Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

HARGA DIRI RENDAH DAN HALUSINASI


DI PUSKESMAS DASAN AGUNG

DisusunOleh

1. Huzaepi, S.Kep
2. Agus Suryangsa, S.Kep
3. Arya Jaya, S.Kep
4. Firdaus, S.Kep
5. Laela Badria, S.Kep
6. L. Ramdoni Pebriadi
7. Masnah, S.Kep
8. Sartini, S.Kep
9. Ummi Kalsum L, S.Kep

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN
MATARAM
2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
Pokok Pembahasan : Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) dan HDR
Sub Pokok Pembahasan : 1. Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR
2. Penyebab dan akibat Resiko Perilaku Kekerasan
dan HDR
3. Tanda dan gejala Resiko Perilaku Kekerasan dan
HDR
4. Cara mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dan
HDR
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari/tanggal : Kamis/17 Maret 2018
Tempat : Puskesmas Dasan Agung
Pukul : 09.00 Wita s.d selesai

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan pasien dan
keluarga mengerti dan paham tentang Resiko Perilaku Kekerasan, HDR dan
cara mengatasi dan mengontrolnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapakan pasien dan
keluarga pasien mampu:
a. Menjelaskan pengertian resiko perilaku kekerasan dan HDR
b. Menyebutkan penyebab dan akibat resiko perilaku kekerasan dan HDR
c. Menyebutkan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dan HDR
d. Menjelaskan cara mengontrol resiko perilaku kekerasan dan HDR

B. Materi
Terlampir

C. Media
1. LCD
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Setting Tempat

: Moderator

: Penyuluh

: Peserta
: Fasilitator

: Observer

F. Pengorganisasian
1. Moderator : Marfuah Muhlisah
2. Penyaji : Mardiati
3. Kultum : Muhammad Rama
4. Fasilitator : M. Iqbal Rifani, M. Rizky Rachman,
Muhammad Maulana, Mia Jamiliana
5. Observer : Muhammad Ni’am Luthfi, Miftah Rahmah
Pembagian Tugas
1. Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir
2. Penyaji : Menyajikan materi penyuluhan
3. Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
4. Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir

G. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam

2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan


(5 menit)
memperhatikan

3. Menggali pengetahuan pasien 3. Menjawab pertanyaan


dan keluarga pasien tentang
Resiko Perilaku Kekerasan
dan HDR
4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan tujuan
memperhatikan
penyuluhan

5. Menyetujui kontrak waktu

5. Membuat kontrak waktu


2. Kegiatan inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan
(25 menit) a. Pengertian Resiko
memperhatikan penjelasan
Perilaku Kekerasan Dan
penyuluh
HDR
b. Penyebab dan akibat
Resiko Perilaku
Kekerasan dan HDR
c. Tanda dan gejala Resiko
Perilaku Kekerasan dan
HDR
d. Cara mengontrol Resiko
Perilaku Kekerasan dan
HDR
2. Aktif bertanya
2. Memberikan kesempatan
untuk bertanya

3. Menjawab pertanyaan peserta 3. Mendengarkan


3. Penutup 1. Menyimpulkan materi yang 1. Mendengarkan dan
(15 menit)
disampaikan oleh penyuluh memperhatikan
2. Mengevaluasi peserta atas 2. Menjawab pertanyaan
penjelasan yang disampaikan yang diberikan
dan penyuluh menanyakan
kembali mengenai materi
penyuluhan
3. Salam penutup
3. Menjawab salam

H. Evaluasi Lisan
a. Apa pengertian Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
b. Apa saja penyebab dan akibat Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
c. Apa saja tanda-tanda dan gejala Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
d. Bagaimana cara mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dan HDR ?
I. Materi

RESIKO PERILAKU KEKERASAN


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan kekerasan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).

