Anda di halaman 1dari 4

Laporan Diagnosis Komunitas dan Intervensi dalam Usaha Menurunkan Jumlah Penderita

Kusta di SMP PGRI 338 Sindang Sono pada Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Jaya,
Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
Periode 1 Februari 2017 – 18 Maret 2017
Patrick Gianny Warouw, Cynthia Kartika, Vidia Amanda, Ernawati1
ABSTRAK
Latar Belakang. Kusta atau Morbus Hansen atau Lepra merupakan penyakit kulit yang sudah ada
sejak lama. Pada tahun 2015 angka penderita Kusta di dunia mencapai 211.973 dan Indonesia
merupakan salah satu dari negara endemis Kusta. Angka penderita Kusta di Indonesia pada tahun
2013 mencapai 16.856. Puskesmas Sindang Jaya di Kabupaten Tanggerang pada tahun 2014 ke
2015 kasus kusta baru meningkat sebanyak 2 kali lipat.
Tujuan. Diturunkannya jumlah penderita Kusta di wilayah Puskesmas Sindang Jaya
Metode. Sekolah SMP PGRI 338 Desa Sindang Sono dipilih sebagai scope tempat dikarenakan
berada di daerah endemis kusta. Alasan lain dipilihnya SMP PGRI 338 Desa Sindang Sono adanya
penderita kusta yang bersekolah di SMP PGRI 338 dan tinggal di lingkungan sekolah. Pendekatan
diagnosis komunitas digunakan untuk mencari penyebab masalah berdasarkan paradigma Blum
dan diagram fishbone, dan untuk menentukan prioritas masalah menggunakan metode non-scoring
tehcnique (Delbeq). Data dikumpulkan dengan pengisian kuesioner (mini survey, pretest, dan post
test) dan pembentukan 20 Duta Kusta untuk men-screening siswa kelas 7,8, dan 9.
Hasil. Didapatkan lifestyle sebagai masalah penyebab. Sebanyak 58 siswa didapatkan adanya
peningkatan hasil pretest ke post test, dimana rata-rata nilai pretest 57,94% dan nilai post test
83,08%. Duta Kusta sebanyak 20 orang mendapat 2 dari 22 suspek Kusta yang mereka dapatkan di
sekolah dan 1 orang yang berada dilingkungan mereka positif Kusta.
Kesimpulan. Disimpulkan masalah penyebab terjadinya peningkatan kasus Kusta adalah
kurangnya pengetahuan tentang Kusta terutama gejala dan tanda awal kusta, pemeriksaan,
pencegahan, dan komplikasi Kusta. Oleh karena itu disarankan penyuluhan rutin, dan berulang
terhadap orang-orang yang belum mendapatkan penyuluhan.
Kata kunci. Morbus hansen, kusta, diagnosis komunitas
1. Pendahuluan kesakitan dan faktor yang mempengaruhi
suatu penyakit dalam suatu komunitas. Salah
Diagnosis komunitas adalah pendekatan
satu penyakit yang butuh untuk dilakukannya
epidemiologi untuk menjalankan program
program tersebut adalah kusta atau Morbus
kesehatan diantaranya untuk mencari tingkat
Hansen. Kusta merupakan penyakit kulit
kronis yang disebabkan bakteri 3. Hasil
mycobacterium leprae dan menyerang system
saraf perifer sampai ke system pernapasan. Peserta yang mengikuti kegiatan ini ada
Asia tenggara sendiri menempati peringkat 58 siswa dan 2 orang keluarga penderita
pertama dalam penemuan kasus baru di kusta. Hasil yang didapat pengetahuan
Dunia dan Indonesia merupakan negara tentang kusta meningkat yang didapat
endemis kusta di Asia Tenggara dengan dari pretest dan post test.
jumlah kasus baru sebanyak 16.586 orang
pada tahun 2013 dengan penderita terbanyak
pada usia 0-14 tahun. Provinsi Banten
menempati peringkat 8 dari 10 provinsi
terbanyak penyakit kusta dan pada Puskemas
Sindang Jaya memiliki daerah endemis kusta
dan terdapat 18 kasus pada tahun 2015. Pretest Posttest

