Larutan Polimer
Larutan Polimer
2 Larutan polimer
Pelarutan suatu polimer tidak sama dengan pelarutan senyawa yang mempunyai berat
molekul yang kecil atau rendah karena adanya perbedaan dimensi yang sangat berbeda antara
pelarut dan molekul polimer. Hal lain juga dosebabkan polmer sendiri memilki berat moleku
yang biasanya memiliki berat molekul yang besar. Hal ini disebabakan kerana dari pengertian
polimer itu sendiri yang merupakan gabungan antar monomer-monomer yang saline berikatan.
Pelarutan suatu polmer terjadi dalam dua tahapan yakni mula-mula molekur pelarut terdifusi
melewati matriks polimer untuk membentuk suatu massa menggembung dan tersolvensi yang
disebut gel. Sedangkan pada tahapan kedua, gel tersebut akan pecah dan molekul-molekul-nya
Pelarutan pada umunya memakan waktu yang lama, sedangkan beberapa jenis polimer
dapat larut dengan cepat dengan jenis pelarut tertentu. Namun ada beberapa polimer yang lambat
larut bahkan tidak larut dalam pelarutnya. Penentuan pelarut yang digunakan dapat dilihat pada
daftar yang didalamnya terdapat banyak jenis pelarut polar maunpun nonpolar untuk berbagai
temodinamika. Suatu proses pelarutan dapat dijabarkan dalam hubungan energi bebas gibs.
∆𝐺 = ∆𝐻 − 𝑇∆𝑆
Berdasarkan persamaan energi bebas gibs diatas, jika suatu polimer larutan dengan
spontan maka nila ∆𝐺 bernilai negative. Entropi larutan atau ∆𝑆 selalu bernilai positif yang
mengakibatka naiknya mobilitas konformasi dari rantai-rantai polemr. Oleh karena itu, besarnya
entalpi larutan atau ∆𝐻 akan menentikan nilai ∆𝐺. Untuk panas pencampuran ∆𝐻𝑚𝑎𝑥 pada
persamaan dimana 𝑉𝑚𝑎𝑥 adalah volume camputan 𝑉1 dan 𝑉2 adalah voleme molar (berat
molekul/kerapatan).
2
∆𝐸1 1/2 ∆𝐸2 1/2
∆𝐻𝑚𝑎𝑥 = ∆𝑉𝑚𝑎𝑥 [( ) − ( ) ] ∅1 ∅2
𝑉1 𝑉2
Dari dua komponen ∅1 dan ∅2 adalah fraksi volume sedangkan ∆𝐸1 dan ∆𝐸2 adalah energi
∆𝐸1 ∆𝐸2
penguapan, Besaran dan disebut dengan rapat energy kohensif (Cohensif energy
𝑉1 𝑉2
∆𝐸 1/2
density). Jika (𝑉 ) diganti dengan simbol 𝛿. Maka persamaan panas campuran dapat
agar polimer dapat larut nilai ∆𝐺 harus bernilai negative, ∆𝐻𝑚𝑎𝑥 harus bernilai rendah. Oleh
karenya(𝛿1 − 𝛿2 )2 juga harus bernilai rendah. Dengan kata lain nilai 𝛿1 dan 𝛿2 harus sama.
Ketika nilai 𝛿1 dan 𝛿2 sama, maka kelarutan hanya dipengaruhi oleh nilai entropi. Oleh karena
itu, pernyataan-pernyataan mengenai pelarut dan polmer dengan parameter kearutan sebanding,
∆𝐸 = ∆𝐻𝑣𝑎𝑝 − 𝑅𝑇
diamana R merupakan tetepan gas idela sedangkan T merupakan suhu mutlak dalam Kelvin.
Sehingga:
∆𝐻𝑣𝑎𝑝 − 𝑅𝑇 1/2
𝛿1 = ( )
𝑣
Karena polimer-polimer memiliki tekanan uap yang bias dapat diabaikan, metode yang
paling mudah untuk menentukan 𝛿1 adalah dengan menggunakan metode tetapan atraksi molar
gugus. Tetapan ini diturunkan dari senyawa-senyawa dengan berat molekul yang rendah yang
antarmolekulnya. Nilai-nilai tersebut dilambangkan dengan G, terdapat dua usulan nilai G itu
sendiri yakni yang berdasarkan Small dan Hory. Pada Small nilai G ditutunkan dari nilai panas
𝑑∑𝐺
𝛿=
𝑀
sehubungan dengan parameter kelarutan bahwa tidak menyangkut gaya-gaya dipolar yang kuat
komponen yang mengambarkan gaya disperse, tarikan dipole-dipol dan ikatan hydrogen.
