Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH KEUANGAN NEGARA

ANALISA BIAYA DAN MANFAAT

NAMA : KORNELIA MUDA

NIM : 3162300737

JURUSAN : PERPAJAKAN ‘C’

POLITEKNIK API YOGYAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber
ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah
mempunyai banyak program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia
sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi
yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi.
Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya
investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk
mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi
juga membutuhkan sumber-sumber daya. Sebagai hasilnya, sistem informasi akan memberikan
manfaat-manfaat yang dapat berupa penghematan-penghematan atau manfaat-manfaat yang
baru. Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka
sistem informasi ini dikatakan tidak bernilai atau tidak layak.
Oleh karena itu, sebelum sistem informasi dikembangkan, maka perlu dihitung
kelayakan ekonomisnya. Teknik untuk menilai ini disebut dengan analisis biaya dan manfaat
(cost/benefit analysis). Analisis biaya dan mafaat disebut juga dengan analisis biaya/efektivitas
(cost/ effectivenss analysis). Keuntungan dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya
mudah diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan kepada
langganan yang lebih baik. Keuntungan yang sulit diukur langsung dengan nilai uang ini
selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat menaksir efektivitasnya.
Secara umum analisis yang digunakan atas suatu proyek kurang lebih sama, namun biaya
dan waktu yang dipakai beragam. Sebagai contoh, pemerintah berhasil membangun mega
proyek jembatan suramadu yang menghubungkan Pulau Madura dan pulau Jawa dengan panjang
5.843 meter sehingga menjadi jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Waktu yang digunakan
pun tidak sebentar, diresmikan pertama kali untuk dibangun pada masa pemerintahan presiden
Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan untuk pertama kali digunakan
pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 10 Juni 2009. Biaya yang digelotorkan
pun tidak sedikit, sekitar 4,5 triliun. Dengan biaya dan waktu yang digunakan untuk
pembangunan jembatan tersebut tujuannya adalah untuk mempercepat pembangunan di Pulau
Madura yang meliputi bidang infrasturktur dan ekonomi. Dalam kasus lain, pembangunan
Jembatan Selat Sunda (JSS) yang terus dicanangkan pada masa pemerintahan SBY untuk
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 31 kilometer yang
memakan waktu pembangunan sekitar 10 tahun dan menelan biaya hampir 200 Triliun
mengalami sandungan. Pemerintahan yang baru dengan Jokowi Dodo sebagai presiden menilai
pembangunan tersebut bertolak belakang dengan konsep pembangunan kemaritiman yang ia
paparkan pada visi dan misinya sebelum menjabat jadi presiden. Banyak kalangan juga
berpendapat bahwa JSS hanya menguntungkan Jawa dan Sumatera sedangkan pembangunan di
Indonesia bagian Timur belum masih tertinggal jauh. Hingga hari ini, pembangun JSS belum
mengalami kemajuan selangkah pun karena banyak pendapat dan pandangan yang bertentangan.
Dari dua kasus di atas bisa kita ketahui bahwa pembangunan proyek yang besar belum
tentu bisa menghasilkan manfaat yang diharapkan namun dengan analisis dan perhitungan yang
tepat hal tersebut bisa saja terjadi seperti pembangunan Jembatan Suramadu. Pembagunan
proyek yang lebih besar lagi seperti JSS juga belum tentu hasilnya akan dirasa baik karena
pertentangan dan pendapat serta arah kebijakan pembangunan pemerintah yang baru bisa
berubah sesuai kebutuhan dan konsepnya.
Mendalami tentang apa saja yang terdapat dalam pembahsan diatas, untuk itu saya akan
mempaparkan secara terperinci pembahasan mengenai analisis biaya dan manfaat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu
diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan analisis biaya dan manfaat ?
2. Bagaimana manfaat dan biaya suatu proyek ?
3. Bagaimana mengenal dan mengatur manfaat suatu proyek ?
4. Bagaimana mengatur dan mengukur biaya proyek ?
5. Bagaimana menentukan waktu dan biaya diskonto ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu, diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis biaya dan manfaat
2. Untuk mengetahui manfaat dan biaya suatu proyek
3. Untuk mengetahui bagaimana mengenal dan mengatur manfaat suatu proyek
4. Untuk mengetahui bagaimana mengatur dan mengukur biaya proyek
5. Untuk mengetahui bagaimana menentukan waktu dan biaya diskonto
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Biaya Dan Manfaat


Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty kata anlisi diartikan sebagai
“penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan. Di dalam menganalisis hl yang paling sering disinggung adalah biaya, sebab biaya
merupakan salah satu unsur yang paling pokok dalam analisi ini, menurut Hansen dan Mowen
yang yang dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan disebutkan bahwa “biaya adalah kas atau
nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa
keuntungan masa ini dan masa yang akan dating/” jadi biaya dikelurakan untuk menghasilkan
manfaat dimasa depan. Dalam persahaan, manfaat dimanasa depan biaya berarti pendapatan.
Jadi, biaya digunakan untuk memperoduksi pendpatan atau manfaat yang lain.
Analisis biaya manfaat atau CBA (Cost Benefit Analysis) adalah pendekatan untuk
rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu
kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam
bentuk uang.
Analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk
membandingkan berbagai biaya yang terkait dengan investasi dengan manfaat yang diharapkan
untuk didapatkan. Baik faktor berwujud maupun tidak berwujud harus diperhitungkan dan
dipertanggungjawabkan.
Analisis biaya-manfaat digunakan untuk :
1. Menentukan apakah suatu investasi layak dilakukan
2. Memberikan dasar untuk perbandingan antar proyek/investasi, untuk melihat pilihan
mana yang memberikan manfaat lebih besar dibandingkan biayanya.
B. Kriteria Investasi
Yang dimaksud dengan anggaran (budget) ialah sutu daftar atau pernyataan yang terperinci
tentang penerimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu. Yang
biasanya adalah satu tahun. Ada budget yang disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu
mulai tanggal 1 januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember dari tahun yang sama, tetapi ada
pula yang tidak dimulai pada tanggal 1 Januari dan diakhiri tanggal 31 Desember. Sejak tahun
1969 Anggaran Pendapatan, dan belanja Negara Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan
berakhir pada tanggal 31 Maret pada tahun berikutnya.
Biasanya lembaga eksekutif yang mempersiapkan rencana penerimaan dan pengeluaraan
atau belanja termasuk pos-posnya kemudian diajukan kepada lembaga legislative untuk
dipertimbangkan dan kemudian diputuskan serta ditetapkan sebagai Undang-Undang. Dalam
UUD 1945 1945 Presiden menertapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam bagian ini hendak kita bicarakan mengenai bagaimana analisa-analisa ekonomi dapat
diterapkan pada analisa budget. Suatu prinsip yang ideal dalam kebijaksanaan pembuatan budget
adalah jelas yaitu : membuat pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi setiap tujuan sedemikian
rupa sehingga manfaat (benefit) dari pengeluaran satuan rupiah yang terakhir lebih besar
daripada atau paling tidak sama dengan hilangnya manfaat dan kegiatan-kegiatan lain karena
timbulnya pengeluaran pemerintah itu. Hal ini dapat kita perjelas dengan melihat pada gambar
1.1
Dalam gambar 1.1. kita lihat bahwa kurva biaya marginal (Marginal Cost = MC) merupakan
garis horizontal, karena kita menganggap bahwa tambahan biaya yang diperlukan untuk suatu
kegiatan pemerintah adalah tetap yaitu sebesar Rp.10,-. Kurva Manfaat Marginal Benefit = MB)
tampak mula-mula menanjak, dan kemudian menurun.
Ini disebabkan karena tambahan manfaat dengan adanya tambahan satu unit biaya. Mula-
mula kalau tambahan itu terus dilakukan maka maka manfaat juga akan bertambah, tetapi setelah
mencapai suatu tungkat tertentu, tambahan biaya yang sama tidak lagi mengakibatkan tambahan
manfaat yang semakin besar tetpi justru mengurangi total manfaat yang pernah dicapai oleh
kegiatan pemerintah. Pada gambar 1.1. Titik A menunjukan tambahan manfaat yang maksimal,
titik B menujukkana tambahan biaya, sedangkan titik C menunjukan tambahan manfaatnya
sudah = 0, disebelah kanan C tambahan manfaat adalah negative, semua itu karena adanya
tambahan biaya yang digunakan dalam kegiatan pemerintah tersebut. Jadi tampak disini adanya
“law of minishing benefit” atau hukum tambahan manfaat yang semakin menurun.