2. Bahan dan Metode Penelitian


Gambar 1.1 Nilai Pretest dan post test Siswa kelas 8
di SMP PGRI 338 Sindang Sono
Diagnosis komunitas merupakan metode
Pada hasil pretest didapatkan kenaikan
yang digunakan dalam intervensi di wilayah
rata dimana pada pretest nilai rata-rata
kerja Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya
sebesar 19,7/34 (57,94%) sedangkan post
pada tanggal 16 Februari sampai 18 Februari
test 28,52/34 (83,08%). Pada kelompok
2017. Metode yang digunakan dalam
nilai dapat diliat bahwa pada post test
menentukan masalah adlaah paradigm BLUM
kelompok siswa dengan nilai benar
dan metode penentuan prioritas maslaah
terbanyak ada di kelompok 21-30 (25
menggunakan Delbeq. Intervensi diberikan
siswa) sedangkan pada pretest kelompok
terhadap 75 siswa di SMP PGRI 338 Sindang
nilai paling banyak ada di kelompok 15-
Sono dengan cara penyuluhan, pembentukan
20. Selain itu dapat dilihat pada
duta kusta, screening dan follow up pada
kelompok nilai benar 31-34 pada pretest
penderita dan keluarga kusta.
tidak ada siswa yang mendaptkan nilai
terebut sedangkan pada post test
didapatkan 23 siswa.
Hasil screening dari duta kusta dan cross Jaya. Untuk tercapainya tujuan tersebut
check oleh mahasiswa kedokteran maka diharapkan secara rutin intervensi
didapatkan 22 suspek kusta di sekolah dapat dilanjutkan dan di awasi pada
tersebut dimana 2 dari 22 dinyatakan daerah yang lebih luas cakupannya.
positif kusta dan selanjutnya dilakukan 6. Daftar Pustaka
screening dan followup pada penderita
dan keluarga penderita dan didapatkan 1. Chandra B. Pengantar kesehatan
tidak ada keluarga yang menderita lingkungan. Jakarta: EGC; 2007. p.12-13
2. Wisnu IM, Daili ESS, Menaldi SL.
penyakit kusta.
Kusta. Dalam: Menaldi SL, Bramono K,
indriani W, editor. Ilmu penyakit kulit. Ed
4. Pembahasan
7. Jakarta : FKUI; 2015. p.87-102
3. World Health Organization. Global
Berdasarkan hasil yang didapatkan
leprosy update, 2015: time for action,
peningkatan pengetahuan tentang
accountability and inclusion. [Internet]
penyakit kutsa dan dditemukan suspek
2016. [Cited date :10th of Febuary 2017].
penderita kusta. Hal ini menunjukan
Available from :
keberhasilan intervensi penyuluhan dan
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/2
pelatihan yang telah dilakukan.
49601/1/WER9135.pdf ?ua=1
Peningkatan kasus kusta di Desa Sindang
4. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Sono diperkerikana karena kurangnya
Kesehatan Republik Indonesia [internet].
pengetahuan terhadap penyakit kusta. Hal
Infodatin kusta. Jakarta : Kemenkes RI;
ini berdampak pada lifestyle yang kurang
2015 [cited Febuary 2017] available from
baik.
http://www.depkes.go.id/resources/downl
oad/pusdatin/infodatin/infodatin_kusta.pd
5. Kesimpulan dan Saran
f
5. Puskesmas Sindang Jaya. Profil
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan
Puskesmas Sindang Jaya 2015.
dinilai dapat meningkatkan pengetahuan
Tangerang : Puskesmas Sindang Jaya;
dan pemahaman mengenai bahaya
2016. p.32, 89
penyakit kusta. Hal ini bertujuan untuk 6. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
menurunkan angka penderita kusta Paller AS, Leffel DJ, Wolff K.
sampai menurunkan angka kecacatan Fitzpatrick’s : Dermatology in general
penderita kusta di Kecamatan Sindang
medicine. 8th ed. NewYork : McGraw- genetic relationship, age, and leprosy
Hill ; 2012. p. 2253-2263 classfication are independent risk factor
7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
for leprosy in contacts of patients with
penyakit kulit dan kelamin. 6th ed.
leprosy. The Journal of Infectious
Jakarta : FKUI ; 2010. p. 73-88
Diseases. 2006; 193: 346-53. Available
8. Center for Disease Control and
from :
Prevention [internet]. Hansen’s disease.
https://academic.oup.com/jid/article/193/
CDC. 2017 [cited Febuary 2017]
3/346/2191578/ Physical-Distance-
Available from
Genetic-Relationship-Age-and
https://www.cdc.gov/leprosy/transmissio
14. Buxton PK. ABC of dermatology. 4th ed.
n/ index.html
London. BMJ ; 2003. p. 109-110
9. Widianingrum C, Uktolseja J, Erma A,
15. Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical
Kurniasari I, Syswanda, Pakasi T, et al.
dermatology. 3rd ed. UK. Blackwell
Pedoman nasional program pengendalian
Science; 2003. p. 197-200
kusta. Jakarta : Bakti Husada ; 2012 16. Gawkrodger DJ. Dermatology an
10. American Academy of Family Physicans
illustrated colour text. 3rd ed. UK.
[internet]. US : Leprosy –
Churchil Livingstone; 2003. p. 56
FamilyDoctor.org ; c2014 [Updated
2014 April]. Available from https://
familydoctor.org/tag/mycobacterium-
leprae/
11. Moet FJ, Meima A, Oskam L, Richardus
JH. Risk factor for the development of
clinical leprosy among contacts, and their
relevance for targeted interventions. Lepr
rev. 2004; 75 : 310-326
12. Patil RR. Determinats of leprosy with
special focus on childeren : a socio-
epidemiologic perspective. American
Journal of Dermatology and Venerology.
2013 ; 2(2) : 5-9. Available from :
http://article.sapub.org/pdf/10.5923.j.ajdv
.20130202. 01.pdf
13. Moet FJ, Pahan D, Schuring RP, Oskan
L, Richardus JH. Physical distance,

Anda mungkin juga menyukai