan
(X): Faktor yang hasil
Mempengaruhi Partisipasi 4. Partisipasi dalam evaluasi
1. Tingkat Kemauan
2. Tingkat Kemampuan
3. Tingkat Kesempatan (Y2): Bentuk Partisipasi
1. Nyata (Memiliki wujud)
2. Tidak nyata (Abstrak)

Gambar 8. Kerangka Berfikir Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan


Di Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah

9. Judul : Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program


Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan Di Kota Solok
Tahun : 2013
Jenis Pustaka : Artikel Ilmiah
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Yoni Yulianti
Nama Jurnal : Pascasarjana Universitas Andalas
Volume (edisi) : hal. 1-23
halaman
Alamat URL : http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/ANAL
ISIS-PARTISIPASIMASYAR AKAT.pdf
Tanggal diunduh : 7 Oktober 2015

Ringkasan
Salah satu tujuan dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah mengentaskan kemiskinan
melalui peningkatan akses masyarakat miskin terhadap perumahan dan permukiman yang
berkualitas di perkotaan memiliki wadah dalam memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan
23

mereka serta mampu mempengaruhi keputusan kebijakan publik dalam bidang perumahan
dan permukiman. Salah satu prinsip yang dilaksanakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan
adalah prinsip partisipatif. Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan
yang sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang meletakkan landasan pembangunan yang
tumbuh berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh
masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat (Sumaryadi, 2005). Melalui
program-program pembangunan partisipatif tersebut diharapkan semua elemen masyarakat
dapat secara bersama-sama berpartisipasi dengan cara mencurahkan pemikiran dan sumber
daya yang dimiliki guna memenuhi kebutuhannya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: a) Faktor internal, yaitu berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri,
yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu
berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan (Slamet,1994). b) Faktor-faktor Eksternal,
Menurut Sunarti (dalam jurnal Tata Loka, 2003), dapat dikatakan petaruh (stakeholder),
yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program.
Kurangnya artisipasi dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain: 1) Pembangunan
hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat dan tidak menguntungkan rakyat
banyak; 2) Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi
rakyat kurang memahami maksud itu; 3) Pembangunan dimaksudkan untuk
menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai
dengan pemahaman mereka; 4) Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tetapi
sejak semula rakyat tidak diikutsertakan. (Kartasasmita, 1997)
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif.
Dengan jenis data yang digunakan adalah data primer (hasil wawancara/kuesioner dan
survey) dan data sekunder (tinjauan literatur dan data yang diambil dari berbagai instansi).
Data primer dikumpulkan melalui teknik pengambilan sampel dengan metode proportional
random sampling. Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat diukur dengan skala
Likert dan cross tabulasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa partisipasi masyarakat diberikan dalam
bentuk sumbangan pikiran dalam bentuk usulan, saran maupun kritik. Selain itu juga ada
dalam bentuk tenaga, material dan uang. Tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori
rendah. Selain faktor kemiskinan hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat yang minim
terhadap program dan kurang optimalnya peranan stakeholder terkait dalam mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat adalah umur, status warga di kelurahan, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pemerintah daerah,
pengurus kelurahan (RT/RW), tokoh masyarakat dan fasilitator.
24

Analisis
Penelitian ini mengkaji bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat khususnya
masyarakat miskin dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Solok serta untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat. Kajian penelitian
dilakukan terhadap pelaksanaan PNPM pada Tahun 2010 dalam kegiatan komponen
lingkungan saja. Sedangkan pelaksanaan komponen sosial dan ekonomi tidak dilakukan.
Pada jurnal ini juga memiliki kelebihan yaitu begitu terincinya pada sub bab hasil dan
pembahasan dimana diterangkannya melalui persentase yang didapat beserta dengan
diagram-diagramnya. Peneliti juga sekaligus memberikan saran kepada aparatur desa
dimana tempat peneliti melakukan penelitian untuk meningkatkan faktor-faktor yang
memperkuat partisipasi masyarakat dalam perihal pembangunan.

(X): Faktor yang


Mempengaruhi Partisipasi
1. Usia (Y): Partisipasi Masyarakat
2. Tingkat Pendidikan 1. Tingkat Partisipasi
3. Jenis Pekerjaan
2. Bentuk Partisipasi
4. Tingkat Pengetahuan
5. Status Warga
6. Jenis Kelamin

Gambar 9. Kerangka Berfikir Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program


Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok

10. Judul : Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Nasional


Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Di
Desa Talang Leak I Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong
Tahun : 2012
Jenis Pustaka : Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Edi Darmawi, S.Sos., M.Si
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik
Volume (edisi) : Vol 3 No 1 (Januari-Maret) | hal. 9-17
halaman
Alamat URL : http://unihaz.ac.id/upload/all/file/Karya_Ilmiah/partisipasimasyara
katdalam_pelaksanaan_program_nasional_pemberdayaanmasyarak
25

atmandiri_pedesaan_(PNPNMP)_di_desa_Talang_Leak_I_Kecam
atan_ Bingin_Kuning_Kabupaten_Lebong.pdf
Tanggal diunduh : 26 Vovember 2015

Rangkuman

Konsep pembangunan di era otonomi daerah saat ini hendaknya memberikan ruang
dan waktu bagi masyarakat untuk melibatkan dirinya dari setiap proses pembangunan itu
sendiri. Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang sesuai
dengan hakikat otonomi daerah yang meletakan landasan pembangunan yang tumbuh
berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat
dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat (Sumaryadi, 2005). PNPM-MP merupakan
salah satu program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan
akses masyarakat miskin terhadap pemenuhan hajat hidupnya yang berkualitas dan dapat
menjadi forum untuk memperjuangkan aspirasi serta kebutuhan mereka untuk dapat
mempengaruhi keputusan yang selama ini terpusat. Sedangkan salah satu prinsip yang
mendasar di dalam pelaksanaan PNPM-MP tersebut adalah prinsip partisipatif.

Menurut Uodji dalam Solichin Abdul Wahab (1991), pelaksanaan kebijakan adalah
sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang
tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Untuk
menentukan informan peneliti menggunakan metode puspose sampling. Untuk menganalisa
berbagai fenomena di lapangan, langkah-langkah yang dilakukan adalah Pengumpulan
informasi melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi; Reduksi data;
Penyajian data; dan kemudian menarik kesimpulan yang dilakukan secara cermat dengan
melakukan verifiksi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, sehingga data-
data yang ada teruji validitasnya (Sugiono: 2005).

Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat
partisipasi masyarakat desa tersebut telah cukup memadai dalam rangka pelaksanaan
proyek PNPM-MP di desa mereka. Dari lima jenis partisipasi yang dikaji, ternyata bentuk
partisipasi tenaga memiliki sumbangan yang sangat signifikan dalam pengerjaan proyek
PNPM-MP. Selain itu, Kepala Desa beserta aparatnya cukup aktif dan berhasil
menjalankan fungsi dan perannya dalam mendorong dan mengarahkan partisipasi
masyarakanya sehingga cukup berhasil dalam menyelesaikan salah satu proyek PNPM-MP
tersebut, sebagaimana diharapkan oleh masyarakat desanya.
26

Analisis

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat satu pandangan akan “bagaimana
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan (PNPM-MP) di Desa Talang Leak I Kecamatan Bingin Kuning
Kabupaten Lebong. Untuk itu dilihatlah bagaimana tingkat partisipasi dan jenis partisipasi
masyarkat dalam program ini. Namun, karena bentuk programyang dilaksanakan adalah
perihal infrastruktur, sudah jelas biasanya partisipasi yang diberikan masyarakat adalah
tenaga.

Menurut saya, kekurangan dari jurnal ini adalah pada sub bab latar belakang, tidak
mencantumkan bagaimana keadaan dari PNPM-MP yang sudah ada untuk pembandingan.
Selain itu, penjelasan mengenai pembahasan yang keseluruhan diberikan penulis dalam
bentuk deskriptif, tidak ada hasil berupa angka atau presentase pada bab pembahasan yang
dapat membuat pembaca lebih mudah memahami isi dari hasil penelitian. Kelebihan dari
jurnal ini adalah adanya runtutan sub bab – sub bab yang jelas dan lengkap, kemudian
peneliti juga menambahkan saran dan langkah kebijakan yang mendukung untuk
memperlancar kegiatan PNPM-MP.

(Y): Jenis Partisipasi


(X): Faktor yang
Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
1. Partisipasi Pikiran
1. Jenis Keahlian
2. Partisipasi Tenaga
2. Jenis Pekerjaan
3. Tingkat Penghasilan 3. Partisipasi Keahlian
4. Bentuk kepemimpinan 4. Partisipasi Barang
5. Partisipasi Uang

Gambar 10. Kerangka Berfikir Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program


Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Di Desa
Talang Leak I Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong

11. Judul : Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng
Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang)
Tahun : 2014
Jenis Pustaka : Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis : Tifani Ardilah, Mochamad Makmur, Imam Hanafi
27

Nama Jurnal : Jurnal Administrasi Publik (JAP)


Volume (edisi) : Vol. 2, No. 1(Desermber), Hal. 71-77
halaman
Alamat URL : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/
article/view/345/200
Tanggal diunduh : 26 November 2015

Ringkasan

Di era globalisasi ini fenomena pembangunan dihadapkan pada permasalahan yang


semakin hari bertambah kompleks, maka untuk mewujudkan konsep masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila Undang-Undang Dasar 1945 bukanlah suatu hal yang
mudah dalam pelaksanaannya. Pembangunan desa sebagai bagian dari pembangunan
nasional merupakan ujung tombak dari pembangunan nasional yang strategis. Suksesnya
pembangunan desa akan berimbas pada keberhasilan pembangunan nasional secara
keseluruhan. Menurut Tjokroamidjojo (1995) ”Di satu pihak partisipasi penting bagi
pembangunan, dan bahkan menjadi salah satu tujuan pembangunan itu sendiri. Yakni
terlibatnya, tergeraknya seluruh masyarakat dalam suatu proses pembangunan berencana
sesuai dengan arah dan strategi yang telah ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi
dalam sistem politik. Di lain pihak proses pembangunan itu sendiri diharapkan akan
menimbulkan perluasan partisipasi”. Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan
pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,
serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan
kemampuan dan potensi sumber daya alam (SDA) mereka melalui peningkatan kualitas
hidup, ketrampilan dan prakarsa masyarakat (Adisasmita, 2006).

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.


Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan analisis
interaktif, dalam Miles dan Huberman (1994) terdapat 4 tahap yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan upaya kepala desa yaitu memberikan motovasi, melaksanakan koordinasi dan
komunikasi, dan melaksanakan tugas pengawasan berpengaruh dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, memelihara hasil-hasil pembangunan dan evaluasi. Sedangkan kendala yang
dialami kepala desa untuk meningkatkan partisipasi dalam pembangunan meliputi: kendala
internal (yaitu intensitas komunikasi dan gaya kepemimpinan) dan kendala eksternal (yaitu
kecenderungan masyarakat untuk menunggu bantuan, tingkat pendidikan dan tingkat
pendapatan).
28

Analisis

Fokus penelitian pada jurnal ini adalah (1) Upaya Kepala Desa Untuk
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, (2) Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, (3) Kendala-kendala yang dihadapi Kepala Desa
Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan pendidikan yang dimiliki oleh
suatu masyarakat akan mempengaruhi tingkat partisipasi mereka dalam pembangunan desa.
Pada jurnal ini kurang dibahasnya bentuk dari partisipasi masyarakat, cenderung
menunjukkan bahwa kehadiran masyarakat ataupun perwakilan dari masyarakat sudah bisa
dikatakan masyarakat. Hal ini wajar karena kurangnya landasan teori mengenai partisipasi
masyarakat pada jurnal ini.

(X1): Faktor yang


Mempengaruhi Partisipasi
(Y): Partisipasi Masyarakat
1. Tingkat Pendapatan
2. Tingkat Pendidikan 1. Tahap perencanaan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap pengawasan
(X2): Upaya yang
4. Tahap memelihara hasil-
Dilakukan Pemimpin
hasil pembangunan
1. Memotovasi 5. Tahap evaluasi
2. Melaksanakan koordinasi
dan komunikasi
3. Melaksanakan tugas
pengawasan

Gambar 11. Kerangka Berfikir Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan
Bareng Kabupaten Jombang)
29

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN

Definisi Desa
Desa merupakan satuan pemerintah terkecil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan administrasi pemerintahannya
kearah yang lebih memadai kepada masyarakat desa. Menurut Zakaria dalam Wahjudin
Sumpeno (2011) menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama
atau suatu wilayah, yang memiliki suatu organisasi pemerintahan dengan serangkaian
peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta berada dibawah pimpinan desa yang
dipilih dan ditetapkan sendiri.