(Rp)

Tambahan
Manfaat
Tambahan
Biaya 10
MC

0 Proyek

Dengan menyatakan tambahan Manfaat (Margianl Benefit = MB) dengan tambahan biaya
(Marginal Costs = MC), dan kalau ini dapat dicapai oleh pemerintah, maka akan berarti
tercapainya pemecahan 2 masalah alokasi faktor-faktor produksi (input) yang maksimal dalam
kegiatan pemerintahan itu.
Ini akan berarti terpenuhinya suatu keadaan dimana setiap pengeluaran pemerintah
menghasilkan suatu manfaat yang paling tidak sama dengan nilai barang-barang yang hilang dari
sector swasta. Disamping itu juga akan membuktikan bahwa tidak mengurangi kemungkinan
tercapainya manfaat yang dilakukan oleh kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang lain. Dengan
demikian akan berarti bahwa manfaat dari tambahan pengeluaran pemerintah tersebut akan
melebihi atau paling tidak sama dengan biaya alternative (opportunity costs) dikedua sector baik
sector swasta atau sector pemerintah itu sendiri. Sebagai contoh kita ambil suatu usaha
pemerintah dalam menanggulangi banjir yaitu dengan memmbuat tanggul atau bendungan.
Dari tabel 1.2 dan 1.3 kita dapat mengatuhi bahwa rencana D yaitu membuat waduk ukuran
sedang adalah rencana yang terbaik walaupun ini membutuhkan biaya sebanyak Rp.8000,- lebih
banyak daripada rencana C yaitu waduk ukuran kecil. Rencana D tersebut menghindarkan
kerugian tambahan sebesar Rp.9000,- . jadi jelasnya manfaat tambahan melebihi tambahan
biayanya. Sedangkan kalau kita menambah pengeluaran kita dengan Rp.12.000,- lebih banyak
akan membuat waduk raksasa hanya akan mengurangi kerusakan sebesar Rp.7000,- disbanding
sebelumnya, sehingga tambahan manfaat lebih kecil daripada tambahan biaya.
Analisa perbandingan biaya dan manfaat dapat kita gunakan dalam masalah pengeluaran negara.
Walaupun demikian kita harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Dalam keadaan yang nyata seringkali kenyataan-kenyataan itu berbeda dengan rencana-
rencana yang dibuat berdasarkan suatu ramalan. Data yang ada banyak yang tidak
sempurna
2. Kita harus memperluas definisi kita hanya pada baiaya individu dan manfaat individu,
tetapi menjadi tambahan biaya social (social Marginal Costs=SCM) dan tambahan
manfaat social (social Marginal Benefit+SMB)

Tabel 1.2
Penanggunalangan banjir : biaya total kerusakan rata-rata dan berkurangnya kerusakan

Rencana Biaya Total Kerusakan Rata- Berurangnya Kerusakan


Proyek Proyek Rata Pertahun Pertahun (Rp)(4)
Tahun (1) PerTahun (Rp)(3)
(Rp)(2)
A. Tanpa 0 38.000 0
Perlindungan
B. Tanggal 3.000 32.000 6.000
C. Waduk kecil 10.000 22.000 16.000
D. Waduk besar 18.000 13.000 25.000
E. Waduk 30.000 6.000 32.000
raksasa
Tabel 1.2
Tambahan manfaat dan tambahan biaya penanggulangan banjir

Tambahan Manfaat Tambahan Biaya


Rencana Proyek
(MB)(2) (MC)(3)
(1)
a. Tanpa perlindungan 0 0
b. Tanggul 6.000 3.000
c. Waduk kecil 10.000 7.000
d. Waduk sedang 9.000 8.000
e. Waduk raksasa 7.000 12.000

3. Yang paling penting adalah menyatakan besarnya manfaat dan biaya dalam suatu jumlah
rupiah. Tanpa mengetahui nilai ini maka analisis SMB=SMC tidak ada gunanya, atau
setidak-tidaknya kurang bermanfaat untuk itu biasanya lalu digunakan harga
bayangan(“shadow price” atau accounting price”)