2. Penyebab dan Akibat Resiko Perilaku Kekerasan


a. Faktor Predisposisi
 Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa
anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa
menjadi pelaku perilaku kekerasan.
 Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan
yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan
diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
 Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan
adalah hal yang wajar.
 Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusakan pada sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut
menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
 Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
 Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
 Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
 Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
c. Akibat dari Resiko Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/mrmbahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

3. Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan


a. Fisik: mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta posyur tubuh kaku
b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus
c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri,orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif
d. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
e. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan
f. Spiritual: merasa berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
g. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan ejekan, dan
sindiran
h. Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
4. Cara Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan
a. Tarik nafas dalam melalui hidung dan keluarkan lewat mulut berulang kali
sampai emosi mereda.
b. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan berolahraga dan beraktifitas
c. Mengendalikan perilaku kekerasan dengan berdoa kepada Tuhan
d. Katakan dalam hati “sabar sabar” berulang kali ketika amarah muncul
e. Menemui orang lain (keluarga atau orang terdekat) untuk bercakap-cakap
atau mengungkapkan perasaan yang dirasakan.
f. Menggunakan obat dengan baik dan benar

Materi Penyuluhan
Harga Diri Randah

1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat
terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri (Keliat, 1998).

2. Tanda dan Gejala


a. Perasaan malu pada diri sendiri
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya menyalahkan dan mengejek diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau bertemu orang
lain, lebih suka menyendiri.
e. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram mungin
klien ingin mengakhiri kehidupan.
g. Produktivitas menurun.
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i. Pandangan hidup yang pesimis.
j. Penyalahgunaan obat.
k. Depersonalisasi adalah perasaan tidak realita dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat
meredakan dirinya dengan orang lain.

3. Penyebab
a. Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis.
b. Dikucilkan dari teman/ masyarakat.
c. Harapan atau cita-cita yang tidak realistis tidak sesuai dengan kemampuan
diri.
d. Trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubugan kerja,sering mengalami kegagalan dalam usaha dll.

4. Cara Meningkatkan Harga Diri


a. Ungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain seperti keluarga, teman
untuk membantu mengatasinya
b. Menggali potensi diri yang dapat dikembangkan untuk mencapai kesuksesan
c. Buat rencana kegiatan yang realistis untuk mencegah resiko kegagalan
d. Yakinkan diri bahwa kegagalan yang pernah dialami adalah kesuksesan yang
tertunda
e. Lakukan kegiatan yang telah direncanakan dengan tekun
f. Jika mengalami masalah selama melakukan kembali kegiatan, mintalah
bantuan orang lain khususnya keluarga

5. Peran keluarga dalam meningkatkan harga diri


a. Tingkatkan kesadaran diri pasien dengan menjalalin hubungan yang baik,
memberikan dan membimbing melakukan peker-jaan yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
b. Menggali kelebihan pasien dengan mendorong pasien mengungkapkan
pikiran dan perasaannnya, mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki
pasien.
c. Mengevaluasi diri pasien dengan memotivasi pasien menungkapkan upaya
yang biasa dilakukan bila menghadapi masalah, dengarkan setiap keluhan
pasien dan bantu memcari alternative pemecahan yang lebih baik.
d. Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistis dengan berdiskusi dengan
pasien tentang berbagai rencana kegiatan yang akan dilakukan, utamakan
pekerjaan yang sesuai dan mampu diselesaikan dengan baik.
e. Buatkan jadual kegiatan harian pasien dan berikan pujian jika dapat
melakukan dengan baik.
f. Bila pasien mengalami kegagalan selama melakukan berbagai pekerjaan
jangan menyalahkan tetapi bimbing untuk melaku-kannya dengan baik.
g. Secara bertahap bantu pasien melakukan kegiatan bersama orang
lain/masyarakat.
h. Fasilitasi dan pantau penggunaan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 1998. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien dengan Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.

Danz, 2012. SAP Harga Diri Rendah. http://danz1309.blogspot.com/p/askep-jiwa-


hdr.htmldiunduh tanggal 12 Maret 2018 jam 08.30.

Herman, 2013. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah.


http://hermankampus.blogspot.com/2013/04/laporan-pendahuluan-harga-diri-
rendah.html. diunduh tanggal 12 maret 2018 jam 08.30.

Anda mungkin juga menyukai