Desa sendiri telah memiliki defenisi sendir menurut perkembangan peratutan


perundangan di Indonesia, antara lain:

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1979, desa ialah suatu wilayah yang


ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurut UU
Nomor 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Ini berarti desa
merupakan suatu pemerintahan yang mandiri yang berada di dalam sub sistem
Pemerintahan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melihat defenisi desa menurut UU Nomor 32 Tahun 2004, desa adalah


kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya dalam PP Nomor
72 Tahun 2005 Tentang Desa, bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Defenisi desa menurut UU Nomor 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan


masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
30

Semenjak diberlakukannya otonomi daerah, penggunaan istilah desa dapat


menggunakan istilah lain sesuai dengan nama lain sesuai karakteristik adat istiadat
setempat, begitu juga dengan segala istilah dan institusi di desa tersebut. Hal ini merupakan
salah satu pengakuan dan penghormatan dari Pemerintah terhadap asal usul dan adat
istiadat setempat. Contohnya adalah istilah desa di Sumatera Barat disebut dengan istilah
nagari, di Aceh dengan istilah gampong, di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur
disebut dengan istilah kampung. Menurut data yang dikutip dari BPS (2013), di Indonesia
terdapat ribuan desa yang letaknya menyebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia,
lebih tepatnya 80.714 desa yang berada menyebar di seluruh Indonesia.
Secara Umum, kondisi desa di Indonesia memiliki ciri-ciri yang relatif sama, yaitu:
desa dan masyarakat memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan alam; iklim dan
cuaca mempunyai pengaruh besar terhadap petani sehingga warga desa banyak tergantung
pada peruhahan musim; keluarga desa merupakan unit sosial dan unit kerja; Jumlah
penduduk dan luas wilayah desa tidak begitu besar; kegiatan ekonomi mayoritas agraris;
masyarakat desa merupakan suatu paguyuban; proses sosial di desa umumnya berjalan
lambat; warga desa pada umumnva berpendidikan rendah. Desa mempunyal tiga unsur
penting, yaltu: daerah. meliputi lokasi, luas, dan batas wilayah serta penggunaannya
penduduk. berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas penduduk, meliputi jumlah,
pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian; tata kehidupan. dalam hal ini
pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan sesama warga desa, biasanya hubungan
antaranggota masyarakat masih sangat erat.

Jenis-jenis desa menurut perkembangan masyarakatnya, yaitu:

1. Desa tradisional: adalah desa yang terdapat pada daerah terpencil dan terasing.
Seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara
pemeliharaan kesehatan, dan dan memasak tergantung pada pemberian alam sekitar.
Dengan kata lain, desa ini keseluruhan hidupnya menggantungkan pada alam
sekitarnya.
2. Desa swadaya: adalah desa di mana sebagian besar masyarakat memenuhi
keburuhan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang
berhubungan dengan masyarakat luar sehingga proses kemajuannya sangat lamban
karena kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
3. Desa Swakarya: adalah keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya.
Masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hail produksi ke daerah lain, selain
untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Interaksi dengan masyarakat luar sudah mulai
tampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.
4. Desa swasembada: adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi
yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai oleh kemampuan masyarakatnya
untuk melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdagangan),
din kemampuan untuk saling memengaruhi dengan penduduk di wilayah lain. Dan
31

hasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap teknologi baru untuk


memanfaatkan sumber dayanya sehingga proses pembangunan berjalan dengan
baik.

Pembangunan Desa

Tujuan program Otonomi Daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan


pembangunan daerah. Mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas
pelayanan publik agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan potensi maupun
karakteristik daerah masing-masing. Desa yang merupakan satuan pemerintah terkecil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu dibina dan ditingkatkan pelayanan
administrasi pemerintahannya kearah yang lebih memadai kepada masyarakat desa.
Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mutlak menjadi titik perhatian pemerintah,
karena dengan berhasilnya pembangunan desa berarti sebagian besar penduduk Indonesia
turut ditingkatkan kesejahteraannya.

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus,


pembangunan juga dilaksanakan secara bertahap dan berencana yang berorientasi pada
suatu pertumbuhan dan perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya serta
mencakup seluruh aspek kehidupan, baik lahiriah maupun batiniah. Pembangunan itu
sendiri kepada usaha mencapai tujuan Bangsa dan Negara yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam hal ini sesuai dengan hakekat Pembangunan Nasional, ialah
Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia. Dikutip dari Efendi (2002) dalam Deviyanti (2013).

Terdapat dua setrategi dalam pembangunan menurut Stohr dan Taylor dalam
Sumodiningrat (1999), yang pertama adalah dari atas ke bawah (top-down strategy) dan
yang kedua adalah setrategi dari bawah ke atas (bottom-up strategy). Untuk top-down
strategy, pembangunan dikendalikan oleh permintaan eksternal dan tekanan inovasi, dan
bahwa pembangunan yang dilakukan dari sebagian sektor atau wilayah akan secara spontan
mengucurkan hasilnya ke bawah atau ke sistem-sistem lainnya (trickle down effect).
Sedangkan botoom-up strategy memandang bahwa proses pembangunan harus terutama
didasarkan pada mobilisasi sumber daya manusia, alam dan kelembagaan, dengan tujuan
memenuhi kebutuhan dasar penduduk di wilayah yang bersangkutan. Lebih luas lagi,
strategi pembangunan dari bawah berorientasi pada kebutuhan dasar, padat tenaga kerja,
industri kecil, sumberdaya alam daerah, desa dan cenderung untuk menggunakan teknologi
tepat guna.

Pengertian Pembangunan Desa menurut Adisasmita (2006), bahwa pembangunan


desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh
aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan
swadaya gotong royong. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
32

desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya alam (SDA) mereka melalui
peningkatan kualitas hidup, ketrampilan dan prakarsa masyarakat. Pembangunan
desa/kelurahan mempunyai makna membangun masyarakat pedesaan dengan
mengutamakan pada aspek kebutuhan masyarakat.

Dana Desa

Desa memiliki kewenangan untuk menjalankan sendiri kegiatan pemerintahannya


yang tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan. Untuk melaksanakan
kewenangan tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Menurut Peraturan
Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 2005 dijelaskan bahwa pendapatan sumber keuangan desa
terdiri dari: Pendapatan Asli Desa (Hasil Kekayaan Desa, Hasil Swadaya Masyarakat,
Pungutan, Gotong Royong); Pembagian Pajak dan Retribusi Kabupaten; Dana
Perimbangan Pusat dan Daerah Kabupaten atau Alokasi Dana Desa (ADD); Hibah
keuangan dari pemerintah provinsi dan kabupaten; Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
yang mengikat.