Yang menjadi persoalan berikutnya ialah bagaimana kita dapat membandungkan antara
manfaat total (total benefit dan biaya total) sehingga dapat ditentukan proyek mana yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah dan berbagai alternative proyek. Diantara berbagai proyek itu
hendaknya dipilih proyek yang memberikan manfaat bersih (net benefit) yaitu selisih antara
manfaat total dan biaya total yang terbesar di mana SMB=SMC, prinsip pertama yang harus
diingat ialah nahwa proyek-proyek itu harus memilih B/C sationya lebih besar dari satu, artinya
manfaatnya harus lebih besar dari biaya atau pengorbanannya. Kemudian diantara proyek-proyek
yang B/C rationya lebih besar dari satu itu dipilih yang nilai perbandingannya paling tinggi
dengan biaya yang sama.
Guna membandingkan manfaat(benefit) dan biaya(costs) haruslah diproleh suatu angka
dengan dasar waktu yang sama, karena proyek-proyek itu memberikan manfaat manfaat utuk
jangka panjang (lebih dari satu tahun) maka manfaat-manfaat itu harus dijumlahkan, demikian
pula biayanya. Untuk memperoleh angka yang berlaku umum maka nilai dan manfaat dan biaya
dari tahun-tahun yang berbeda untuk masa yang akan dating harus dinyatakan dengan nilai pada
tahun ini(present value) yaitu menggunakan tingginya tingkat bunga sebagai alat untuk
menghitung nilai sekarang.
Kalau misalnya dari suatu proyek diharapkan akan diperoleh manfaat R1 pada tahun ke-1,
R2 pada tahun kedua dan seterusnya. Dan biaya yang dikeluarkan juga B1 pada tahun ke-1, dan
B2 pada tahun ke-2 dan seterusnya, maka untuk mendapakan nilai sekarang (present value) dan
seluruh manfaat dan seluruh biaya perhitungan berikut dapat dipakai :

+ + + …….. +

BS = + + + …….. +

Dimana :
MS = Manfaat sekarang (present value of benefits)
BS = Manfaat sekarang (present value of costs)
r = Tingkat bunga

Kriteria investasi ini sangat bermanfaat dalam melakukan pengukuran manfaat atau
keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan investasi terhadap suatu usaha. Banyak orang
yang menanggung rugi karena serampangan dalam melakukan perhitungan atau bahkan tidak
mengukur terlebih dahulu tingkat viabilitas dan share profit serta management risk-nya ketika ia
melakukan investasi.
Ada banyak kriteria investasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat investasi,
dimana kriteria tersebut dapat membantu untuk melihat apakah investasi tersebut dapat
memungkinkan dan menguntungkan atau tidak. Perlu dijelaskan bahwa kriteria investasi
merupakan sebuah metode analisis yang dipakai untuk memperhitungkan antar biaya yang
dikeluarkan dengan kemanfaatan yang akan diperoleh selama investasi tersebut dilakukan.
Dalam mengukur atau menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat beberapa
kriteria yang digunakan, yaitu :
1. NPV (Net Present Value)
“Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari
suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara
benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate terentu. NPV merupakan kelebihan
benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya “ (A. Choliq dkk, 1994)
NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur pada
tingkat suku bunga tertentu. Dalam perhitungan NPV ini perlu kiranya ditentukan dengan tingkat
suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga dapat diartikan sebagai nilai saat ini dari
suatu cash flow yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukan.

NPV merupakan selisih antara present value benefit dengan present value cost (Rp, Rp
Jt, dll)
Indikator NPV :
Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) utk dilaksanakan

2. Net Benefit Cost Rasio (Benefit B/C)


Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif.
Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya
(cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan
didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek
atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan.
Dimana : (Bt-Ct)/(1+i)t, utk (Bt-Ct) > 0 dan (Ct-Bt)/(1+i)t untuk
(Bt-Ct) < 0 Net B/C rasio merupakan perbandingan antara present value positif (sebagai
pembilang) dengan jumlah present value negatif (sebagai penyebut).
Indikator NET B/C adalah :
- Jika Net B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan
- Jika Net B/C < 1 , maka proyek tdk layak (not go) untuk dilaksanakan

