Jurnal Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
Jurnal Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
Abstrak
Untuk memperbaiki sifat – sifat yang kurang baik pada beton adalah dengan
menambahkan serat (fiber) yang kemudian disebut beton berserat (Fiber concrete). Sifat
daktailitas, kekuatan lentur dan tarik, ketahanan kejut, ketahanan terhadap kelelahan dan
susut pada beton dapat diperbaiki dengan serat pada beton. Berbagai macam serat telah
direkomendasikan oleh ACI Committee 544 yang tergolong dalam 4 golongan yang salah
satunya adalah NFRC (Natural Fiber Reinforced Concrete).
Dari hasil penelitian, balok prategang dengan menambahkan serat bambu 0,4% mix
design mampu meningkatkan kuat lentur beton prategang mencapai 2 Ton atau 24,0964%
serta mampu meningkatkan momen decompression (Mdec) dan momen retak (Mcr)
mencapai 50% dari balok prategang 0% serat.
I. PENDAHULUAN
Seiring maju ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan ilmu beton dituntut
untuk meningkatkan kualitas khususnya kekuatan beton yang dikenal ‘Beton Mutu
Tinggi”. Teknologi beton mutu tinggi dilakukan dengan menambahkan bahan atau
agregat lain didalam beton seperti fly ash, pemberian serat (fiber concrete), dan teknologi
beton prategang.
Dalam perkembangan teknologi beton sekarang ini, berbagai usaha dilakukan
untuk memperbaiki sifat – sifat yang kurang baik pada beton. Cara perbaikan tersebut
antara lain dengan menambahkan serat ke dalam adukan beton.
Penambahan serat memperbaiki sifat-sifat struktural beton. Serat bersifat mekanis
sehingga tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan pembentuk beton lainnya.
Serat membantu mengikat dan menyatukan campuran beton setelah terjadinya pengikatan
awal dengan pasta semen.
Ada berbagai macam serat yang biasa digunakan yaitu baja, kaca, plastik, bambu,
kayu dan karbon. Salah satu jenis serat yang populer dipakai adalah adalah steel fiber
namun korosi akan mudah merusak serat tersebut karena ukuran penampang yang kecil
dan harga seratnya pun mahal. Serat yang masih jarang dimanfaatkan adalah serat natural
yaitu serat bambu. masih sangat sedikit penelitian yang menggunakan serat bambu hal ini
mengakibatkan tidak populernya serat bambu dalam sistem beton berserat.
(Morisco 1994-1999) melaporkan Kondisi kering oven, bambu memiliki kuat tarik
sampai 417 MPa pada kulit bagian luar hampir setara kuat tarik pada baja. Dari 1500
jenis bambu didunia, 170 (11%) terdapat di Indonesia. Hal ini menyebabkan bambu
sangat mudah didapatkan dan dengan harga yang sangat murah serta anti korosif.
Kelemahan bambu terdapat pada ruas bambu yang memilki kuat tarik 128 MPa dan
memiliki kadar air yang memungkinkan terjadinya kembang susut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Hasanah (2012) pada beton
bertulang, melaporkan bahwa sifat–sifat kurang baik dari beton, yaitu getas, tidak mampu
menahan tegangan tarik dan ketahanan yang rendah terhadap beban impact dapat
diperbaiki dengan menambahkan fiber natural yang terbuat dari potongan bambu pada
adukan beton. Selain itu, dilaporkan pula bahwa tingkat perbaikan yang diperoleh dengan
serat bambu tidak banyak berbeda dengan hasil – hasil yang dilaporkan dengan serat baja
(steel fiber). Serat dari bambu betung tersebut mempunyai kuat tarik sebesar 285 MPa,
berat jenis 0,646, kadar air 5,381 pada kondisi kering udara mampu memberikan hasil
yang optimal karena pull-out resistance cukup tinggi dan memberikan kelecakan baik.
Beton prategang dan serat bambu adalah penelitian yang dipilih karena memiliki
kelebihan yang berbeda dengan beton bertulang dan dengan serat natural. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, kekurangan pada beton prategang yang mengakibatkan
berkurangnya gaya prategang (perpendekan elastis beton, rangkak dan susut pada beton
dan relaksasi tegangan tendon) dapat dikurangi dengan menggabungkan sistem prategang
dan sistem fiber pada beton. Harapannya, peningkatan kemampuan beton prategang untuk
mendukung tegangan lentur akan meningkat dan kehilangan gaya prategang dapat
direduksi dengan baik oleh fiber.