Beberapa hal yang menyebabkan desa membutuhkan sumber pendapatan yaitu; 1)


Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang kecil dan sumber
pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. 2) Kesenjahteraan
masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa mempunyai Pendapatan Asli Desa
(PADes) yang tinggi. 3) Masalah itu diikuti dengan rendahnya dana operasional desa untuk
menjalankan pelayanan publik. 4) Banyak program pembangunan masuk ke desa akan
tetapi hanya dikelola oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan karena program
tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa, dan program itu bersifat top
down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan masyarakatnya (Putra, et al.
2013). Menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah memberi dukungan keuangan
kepada desa salah satunya adalah berasal dari dana Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah minimal 10% diperuntukkan bagi desa yang
disebut Alokasi Dana Desa (ADD). Maksud pemberian ADD sebenarnya adalah sebagai
bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program
pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Desa, Tujuan adanya ADD adalah: 1) Menanggulangi kemiskinan
dan mengurangi kesenjangan. 2) Meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat. 3) Meningkatkan
pembangunan infrastruktur perdesaan. 4) Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan,
sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial. 5) Meningkatkan ketentraman
dan ketertiban masyarakat. 6)Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka
33

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. 7) Mendorong peningkatan


keswadayaan dan gotong royong masyarakat. 8) Meningkatkan pendapatan desa dan
masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/Kota yang dalam
pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut sebagai Alokasi
Dana Desa (ADD). Pengelolaan ADD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada pasal 20, adalah
Pengelolaan ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa yakni
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan desa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Dana


Desa, menyebutkan bahwa dana desa merupakan dana yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa ynag ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
ynag selanjutnya disingkat APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
Desa.

Rincian Dana Desa berdasar Pasal 4 ayat 1 Permenkeu No 93/PMK.07/2015, setiap


kabupaten/kota berdasarkan alokasi yang dihitung dengan penduduk, angka kemiskinan,
luas wilayah, dan tingkat memperhatikan jumlah kesulitan geografis Desa setiap
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b, dihitung dengan
bobot sebagai berikut: 25% (dua puluh lima per seratus) untuk jumlah penduduk Desa; 35%
(tiga puluh lima per seratus) untuk angka kemiskinan Desa; 10% (sepuluh per seratus)
untuk luas wilayah Desa; dan 30% (tiga puluh per seratus) untuk tingkat kesulitangeografis
Desa setiap kabupaten/kota. Hal ini akan ditunjukkan dengan jumlah penduduk miskin
Desa dan IKK (Indeks Kemahalan Konstruksi) Kabupaten/Kota. Penghitungan rincian
Dana Desa setiap kabupaten/kota sebagaimana ditnaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan formula sebagai berikut:

X =(0,25xYl)+ (0,35xY2)+ (0,10xY3)+ (0,30xY4)

Keterangan :
34

X = Dana Desa kabupaten/kota yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, angka


kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis D esa setiap
kabupaten/kota
Yl = rasio jumlah penduduk Desa setiap kabupaten/kota terhadap total penduduk Desa
nasional
Y2 = rasio jumlah penduduk miskin Desa setiap kabupaten/kota terhadap total penduduk
miskin Desa nasional
Y3 = rasio luas wilayah D esa setiap terhadap luas wilayah Desa nasional kabupaten/kota
Y4 = rasio IKK kabupaten/kota terhadap total IKK kabupaten/kota yang memiliki Desa
Pada Pasal 4 ayat 3 Permenkeu No 93/PMK.07/2015, hasil penghitungan ini
kemudian disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR pada saat pembahasan tingkat 1 Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai APBN untuk mendapatkan
persetujuan, kemudian berdasarkan pagu Dana Desa dalam UU APBN dan hasil
pembahasan dana desa kemudian baru ditetapkan menjadi rincian Dana Desa setiap
kabupaten/kota dan dicantumkan dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APBN.

Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi selalu dikaitkan atau bersinonim dengan peran serta, maka
dapat dikatakan kalau partisipasi itu tidak berdasarkan keterlibatan secara fisik dalam
pekerjaannya tetapi menyangkut keterlibatan diri seseorang sehingga akan menimbulkan
tanggung jawab dan sumbangan yang besar (Darmawi, 2014). Partisipasi anggota
masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan
dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan yang
dikerjakan oleh masyarakat sekitar (Adisasmita 2006). Cohen dan Uphoff (1977) dalam
Ndraha (1982) menyatakan bahwa belum ada definisi yang memuaskan mengenai istilah
partisipasi. Oleh karena itu mereka membatasinya pada “development participation” atau
partisipasi di bidang pembangunan, ini berarti partisipasi (aktif) masyarakat di bidang
pembangunan desa.

Partisipasi masyarakat yang tinggi akan berpengaruh terhadap suatu program


pembangunan. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan bukan saja ditentukan
segalanya oleh penyelenggara pembangunan, tetapi partisipasi masyarakat juga turut
`umemberikan andil dalam tercapai atau tidaknya suatu program pembangunan yang telah
direncanakan sebelumnya. Dengan adanya partisipasi masyarakat, perencanaan
pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program
pembangunan yang disusun untuk itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan
prioritas (urutan berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingannya), dengan demikian
pelaksanaan (implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara terarah dan
35

serasi terhadap kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan (implementasi) program


pembangunan berjalan secara efektif dan efisien (Ardilah et. al. 2014).

Cohen dan Uphoff (1977) dalam Girsang (2011) membagi partisipasi kedalam
beberapa tahapan, sebagai berikut:
(1) Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat
dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan
kegiatan.
(2) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti
dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata dalam partisipasi pada tahap
ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran,
bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program.
(3) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan
melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat
program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.
(4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan
program selanjutnya.
Pengukuran partisipasi masyarakat dilihat dari derajat wewenangnya dalam
pengambilan keputusan dan digolongkan menjadi tingkatan non partisipasi, tokenisme dan
citizen power oleh Arnestein (1969).

8 Kontrol Warga Negara


7 Delegasi Kewenangan Citizen power
6 Kemitraan
5 Menenangkan
4 Konsultasi Tokenisme
3 Menginformasikan
2 Terapi
Non-Partisipasi
1 Manipulasi

Gambar 12. Delapan Tingkatan dalam Tangga Partisipasi Masyarakat

Pelaksanaan pembangunan yang meliputi segala aspek kehidipan baru akan berhasil
apabila merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat. Hal ini secara
tegas dikemukakan oleh Tjokroamidjodjo (1974) dalam Supriyadi (2010), “disatu pihak
partisipasi penting bagi pembangunan dan bahkan menjadi salah satu tujuan pembangunan
itu sendiri”.
36

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Adisasmita (2006) menyebutkan alasan anggota masyarakat diajak untuk ikut


berpartisipasi adalah karena masyarakat dianggap lebih mengetahui tentang permasalahan
dan kebutuhan mereka sendiri, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Mereka memahami
sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya; 2) Mereka
mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam
masyarakat; 3) Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan
kendala yang dihadapi masyarakat; 4) Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya
pembangunan (SDA, SDM, dana, teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi
dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya; 5)
Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM nya
sehingga dapat berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu
menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar .

Ariyani (2007) dalam Oktaviani (2013) menyatakan partisipasi masyarakat dalam


proses pembangunan akan menjadi tindakan yang nyata apabila tiga faktor utama yang
mendukung ini terpenuhi, yaitu adanya kesadaran pada diri yang bersangkutan tentang
adanya kesempatan, dan adanya kemauan (sikap positif terhadap sasaran partisipasi) serta
didukung oleh kemampuan (inisiatif untuk bertindak dengan komitmen). faktor utama
tersebut (1) kemauan (2) kemampuan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi.
Selain itu ada juga faktor yang menghambat partisipasi masyarakat menurut Watson dalam
Soetomo (2008) mengatakan bahwa ada beberapa kendala (hambatan) yang dapat
menghalangi terjadinya suatu perubahan antara lain kendala yang berasal dari kepribadian
individu salah satunya adalah ketergantungan. Ketergantungan masyarakat terhadap
pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan merupakan hambatan dalam
mewujudkan partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa
ketergantungan ini masyarakat tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan
atau prakarsa mereka sendiri. Faktor-faktor yang menghambat partisipasi masyarakat
tersebut dapat dibedakan dalam faktor internal dan faktor eksternal, dijelaskan sebagai
berikut :

a. Faktor internal
Menurut Slamet (2003) dalam Deviyanti (2013), untuk faktor-faktor internal
adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan
kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau
ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan
dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan
tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi
anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan
akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Sedangkan,
37

b. Faktor-faktor Eksternal
Menurut Sunarti dalam Deviyanti (2013), faktor-faktor eksternal ini dapat
dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu Dalam hal ini stakeholder yang mempunyai
kepentingan dalam program ini adalah pemerintah daerah, pengurus desa/kelurahan
(RT/RW), tokoh masyarakat/adat dan konsultan/fasilitator. Petaruh kunci adalah siapa
yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting
guna kesuksesan program.

Berikut akan dilampirkan tabel ringkasan dan pembahasan dari semua pustaka yang
menjadi rujukan dari topik dalam tulisan ini.
38

Tabel 1. Hasil dan Pembahasan dari Pustaka

No Judul Penulis Tahun Metodologi Hipotesis Variabel X Variabel Y Hasil


1 Pengelolaan Chandra 2013 Kualitatif 1)Tingkat (X1): Faktor Pendukung (Y): Pemberdayaan 1) Faktor pendukung dalam
Alokasi Dana Kusuma Deskriptif partisipasi Dan Penghambat Masyarakat pengelolaan ADD adalah
Desa dalam Putra, masyarakat, Pengelolaan Alokasi 1.Tingkat Keaktifan partisipasi masyarakat. 2)
Pemberdayaan Ratih Nur budaya gotong Dana Desa Faktor penghambat, kualitas
Masyarakat Pratiwi, royong, tingkat 1.Tingkat Partisipasi sumber daya manusia dan
Desa (Studi Suwondo pengawasan, Masyarakat kurangnya pengawasan
Pada Desa tingkat SDM 2.Budaya Gotong Royong langsung oleh masyarakat.
Wonorejo akan 3.Tingkat Pengawasan 3) Terjadi tumpeng tindih
Kecamatan memepengaruhi 4.Tingkat SDM alokasi dana desa untuk
Singosari pengelolaan (X2): Pengelolaan infrastruktur dan
Kabupaten ADD Alokasi Dana Desa pemberdayaan masyarakat
Malang) 2) Pengelolaan (ADD)
ADD akan 1.Perencanaan ADD
mempengaruhi 2.Penganggaran ADD.
pemberdayaan 3.Mekanisme penyaluran
masyarakat dan pencairan ADD
4.Penggunaan ADD.
5.Pengawasan ADD.
6.Pertanggungjawaban
ADD.
2 Pengaruh Supriyadi 2010 Kuantitatif Implementasi (X1): Implementasi (Y): Partisipasi Implementasi program dan
Implementasi Program Dana Program Dana Mayarakat dalam pembangunan desa/kelurahan
Program Dana Pembangunan Pembangunan Pembangunan berpengaruh kuat dan
Pembangunan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan 1. Keterlibatan signifikan terhadap
Desa Terhadap berpengaruh 1. Tujuan Kebijakan dalam partisipasi masyarakat.
Partisipasi terhadap 2. Sumber-sumber Perencanaan Kenyataan menunjukkan
Masyarakat partisipasi kebijakan 2. Keterlibatan belum optimalnya partisipasi
Dalam masyarakat 3. Instansi Pelaksana dalam masyarakat dalam
Pembangunan dalam 4. Komunikasi pelaksanaan pembangunan
Di Pangkoh pembangunan 5. Sikap dan Perilaku 3. Keterlibatan
39

No Judul Penulis Tahun Metodologi Hipotesis Variabel X Variabel Y Hasil


Sari Kecamatan pelaksana dalam
Pandih Batu 6. Lingkungan Penerimaan
Kabupaten (X2):Faktor yang dan
Pulang Pisau Mempengaruhi Memanfaatkan
Partisipasi Hasil
1. Perilaku birokrasi 4. Keterlibatan
pemerintah dalam
2. Kepemimpinan Pengawasan
3. Komunikasi dan Penilaian
Partisipatoris.
3 Partisipasi Syahrul 2014 Hambatan (X1): Hambatan (Y): Pengawasan Hambatan dalam partisipasi
Masyarakat Syamsi dalam 1. Jenis keputusan Anggaran Dana masyarakat adalah keputusan
Dalam partisipasi 2. Bentuk komonikasi Desa yang tidak bijaksana,
Mengontrol masyarakat 3. Tingkat kesadaran komonikasi yang tidak
Penggunaan mempengaruhi masyarakat intraktif, kurangnya
Anggaran Dana tingkat 4. Tingkat pendidikan kesadaran masyarakat,
Desa partisipasi 5. Tingkat transparansi pendidikan yang rendah tidak
masyarakat. dan akuntabel ada teransparansi dan
(X2): Partisipasi akuntabel dalam pengelolaan
Masyarakat anggaran dana desa.
1. Keterlibatan dalam Partisipasi masyarakat masih
Perencanaan sangat rendah.
2. Keterlibatan dalam
pelaksanaan
3. Keterlibatan dalam
Penerimaan dan
Memanfaatkan Hasil
4. Keterlibatan dalam
Pengawasan dan
Penilaian
4 Pelaksanaan Helen 2014 Kualitatif Tahapan (X1): Tahapan Kebijakan (Y): Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat
Kebijakan Florensi kebijakan ADD Anggaran Dana Desa Masyarakat hanya sampai kepada tahap
40