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)


Gross B/C merupakan perbandingan antara Present Value Benefit dengan Present
Value Cost. Apabila Gross B/C > 1, proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya Gross B/C < 1,
proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Perbedaannya dalam perhitungan Net B/C, biaya tiap tahun dikurangkan dari benefit
tiap tahun untuk mengetahui benefit netto yg positif dan negatif. Kemudian jumlah present value
positif dibandingkan dengan jumlah present value yang negatif.
Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C, pembilang adalah jumlah present value
arus benefit (bruto) dan penyebut adalah jumlah present value arus biaya (bruto). Semakin besar
Gross B/C, semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya. Artinya proyek relatif
semakin layak.
Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C, pembilang adalah jumlah present value
arus benefit (bruto) dan penyebut adalah jumlah present value arus biaya (bruto). Semakin besar
Gross B/C, semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya. Artinya proyek relatif
semakin layak.

Indikator Gross B/C :


- Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
- Jika Gross B/C < 1, maka proyek tdk layak (not go) utk dilaksanakan
4. IRR (Internal Rate of Return)
Merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan
return (satuannya %). IRR ini merupakan tingkat discount rate yang membuat NPV proyek = 0.
Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek
tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam
mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR menunjukkan tingkat bunga yang
menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan demikian untuk mencari IRR kita harus
menaikkan discount factor (DF) sehingga tercapai nilai NPV sama dengan nol.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka langkah-langkah perhitungan IRR adalah
sebagai berikut :
 Terlebih dahulu disiapkan tabel cash flow dari proyek atau gagasan usaha.
 Memilih discount factor tertentu untuk mencapai NPV = 0
 Pada discount factor pemilihan pertama dihitung besarnya NPV
 Jika NPV yang diperoleh masih positif, sedangkan yang diharapkan NPV = 0 maka kita
pilih discount factor yang ke dua dengan harapan akan memperoleh NPV = 0
 Misalnya dengan DF pada pemilihan yang ke dua dan seterusnya sampai memperoleh
NPV yang negatif ( NPV < 0 )
 Karena NPV yang kita peroleh positif dan negatif, maka kita harus membuat interpolasi
antara DF di mana NPV positif dengan DF di mana NPV sama dengan negatif agar
tercapai NPV = 0.
 Untuk mendapatkan nilai IRR digunakan rumus interpolasi.
Perhitungan IRR dgn cara interpolasi
Jika diperoleh NPV +, maka carilah NPV – dgn cara meningkatkan discount faktornya

Keterangan :
i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.
i2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif.
Indikator IRR :
- Jika IRR > tk, discount rate yg berlaku maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
- Jika IRR < Tk. Discount rate yg berlaku, maka proyek tdk layak (not go) utk
dilaksanakan.
 Hasil perhitungan IRR tersebut kemudian dibandingkan dengan tingkat bunga bank
yang berlaku, jika IRR hasil perhitungan > bunga bank yang berlaku maka proyek atau
gagasan usaha tersebut layak untuk diusahakan.

5. Payback Period
Merupakan jangka waktu /periode yang diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-
biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek.