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
Metode penelitian ini adalah research and development atau pene- litian dan
pengembangan. Desain pe- nelitian yang digunakan yaitu menambahkan serat bambu
betung yang berdimensi 1 x 2 x 6 mm pada balok beton prategang (fiber prestressed
concrete). Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu : Pemeriksaan bahan campuran
beton, pelaksanaan penelitian, Test Set-Up, pelaksanaan pengujian, dan analisis hasil
penelitian.
Sebelum melakukan mix design, material harus diperiksa terlebih dahulu untuk
mengetahui kualitas material tersebut memenuhi standar yang ditetapkan.
Tabel 1. Spesifikasi pengujian material
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
keadaan tarik tersebut diangkur kuat – kuat pada kedua ujungnya sedemikian rupa
sehingga gaya tarik tetap tertahan pada tendon tersebut. 3). Memasang begisting sesuai
bentuk komponen yang direncanakan. Melakukan pengadukan agregat untuk balok yang
tidak menggunakan serat bambu betung, kemudian adukan dimasukan kedalam bekisting
yang telah berisi tendon yang telah ditegangkan. 4). Melakukan pengadukan agregat
kembali untuk balok yang menggunakan serat bambu betung 0,4%. Kemudian adukan
dimasukan kedalam begisting selanjutnya. Mengulangi kegiatan ini untuk balok
berikutnya. 5). Melakukan perawatan beton (curring) dengan cara menutupi permukaan
beton dengan karung goni. 6). Apabila beton telah mencapai kekuatan f’c rencana ( umur
beton 28 hari), maka tendon dipotong dari tempat penjangkarnya. seketika akan terjadi
pelimpahan gaya prategang tinggi (To) kepada beton. 7). Setelah cukup kuat dan sesuai
persyaratan, melepas bekisting dan melakukan pengujian (f).
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
3.4 Instrumentasi
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Loading frame adalah
rangka yang berfungsi menempatkan beban. b) Dial gauge untuk mengetahui lendutan
balok saat pembebanan dan mengetahui elongation Pc-strand saat proses stressing. c)
Compressing Testing machine (CTM) digunakan untuk uji kuat tekan beton. d) Hidraulic
jack dan tabung hidraulic e) Terpong retak digunakan mengidentifikasi lebar retak beton.
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
𝑓 ′ 𝑐 𝑥 10
𝐾= … … … … … … … … … … ..
0,83
Dimana : K = kuat tekan beton karakteristik (Kg/cm2)
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
1 23-Sep-13 4 Balok I, Sampel 1A 41,5 23 15 x 30 12,800 355 36.188 20,09 0,480 41,86
Lab. Bahan dan
2 20-Sep-13 30-Sep-13 11 Balok I, Sampel 1B 41,5 23 15 x 30 12,910 510 51.988 28,86 0,770 37,49 40,3 Konstruksi UNILA
3 10-Oct-13 21 Balok I, Sampel 1C 41,5 22 15 x 30 12,600 700 71.356 39,62 0,950 41,70
1 10-Oct-13 11 Balok II, Sampel 2A 41,5 20 15 x 30 12,520 740 75.433 41,88 0,800 52,35
Lab. Bahan dan
2 30-Sep-13 14-Oct-13 15 Balok II, Sampel 2B 41,5 20 15 x 30 12,720 757 77.166 42,84 0,890 48,14 49,3 Konstruksi UNILA
3 28-Oct-13 28 Balok II, Sampel 2C 41,5 19,5 15 x 30 12,610 838 85.423 47,43 1,000 47,43
1 22-Oct-13 11 Balok III, Sampel 3A 41,5 21 15 x 30 13,050 650 66.259 36,79 0,800 45,99
Lab. Bahan dan
2 11-Oct-13 8-Nov-13 28 Balok III, Sampel 3B 41,5 20 15 x 30 13,100 850 86.646 48,11 1,000 48,11 46,5 Konstruksi UNILA
3 8-Nov-13 28 Balok III, Sampel 3C 41,5 20 15 x 30 13,100 800 81.549 45,28 1,000 45,28
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
menambahkan perkuatan di daerah web profil baja yang berfungsi sebagai angkur
dalam proses prestrssing.