No Judul Penulis Tahun Metodologi Hipotesis Variabel X Variabel Y Hasil


Alokasi Dana akan 1. identifikasi masalah 1. Tahap transformasi kemampuan.
Desa (ADD) mempengaruhi kebijakan penyadaran dan
dalam sampai mana (identification of pembentukan
Memberdayaka tahap policy) perilaku
n Masyarakat pemberdayaan 2. penyusunan agenda 2. Tahap
Desa di Desa masyarakat (agenda setting) transformasi
Cerme, 3. perumusan kebijakan kemampuan
Kecamatan (policy formulation) 3. Tahap
Grogol, 4. pengesahan kebijakan peningkatan
Kabupaten (legitimating of kemampuan
Kediri policies)
5. Implementasi kebijakan
(policy implementation)
6. Evaluasi kebijakan
5 Pengelolaan Okta 2014 Kualitatif Pengelolaan (X1): Faktor Pendukung (Y): Pembangunan 1. partisipasi masyarakat
Alokasi Dana Rosalinda dana desa 1. Tingkat Penerimaan Desa rendah.
Desa (Add) LDP berhubungan Desa 1. Infrastruktur 2. Faktor yang mendukung
Dalam dengan kearah 2. Kebijakan Pemerintah 2. Pemberdayaan pelaksanaan ADD: a)
Menunjang mana (X2): Faktor Penghambat Masyarakat Potensi Penerimaan Desa;
Pembangunan pembangunan 1. Tingkat Manajemem b) Adanya dukungan
Pedesaan (Studi desa dilakukan Pemerintahan Desa kebijakan pemerintah.
Kasus : Desa 2. Tingkat Partisipasi 3. Faktor penghambat: a)
Segodorejo dan 3. SDM managemen organisasi
Desa Ploso 4. Sarana dan Prasarana pemerintah desa; b)
Kerep, (X3): Pengelolaan sumber daya manusia; c)
Kecamatan Alokasi Dana Desa sarana prasarana; dan d)
Sumobito, 1. Tingkat Transparansi kurangnya partispasi
Kabupaten 2. Tingkat akuntabilitas masyarakat
Jombang) 3. Tingkat partisipasi
6 Hubungan Siska 2005 kuantitatif Peran (X): Peran Stakeholders (Y): Partisipasi 1. Partisipasi masyarakat
Peran Oktavia dan stakeholder akan 1. Tingkat Dukungan Masyarakat berada pada tingkat
Stakeholders dan didukung mempengaruhi Dana 1. Tingkat tokenisme
41

No Judul Penulis Tahun Metodologi Hipotesis Variabel X Variabel Y Hasil


Dengan Saharudin oleh data bagaimana 2. Personality Partisipasi 2. Bentuk partisipasi
Partisipasi kualitatif partisipasi 3. Jaringan Stakeholders Masyarakat sebagian besar berbentuk
Masyarakat masyarakat 4. Tingkat Kepentingan 2. Bentuk pendapat
Dalam Program Stakeholders Partisipasi
Agropolitan Masyarakat
Desa Karacak
Kecamatan
Leuwiliang
Kabupaten
Bogor
7 Faktor-Faktor Hadi 2014 kuantitatif Usia, Tingkat (X): Faktor yang (Y): Tingkat Partisipasi masyarakat berada
Yang Suroso, Pendidikan, Mempengaruhi Partisipasi pada tingkat
Mempengaruhi Abdul Jenis Pekerjaan, Partisipasi 1. Manipulasi penentraman/menenangkan.
Partisipasi Hakim, Tingkat 1. Usia
2. Terapi
Masyarakat Irwan Noor Komunikasi, 2. Tingkat Pendidikan
Dalam Tingkat 3. Jenis Pekerjaan 3. Menginformasika
Perencanaan Kepemimpinan 4. Tingkat Komunikasi n
Pembangunan berpengaruh 5. Tingkat 4. Konsultasi
Di Desa terhadap tingkat Kepemimpinan 5. Menenangkan
Banjaran partisipasi 6. Kemitraan
Kecamatan masyarakat
Driyorejo 7. Kekuasaan
Kabupaten didelegasikan
Gresik 8. Kontrol warga
negara
8 Studi Tentang Dea 2013 Kualitatif Tingkat (X): Faktor yang (Y1): Tingkatan Partisipasi masyarakat sudah
Partisipasi Deviyanti deskriptif kemauan, Mempengaruhi Partisipasi sampai pada tahap
Masyarakat kemampuan dan Partisipasi Masyarakat pemanfaatan, namun
Dalam kesempatan 1. Tingkat Kemauan 1. Partisipasi dalam partisipasi masyarakat lebih
Pembangunan berpengaruh 2. Tingkat Kemampuan perencanaan condong pada pemberian
Di Kelurahan terhadapa 3. Tingkat Kesempatan tenaga
2. Partisipasi dalam
Karang Jati tingkat dan
42

No Judul Penulis Tahun Metodologi Hipotesis Variabel X Variabel Y Hasil


Kecamatan bentuk pelaksanaan
Balikpapan partisipasi 3. Partisipasi dalam
Tengah masyarakat pemanfaatan hasil
4. Partisipasi dalam
evaluasi
(Y2): Bentuk
Partisipasi
1. Nyata (Memiliki
wujud)
2. Tidak nyata
(Abstrak)
9 Analisis Yoni 2013 deskriptif Faktor (Usia, (X): Faktor yang (Y): Partisipasi 1. Partisipasi masyarakat
Partisipasi Yulianti kualitatif Tingkat Mempengaruhi Masyarakat diberikan dalam bentuk
Masyarakat Pendidikan, Partisipasi 1. Tingkat sumbangan pikiran dalam
Dalam Jenis Pekerjaan, 1. Usia Partisipasi bentuk usulan, saran
Pelaksanaan Tingkat 2. Tingkat Pendidikan 2. Bentuk maupun kritik
Program Pengetahuan, 3. Jenis Pekerjaan Partisipasi 2. Tingkat Partisipasi
Nasional Status Warga, 4. Tingkat Pengetahuan masyarakat masih sangat
Pemberdayaan Jenis Kelamin) 5. Status Warga rendah
Masyarakat berpengaruh 6. Jenis Kelamin 3. Faktor-faktor internal yang
(PNPM) terhadap tingkat mempengaruhi partisipasi
Mandiri dan partisipasi masyarakat adalah umur,
Perkotaan Di masyarakat status warga di kelurahan,
Kota Solok jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan dan
pengetahuan
10 Partisipasi Edi 2012 Deskriptif Faktor (Jenis (X): Faktor yang (Y): Bentuk 1. Tingkat partisipasi
Masyarakat Darmawi, kualitatif Keahlian, Jenis Mempengaruhi Partisipasi masyarakat desa tersebut
Dalam S.Sos., Pekerjaan, Partisipasi Masyarakat telah cukup memadai
Pelaksanaan M.Si Tingkat 1. Jenis Keahlian 1. Partisipasi dalam rangka pelaksanaan
Program Penghasilan 2. Jenis Pekerjaan Pikiran proyek PNPM-MP
43

