DisusunOleh
1. Huzaepi, S.Kep
2. Agus Suryangsa, S.Kep
3. Arya Jaya, S.Kep
4. Firdaus, S.Kep
5. Laela Badria, S.Kep
6. L. Ramdoni Pebriadi
7. Masnah, S.Kep
8. Sartini, S.Kep
9. Ummi Kalsum L, S.Kep
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan pasien dan
keluarga mengerti dan paham tentang Resiko Perilaku Kekerasan, HDR dan
cara mengatasi dan mengontrolnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapakan pasien dan
keluarga pasien mampu:
a. Menjelaskan pengertian resiko perilaku kekerasan dan HDR
b. Menyebutkan penyebab dan akibat resiko perilaku kekerasan dan HDR
c. Menyebutkan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dan HDR
d. Menjelaskan cara mengontrol resiko perilaku kekerasan dan HDR
B. Materi
Terlampir
C. Media
1. LCD
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Setting Tempat
: Moderator
: Penyuluh
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
F. Pengorganisasian
1. Moderator : Marfuah Muhlisah
2. Penyaji : Mardiati
3. Kultum : Muhammad Rama
4. Fasilitator : M. Iqbal Rifani, M. Rizky Rachman,
Muhammad Maulana, Mia Jamiliana
5. Observer : Muhammad Ni’am Luthfi, Miftah Rahmah
Pembagian Tugas
1. Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir
2. Penyaji : Menyajikan materi penyuluhan
3. Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
4. Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
H. Evaluasi Lisan
a. Apa pengertian Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
b. Apa saja penyebab dan akibat Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
c. Apa saja tanda-tanda dan gejala Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
d. Bagaimana cara mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
I. Materi
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
c. Akibat dari Resiko Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/mrmbahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Materi Penyuluhan
Harga Diri Randah
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat
terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri (Keliat, 1998).
3. Penyebab
a. Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis.
b. Dikucilkan dari teman/ masyarakat.
c. Harapan atau cita-cita yang tidak realistis tidak sesuai dengan kemampuan
diri.
d. Trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubugan kerja,sering mengalami kegagalan dalam usaha dll.
Keliat, B.A. 1998. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien dengan Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.