Untuk mengetahui besarnya nilai lendutan atau defleksi digunakan alat Dial Gauge.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lendutan rata – rata maksimum balok prategang I
sebesar 25,13 mm pada beban maksimum sebesar 8,3 Ton, lendutan maksimum balok
prategang II sebesar 23,25 mm pada beban maksimum sebesar 10,3 Ton, lendutan
maksimum balok prategang III sebesar 22,94 mm pada beban maksimum sebesar 9,3
Ton. Grafik hubungan beban dan lendutan masing – masing dial gauge dapat dilihat
dibawah ini
\\
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
b) Pada balok prategang II dan III dengan menambahkan serat bambu betung 0,4%
terjadi perubahan. Kedua balok tersebut terjadi keretakan balok setelah
pembebanan 3000 Kg. Kondisi ini sesuai terhadap momen retak rencana yang
akan retak pada beban 2,3319 Ton artinya, kontribusi yang diberikan serat
bambu mampu menahan momen retak lebih baik. Peningkatan momen retak
yang diberikan oleh serat bambu pada percobaan ini mencapai 50% dari balok
prategang tanpa serat.
Pengaruh serat pada beton prategang tidak hanya pada kuat lentur ultimit yang
meningkat, akan tetapi lebar retak yang membaik dan juga perilaku pola retak pada balok
berserat menjadi acak. Pada balok prategang II, lebar retak maksimum terjadi pada beban
10,3 Ton dengan lebar 2,4 mm terjadi peningkatan 24% dari balok prategang tanpa serat.
Balok prategang III, lebar retak maksimum dialami pada beban 9,3 ton dengan lebar 2,7
mm.
Pola retakan pada balok prategang menjadi acak atau tidak beraturan jika
dibandingkan dengan balok prategang tanpa serat.Peristiwa ini dipengaruhi adanya serat
bambu betung yang menyebar secara acak dengan adukan beton, posisi serat yang
vertikal, horisontal ataupun logitudinal tersebar dan memberikan gaya friksi yang lebih
baik pada saat pembebanan. Akhirnya beban luar yang bekerja didalam balok beton
berjalan mencari titik yang terlemah sehingga menimbulkan pola retakan yang tidak
teratur pada bagian – bagian sekitar retakan utama.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada benda uji balok beton prategang dengan
menambahkan serat bambu betung berdimensi 1 mm x 2 mm x 60 mm sebanyak 0,4%
dari berat beton mix design adalah :
a) Terjadi perbedaan perilaku struktur dan workability antara beton prategang tanpa
serat dan beton prategang dengan menambahkan serat bambu betung.
b) Balok beton prategang II dengan menambahkan serat bambu betung sebanyak
0,4% mengalami peningkatan terhadap kuat lentur ultimit sebesar 24,0964% dari
balok prategang I tanpa menambahkan serat bambu betung.
c) Balok beton prategang III dengan menambahkan serat bambu betung sebanyak
0,4% mengalami peningkatan terhadap kuat lentur ultimit sebesar 12,0482% dari
balok prategang I tanpa menambahkan serat bambu betung.
d) Fiber (serat) bambu betung meningkatkan kekuatan momen retak (Mcr) pada balok
prategang hingga mencapai 50%.
e) Fiber (serat) bambu betung menimbulkan gaya friksi dengan material beton lain
yang menyebar secara acak dan mengakibatkan pola retak tidak beraturan didaerah
momen.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Siti. 2012, Pengaruh Penambahan Serat Bambu Betung Terhadap Kapasitas
Ultimit Beton Bertulang. (Skripsi). Universitas Malahayati, Bandar Lampung.
Lin,T.Y. Burns, Ned H. 1982. Design of Prestressed Concrete Structures 3rd edition.
Penerjemah: Indrawan, Danil. 1993. Desain Struktur Beton Prategang Edisi
Ketiga. Erlangga. Ciracas, Jakarta.
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)
Jurnal Rekayasa Sipil, Vol........, Edisi........,..........
Lin,T.Y. Burns, Ned H. 1982. Design of Prestressed Concrete Structures 3rd edition.
Penerjemah: Mediana. 2000. Desain Struktur Beton Prategang Edisi Ketiga.
Interaksara. Jakarta.
Nawy, Edward G. 2005. Reinforced Concrete. Penerjemah: Tavio. Kusuma, Benny.
2010. Beton Bertulang Sebuah Pendekatan Mendasar. ITS Press. Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
SNI. 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung.Bandung.
Universitas Lampung. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rohmat Romdhani Perilaku Beton Prategang Dengan Menambahkan Serat Bambu Betung
(Fiber Prestressed Concrete)