No Judul Penulis Tahun Metodologi Hipotesis Variabel X Variabel Y Hasil


Nasional Bentuk 3. Tingkat Penghasilan 2. Partisipasi 2. Bentuk partisipasi tenaga
Pemberdayaan kepemimpinan) 4. Bentuk Tenaga memiliki sumbangan yang
Masyarakat berpengaruh kepemimpinan 3. Partisipasi sangat signifikan
Mandiri terhadap bentuk Keahlian
Pedesaan partisipasi 4. Partisipasi
(PNPM-MP) Di masyarakat Barang
Desa Talang 5. Partisipasi Uang
Leak I
Kecamatan
Bingin Kuning
Kabupaten
Lebong
11 Upaya Kepala Tifani 2014 metode 1. Tingkat (X1): Faktor yang (Y): Partisipasi Upaya kepala desa yaitu
Desa Untuk Ardilah, deskriptif Pendapata Mempengaruhi Masyarakat memberikan motovasi,
Meningkatkan Mochamad dengan dan Tingkat Partisipasi 1. Tahap melaksanakan koordinasi dan
Partisipasi Makmur, pendekatan Pendidikan 3. Tingkat Pendapatan perencanaan komunikasi, dan
Masyarakat Imam kualitatif berpengaruh 4. Tingkat Pendidikan 2. Tahap melaksanakan tugas
Dalam Hanafi terhadap (X2): Upaya yang pelaksanaan pengawasan berpengaruh
Pembangunan partisipasi Dilakukan Pemimpin 3. Tahap dalam meningkatkan
Desa (Studi di masyarakat 1. Memotovasi pengawasan partisipasi masyarakat
Desa Bareng 2. Upaya yang 2. Melaksanakan 4. Tahap memelihara
Kecamatan dilakukan koordinasi dan hasil-hasil
Bareng pemimpin komunikasi pembangunan
Kabupaten berpengaruh 3. Melaksanakan tugas 5. Tahap evaluasi
Jombang) terhadap pengawasan
partisipasi
masyarakat
44

SIMPULAN

Hasil Rangkuman dan Pembahasan

Beberapa hal yang menyebabkan desa membutuhkan sumber pendapatan yaitu:


1) Desa memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang kecil dan
sumber pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. 2)
Kesenjahteraan masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa mempunyai
Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi. 3) Masalah itu diikuti dengan rendahnya
dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan publik. 4) Banyak program
pembangunan masuk ke desa akan tetapi hanya dikelola oleh Dinas. Program semacam
itu mendulang kritikan karena program tersebut tidak memberikan akses pembelajaran
bagi Desa, dan program itu bersifat top down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan
Desa dan masyarakatnya. Strategi pembangunan, yang berasal dari bawah ke atas
(bottom-up strategy) dipandang lebih baik untuk menjawab permasalahan yang ada
pada masyarakat, bottom-up strategy memandang proses pembangunan harus terutama
didasarkan pada mobilisasi sumber daya manusia, alamdan kelembagaan, dengan tujuan
memenuhi kebutuhan dasar penduduk di wilayah yang bersangkutan. Lebih luas lagi,
strategi pembangunan dari bawah berorientasi pada kebutuhan dasar, padat tenaga kerja,
industry kecil, sumberdaya alam daerah, desa dan cenderung untuk menggunakan
teknologi tepat guna.

Pelaksanaan pembangunan yang meliputi segala aspek kehidipan baru akan


berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat.
Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi)
program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi
yang umumnya dilakukan oleh masyarakat adalah partisipasi parsial, hal ini mungkin
disebabkan oleh kondisi penduduk pedesaan yang umumnya merupakan masyarakat
miskin. Partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dipengaruhi baik oleh faktor
internal maupun faktor eksternal yang ada di masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu tindakan nyata apabila terpenuhi
adanya tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu (1) kemauan (2) kemampuan (3)
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal. Baik faktor internal maupun faktor
eksternal tersebut, terbukti berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dari beberapa
penelitian yang sudah dilakukan.

Untuk lebih jelas bagaimana konsep-konsep diatas dapat berhubungan satu sama
yang lainnya dan merupakan variabel yang saling mempengaruhi, dapat dilihat pada gambar
yang berada dibawah ini yang merupakan hasil simpulan beberapa pustaka yang
menggambarkan topik dari tulisan ini.
45

Perencanaan ADD (X1): Faktor (X2): Faktor


(X): Kebijakan Alokasi Pendukung Penghambat
Dana Desa (ADD)
Penganggaran ADD

Mekanisme
penyaluran dan (Y1): Infrastruktur
pencairan ADD
(Y): Implementasi
Program Dana (Y): Pembangunan Desa
Penggunaan ADD
Pembangunan
Desa/Kelurahan (Y2): Pemberdayaan
Pengawasan ADD Masyarakat

Pertanggung-
jawaban ADD

(X1): Faktor
Internal Keterlibatan dalam
Perencanaan
(X2): Faktor
Eksternal Keterlibatan dalam
pelaksanaan
(X3): Peran (X): Partisipasi Mayarakat
Stakeholders Keterlibatan dalam
Penerimaan dan
(X4): Upaya yang Memanfaatkan Hasil
Dilakukan
Pemimpin Keterlibatan dalam
Pengawasan dan
(X5): Faktor Penilaian
Pendukung (Y1): Bentuk (Y2): Tingkat
Partisipasi Partisipasi
(X6): Faktor
Penghambat Gambar 13. Simpulan Pustaka
46

Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi


Berdasarkan analisis, sintesis, serta kesimpulan yang dibuat, maka dapat dibuat
pertanyaan penelitan yang akan dijadikan dasar pada penelitian selanjutnya, pertanyaan
tersebut diantaranya:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan desa melalui ADD?
2. Pengaruh partisipasi terhadap keberhasilan program pembangunan desa melalui
ADD?