Indikator Payback Periods : Semakin cepat kemampuan proyek mampu


mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka proyek
semakin baik (satuan waktu).
Perhitungan payback belum memperhatikan time value of money dimana : I = besarnya
biaya investasi Ab = benefit bersih yang diperoleh setiap tahunnya.
C. Macam Biaya dan Manfaat Suatu Proyek
Manfaat dan biaya satu proyek dapat dibedakan antara “manfaat dan biaya riil” (pecuniary
benefits and costs) dan “manfaat dan biaya semu” (pecuniary benefits and cots)
a. Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh hilangnya
manfaat bagi pihak lain. Demikian pula biaya riil adalah biaya yang sungguh-sungguh ada dalam
masyarakat dan tidak diimbangi oleh pengurangan beban biaya bagi pihak lain. Sesungguhnya
manfaat semu adalah manfaat yang timbul dari suatu proyek dan diterima oleh sekelompok
orang tertentu. Tetapi ada sekelompok orang lain yang menjadi menderita karena adanya proyek
tersebut. Manfaat semu ini tidak diperhitungkan dalam perhitungan manfaat dan biaya suatu
proyek.
b. Perbedaan lebih lanjut terhadap manfaat dan biaya riil dari suatu proyek adalah antara manfaat
dan biaya langsung dengan manfaat dan biaya tidak langsung.
Manfaat biaya langsung adalah manfaat dari biaya yang dekat hubungannya dengan
tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan manfaat dan biaya tidak langsung dari suatu proyek
adalah lebih merupakan hasil sampingan dari proyek tersebut. Sebagai contoh adalah rencana
pembangunan bendungan didaerah pengaliran dijawa tengah, pembangunan bendungan ini
dimaksudkan terutama untuk menyediakan air irigasi yang cukup sepanjang tahun bagi sawah
seluas 7.627 ha.
Disamping itu juga untuk menanggulangi dan menguragi banjir. Manfaat yang berupa
penyediaan air irigasi dapat dikatakan sebagai manfaat langsung karena memang merupakan
tujuan utama proyek itu, sedangkan penanggulangan banjir merupakan manfaat sampingn.
Memang sulit untuk membedakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung secara tegas,
namun kita secara sederhana dapat merasakannya.
Biaya langsung adalah biaya-biaya yang benar-benar dikelurkan seperti biaya
pembangunan dam itu sendiri, sedangkan biaya tidak langsung dari proyek itu berupa
pemindahan penduduk dari lokasi proyek ke daerah lain karena daerah proyek itu akan digenangi
air, hilangnya sebagian hutan, makam, dan sebaginya didaerah tersebut. Manfaat dan biaya tidak
langsung itu sering pula disebut sebagai manfaat dan biaya sekunder, sedangkan manfaat dan
biaya langsung disebut juga sebagai manfaat dan biaya primer.
c. Manfaat biaya riil dibedakan juga menjadi manfaat dan biaya yang “tangible” (yang dapat
diraba), dan yang “intangible” (yang tak dapat diraba). Istilah dapat diraba diterapkan bagi
manfaat dan biaya yang dapat dinilai dipasar, sedangkan manfaat dan biaya yang tidak dapat
dipasarkan adalah tidak dapat diraba.
d. Disamping perbedaan diatas, manfaat dan biaya riil dapat pula dibedakan menjadi manfaat dan
biaya “internal” dan “eksternal. Suatu proyek disuatu daerah (kabupaten misalnya) dapat
menghasilkan manfaat dan biaya didalam kabupaten itu sendiri (internal benefits and isternal
costs), tapi dapat pula memberikan manfaat dan biaya/pengorbanan dikabupaten lain (eksternal
benefits and eksternal costs). Kedua macam manfaat dan biaya ini harus diperhitungkan dalam
perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.
Analisa Manfaat dan Biaya (AMB) ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Analisa ini digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek khususnya proyek pemerintah. Konsep
AMB sangat sederhana yaitu : mengenali manfaat (benefit) dan biaya (costs) atas suatu proyek,
kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat diperbandingkan. Apabila nili manfaat lebih
besar daripada nilai biaya maka proyek tersebut akan menuju ke lokasi sumber yang efisien.
Kesulitan yang dihadapi ialah secara konseptual, AMB seperti diuraikan diatas adalah sangat
sederhana, tetapi dalam pelaksaannya akan banyak mendapat kesulitan.

D. Mengenal dan Mengukur Manfaat Suatu Proyek


Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa ini adalah :
a) Menentukan dampak dari proyek, yaitu barang dan jasa apa yang akan diperoleh dari proyek
tersebut,
b) Menyatakan dampat dari proyek tersebut secara kuantitatif
Biasanya langkah kedua menjadi sangat sulit, sebab berhubungan dengan bagaimana kita
mengukur manfaat. Untuk itu digunakan pendekatan sebagai nilai rupiah secara maksimum
orang-orang bersedia membayarnya karena memanfaatkan jasa-jasa proyek itu.
Dengan adanya masalah penunggang bebas (free rider), maka kita dapat secara tepat
meneliti siapa yang akan memanfaatkan proyek. Kesulitan yang lain adalah untuk membedakan
manfaat langsung (direct benefit) dan manfaat tidak langsung (indirect benefit). Sering terjadi
pula adanya penyimpangan-penyimpangan (error). Sehingga timbul perhitungan ganda dalam
menghitung manfaat suatu proyek.
E. Mengenal dan Mengukur Biaya Proyek