Setelah menetapkan system polimer pelarut, hal yang perlu diperhatikan yakni agaimana
penetapan berat molekul polimer. Yang perlu diperhatikan dari segi penetapan berat molekul
polime yakni hasil resultan ata volume hidrodenamik dari molekul-molekul polimer dalam
larutan. Dengan mengangap bahwa molekul-molekul polimer dengan berat molekul tertentu akan
dipisahkan dengan sempurna oleh pelarut, maka voleme hidrodenamiknya akan bergantung pada
berbagai faktor misalkan interaksi polimer dan pelarut, percabangan rantai, efek konfirmasi yang
secara kontinyu. Olej larenaya, metode yang digunakan untuk meramalkan besar molekul harus
berdasarkan pada pertimbangan-pertimbanagn statistic dan dimensi rata-rata. Dimana jika suatu
molekul polimer dipanjangkan secara maksimal, maka besaranya yang akan dihitung dari
pengetahun sudut ikatan dan panjang ikatan. Namun untuk beberapa jenis polimer dinyaakan
dengan istilah jarak rata-rata kwadrat antar ujung-ujung rantai 𝑟̅ untuk polimer liner atau radius
putar rata-rat kwadrat terhadap pusat gravitasi, 𝑠̅ 2 untuk polimer bercabang. Adapaun
persamaan mudah untuk menginterpretasiakan r dan s dengan dua fakto yakni dimensi tetap (𝑟0
dan 𝑠0 ) dan faktor ekspansi (𝛼). Dengan demilkian persamanya yakni sebagai berikut:
𝑟̅ = 𝑟0 2 𝛼 2
𝑠̅ = 𝑠0 2 𝛼 2
Dimensi tetap mengacu kepasa ukuran ekslusif makromolekul dari efek-efek pelarut.
Dimensi tersebut muncul dari kombinasi rotasi bebada dari interaksi-interaksi sterik intramolekul
dan interaksi polar. Di lain pihak, faktor ekspasi timbul dari interaksi antar pelarut dan polimer.
Untuk suatu polimer linear, 𝑟̅ = 6 𝑠̅ 2 hal ini dikarenakan pada persamaan berikut:
(𝑟̅ )1/2
𝛼=
(𝑟0 2 )1/2
Maka 𝛼 akan menjadi ebih besar daripada kesatuan dalam satu pelaru yang “baik” dan dimensi
yang sebenarnya akan melampaui dimensi-dimensi tetap. Nilai 𝛼 yang lebih besar, mengartikan
pealrut yang “lebih baik”. Untuk kondisi khusus dimana 𝛼 = 1, polimer-polimer yang
mendambil dimensi tetapnya dan berkelainan sevagai suatu koil statistic yang “ideal”.
Karena sifat-sifat kelarutan bervariasi dengan suhu dalam suatu polimer tertentu, maka
nilai 𝛼 bergantung pada suhu. Untuk suatu jenis polimer dalam suatu pelarut tertentu, suhu
terendah dimana 𝛼 = 1 disebut suhu theta atau suh flory, dan pelarutnya pun disebut pelarut
theta. Polimer dikatakan berada dalam keadaan theta adalah ketika polimer tersebut mudah untuk
memikirikan keadaaan theta tersebut sebagai polime yang berada dalam batas menjadi tidak larut
atau dapat memilki efek solvasi minimal. Pengecualian terhadap efek yang menyebabkan gaya
parameter ini adalah bahwa dapat dihubungkan ke viskositas larutan menurut persamaan Flory-
∅ (𝑟̅ 2 )1/2
[𝜇] =
𝑀̅
∅ (𝑟0 2 𝛼 2 )3/2
[𝜇] =
𝑀̅
dengan 𝑟0 2 𝛼 2 diperoleh :
̅ 1/2 𝛼 3
[𝜇] = ∅ (𝑟0 2 𝑀−1 )3/2 𝑀
̅ 1/2 𝛼 3
[𝜇] = 𝐾 𝑀
̅ 1/2
[𝜇] = 𝐾 𝑀
Sedangkan untuk kondisi-kondisi selain suhu theta, persamaan tersebut memilki bentuk
̅𝛼
[𝜇] = 𝐾 𝑀
dimana 𝛼 adalah tetapan yang bergantung pada polimer,pelarut dan suhu yang dikenal sebagai