Usulan Kerangka Analisis Baru


Partisipasi masyarakat dalam suatu implementasi terhadap kebijakan sangat
dibutuhkan untuk keberhasilan implementasi tersebut, apalagi yang berasal dari
pemerintah seperti Program Alokasi Dana Desa. Karena setelah kebijakan tersebut
dibuat, dalam proses pelaksanaannya dikembalikan lagi kepada masyarakat yang
menjadi subjek dari kegiatan tersebut. Ukuran partisipasi masyarakat dapat dilihat
melalui keikutsertaan masyarakat dalam tahapan program, meliputi pengambilan
keputusan, pelaksanaan program, menikmati hasil dan evaluasi program. Kemudian
dapat digolongkan seberapa jauh tingkatan partisipasi masyarakat tersebut.

Selain keterlibatan masyarakat dalam tahapan program, ukuran partisipasi


masyarakat juga dapat dilihat melalui bentuk partisipasi, dimana masyarakat dapat
berpartisipasi baik berbentuk nyata maupun tidak. Selain itu kedalaman partisipasi
masyarakat dalam suatu kegiatan, misalnya dapat berupa hadir dalam penyuluhan saja
atau hadir dan memberikan masukan saat penyuluhan juga dapat digunakan untuk
mengukur partisipasi masyarakat. Ukuran partisipasi masyarakat ini digunakan untuk
menjadi acuan dalam keberhasilan program pemberdayaan, dimana program dapat
dinyatakan berhasil memberdayakan masyarakat jika ukuran partisipasi masyarakat
terpenuhi dengan tingkat partisipasi yang konsisten atau bahkan meningkat. Faktor
internal, berupa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, mata pencaharian, dan umur
responden akan mempengaruhi ukuran partisipasi yang diberikan masyarakat. Selain
itu, faktor eksternal berupa intensitas komunikasi dan tingkat transparansi dari
kepemimpinan juga turut mempengaruhi ukuran partisipasi masyarakat dalam
mengikuti suatu program.
47

Tingkat Partisipasi Masyarakat


Faktor Internal
dalam Tahapan Alokasi Dana
(1) Usia Desa
(2) Tingkat - Arnstein (1969)
Pendidikan 1. Manipulation (Manipulasi)
(3) Tingkat 2. Therapy (Terapi)
Pendapatan 3. Informing
(Menginformasikan) Program
(4) Mata Pencaharian
4. Consultation (Konsultasi) Pembangunan
(5) Umur 5. Placation (Menenangkan) Desa:
6. Partnership (Kemitraan)
(Slamet) (1) Infrastruktur
7. Delegated Power
(Kekuasaan didelegasikan) (2) Pemberdayaan
8. Citizen Control (Kontrol Masyarakat
Faktor Eksternal :
warga negara).
(1) Intensitas
- Cohen dan Uphoff (1977)
komunikasi
1. Tahap pengambilan
(2) Tingkat
keputusan
Transparansi
2. Tahap pelaksanaan
(Suniarti) 3. Tahap menikmati hasil
4. Tahap evaluasi

Keterangan : : Mempengaruhi
Gambar 14. Kerangka berfikir baru
48

DAFTAR PUSTAKA

Ardilah T, Makmur M, Hanafi I. 2014. Upaya Kepala Desa Untuk Meningkatkan


Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi di Desa Bareng Kecamatan
Bareng Kabupaten Jombang). Jurnal Administrasi Publik (JAP). Malang :
Universitas Brawijaya.
Ariyani I. 2007. Penguatan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Imbal Swadaya Di Desa
Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut
Pertanian Bogor.120 hal.
Adisasmita Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu.
Badan Pusat Stastistik. 2013. Data Jumlah Desa di Indonesia. Diunduh melalui
http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1162.
Deviyanti . 2013. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di
Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. eJournal Administrasi
Negara Universitas Mulawarman. Samarinda.
Florensi, H. 2014. Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten
Kediri. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik.UNAIR: Surabaya.
Lugiarty Eppy. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan
Program Pengambangan Masyarakat di Komunitas Desa Cijayanti. IPB: Bogor.
Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/7446
Ndraha Taliziduhu. 1982. Metodologi Penelitian Pembangunan Desa. Jakarta [ID]: PT.
Bina Aksara

Oktavia. Saharudin. 2013. Hubungan Peran Stakeholders Dengan Partisipasi Masyarakat


Dalam Program Agropolitan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Sodality : Jurnal Sosiologi Pedesaan. Bogor.
Peraturan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantaun, dan evaluasi Dana Desa.
Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2004 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pemerintah Republik
Indonesia. Jakarta.
Putra C.K, et al. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Desa (Studi Pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Jurnal
Administrasi Publik (JAP). Malang.
Rosalinda, Okta.2014. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep,
Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang). Jurnal Ilmiah. UNBRAW: Malang.
49

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.


PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Supriyadi. 2010. Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa Terhadap
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari Kecamatan Pandih
Batu Kabupaten Pulang Pisau. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. STIE: Kuala
Kapuas.
Suroso, et al. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam
Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten
Gresik” Jurnal online Brawijaya. Malang.
Syamsi, S. 2014. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengontrol Penggunaan Anggaran Dana
Desa. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UNITRI.
Undang-Undang No. 06 Tahun 2014 tentang Desa. Pemerintah Republik Indonesia.
Jakarta.
Yulianti. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok. Artikel
Penelitian Universitas Andalas. Padang.
50

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Siak, Riau pada tanggal 3 Maret 1995, dari pasangan Khaidir J
dan Masrani. Merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan formal di TK. Bina Kasih Kecamatan Siak Sri Indrapura pada tahun 1999-2000,
SDN OO2 Siak pada tahun 2000-2006, SMPN 1 Siak pada tahun 2006-2009 dan SMAN 1
Siak pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB), Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, melalui jalur BUD.
Hingga saat ini, penulis adalah mahasiswa Mayor Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat dan Minor Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Selama
penulis menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam beberapa
organisasi kemahasiswaan seperti MAX!! (Music Agricurtural X-Pression), sebagai anggota
pada bidang musik; Forsia, sebagai anggota pada divisi syiar; Simpul Mati, sebagai
anggota. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan diantaranya ACRA 2013 dan
2014; Espent 2014; Index 2015. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan perlombaan music
dan menang pada 2013. Penulis merupakan salah seorang penerima beasiswa utusan daerah
dengan penyandang dana adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Siak.

Anda mungkin juga menyukai