Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perawatan Luka. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 1. Tujuan yang lebih khusus
dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan
luka yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita.
Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas untuk
menulis makalah ini, serta kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Akademi Keperawatan
Mambaul Ulum Surakarta. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.

Mataram, Agustus 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.2. Proses Penyembuhan Luka
2.3 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
2.4. Perawatan Luka Bersih
2.5 Perawatan Luka Basah
2.6. Menjahit Luka
2.7. Mengangkat Jahitan

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini
berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut
biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost
effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut.
Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan
produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari luka?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya luka?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka?
5. Bagaimana perawatan luka basah?
6. Bagaimana mengenai menjahit luka?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian luka
2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka
3. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4. Untuk mengetahui cara merawat luka basah
5. Untuk mengetahui bagaimana mengenai menjahit luka
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Luka


Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah
rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial,
yang melibatkan lapisan epidermis, partial thickness, yang melibatkan lapisan
epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan
lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena
suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari
bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan
sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi
dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam
jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak
tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa
dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah
penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami
keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda
infeksi.
2.2 Mekanisme terjadinya luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh
sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain
yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau
pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca
atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh
biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
2.3 Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson
Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
2.4 Proses Penyembuhan Luka
1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi
tumpang tindih (overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab
luka tersebut
3. Fase penyembuhan luka :
a. Fase inflamasi :
1. Hari ke 0-5
2. Respon segera setelah terjadi injuri
3. Pembekuan darah
4. Untuk mencegah kehilangan darah
5. Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
6. Fase awal terjadi haemostasis
7. Fase akhir terjadi fagositosis
8. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi
1. Hari 3 14
2. Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi
pada luka
3. Luka nampak merah segar, mengkilat
4. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
5. Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan
epidermis pada tepian luka
6. Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c. Fase maturasi atau remodelling
1. Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
2. Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
3. Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
4. 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
5. Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and
vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.
2.5 Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat
juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka
secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk
suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
6. Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat
terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera, Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif
diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang
spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif
akibat koagulasi intravaskular.
2.6 Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini
dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada
tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang
optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori
perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil
dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan
kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat
terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
2.7 Perawatan Luka Bersih
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga
untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit
biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka
operasi lainnya. Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi
port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.
A. PERSIAPAN
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:
1. Pinset anatomis (2 buah)
2. Pinset chirurgis (2 buah)
3. Handscoon steril
4. Kom steril (2 buah)
5. Kassa dan kapas steril secukupnya
6. Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)
Alat Lain:
1. Gunting Verband/plester
2. Plester
3. Nierbekken (Bengkok)
4. Lidi kapas
5. Was bensin
6. Alas / Perlak
7. Selimut Mandi
8. Kapas Alkohol dalam tempatnya
9. Betadine dalam tempatnya
10. Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
11. Lembar catatan klien
Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien
B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA
1. Mencuci tangan
2. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk
tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
3. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka
dengan selimut mandi.
5. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6. Pasang alas/perlak
7. Dekatkan nierbekken
8. Paket steril dibuka dengan benar
9. Kenakan sarung tangan sekali pakai
10. Membuka balutan lama :
a. Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
b. Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
c. Kemudian buang balutan ke nierbekken.
d. Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11. Kaji Luka:

Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase
proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain,
kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk
mengkaji ada tidaknya puss.

12. Membersihkan luka:


a. Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
b. Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri
memegang pinset anatomis ke-2
c. Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara
memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan
memerasnya dengan menggunakan pinset)
d. Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke
pinset chirurgis
e. Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk
sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi.
13. Menutup Luka
a. Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil
dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan
kanan.
b. Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
c. Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung
ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)
d. Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
e. Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan
balutan yang tidak terlalu ketat.
14. Alat-alat dibereskan
15. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
C. DOKUMENTASI
1. Hasil observasi luka
2. Balutan dan atau drainase
3. Waktu melakukan penggantian balutan
4. Respon klien
2.8 Perawatan Luka Basah
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan
debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan
lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat).
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan
debridement
Tujuan :
1) Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2) Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3) Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1. Bak balutan steril :
a. Kapas balut atau kasa persegi panjang
b. Kom kecil 2 buah
c. 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
d. Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
e. Sarung tangan steril jika perlu
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok 2 buah
a. Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
b. Bengkok 2 untuk sampah
4. larutan Nacl 0,9 %
5. Gunting plester dan sarung tangan bersih
6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi
2.9 Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2. Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3. Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan
instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5. Cuci tangan
6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi
kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan
menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih
terdapat bekas plester di kulit bersihkan dengan kayu putih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung
tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat
drain angkat balutan lapis demi lapis
9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl
0,9 % )
10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung,
lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan
desinfektan
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil.
Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13. Kenakan sarung tangan steril
14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan
yang nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin.
Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau
kapas terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam
maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset.
Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka
kontak dengan kassa lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka.
Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan
pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali
posisi yang nyaman
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
a. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat
menimbulkan rasa nyeri pada klien
b. Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan
puncak efek obat
c. Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular
seperti percikan dari luka
2.10 Menjahit Luka
Penutupan luka atau penjahitan luka mengacu kepada pendekatan jaringan untuk
memulihkan anatomi normal setelah pembedahan atau trauma. Tujuan penutupan luka
adalah mempercepat penyembuhan dan memulihkan fungsi sementara memperkecil
risiko infeksi dan pembentukan jaringan parut.
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.Jahitan digunakan
untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang terpotong
(Sabiston,1995).
Persiapan Alat dan Bahan
1. Pisau bedah
2. Dissecting scissors (gunting bedah)
3. Suture scissors (gunting benang)
4. Needle holders, Fungsi untuk memegang jarum penjahit
5. Suture needles ( jarum )
6. Towel clamps, fungsi untuk menjepit dan menahan jaringan
7. Benang
8. Cairan desifektan : povidon-iodidine 10 % (bethadine )
9. Cairan NaCl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
10. Anestesi lokal lidocain 2%.
11. Sarung tangan steril
12. Kasa steril
Pelaksanaan
1. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
2. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan bethadine 10%, dimulai dari bagian
tengah kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
3. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya
bagian kulit dan luka yang akan dijahit.
4. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
5. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
6. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan
gunting.
7. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NaCl.
8. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut
secara simple interupted suture. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap yaitu
silk.
Simple interupted suture/Jahitan Simpul Tunggal
Indikasi: pada semua luka
Dilakukan sebagai berikut:
a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat, masuk
subcutan terus kekulit sisi lainnya.
b. Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar tepi
luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah luar (everted)
c. Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
2.11 Mengangkat Jahitan
Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan,
menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka.
Membuka jahitan adalah tindakan untuk mengangkat atau membuka jahitan pada luka
yang dijahit. Guna dari mengangkat jahitan adalah untuk mencegah timbulnya infeksi
silang dan mempercepat proses penyembuhan.
Tujuan :
a. Mencegah terjadinya infeksi
b. Mempercepat proses penyembuhan luka
c. Meningkatkan kenyaman fisik dan psikologis
Persiapan :
Alat
1. Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrument steril:
a. Sarung tangan steril
b. Pinset 4 (2 anatomis, 2 sirurgis)
c. Gunting hatting up
d. Lidi waten
e. Kom 2 buah
f. Kasa steril
2. Plester
3. Gunting perban
4. Bengkok 2 buah
5. Larutan Nacl
6. Perlak alas
7. Betadin
8. Korentang
9. Alkohol 70%
10. Kapas bulat dan sarung tangan bersih
Lingkungan
a. Menutup tirai/jendela
b. Merapikan tempat tidur
Pelaksanaan
a. Mengatur posisi sesuai dengan kenyamanan pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
c. Inform consent
Prosedur pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur pada pasien dengan menggambarkan langkah-langkah
perawatan luka
2. Dekatkan semua peralatan yang diperlukan
3. Dekatkan bengkok didekat pasien
4. Tutup ruangan dengan tirai disekitar tempat tidur
5. Bantu klien pada posisi nyaman
6. Cuci tangan secara menyeluruh
7. Pasang perlak dan alas
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, angkat balutan
dengan pinset
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan,
sejajar dengan kulit yang mengarah pada balutan
10. Dengan sarung tangan/pinset, angkat balutan
11. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan menggunakan NaCl
12. Observasi karakter dan jumlah drainase
13. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada
bengkok yang berisi clorin 5%
14. Buka bak instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester,
15. Kenakan sarung tangan steril
16. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter
drainase serta palpasi luka (kalau perlu)
17. Bersihkan luka dengan NaCl dan betadin dengan memggunakan pinset. Gunakan
satu kasa untuk sekali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi.
Gunakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi/ tepi luka
18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka, usap dengan cara seperti pada
langkah 17
19. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara: menjepit simpul jahitan
dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang
tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit/ pada sisi lain yang tidak ada
simpulnya.
20. Olesi luka dengan betadin
21. Menutup luka dengan kasa steril dan di plester
22. Merapikan pasien
23. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya
24. Melepaskan sarung tangan
25. Perawat cuci tangan
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat menyebabkan pasien
terasa nyeri
2. Cermat dalam menjaga kesterilan
3. Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan
4. Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan dengan tipe jahitan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor tertentu yang
mempengaruhi proses penyembuhan luka. Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam
melakukan perawatan luka, agar luka dapat segera disembuhkan.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan
prosedur. Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Agar luka tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah
sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya
merawat luka agar meminimalisasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh
luka yang tidak dirawat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://diaryembunku.blogspot.co.id/2014/10/makalah-perawatan-luka.html (diakses pada hari


selasa, 8 Agustus 2017 jam 20.36 wita)

Anda mungkin juga menyukai