Konsekuensi dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan yang merupakan biaya dari
proyek tersebut. Penggunaan sumberdaya yang terlibat dalam suatu proyek, akan meliputi pula
“opportunity cost” dikarenakan pengorbanan atau hilangnya jasa produktif pada sector lain.
Sekalipun dalam menghitung biaya dalam suatu proyek jauh lebih mudah daripada dalam
menghitung manfaat, namun tetap tidak terlepas dari yang namanya kesulitan, misalnya timbul
perhitungan ganda (double counting). Suatu proyek mungkin memiliki dampak terhadap suatu
daerah tertentu, sedangkan proyek lain juga mempunyai dampak terhadap daerah tersebut,
misalnya sulit memisahkan antara dampak proyek Bangun Desa dan program BIMAS terhadap
kenaikan produksi padi didaerah kelurahan Keduh Poh di Gunung Kidul.
Dalam menghitung biaya suatu proyek biasanya hanya diperhatikan lokasi dimana proyek
itu berada, namun sesungguhnya biaya ini tersebar ke seluruh perekonomian. Misalnya jika
pembiayaan proyek tersebut diambilkan pajak, sedangkan pajak itu akan mempunyai pengaruh
terhadap perekonomian secara makro, maka kalau dampak biaya suatu proyek diperhitungkan
juga secara makro akan timbul kesulitan dalam memperkirakannya.

F. Menentukan Waktu dan Bunga Diskonto


Manfaat suatu proyek biasanya akan diterima beberapa tahun setelah proyek itu selesai
dan proyek itu akan selalu memberikan jasa-jasa yang akan diterima pada tahun-tahun yang akan
datang. Kesulitannya adalah untuk menentukan tingkat diskonto atau tingkat bunga (discount
rate) dan juga menentukan umur proyek tersebut. Sering suatu proyek secara ekonomis sudah
tidak berfungsi, tetapi secara teknis masih berfungsi atau sebaliknya.
Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diperoleh dari
suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan dan
disyaratkan, maka proyek tersebut harus ditolak. Perhitungan tingkat diskonto merupakan bagian
yang cukup kompleks dalam analisis investasi. Untuk memudahkan pemahaman mengenai
konsep ini, terlebih dahulu akan dijelaskan praktek yang dilakukan disektor swasta.
Pada sector swasta ada dau sumber peerdanaan, yaitu pembiayaan dengan modal dan
pembiayaan dengan utang, keuntungan . keuntungan yang diperoleh para kreditor sebagai
pemberi utang adalah berupa pembayaran bunga utang, sedangkan investor memperoleh
keuntungan berupa dividend an pengembalian atas saham yang dimilikinya. Harga pasar saham
merefleksikan laba yang diharapkan dimasa depan. Pembiayaan dengan utang memiliki risiko
yang lebih rendah dibandingkan pembiayaan dengan modal, sehingga kreditor akan meminta
tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan dengan investor karena risiko investasi
berbanding lurus dengan laba investasi. Semakin tinggi risiko investasi, semakin tinggi
keuntungan (laba) yang diharapkan. Disamping itu, pembiayaan dengan utang juga memiliki
biaya yang lebih kecil dibandingkan pembiayaan dengan biaya modal. Biaya utang lebih murah
dibandingkan dengan biaya modal sendiri karena pembayaran bunga utang merupakan biaya
yang mengurangi pajak. Biaya modal total dapat dinayatakan dalam bentuk biaya modal rata-rata
tertimbang dengan rumus :
Ko = Ke.(E/V) + Dd.(1-T).(D/V)
Dimana :
Ko = biaya modal total
Ke = biaya modal (tingkat pengembalian yang disyaratkan atas investasi modal)
Kd = biaya utang (tingkat pengembalian yang disyaratkan atas investasi utang)
T = tingkat pajak
E = harga pasar saham
D = harga pasar surat berharga utang
V = E + D = nilai pasar perusahaan secara keseluruhan

Berdasarkan asumsi bahwa seluruh biaya dan manfaat suatu proyek telah dinilai cukup,
masalah berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah menentukan tingkat diskonto yang cocok
yang akan digunakan. Karena antara biaya dan manfaat terjadi pada titik waktu yang berbeda,
maka nilai tersebut perlu didiskontokan selama beberapa periode waktu sebelum berbagai
alternative investasi diperbandingkan untuk menentukan investasi mana yang akan dilakukan.
Untuk tujuan analisis biaya-manfaat, perlu digunakan tingkat diskonto social.
Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh adlah dengan menyatakan social discount rate
sebagai suatu tingkat yang merefleksikan prefensi masyarakat terhadap manfaat saat ini
dibandingkan dengan manfaat yang akan diterima dimasa mendatang, atau disebut social time
prefence rate (STPR). Masalahnya yang muncul kemudian adalah bahwa alasan memilih manfaat
sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh penilaian individu yang terlalu rendah atas
manfaat yang akan diperoleh dimasa depan. Asumsi yang berlaku dalam pendekatan ini adalah
generasi mendatang akan lebih sejatera daripada generasi sekarang. Oleh karena itu,
pengurangan terhadap kebutuhan manfaat yang tersedia harus dilakukan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Analisis biaya manfaat atau CBA (Cost Benefit Analysis) adalah pendekatan untuk rekomendasi
kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan
dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang
2. Suatu prinsip yang ideal dalam kebijaksanaan pembuatan budget adalah jelas yaitu : membuat
pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi setiap tujuan sedemikian rupa sehingga manfaat
(benefit) dari pengeluaran satuan rupiah yang terakhir lebih besar daripada atau paling tidak
sama dengan hilangnya manfaat dan kegiatan-kegiatan lain karena timbulnya pengeluaran
pemerintah itu
3. Manfaat dan biaya satu proyek dapat dibedakan antara “manfaat dan biaya riil” (pecuniary
benefits and costs) dan “manfaat dan biaya semu” (pecuniary benefits and cots)
4. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa ini adalah : Menentukan dampak dari proyek,
yaitu barang dan jasa apa yang akan diperoleh dari proyek tersebut, dan Menyatakan dampat dari
proyek tersebut secara kuantitatif
5. Konsekuensi dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan yang merupakan biaya dari
proyek tersebut. Penggunaan sumberdaya yang terlibat dalam suatu proyek, akan meliputi pula
“opportunity cost” dikarenakan pengorbanan atau hilangnya jasa produktif pada sector lain.
Sekalipun dalam menghitung biaya dalam suatu proyek jauh lebih mudah daripada dalam
menghitung manfaat, namun tetap tidak terlepas dari yang namanya kesulitan, misalnya timbul
perhitungan ganda (double counting)
6. Manfaat suatu proyek biasanya akan diterima beberapa tahun setelah proyek itu selesai dan
proyek itu akan selalu memberikan jasa-jasa yang akan diterima pada tahun-tahun yang akan
datang. Kesulitannya adalah untuk menentukan tingkat diskonto atau tingkat bunga (discount
rate) dan juga menentukan umur proyek tersebut. Sering suatu proyek secara ekonomis sudah
tidak berfungsi, tetapi secara teknis masih berfungsi atau sebaliknya.
B. Saran
Membahas mengenai Analisis Biaya dan Manfaat memang tidak akan pernah ada ujungnya
karena pembahasan ini akan meluas apalagi apabila ditambah dengan kasus-kasus yang saat ini
sudah meluas di telinga masyarakat pada umumnya. Semakin kita dalami ilmu tersebut maka
semakin tertariklah kita akan uniknya pembahasan ini.
Untuk membahas setiap bab nya pun tentu sungguh panjang lebar. Akan tetapi kami hanya
bisa membagikan sedikit pengetahuan saya tentang komunikasi khususnya tentang bahasan yang
telah kami bahas.
Namun saya berharap, walaupun pembahasan ini hanya beberapa lembar halaman saja,
semoga bahasan ini menjadi suatu yang bermanfaat bagi pembaca khususnya juga bagi kami
sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelancaran
proses pembelajaran di makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai