Anda di halaman 1dari 93

Soal dan Pembahasan Tekanan Osmotik

2 September 2013 ​krisnadwi​ ​3 Komentar

8 Votes

Osmotic pressure is the hydrostatic


pressure produced by a solution in a space divided by a differentially permeable
membrane due to a differential in the concentrations of solute. (Photo credit: Wikipedia)

Berikut ialah beberapa soal mengenai tekanan osmotik yang ditanyakan oleh para
pembaca. Disini akan dilakukan pembahasan mengenai soal tersebut karena pada tanya
jawab hanya di berikan tips dan petunjuk mengerjakan soal.
1. Berapa gr urea CO(NH2)2 yg terlrut dlm 200mL larutan agar isotonik dengan 18
gr glukosa, C2H12O6 yg terlarut dlm 500mL pd keadaan yg sama? (Ar C=12, O=16,
N=14, H=1).

Jawab:

isotonik menyatakan kondisi dimana terjadi kesamaan tekanan osmotik jadi π1=π2

anggap π1 untuk larutan glukosa dan π2 untuk larutan urea. diketahui rumus tekanan
osmotik yaitu :

π=MRTi namun karena urea dan glukosa bukan elektrolit maka i=1

π1=π2 ——-> M1RT = M2RT ( T dan R dianggap sama)

M1 = M2 ——> (18gr/122)/0,5 L = (xgr/60)/0,2 L ——–> x = 3,54 gr

2. Tekanan osmotik rata2 dr darah adalah 7,7 atm 25 derjt C. Berapakah konsentrasi
glukosa (C6 H12 O6) akan isotonik (tekanan sama) dgn darah?

Jawab :
Hampir sama seperti pertanyaan no.1

pertama tama kita beri perumpamaan dahulu π1 = tekanan larutan glukosa π2= tekanan darah

π1=π2

MRT = 7,7 atm


xM . (0,082 L atm mol​–1​K​–1​) . 298 K = 7,7 atm

x = 0,31 M

3. Seorang pasien memerlukan


larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan tsb 0,3 molar pada suhu tubuh 37 derajat C,
tentukan tekanan osmotiknya! (R=0,082 L atm mol-1K-1)

Jawab :

π=

MRT

π = 0,3 mol/L . (0,082 L atm mol​–1​K​–1​) . 310K

π = 7,62 atm

4. larutan glukosa 2 M isotonik dengan larutan CH3COOH 1,5 M. Derajat ionisasi


larutan asam asetat tersebut adalah ??(Kb=0,52¤C/m)

Jawab :

asam asetat termasuk elektrolit lemah sehingga rumusnya π = MRTi dimana i=(1+(n-1)α)

umpamakan π1 = tekanan os. glukosa dan π2 = tekanan os. asam asetat

π1 = π2

M1RT = M2RTi ——————– R dan T bisa dihilangkan

2 = 1,5 . (1+(n-1)α) ——— n = 2 ( merupakan jumlah ion dari ionisasi asam asetat =
CH3COO- dan H+

2 = 1,5 . (1+2α) ——> 2 = 1,5 + 3α

α = 0,16

demikian pembahasan dari beberapa soal tentang tekanan osmotik yang di tanyakan oleh
pembaca. Silahkan komentar jka ada koreksi atau pertanyaan.
1.
Tekanan osmotik = MRT
Tekanan osmotik = 0,0010M x 0,08205 L atm mol^-1 K^-1 x
(25+273)K Tekanan osmotik = 0,024 atm (=18 mmHg)

2.
Diketahui :
g MgCl2 = 1 gram
g pelarut (air) = 500 gram
Ar Cl = 35,6 ---> mungkin yg dimaksud
35,5 Mr MgCl2 = 24 + 35,5x2 = 95
a.
mol MgCl2 = gram/Mr
mol MgCl2 = 1gram/95 g mol^-1 = 0,011 mol

molalitas larutan = gram/Mr x 1000/gram


pelarut molalitas larutan = mol x 1000/gram
pelarut molalitas larutan = 0,011 x 1000/500
gram molalitas larutan = 0,022 mol kg-1

i = 1 + (n-1) x derajat ioanisasi = 1 + (3-1) x 0,9 = 2,8

maka :
a.
delta Tb = Kb x m x i = 0,52 x 0,022 x 2,8 = 0,032 derajat C
titik didih larutan = titik didh pelarut + delta Tb = 100 + 0,032 = 100,032 derajat C

b.
delta Tf = Kf x m x i = 1,86 x 0,022 x 2,8 = 0,115 derajat C
titik beku larutan = titik beku pelarut - delta Tf = 0 - 0,115 = -0,115 derajat C

c. untuk larutan encer kemolalan dan kemolaran mempunyai harga yg hampir


sama maka molalitas = molaritas (M) = 0,022 mol/liter
tekanan osmotik = MRT x i = 0,022 x 0,08205 x 298 x 2,8 = 1,51 atm

1) tekanan osmotik = molaritas x suhu x tetapan gas = 0,001 x 289 x


0,082 = 0,024 2)deltaTb = kb x molal
m = (massa : MR) : massa pelarut = ( 1 : 95,2 ) : 0,5
= 0,021 del Tb = kb x molal = 0,52 x 0,021 = 0,0109
delta Tf = kf x molal = 1,86 x 0,021 = 0,03906
a) Tb = Tb' + del Tb = 100'c + 0,0109'c =
100,0109 b) Tf = Tf' - del Tf = 0'c - 0,03906'c
= -0,03906'c
c) tek os = molal x tetapan gas x suhu x derajat ionisasi = 0,021 x 0,082 x 289 x 0,9 = 0,45
3. Tekanan Osmotik Larutan.
Berbagai jenis selaput, baik yang alami (seperti jaringan usus) maupun yang
sintetik (seperti selofan), dapat dilewati molekul pelarut kecil ( partikel ) zat terlarut.
Selaput seperti itu disebut selaput semipermiabel.

Apabila dua jenis larutan yang berbeda kensentrasinya dipisahkan oleh suatu selaput
semopermiabel, akan terdapat aliran bersih netto pelarut dari larutan yang lebih encer
ke larutan yang lebih pekat. Hal ini terlihat dari bartambah tingginya larutan yang lebih
pekat , sedangkan larutan yang lebih encer berkurang. Perpindahan bersih pelarut
ini disebut osmosis.

Osmosis dapat dicegah dengan memberi suatu tekanan pada permukaan larutan.
Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran pelarut dari pelarut murni menuju
larutan disebut tekanan osmotik. Larutan glukosa 20% mempunyai tekanan osmotik
sekitar 15 atn ( berarti permukaan larutan dapat neik hingga kurang lebih 150m)
Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif larutan karena harganya tergantung
pada konsentrasi bukan pada jenis zat terlarut. Menurut van't Hoff, tekanan osmotik
larutan-larutan encer dapat dihitung dengan rumus :
μV = nRT
dengan
μ = tekanan osmotik
V = volume larutan ( dalam liter )
T = suhu absolut larutan ( suhu
kelvin) n = jumlah mol zat terlarut
R = tetapan gas ( 0,08205 Latm/molK

Persamaan di atas dapat diubah dengan bentuk :


μ = nRT /V
dengan n/V menyatakan kemolaran larutan (M). Oleh karena itu persamaan di atas dapat
dituliskan :
μ = MRT

Contoh Soal
Berapakah tekanan osmotik larutan sukrosa 0,0010 M pada suhu 25 derajat C
Jawab :
μ = MRT
= 0,0010 . 0,08205 . 298
= 0,024 atm

Pengukuran tekanan osmotik juga digunakan untum menetapkan massa molekul


relatif suatu zat , teristimeawa untuk larutan yang sangat encer atau untuk zat yang
massa molekul relatifnya sangat besar.

Contoh soal :
Larutan 5 gram suatu zat dalam 500mL larutan mempunyai tekanan osmotik sebesar 38
cm Hg pada suhu 27 derajat C. Tentukan massa molekul relatif zat itu !
Jawab :
μ = MRT
38/76 atm = M . 0,08205 . 3000
M = 0,02 mol/L

0,02mol/L = n/0,5 L
n = 0,01 mol
n = G/Mr <=> Mr = G/n = 5 gram/0,01 mol = 200 g/mol

Jadi Mr zat = 500

Contoh osmosis yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup ialah pada sel darah merah.
Dinding sel darah merah mempunyai ketebalan kira-kira 10 nm dan pori dengan
diameter 0,8nm. Molekul air berukutan kurang dari setengah diameter tersebut sehingga
dapat lewat dengan mudah. Ion K+ yang terdapat pada sel juga berukuran lebih kecil dari
pori dinding sel itu, tetapi karena dinding seltersebut bermuatan positif maka ion K+ akan
ditolak. Jadi,
faktor-faktor selain ukuran partikel dapat juga menentukan partikel mana yang dapat
melalui pori sebuah semipermiabel.
Cairan dalam sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan
NaCl 0,9%. Dengan kata lain cairan sel darah merah isotonik dengan larutan NaCl 0,9%
tidak akan ada aliran bersih air melalui dinding sel. Akan tetapi jika sel darah merah
dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang lebig pekat dari 0.9%, maka air akan keluar
dan sel darah merah akan mengkerut. Larutan yang demikian dikatakan hipertonik.
Sebaliknya, jika sel darah merah dimasukkan dalam larutan NaCl yang lebih encer
daripada 0,9%, maka air akan masuk kedalam sel darah merah hingga menggembung.
Larutan ini dikatakan hhipotonik.
C. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

Bila konsentrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan elektrolit mempunyai harga
yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan nonelektrolit
Larutan elaktrolit memberi sifat koligatif larutan yang lebih besar daripada sifat
koligatif larutan non elektrolit yang berkonsentrasi yang sama. Contoh larutan NaCl
0,010 m mempunyai penurunan titik beku sebesar 0,0359 derajat C. harga ini hampir
dua kali lebih besar daripada penurunan titik beku larutan urea 0,010 m. Perbandingan
antara harga sifat koligatif larutan yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan
harga sifat koligatif larutan yang diharapkan dari suaru larutan non elektrolit pada
konsentrasi yang sama disebut faktor Van't Hoff dan dinyatakan dengan huruf i. Harga i
untuk larutan NaCl 0,010m dapat dihitung sebagai berikut :
Harga i NaCl (m) = ​∆Tf larutan NaCl 0,010 m =​ 0,0359​ = 1,93
∆Tf larutan urea 0,010 m 0,0186
Harga i dari berbagai jenis larutan dari berbagai konsentrasi di berikan pada tabel berikut :

Apa penyebab larutan elektrolit mempunyai harga sifat koligatif yang lebih besar ?
Sifat koligatif larutan tergantung pada konsentrasi partikael dalam larutan dan tidak
tergantung pada jenisnya, apakah partikel tiu berupa molekul, atom atau ion. Jadi,
untuk konsentrasi yang sama larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih
banyak daripada larutan non elektrolit. Oleh karena itu larutan elektrolit mempunyai
sifat koligatif yang lebih besar daripada sifat larutan non elektrolit.
Satu mol nonelektrolit dalam larutan menghasillkan satu mol ( 6,02 x 10​23 ​butir ) partikel.
​ a​+ dan satu mol
Sebaliknya, satu mol elektrolit tipe ion seperti NaCl terdiri atas satu mol N
ion ​Cl​-​ ​; satu mol ion K2SO4 terdiri atas 2 mol ion K​+ dan satu mol ion SO​42- ​.
Secara teoritis larutan NaCl akan mempunyai penurunan titik bekudua kali lebih besar
daripada larutan urea (mempunyai harga i = 2) sedangkan K2SO4 tiga kali lebih besar
( i = 3).
Harga i dari elektrolit tipe kovalen terbnyata lebih bervariasitergantung pada
kekuatan elektron itu. Elektrolit lemah mempunyai harga i mendekati satu. sedangkan
eelktrolit kuat mempunyai harga i yang mendekati harga teoritis . Hubungan harga
dengan persen ionisasi (derajat ionisasi) dapat diturunkan sebagai berikut. Misalnya
kensentrasi larutan M molar, dan derajat disosiasi α, maka jumlah elektrolit yang
mengion adalah Mα,
α =​ Jumlah zat yang mengion
Jumlah mula-mula
Jumlah yang mengion = jumlah mula-mula x α
= Mα

Misalkan pula 1 molekul elektrolit membentuk n ion. Jadi jika Mα mol elektrolit
mengion akan menghasilkan nMα mol ion, sedangkan jumlah mol elektrolit yang tidak
mengion adalah M - Mα. Perhatikan perincian berikut :
A (elektrolit ) <=======> nB
(ion) Mula-mula = M
-
Ionisasi = - Mα + n Mα
Setimbang = M - Mα n Mα

Konsentrasi partikel dalam larutan = Konsentrasi partikel elektrolit ( A ) + konsentrasi


ion- ion ( B)
= M - Mα + n Mα
=M[1+(n-1)α]
Dengan demikian pertmbahan jumlah partikel dalam sifat koligatif larutan elektrolit = 1 +(n -
1)α. Oleh karena pertambahan sifat koligatif larutan elektrolit sebanding dengan
pertambahan jumlah partikel dalam larutan, maka rumus-rumus sifat koligatif larutan , maka
rumus-rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit menjadi :
∆Tb = Kb x m x i
∆Tf = Kf x m x i
Л = MRT x i
i=1+(n-)α
Rumus-rumus di atas juga dapat digunakan untuk larutan elekttrolit tipe ion, dimana α
menyatakan aktivitas, yaitu tingkat kebebasan ion-ion (kaena ion-ion tidak bebas
100%, maka derajat ionisasi larutan elektrolit tipe ion tidak sama dengan satu tetapi
mendekati satu)

Contoh soal :
Satu gram MgCl dilarutkan dalam 500 gram air. Tentukanlah :
a) titik didih,
b) titik beku, dan
c) tekanan osmotik larutan itu pada 25 derajat ionisasi (aktifitas) = 0,9. Kb air = 0,52
derajat C; Kf air = 1,86 derajat C (Mg = 24 ; Cl = 35,5)

Jawab :
mol MgCl2 = 1g / 95 = 0,011 mol
molaritas larutan = 0,011 mol / 0,5 = 0,022 mol/kg
Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/l (larutan encer, kemolalan dan kemolaran
mempunyai harga yang hampir sama ).
i=1+(n-1)α
= 1 + ( 3 - 1 ) 0,9 = 2,8

a) ∆Tb = Kb x m x i
= 0,52 x 0,022 x 2,8 = 0,032 derajat C
Titik didih larutan = 100 + 0,032 = 100,032 derajat C

b) ∆Tf = Kf x m x i
= 1,86 x 0,022 x 2,8 = 0,115 derajat C
Titik beku larutan = 0 - 0,115 = - 0,115 derajat C

c) Л = MRT x i
= 0,022 x 0,08205 x 298 x 2,8 = 1,51 atn
Sifat Koligatif Larutan

Elektrolit 0,100 m 0,0100 m 0,005 m Batas te


Elektrolit tipe ion
NaCl 1,87 1,93 1,94 2
KCl 1,86 1,94 1,96 2
MgSO4 1,42 1,62 1,69 2
K2SO4 2,46 2,77 2,86 3
Elektrolit tipe kovalen
HCl 1,91 1.97 1,99 2
CH3COOH 1,01 1,05 1,06 2
H2SO4 2,22 2,59 2,72 3

Sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut.

Molalitas dan Fraksi Mol

1. Molalitas (m)

Yaitu jumlah partikel zat terlarut (mol) setiap 1 kg zat pelarut (bukan larutan).
Sehingga dapat didefinisikan dengan persamaan berikut:
Molalitas dapat diukur pada saat pelarut dalam wujud padatan dan hanya dapat diukur
massanya, bukan volumenya sehingga tidak mungkin dinyatakan dalam bentuk molaritas.

Contoh :

1. Sebanyak 30 gr urea (Mr = 60 gr/mol) dilarutkan ke dalam 100 g air. Hitunglah


molalitas larutan.

Jawab :

2. Berapa gram NaCl yang harus dilarutkan dalam 500 g air untuk menghasilkan
larutan 0,15 m?

Jawab :

3. Berapakah kemolaran dari larutan 10% (w/w) NaCl ? (w/w =

persen berat) Jawab :

2. Fraksi Mol
Merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan
berdasarkan mol.

Contoh :

1. Larutan glukosa dibuat dengan melarutkan 18 gr glukosa ( Mr = 180 gr/mol ) ke


dalam 250 gr air. Hitunglah fraksi mol glukosa.

Jawab :

2. Berapa fraksi mol dan persen mol setiap komponen dari campuran 0,2 mol O ​2 ​dan
0,5 mol N​2​?

Jawab :
Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

1. Penurunan Tekanan Uap

Penguapan adalah peristiwa yang terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya.

Semakin lemah gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair, semakin mudah zat cair
tersebut mudah menguap. Semakin mudah zat cair menguap, semakin besar pula
tekanan uap jenuhnya.

Dalam suatu laerutan, partikel-partikel zat terlarut menghalangi gerak molekul pelarut
untuk berubah sari bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap jenuh
larutan menjadi lebih rendah dari tekanan uap jenuh larutan murni.

Hukum Raoult :

Keterangan :

∆​P ​: perbedaan tekanan uap larutan murni dengan tekanan uap zat pelarut

: tekanan uap zat pelarut murni

: tekanan uap zat terlarut

murni X​t ​: fraksi mol zat terlarut

X​p :​ fraksi mol zat pelarut


P​p :​ tekanan uap zat

pelarut P​t ​: tekanan uap zat

terlarut Tekanan uap total

Contoh :

1. Hitunglah tekanan uap larutan 2 mol sukrosa dalam 50 mol air pada 300​o​C jika
tekanan uap air murni pada 300​o​C adalah 31,80 mmHg.

Jawab :

Yang ditanya dalam soal ini adalah tekanan uap air murni. Jadi, yang dicari adalah
tekanan uap pelarut murni atau P​p​.

2. Berapakah tekanan uap parsial dan tekanan uap total pada suhu 25​o​C di atas larutan
dengan jumlah fraksi mol benzena (C​6​H​8​) sama dengan jumlah fraksi mol toleuna (C​7​H​8​)?
Tekanan uap benzene dan toluene pada suhu 25​o​C berturut-turut adalah 95,1 mmHg dan 28,4
mmHg.

Jawab :

Jika larutan terdiri atas dua komponen dengan jumlah fraksi mol yang sama, maka :
2. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :

Adanya zat terlarut pada suatu larutan menyebabkan penurunan tekanan uap yang
mengakibatkan terjadinya penurunan garis kesetimbangan antarfase sehingga
terjadi kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.

a. Kenaikan Titik Didih (∆T​b​)


Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih dimana tekana uap
zat cair sama dengan tekanan uap udara disekitarnya yaitu 1 atm. Dan harus diingat
titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini
disebabkan adanya partikel- partikel zat terlarut dalam suatu larutan yang
menghalangi peristiwa penguapan partikel- partikel pelarut. Perbedaan titik didih
alrutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan
sebagai ∆T​b ​( b berasal dari kata boil yang artinya mendidih, bukan beku).

Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau rendah daripada titik didih pelarut, bergantung
pada kemudahan zat terlarut itu menguap dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat
terlarut tersebut tidak mudah menguap, misalnya larutan gula, larutan tersebut
mendidih pada suhu yang lebih tinggi daripada titik didih pelarut air. Sebaliknya, jika
zat terlarut itu mudah menguap misalnya etanol, larutan akan mendidih pada suhu di
bawah titik didih air.

Hukum sifat koligatif dapt diterapkan dalam meramalkan titik didih larutan yang zat
terlarutnya bukan elektrolit dan tidak mudah menguap.

Dengan :

K​b ​: tetapan kenaikan titik molal dari pelarut (​o​C/m)

∆T​b ​: kenaikan titik didih

Tb : titik didih larutan

​: titik didih pelarut murni

Tetapan Kenaikan Titik Didih (K​b​) Beberapa Pelarut


Contoh :

1. Hitunglah titik didih larutan yang mengandung 18 gr glukosa C​6​H​12​O​6​. (Ar C = 12


gr/mol; H = 1 gr/mol; O = 16 gr/mol) dalam 250 gr air. (Kb air adalah 0,52 o​​ C/m)

Jawab :

2. Titik didih larutan yang mengandung 1,5 gr gliserin dalam 30 gr air adalah
100,28 o​​ C. Tentukan massa molekul relatif gliserin. (K​b ​air = 0,52 o​​ C/m)

Jawab :

b. Penurunan Titik Beku (∆Tf​ )​

Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil
daripada titik beku pelarutnya. Penurunan titik beku, ∆T​f ​(f berasal dari kata ​freeze)​ yang
berbanding lurus dengan molaritas.

∆T​f ​= Penurunan titik beku


K​f ​= tetapan penuruan titik beku molal pelarut

(​o​C/m) T​o​f ​= titik beku pelarut murni

T​f ​= titik beku larutan

Tetapan Penurunan Titik Beku (K​f​) Beberapa Pelarut

Contoh :

1. Berapakan titik beku larutan yang terbuat dari 10 gr urea CO(NH​2​) dalam 100 gr air?
( Mr urea = 60 gr/mol; K​f ​air = 1,86 o​​ C/m)

Jawab :

2. Hitunglah titik beku suatu larutan yang mengandung 2 gr kloroform, CHCl​3 ​(Mr =
119 gr/mol) yang dilarutkan dalam 50 benzena (K​f ​benzene = 5,12 o​​ C/m; T​f ​benzene = 5,45
o​
C/m)

Jawab :
3. Larutan yang dibuat dengan melarutkan 5,65 gr suatu senyawa yang tidak diketahui
dalam 110 gr benzena (T​f ​benzena = 5,45 o​​ C) membeku pada 4,39 o​​ C. Berapakan massa
molar senyawa tersebut?

Jawab :

3. Tekanan Osmotik

Osmosis adalah merembesnya partikel-partikel pelarut dari larutan yang lebih encer ke
larutan yang lebih pekat melalui suatu membran semipermeabel. Membran
semipermeabel hanya melewatkan molekul zat tertentu sementara zat yang lainnya
tertahan.
Gambar di atas merupakan peristiwa osmosis. Pada gambar (a), diperlihatkan keadaan
awal, kemudian setelah beberapa saat, tinggi air pada tabung naik (gambar (b)) hingga
kesetimbangan tercapai. Tekanan balik dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
proses osmosis (gambar (c)). Jumlah tekanan balik yang dibutuhkan merupakan tekanan
osmotik larutan.

Dua larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama disebut ​larutan isotonik​. Jika
salah satu larutan memiliki tekanan osmotik lebih tinggi dari larutan yang lainnya
disebut ​hipertonik.​ Adapun jika larutan memiliki tekanan osmotik lebih rendah dari
larutan yang lainnya, larutan tersebut dinamakan ​hipotonik​.

Persamaan Van’t Hoff digunakan utnuk menghitung tekanan osmotik :

Dengan :

p : tekanan osmotik (atm)

R : tetapan gas (0,082 L atm/mol K)

M : molaritas larutan

T : suhu (Kelvin)

Contoh :

1. Berapakah tekanan osmotik pada 25​o​C dari larutan sukrosa 0,001 M?


Jawab :

2. Dalam larutan encer, 0,001 M gula dalam air dipisahkan dari air murni dengan
menggunakan membran osmosis. Berapakah tekanan osmotik dalam torr pada suhu 25​o​C?

Jawab :

3. Suatu larutan dengan volume 100 mL mengandung 0,1222 gr zat non elektrolit
terlarut dan memiliki tekanan osmotik 16 torr pada suhu 20​o​C. Berapakah massa molar
zat terlarut tersebut?

Jawab :

Osmosis terbalik adalah suatu cara untuk memulihkan pelarut murni dari dalam suatu
larutan. Contohnya adalah pemulihan air murni dari limbah industry dan menawarkan
air laut (desalinasi).

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Menurut Arhenius, suatu zat elektrolit yang dilarutkan dalam air akan terurai menjadi
ion-ion penyusunnya sehingga jumlah partikel zat pada larutan elektrolit akan lebih
banyak dibandingkan dengan larutan nonelektrolit yang konsentrasinya sama. Hal ini
menyebabkan sifat koligatif pada larutan elektrolit lebih besar daripada larutan
nonelektrolit.

Hubungan sifat koligatif larutan elektrolit dan konsentrasi larutan dirumuskan oleh
Van’t Hoff, yaitu dengan mengalikan rumus yang ada dengan bilangan faktor Van’t
Hoff yang merupakan faktor penambahan jumlah partikel dalam larutan elektrolit.
Keterangan :

i : factor yang menunjukkan bagaimana larutan elektrolit dibandingkan dengan larutan


nonelektrolit dengan molalitas yang sama. Faktor ​i ​inilah yang lebih lanjut disebut
faktor Van’t Hoff​.

n ​: jumlah ion dari

elektrolit α : derajat

ionisasi elektrolit Contoh

elektrolit biner:

+​ –​
NaCl​(​s)​ ®
​ Na​ (​aq)​ ​+ Cl​ (​aq)​ (n = 2)

+​ –​
KOH​(​s)​ ®
​ K​ (​aq)​ ​+ OH​ (​aq)​ (n = 2)

Contoh elektrolit terner:

H​2​SO​4(​l)​ ​+ 2 H​2​O​(​l)​ ​®2 H​3​O+​​ (​aq)​ + 2–​


​ SO​4​ (​aq)​ (n = 3)

2+​ –​
Mg(OH)​2(​s)​ ®
​ Mg​ (​aq)​ ​+ 2 OH​ (​aq)​ (n = 3)

Contoh elektrolit kuarterner:

K​3​PO​4(​s)​ ​®3 K​+​(​aq)​ ​+ PO​43–​


​ (​aq)​ (n = 4)

3+​ –​
AlBr​3(​s)​ ®
​ Al​ (​aq)​ ​+ 3 Br​ (​aq)​ (n =

4) Untuk larutan elektrolit berlaku Hukum Van’t Hoff

1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Van’t Hoff hanya berlaku
untuk fraksi mol zat terlarutnya saja (zat elektrolit yang mengalami ionisasi), sedangkan
pelarut air tidak terionisasi. Oleh karena itu, rumus penurunan tekanan uap jenuh untuk
zat elektrolit adalah:

Contoh :

1. Hitunglah tekanan uap larutan NaOH 0,2 mol dalam 90 gram air jika tekanan uap air
pada suhu tertentu adalah 100 mmHg.

Jawab :
2. Kenaikan Titik Didih dan Penuruan Titik Beku

Seperti halnya penurunan tekanan uap jenuh, rumus untuk kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku untuk larutan elektrolit juga dikalikan dengan faktor Van’t Hoff.

Contoh : Sebanyak 4,8 gram magnesium sulfat, MgSO​4 ​(​Mr ​= 120 g/mol) dilarutkan
dalam 250 g air. Larutan ini mendidih pada suhu 100,15 °C. Jika diketahui ​Kb​ a​ ir 0,52
°C/​m​, ​K​f ​air = 1,8 °C/​m​, tentukan:

a. Derajat ionisasi MgSO​4

b. Titik beku

larutan Jawab :

3. Tekanan Osmotik

Tekanan osmotik untuk larutan elektrolit diturunkan dengan mengalikan faktor van’t Hoff.
Contoh :

1. Sebanyak 5,85 gram NaCl (​Mr =​ 58,5 g/mol) dilarutkan dalam air sampai volume
500 mL. Hitunglah tekanan osmotik larutan yang terbentuk jika diukur pada suhu 27 °C
dan R = 0,082 L atm/mol K.

Jawab:

2. ​ 95 g/mol) dilarutkan dalam air sampai dengan


Sebanyak 38 g elektrolit biner (​Mr =
volume 1 L pada suhu 27 °C dan memiliki tekanan osmotik 10 atm. Hitunglahderajat
ionisasi elektrolit biner tersebut.

Jawab :
Tugas Kimia a.n. Samsida Kelas XII.Ipa-2

Pendahuluan
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel
zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut.
Dengan mempelajari sifat koligatiflarutan, akan menambah pengetahuan kita tentang
gejala-gejala di alam, dan dapat di manfaatkan untuk kehidupan, misalnya: mencairkan
salju di jalan raya, menggunakan obat tetes mata atau cairan infuse, mendapatkan air murni
dari air laut, menentukan massa molekul relative zat terlarut dalam larutan, dan masih
banyak lagi.
Yang tergolong sifat koligatif larutan adalah: penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku dan tekanan Osmotik dari larutan.

Materi Sifat koligatif larutan elektrolit dan non-


elektrolit
1. Defenisi Sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit
Sifat koligatif larutan adalah sifat ​larutan ​yang tidak bergantung pada jenis ​zat
terlarut ​tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatif
larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligati​f ​larutan elektro​lit ​dan sifat kolig​atif ​larutan
nonelektr​olit
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan
non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Sifat koligatif larutan

Larutan garam
Sifat koligatif larutan adalah sifat ​larutan​ ​yang tidak bergantung pada jenis ​zat terlarut​ ​tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatiflarutan terdiri dari
dua jenis, yaitu sifat koligatif ​larutan elektrolit​ ​dan sifat koligatif ​larutan nonelektrolit​.

Sifat Koligatif Larutan


Gambaran umum sifat koligatif
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi
zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.2), maka akan didapat suatu
larutan yang mengalami:
Penurunan tekanan uap
jenuh Kenaikan titik didih
Penurunan titik beku
Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif l arutan elektrolit.

2. Perbandingan Sifat koligatif larutan elektrolit dan nonelektrolit


Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan ini. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada satu mol
larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Misalnya,
larutan nonelektrolit C​6​H​12​O​6​, jika dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel,
sehingga larutan C​6​H​12​O​6 1
​ M akan membeku pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku air
murni, sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol Na​+
dan 1 mol Cl​-​. Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel per 1.000 gram air,
secara teoretis akan menurunkan titik beku 2 × 1,86 °C = 3,72 °C. Sedangkan larutan CaCl​2
1 M mempunyai 3 mol ion per 1.000 g air, secara teoretis akan menurunkan titik beku tiga
kali lebih besar dibandingkan larutan C ​6​H​12​O​6 ​1 M.

Contoh:
C​6​H​12​O​6 ​(s) C​6​H​12​O​6 ​(aq)
1 mol 1 mol
Jumlah partikelnya 1 × 6,02 × 10​23
molekul. NaCl(s) Na​+​(aq) + Cl​–​(aq)
1 mol 1 mol 1 mol
Jumlah partikelnya 2 × 6,02 × 10​23 (ion

Na​+ ​dan
Cl​–​). CaCl​2 ​(s) Ca​2+​(aq) + 2 Cl​–​(aq)
1 mol 1 mol 2 mol
Jumlah partikelnya 3 × 6,02 × 10​23 partikel

(ion Ca​2+ ​dan ion Cl​–​).

Banyak ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat ionisasinya (α).
Larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar daripada
larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat dan mendekati nol
untuk larutan elektrolit lemah. Derajat ionisasi dirumuskan sebagai berikut.

α = jumlah molekul zat yang terurai/jumlah molekul


mula-mula Menurut Van’t Hoff, ​i = 1 + (n – 1)α
i= jumlah partikel yang diukur/jumlah partikel yang diperkirakan

Sifat koligatif larutan adalah sebagai


berikut: 1.Penurunan Tekanan Uap
Jenuh
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap
jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian
atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Gambar 2. Penurunan Tekanan
Uap Menurut Roult :
p = p​o ​. X​B
keterangan
:
p : tekanan uap jenuh larutan
po : tekanan uap jenuh pelarut
murni XB : fraksi mol pelarut
Karena X​A ​+ X​B ​= 1, maka persamaan di atas dapat diperluas
menjadi : P = P​o ​(1 – X​A​)
P = P​o ​– P​o ​.
X​A ​P​o ​– P =
P​o ​. X​A
Sehingga :
ΔP = p​o ​. XA
keterangan:
ΔP : penuruman tekanan uap jenuh
pelarut po : tekanan uap pelarut murni
XA : fraksi mol zat terlarut
Contoh :
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan
dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20​o​C adalah 18 mmHg.

2. Kenaikan titik didih


ΔTb = Kb ×m{1 + (n −1) α}
Titik didih zat cair adalah ​suhu​ ​tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan
uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer.
Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut
murninya. Hal ini disebabkan adanya parti kel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan
menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan
partikel - partikel pelarut membutuhkan ​energi​ ​yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan
dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan ( ).
Persamaannya dapat ditulis:
● Keterangan :

Tb = kenaikan titik didih


kb = tetapan kenaikan titik didih
molal m = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif

Tabel Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik DidihTetapan


(Kb)
Aseton 56,2 1,71

Benzena 80,1 02,53

Kamfer 204,0 05,61

Karbon tetraklorida76,5 04,95


Sikloheksana 80,7 02,79
Naftalena 217,7 05,80

Fenol 82 03,04

Air 00,0 00,52

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari
titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔT​b ​= m . K​b
keterangan:
ΔT​b ​= kenaikan titik didih
(​o​C) m = molalitas larutan
K​b ​= tetapan kenaikan titik didihmolal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinayatakan sebagai:

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan
sebagai : T​b ​= (100 + ΔT​b​) o​​ C
3. Penurunan titik beku
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil
daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

● Keterangan :

Tf = penurunan titik beku


kf = penurunan titik beku
molal m = molal larutan
Mr = massa molekul relatif

Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut

Pelarut Titik BekuTetapan (Kf)


Aseton 95,35 2,40

Benzena 5,45 5,12


Kamfer 79,8 39,7
Karbon tetraklorida 23 29,8

Sikloheksana 6,5 20,1

Naftalena 80,5 6,94

Fenol 43 7,27

Air 0 1,86

ΔTf = Kf ×m{1 + (n −1) α}


Keterangan:
n = jumlah ion yang dihasilkan dari ionisasi satu molekul zat
elektrolit α = derajat ionisasi zat elektrolit
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:

Keterangan:
ΔT​f ​= penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku
molal W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat
terlarut p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan
sebagai: Tf = (O – ΔT​f​)o​​ C

4. Tekanan osmosis
Van't Hoff
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut
yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah
suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat
terlarut. Menurut ​Van't Hoff,​ tekanan osmotik larutan dirumuskan :

● Keterangan :

= tekanan osmotik
M = molaritas larutan
R = tetapan gas (
0,082 ) T = suhu
mutlak

Hal-hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan larutan elektrolit antara lain:
1. Jumlah Ion yang dihasilkan
a. Elektrolit yang menghasilkan dua ion (n = 2), yaitu CH​3​COOH, HCl, NaOH, NaCl.
b. Elektrolit yang menghasilkan tiga ion (n = 3), yaitu Ca(OH) ​2​, H​2​SO​4​, Na​2​CO​3
c. Elektrolit yang menghasilkan empat ion yaitu FeCl​3​, AlCl​3​.
2. Makin banyak ion yang dihasilkan dari larutan elektrolit, makin besar pula harga ΔTb dan ΔTf.
3. Besarnya harga α menunjukkan kuatnya larutan
elektrolit. Makin besar harga α, makin besar pula
harga ΔTb dan ΔTf.
4. Larutan elektrolit kuat mempunyai α
= 1. ΔTb = Kb × m × n
ΔTf = Kf × m × n
π=M×R×T×n
5. Pada elektrolit biner
berlaku: ΔTb = Kb × m ×
(1 + α)
ΔTf = Kf × m × (1 + α)
π = M × R × T × (1 + α)

SOAL DAN PEMBAHASAN


1. Data percobaan penurunan titik beku:

No LARUTAN
Zat terlarut Jumlah mol zat Titik beku larutan
CO(NH2)2 A toC
2 CO(NH2)2 2a 2toC
3 C12H22O11 A toC
4 C12H22O11 2a 2toC
5 NaCl A 2toC
6 NaCl 2a 4toC
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan titik beku larutan tergantung pada .
...
A. jenis zat terlarut
B.konsentrasi molal larutan
C.jenis pelarut
D.jenis partikel zat terlarut
E. jumlah partikel zat
terlarut Pembahasan:
Penurunan titik beku merupakan sifat koligatif larutan yang bergantung pada konsentrasi
partikel dalam larutan dan tidak bergantung pada jenisnya (atom, ion atau molekul), di sini
larutan elektrolit pada konsentrasi yang sama mempunyai harga penurunan titikbeku yang
lebih besar dibandingkan larutan non elektrolit karena pada jumlah partikelnya lebih banyak
(zat elektrolit dalam larutannya terurai menjadi ion-ionnya), sehingga konsentrasinya lebih
besar.
Jawab: E
2. Larutan yang mengandung 20 gr zat nonelektrolit dalam 1 L air (massa jenis air 1
g/ml) mendidih pada suhu 100,052°C. Jika Kb air = 0,52°C, maka Mr zat nonelektrolit
tersebut adalah . . . .
A. 20 C. 100 E. 200
B. 40 D. 150

Pembahasan:
20 gram zat nonelektrolit dalam 1 liter
air ΔTd = 100,052°C
Td pelarut murni = 100°C
Kd air = 0,52oC
1 liter air = 1000 gram air
ΔTd = titik didih larutan – titik didih pelarut murni
= 100,052°C – 100°C
= 0,052°C
ΔTd = Kd .m .
0,052 = 0,52 . 20/Mr .
1000/1000 Mr = 200
Jawab: E
4. Dalam 250 gram air dilarutkan 1,9 gram MgCl2, ternyata larutan membeku pada
–0,372°C. Jika tetapan titik beku molal air = 1,86°C/m, derajat ionisasi garam MgCl2
adalah . . . .
(Ar : Mg = 24, Cl = 35,5)
A. 0,40 C. 0,75 E. 0,98
B. 0,55 D. 0,87

Pembahasan:
Tf = kf . m .
i
0,372 = 1,86 x 1,9/Mr x 1000/250 x
i i = 2,5
i = (n – 1) α + 1 n dari MgCl2 =
3 i = (3 – 1) α + 1
2,5= (2) α + 1
= 0,75
Jawab: C
5. Untuk menaikkan titik didih 250 ml air menjadi 100,1°C pada tekanan 1 atm (Kb
= 0,50), maka jumlah gula (Mr = 342) yang harus dilarutkan adalah . . . .
A. 684 gram C. 86 gram E. 342 gram
B.171 gram D. 17,1 gram

Pembahasan:
Kb = Kd =
0,5
Titik didih: t = t.dlarutan – t.dpelarut
= 100,1 – 100
= 0,1oC
ΔTd = Kd x m
0,1 = 0,5 x g/342 x 1000/250
gr = 17,1 gram
Jumlah gula yang harus dilarutkan adalah 17,1 gram
Jawab: D
6. Suatu larutan diperoleh dari melarutkan 6 g Urea (Mr = 60) dalam 1 liter air.
Larutan yang lain diperoleh dari melarutkan 18 g glukosa (Mr = 180) dalam 1 liter air.
Pada suhu yang sama berapa tekanan osmosa larutan pertama dibandingkan terhadap
larutan kedua?
A. Sepertiga larutan kedua
B.Tiga kali larutan kedua
C.Dua pertiga larutan kedua
D.Sama seperti larutan kedua
E.Tiga perdua kali larutan kedua

Pembahasan:
Ingat sifat Koligatif Larutan!
6 g Urea (Mr = 60) = 6/60mol/L
= 0,1mol/L
18 g glukosa (Mr = 180) =18/180 mol/L
= 0,1mol/L
Jumlah mol sama dalam volume yang sama: (molar) tekanan osmosa kedua larutan sama.
Jawab: D
7. Supaya air sebanyak 1 ton ​tidak ​membeku pada suhu –5°C, ke dalamnya harus
dilarutkan garam dapur, yang jumlahnya tidak boleh kurang dari (tetapan penurunan titik
beku molal air 1,86; Mr NaCl = 58,5)
A. 13,4 kg C. 58,5 kg E. 152,2 kg
B. 26,9 kg D. 78,6 kg

Pembahasan:
Membeku pada suhu –5°C, maka Tb. air = 0°C – (-5°C) = 5°C. Untuk larutan elektrolit:
ΔTb = Kb m. n = Kb. g/Mr 1000/p .
n g = jumlah berat zat yang
dilarutkan
Mr = massa molekul relatif zat yang
dilarutkan Kb = Tetapan bekum molal zat
pelarut
P = jumlah berat zat pelarut
= derajat ionisasi elektrolit yang dilarutkan
n = jumlah mol ion yang dihasilkan oleh 1 mol elektrolit 1.
NaCl à Na+ + Cl+ n = 2
Misal: NaCl yang dilarutkan x
mol ΔTb = Kb m. n = Kb. g/Mr
1000/p . n 5 = 1,86. kg/58,5
1000/1000 . 2
kg = 78,620 kg
NaCl = 78.620 g = 78,62 kg
Jadi supaya 1 ton air tidak membeku pada –5°C, harus dilarutkan garam dapur (NaCl),
jumlahnya tidak boleh kurang dari 78,6 kg, sebab bila sama dengan 78,62 kg maka larutan
membeku.

Jawab: D
8. Penambahan 5,4 gram suatu zat nonelektrolit ke dalam 300 gram air ternyata
menurunkan titik beku sebesar 0,24°C. Jika Kf air = 1,86oC maka Mr zat tersebut adalah . .
..
A. 8,04 C. 60,96 E. 139,50
B. 12,56 D. 108,56

Pembahasa
n: Δtf = Kf .m
0,24 = 1,86 . 5,4/Mr 1000/300
Mr = 139,50
Jawab: E

Latihan soal:
1. ​Tentukan titik beku larutan yang mengandung 18 g glukosa (Mr = 180) dalam 500 g air.
Kf air = 1,86​0​C/m.
Jawab :
1. Jumlah mol glukosa = 18 g/ 180 g mol​-1 =

0,1 mol
Kemolalan larutan = 0,1 mol / 0,5 kg = 0,2 mol
kg​-1​ ​Titik didih , ΔT​f ​= Kb x m = 0,2 x 1,86​0​C =
0,372​0​C

2 ​. Suatu larutan elektrolit biner 0,05 mol dalam 100


gram air mempunyai α =2/3 . Jika Kf = 1,86 °C/m,
tentukan penurunan titik beku larutan tersebut!
Jawab:
ΔTf = Kf × m × (1 +2/3 )
= 1,86 °C/m × 0,05 mol × 1.000/100 × (1 +2/3)
= 1,86 °C/m × 0,5
×5/3 ΔTf = 1,55 °C

3. Tetapan kenaikan titik didih molal air adalah 0,5

°C/m. Jika 1 mol H2SO4 dilarutkan dalam 100


gram air dan dipanaskan, tentukan kenaikan titik
didih dan titik didih larutan tersebut!
Jawab:
ΔTb = Kb × m × n
= 0,5 × 1 × 3
ΔTb = 1,5 °C
Titik didih larutan = 100 °C + 1,5 °C = 101,5 °C.

4. Tentukan tekanan osmosis 29,25 gram


NaCl dalam 2 liter larutan yang diukur pada
suhu 27 °C!
(Mr NaCl = 58,5, R = 0,082 L.atm.mol​–1​K​–1​)
Jawab:
π=M×R×T×n
= (29,25 / 58,5):2 × 0,082× 300× 2
= 0,25 × 0,082 × 600
π = 12,3 atm

5. Berapakah tekanan osmotic larutan sukrosa 0,0010 M pada 25​0​C ?


​ = M . R .T
Jawab : л
= 0,0010 mol L​-1 ​x 0,08205 L atm mol​-1​K​-1 ​x 298 K
= 0,024 atm ( = 18 mmHg)
6. Suatu larutan elektrolit biner 0,05 mol dalam 100
gram air mempunyai α =2/3 . Jika Kf = 1,86 °C/m,
tentukan penurunan titik beku larutan tersebut!
Jawab:
ΔTf = Kf × m × (1 +2/3 )
= 1,86 °C/m × 0,05 mol × 1.000/100 × (1 +2/3)
= 1,86 °C/m × 0,5 ×5/3
ΔTf = 1,55 °C

7. Tetapan kenaikan titik didih molal air adalah 0,5


°C/m. Jika 1 mol H2SO4 dilarutkan dalam 100
gram air dan dipanaskan, tentukan kenaikan titik
didih dan titik didih larutan tersebut!
Jawab:
ΔTb = Kb × m × n
= 0,5 × 1 × 3
ΔTb = 1,5 °C
Titik didih larutan = 100 °C + 1,5 °C = 101,5 °C.

8. Tentukan tekanan osmosis 29,25 gram NaCl

dalam 2 liter larutan yang diukur pada suhu


27 °C!
(Mr NaCl = 58,5, R = 0,082 L.atm.mol​–1​K​–1​)
Jawab:
π=M×R×T×n
= (29,25 / 58,5):2 × 0,082× 300× 2
= 0,25 × 0,082 × 600
π = 12,3 atm
Sifat koligatif larutan adalah sifat ​larutan​ ​yang tidak bergantung pada jenis ​zat terlaru​t​ ​tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri dari
dua jenis, yaitu sifat koligatif ​l​arutan elektrolit​ ​dan sifat koligati​f ​larutan nonelektrol​it
Dengan mempelajari sifat koligatiflarutan, akan menambah pengetahuan kita tentang
gejala-gejala di alam, dan dapat di manfaatkan untuk kehidupan, misalnya: mencairkan salju
di jalan raya, menggunakan obat tetes mata atau cairan infuse, mendapatkan air murni dari
air laut, menentukan massa molekul relative zat terlarut dalam larutan, dan masih banyak
lagi.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan
non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

“TERIMA KASIH”
Sifat Koligatif

Pengantar

1. Es Tung-tung
Pernahkah kalian melihat penjual es tung-tung di jalanan? Apa yang menyebabkan es
tersebut tidak mencair dalam waktu yang lama?

Penjual es menambahkan garam pada es batu yang diletakkan pada bagian luar tabung.
Penambahan garam tersebut akan menurunkan titik beku es sehingga es tidak mudah
mencair.

2. Air radiator
Air radiator tentunya bukan barang yang asing bagi kalian. Sekarang ini banyak sepeda
motor yang menggunakan radiator sebagai pendingin mesin. Air radiator yang baik bukanlah
air murni, melainkan air yang mengandung senyawa glikol. Apa manfaat glikol pada air
radiator?

Penambahan glikol pada air radiator berguna untuk menaikkan titik didih air, sehingga air
radiator tidak mudah menguap pada saat suhu mesin tinggi. Disamping itu, juga berfungsi
menurunkan titik beku air, sehingga air radiator tidak mudah membeku disaat musim dingin,
khususnya di daerah dengan 4 musim. 3. Menghitung Konsentrasi Larutan Sebelum
mempelajari materi sifat koligatif larutan, hendaknya siswa menguasai konsep dasar
perhitungan konsentrasi larutan. Adapun konsentrasi larutan yang wajib dikuasai oleh siswa
untuk materi ini adalah: molaritas, molalitas, dan fraksi mol.

● Molaritas

Molaritas, yaitu jumlah zat terlarutnya dinyatakan dalam mol dan volume larutannya
dinyatakan dalam mL.
Contoh:
Jika 6 gram urea Mr = 60) dilarutkan dalam air sampai volume 500 mL. Hitunglah
molaritas larutan tersebut
Solusi:

b. Molalitas
Molalitas, yaitu jumlah zat terlarutnya dinyatakan dalam mol dan kuantitas pelarutnya
dinyatakan dalam gram.

Contoh:
Jika 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam air sebanyak 2 kg. Hitunglah molaritas
larutan tersebut ​Solusi:
c.Fraksi mol
Fraksi mol menyartakan banyaknya mol suatu komponen dibagi dengan banyaknya mol
total semua komponen dalam larutan. Misal dalam larutan terdapat m mol zat terlarut A atau
n mol zat pelarut
B.Maka untuk menentukan besar masing-masing fraksi molnya dapat dirumuskan dengan :

Contoh :
1. Tentukan fraksi mol glukosa 80 % massa di dalam air.
2. Fraksi mol NaOH (Mr = 40) suatu larutan NaOH dalam air (Mr H​2​O = 18) adalah
0,05. Tentukan molalitas NaOH.
Solusi :
1. Fraksi mol glukosa adalah
2. Molalitas NaOH
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Sifat Koligatif, yaitu sifat-sifat fisis yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut,
tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Kegunaan praktis sifat-sifat koligatif banyak dan
beragam.
Penelitian sifat-sifat koligatif memainkan peranan penting dalam metode penetapan massa
molekul dan pengembangan teori larutan. Yang termasuk sifat koligatif adalah :

PENURUNAN TEKANAN UAP

Harga tekanan uap akan membesar apabila suhu dinaikkan. Tekanan uap suatu cairan
tergantung pada banyaknya molekul dipermukaan yang memiliki cukup energi kinetik
untuk lepas dari ikatan molekul sekelilingnya. Jika suatu cairan dilarutkan suatu zat
terlarut maka permukaan cairan tidak hanya ditempati molekul zat pelarut tetapi juga
molekul zat terlarut.
Karena molekul zat pelarut di permukaan makin sedikit maka laju penguapan makin
berkurang. Akibatnya tekanan uap cairan turun. Makin banyak zat terlarut, makin besar pula
penurunan tekanan uapnya.
Perhatikan pengaruh penambahan konsentrasi terhadap tekanan uap pada animasi berikut ini.

Download media pembelajaran flash "Tekanan Uap", ​di sini

Rumus

Contoh Soal :
Berapakah tekanan uap parsial dan tekanan uap total pada suhu 25​o​C diatas larutan
dengan jumlah molekul benzena (C​6​H6​ ​) yang sama dengan jumlah molekul toluene (C​7​H​8​)?
Tekanan uap benzena dan Toluena pada suhu 25​o​C berturut-turut adalah 95,1 dan 28,4
mmHg.

Solusi :
Jika larutan terdiri atas dua komponen dengan jumlah yang sama, maka fraksi mol
masing-masing zat adalah 0,5 (jumlah fraksi mol zat larutan dan zat pelarut adalah 1)
Tekanan Parsial :
P. Benzena = X benzena x P​o ​Benzena
= 0,5 x 95,1 mmHg
= 47,6 mmHg
P. Toluena = X toluena x P​o ​toluena
= 0,5 x 28,4 mmHg
= 14,2 mmHg
P.Uap total = P, Benzena + P. toluena.
= 47,6 mmHg + 14,2 mmHg
= 61,8 mmHg

Evaluasi Diri : 
 

1. 6 gram zat X dilarutkan dalam 200 gram CCl​4 ​( ArC =12, Cl = 35,5 ) terjadi
penurunan tekanan uap pelarut sebesar 2 % . Tentukan massa molekul zat X
2. Sebanyak 60 gram Urea [CO(NH​2​)​2​] dilarutkan dalam 72 gram air, jika tekanan uap
pelarut murni pada suhu 20​o​C adalah 22,5 mmHg. Tentkan tekanan uap larutan
pada suhu terse but.
3. Tentukan tekanan uap larutan larutan sukrosa yang konsentasinya 2 molal pada
suhu 30​o​C dan tekanan uap murni air pada suhu tersebut adalah 31,82 mmHg.
4. Tekanan uap jenuh air pada suhu 30​o​C adalah 40 mmHg. Pada suhu yang sama
larutan X gram zat A (Mr = 180) dalam 90 gram air mempunyai tekanan uap
29,41mmHg. Tentukan massa zat X

KENAIKKAN TITIK DIDIH LARUTAN (ΔTb ) dan PENURUNAN TITIK BEKU (ΔTf )

Selama ini kita selalu menganggap bahwa pelarut dan zat terlarutnya adalah ​volatile
(mudah menguap / atsiri). Tetapi kenyatannya ada zat terlarut yang tidak volatile. Dalam
hal ini zat terlarut yang tak volatile juga menurunkan tekanan uap pelarut. Semakin tinggi
konsentrasinya semakin besar penurunannya tekanan uapnya, akibatnya membawa
konsekuensi bagi titik didih dan titik beku cairan tersebut.

Download media pembelajaran flash "Titik didih dan Titik beku larutan", ​di sini

Besarnya penurunan titik beku (ΔTf) dan peningkatan titik didih (ΔTb) hanya ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut. Makin banyak partikel zat terlarut, makin besar pula harga ΔTf
(Tf = freezing point depression) dan ΔTb (Tb = boiling point elevation)

Roult merumuskan hukumnya sebagai berikut :


ΔTf = Kf . m
atau
ΔTb = Kb . m

Tf = Tf​o ​- ΔTf
Tb = Tb​o ​+ ΔTb

Keterangan :
ΔTf = penurunan titik beku
ΔTb = peningkatan / kenaikkan titik
didih Kf = tetapan titik didih molal
Kb = tetapan titik beku molal
m = konsentrasi larutan dalam
molal Tf = Titik beku larutan
Tb = Titik didih larutan
Tf​o ​= Titik beku pelarut murni
Tb​o ​= Titik didih pelarut murni

Tetapan kenaikan titik didih molal adalah nilai kenaikan titik didih jika konsentrasi larutan
sebesar satu molal (konsentrasi partikel dalam larutan), sedangkan untuk tetapan
penurunan titik beku adalah nilai penurunan jika konsentrasi larutan sebesar satu molal
(konsentrasi partikel dalam larutan). Secara historis, pengukuran titik beku dapat digunakan
untuk menentukan rumus molekul.

Contoh ​:

1. Berapakah molalitas zat terlarut dalam larutan dengan titik beku – 0,45​o​C ?
2. 2,12 gram senyawa dilarutkan dalam 48,92 gram air. Tentukan massa rumus zat tersebut.
3. Bagaimana rumus molekul senyawa , jika analisisnya memberikan 40,0 % karbon
massa, 53, 3 % oksigen massa, dan 6,7 % Hidrogen massa

Solusi​:
1. Molalitas zat terlarut
2. Massa molekul relatif (Mr)
3. Rumus Empiris
Evaluasi Diri:

1. Penambahan 5,4 gram suatu zat non elektrolit ke dalam 300 gram air ternyata
menurunkan titik beku sebesar 0,24​o​C. Jika Kf air = 1,86​o​C. Tentukan massa
molekul zat tersebut.
2. Larutan yang mengandung 20 gram zat non elektrolit dalam 1 liter air (∫ air = 1 gram / cm3 )
mendidih pada suhu 100,052​o​C. Jika Kb air = 0,52​o​C. Tentukan massa molekul
zat non elektrolit tersebut.
3. 15 gram urea ( Mr = 60 ) dilarutkan dalam 250 gram air, Kf air = 1,86​o​C . Tentukan
titik beku larutan tersebut.
4. Suatu larutan urea [CO(NH​2​)​2​] dalam air mempunyai penurunan titik beku 0,372​o​C. Bila Kf air
= 1,86​o​C dan Kb air= 0,52​o​C. Tentukan kenaikan titik didih larutan urea.
5. Suatu senyawa terdiri dari 42,4 % karbon, 2,4 % hidrogen, 16,6 % nitrogen, dan 37,8
% oksigen. Penambahan 6,45 gram senyawa tersebut ke dalam 50 mL Benzena (∫=
0,879 g/cm3
) menurunkan titik beku dari 5,51​o​C menjadi 1,35​o​C. Tentukan massa molekul dari
senyawa tersebut.

TEKANAN OSMOTIK

Tekanan Osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran air dari air
menuju larutan yang lebih pekat melalui membrane semipermiabel.
Makin pekat konsentrasi larutan, semakin tinggi kenaikan permukaannya. Aliran dari air ke
dalam larutan gula dapat dikurangi dengan memberikan tekanan kepada larutan. Tekanan
ini menyebabkan aliran air berubah ke arah yang berlawanan.
Contoh :
Osmosis yang paling penting terdapat dalam jasad hidup adalah pada sel -sel darah merah.
Jika sel darah merah diletakan dalam air murni, akan mengembang dan akhirnya pecah
karena air memasuki sel-sel secara osmosis. Tekanan osmotik yang diakibatkan oleh cairan
di dalam sel setara dengan larutan 0,9 % natrium klorida. Dengan demikian jika sel-sel
dimasukan dalam larutan natrium klorida 0,9 % tidak akan aliran bersih dari melalui dinding
sel dan sel tetap stabil. Larutan yang demikian disebut larutan ISOTONIK. Jika konsentrasi
larutan garam lebih tinggi dari 0,9 %, air mengalir keluar dari sel dan sel mengerut. Larutan
dinamakan ​HIPERTONIK​. Jika konsentrasi garam kurang dari 0,9 % air mengalir masuk ke
dalam sel dan larutan dinamakan ​HIPOTONIK.
Tekanan osmotik termasuk sifat koligatif, karena besarnya hanya tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut persatuan volume. Menurut Van,t Hoff untuk larutan encer dapat
dirumuskan :

π=MRT

Keterangan :
π = tekanan osmotic larutan
R = tetapan gas ( 0,0821 L . atm /
mol.K ) T = suhu Kelvin
M = molaritas

Contoh :

1. Tentukan tekanan osmotik larutan 0,001 M sukrosa (C​12​H​22​O​11​) pada suhu 25​o​C.
2. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 1,08 gram protein, yaitu serum albumin
yang diperoleh dari plasma darah, dalam 50 mL air. Larutan menunjukan tekanan
osmotik sebesar 5,85 mmHg pada suhu 298 K. Tentukan massa molekul albumin.

Solusi :
1. π = M R T
= 0.01 mol / L x 0,0821 L atm mol-1 K-1 x 298 K
= 0,024 atm
= 18 mmHg
2.
Evaluasi Diri : 
 

1. Tentukan tekanan Osmotik larutan yang mengandung 34,2 gram Sukrosa (Mr =
342) dalam 500 mL larutan pada suhu 30​o​C
2. Sebanyak 16 gram suatu zat non elektrolit dilarutkan dalam air hingga volume
larutan menjadi 400 mL, dan tekanan osmotik larutan 2,86 atm. Tentukan
massa molekul zat tersebut.
3. Sebanyak 250 mL larutan yang mengandung 17,1 gram zat non elektrolit pada suhu
27​o​C,mempunyai tekanan osmotik sebesar 2,46 atm . Tentukan massa molekul zat
tersebut.
4. Tentukan tekanan osmotik larutan yang mengandung 9 gram gula (Mr = 180) dalam
250 mL larutan pada suhu 25​o​C.
5. Pada suhu 25​o​C tekanan osmosis rata-rata dari darah adalah 7,7 atm. Tentukan
konsentrasi molar dari glukosa (C​6​H1​ 2​O6​ ​) yang isotonic dengan darah.

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

Semua larutan elektrolit kuat atau lemah, menunjukkan penurunan titik beku, kenaikan titik
didih serta penurunan tekanan uap yang lebih besar dibandingkan dengan larutan non
elektrolit, yang molalitasnya sama. Perbandingan antara harga sifat koligatif yang terukur
dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif larutan non elektrolit dengan
konsentrasi yang sama disebut faktor Van,t Hoff ( i )

i ​= 1 + ( n – 1 ) α

keterangan:
n = jumlah koefisien kation dan
anion α = derajat ionisasi

Rumus Sifat Koligatit Larutan Elektrolit sebagai berikut :

1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP)


ΔP = X​A ​. P​o ​. ​i 
 
 
2. Penurunan Titik Beku (ΔTf)
ΔTf = m . Kf . ​i 
 
   
3. Kenaikan Titik Didih (ΔTb)
ΔTb = m . Kb . ​i 
 
 
4. Tekanan Osmotik (π)
π = M . R . T . ​i 
 
 
Contoh Soal: 
 
 
7,45 gram Kalium Klorida (Mr. KCl = 74,5) dilarutkan dalam 500 gram air. Tentukan :
a. Titik didih
b. Titik beku
c. Tekanan Osmotik pada suhu 27oC,
jika derajat ionisasi KCl = 0,6, Kb air = 0,52​o​C m​-1​, Kf air = 1,86oC m​-1​. R = 0,082 L. atm.mol​-1​K​-1

Solusi:

mol KCl = 7,45/74,5


= 0,1 mol
molalitas larutan = 0,1 mol/0,5
Kg
= 0,2 molal

Molaritas larutan sama dengan molitas larutan, karena merupakan larutan encer.
KCl terionisasi menjadi : KCl → K​+ ​+ Cl​- ​, jadi jumlah ion =2,
maka n =2 i = 1 + (n – 1 ) α
= 1 + ( 2-1 ) 0,6
= 1,2

a. Titik Didih
ΔTb = m x Kb x і
= 0,2 x 0,52 x 1,2
= 0,1248
Jadi titik didih larutan adalah = 100 + 0,1248​o​C = 100,1248​o​C

b. Titik Beku larutan


ΔTf = m x Kf x і
= 0,2 x 1,86 x 1,2
= 0,4464
Jadi titik beku larutannya adalah = 0 – 0,4464​o​C = - 0, 4464​o​C

c. Tekanan
Osmotik π
=MRTі
= 0,2 x 0,082 x 300 x 1,2
= 5,904 atm
= 5,9 atm

Evaluasi Diri: 
 

1. 3,24 gram zat yang tidak menguap dilarutan dalam 200 gram air yang mendidih
pada suhu 100,130​o​C pada tekanan 1 atm . Tentukan massa molekul zat terlarut,
jika Kb =0,51
2. Supaya air sebanyak 2 ton tidak membeku pada suhu – 5​o​C. Tentukan garam
dapur yang harus ditambahkan kedalam larutan.Jika Kf air = 1,86​o​C dan Mr NaCl
= 58,5
3. Tekanan osmotik larutan 0,1 M satu elektrolit biner pada suhu 25​o​C dengan derajat
ionisasi 70 %
4. Laruan 0,1 molal K​2​SO​4 ​mengalami penurunan titik beku sebesar 0,458​o​C, jika
Kb air = 1,86​o​C. Tentukan bilangan mol ( i ) dari larutan K​2​SO​4
Soal Sifat Koligatif Larutan
Kerjakan soal-soal berikut ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan sifat koligatif larutan?
2. Bagaimana pengaruh zat terlarut yang sukar menguap dalam
larutan terhadap tekanan uap pelarut?
3. Tekanan uap jenuh air pada 100 °C adalah 760 mmHg. Berapa
tekanan uap jenuh larutan glukosa 10% pada 100 °C? (Ar C = 12, O = 16, H
= 1)
4. Apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku larutan?
5. Sebanyak 18 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 500 gram
air. Tentukan titik didih larutan itu jika diketahui Kb air = 0,52 °C!
6. Larutan 3 gram suatu zat X dalam 100 gram air mendidih pada
100,26 °C. Jika Kb air = 0,59 °C, tentukan massa molekul relatifzat X
tersebut!
7. Apakah yang dimaksud dengan tekanan osmotik?
8. Berapa tekanan osmotik larutan sukrosa 0,0010 M pada suhu 25 °C?
9. Sebutkan kegunaan pengukuran tekanan osmotik!
10. Supaya air sebanyak 1 ton tidak membeku pada suhu –5 °C, ke
dalamnya harus dilarutkan garam dapur yang jumlahnya tidak boleh kurang
dari berapa?
(Kf air = 1,86 °C, Mr NaCl = 58,5)
Diposkan oleh Maria Sundus RW di ​09.37 ​3
komentar​ ​ ​Label: ​Soal-Soal

Selasa, 08 Februari 2011

Penyetaraan Reaksi Redoks Metode bilangan oksidasi


Metode bilangan oksidasi berdasarkan prinsip bahwa jumlah pertambahan bilangan
oksidasi dari reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator.
Langkah-
langkah menyetarakan reaksi dengan metode bilangan oksidasi sebagai berikut.
1) Menentukan bilangan oksidasi pada setiap
unsur dalam persamaan reaksi.
2) Menentukan unsur yang mengalami perubahan
bilangan oksidasi.
3) Menentukan jumlah penurunan bilangan
oksidasi unsur yang mengalami reduksi (oksidator)
dan jumlah pertambahan bilangan oksidasi unsur
yang mengalami oksidasi (reduktor).
4) Menyetarakan unsur yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi dengan meletakkan
koefisien yang sesuai.
5) Menyetarakan unsur-unsur lainnya mulai dari
kation, anion, hidrogen, dan oksigen (KAHO singkatan
dari kation, anion, hidrogen, dan oksigen).
Contoh soal
Setarakan reaksi redoks berikut.

Jawab
Langkah 1: Tentukan bilangan oksidasi pada setiap unsur dalam persamaan reaksi.

Langkah 2: Tentukan unsur yang mengalami


perubahan bilangan oksidasi.

Langkah 3: Tentukan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami
oksidasi dan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami reduksi.

Langkah 4: Setarakan unsur yang mengalami oksidasi dan reduksi. Zat yang tereduksi
dikalikan 2, sedangkan zat yang teroksidasi dikalikan 5.

Langkah 5: Setarakan unsur lainnya dalam urutan KAHO.


Kation yang tidak berubah bilangan oksidasinya, yaitu K dan Na sudah
setara. Untuk menyetarakan jumlah atom H, tulis koefisien 3 H2O

Atom O ternyata sudah setara, dengan demikian reaksi tersebut sudah setara.

Jawab
Langkah 1: Tentukan bilangan oksidasi pada setiap unsur.

Langkah 2: Tentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.

Langkah 3: Tentukan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami
oksidasi dan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami reduksi.

Langkah 4: Setarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.


Untuk menyetarakan perubahan bilangan oksidasi, zat yang tereduksi dikalikan 1,
sedangkan zat yang teroksidasi dikalikan 5.​ϖ

Langkah 5: Setarakan muatan.


Dalam suasana asam menyetarakan muatan pada ruas kiri dan ruas kanan dengan
penambahan ion H​+​. Muatan di ruas kiri adalah +9, sedangkan muatan diruas kanan adalah
+17 sehingga pada ruas kiri ditambahkan 8H​+​.
Langkah 6: Setarakan unsur lainnya dalam urutan KAHO.

Untuk menyetarakan atom H dilakukan penambahan H2O di ruas kanan sebanyak setengah dari H​+ ​.

Atom O ternyata sudah setara, dengan demikian reaksi tersebut sudah


setara. Diposkan oleh Maria Sundus RW di ​13.31 ​15 komentar​
Label: ​Reaksi Oksidasi Reduksi

Minggu, 06 Februari 2011

Perbandingan Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan ini. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada satu mol
larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Misalnya,
larutan nonelektrolit C6H12O6, jika dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel,
sehingga larutan C6H12O6 1 M akan membeku pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku
air murni, sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol
Na​+ ​dan 1 mol Cl​–​.
Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel per 1.000 gram air, secara
teoretis akan menurunkan titik beku 2 × 1,86 °C = 3,72 °C. Sedangkan larutan CaCl2 1 M
mempunyai 3 mol ion per
1.000 g air, secara teoretis
akan menurunkan titik beku tiga kali lebih besar dibandingkan larutan C6H12O6 1 M.
Contoh:
C6H12O6(s) --->C6H12O6(aq)
1 mol 1 mol
Jumlah partikelnya 1 × 6,02 × 10​23
molekul. NaCl(s)---> Na​+​(aq) + Cl​–​(aq)
1 mol 1 mol 1 mol
Jumlah partikelnya 2 × 6,02 × 10​23 (ion

Na​+ ​dan
Cl​–​). CaCl2(s) --->Ca​2+​(aq) + 2 Cl​–​(aq)
1 mol 1 mol 2 mol
Jumlah partikelnya 3 × 6,02 × 10​23 partikel

(ion Ca​2+ ​dan ion Cl​–​).
Banyak ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat ionisasinya (α). Larutan
elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar daripada
larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat dan mendekati nol
untuk larutan elektrolit lemah. Derajat ionisasi dirumuskan sebagai berikut.
α = jumlah molekul zat yang terurai/jumlah molekul mula-mula

Menurut Van’t Hoff, ​i = 1 + (n – 1)α


i= jumlah partikel yang diukur/jumlah partikel yang diperkirakan

Sifat koligatif larutan elektrolit adalah sebagai berikut.

1. Kenaikan titik didih


ΔTb = Kb ×m{1 + (n −1) α}

2. Penurunan
titik beku ​ΔTf = Kf
×m{1 + (n −1) α}
Keterangan:
n = jumlah ion yang dihasilkan dari ionisasi satu molekul zat
elektrolit α = derajat ionisasi zat elektrolit

3. Tekanan osmosis
π = MRT {1 + (n −1)α }
π = mol/liter × {1 + (n −1)α }

Hal-hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan larutan elektrolit antara lain:
1. a. Elektrolit yang menghasilkan dua ion (n = 2), yaitu CH3COOH, HCl, NaOH, NaCl.
b. Elektrolit yang menghasilkan tiga ion (n = 3), yaitu Ca(OH)2, H2SO4, Na2CO3.
c. Elektrolit yang menghasilkan empat ion yaitu FeCl3, AlCl3.
2. Makin banyak ion yang dihasilkan dari larutan elektrolit, makin besar pula harga ΔTb dan ΔTf.
3. Besarnya harga α menunjukkan kuatnya larutan
elektrolit. Makin besar harga α, makin besar pula harga
ΔTb dan ΔTf.
4. Larutan elektrolit kuat
mempunyai α = 1. ΔTb = Kb × m × n
ΔTf = Kf × m ×
nπ=M×R×
T×n
5. Pada elektrolit biner
berlaku: ΔTb = Kb × m × (1 +
α)
ΔTf = Kf × m × (1 +
α) π = M × R × T ×
(1 + α)

Contoh soal:
1. Suatu larutan elektrolit biner 0,05 mol dalam
100 gram air mempunyai α =2/3 . Jika Kf = 1,86
°C/m, tentukan penurunan titik beku larutan
tersebut!
Jawab:
ΔTf = Kf × m × (1 +2/3 )
= 1,86 °C/m × 0,05 mol × 1.000/100 × (1 +2/3)
= 1,86 °C/m × 0,5
×5/3 ΔTf = 1,55 °C

2. Tetapan kenaikan titik didih molal air adalah


0,5 °C/m. Jika 1 mol H2SO4 dilarutkan dalam 100
gram air dan dipanaskan, tentukan kenaikan titik
didih dan titik didih larutan tersebut!
Jawab:
ΔTb = Kb × m × n
= 0,5 × 1 × 3
ΔTb = 1,5 °C
Titik didih larutan = 100 °C + 1,5 °C = 101,5 °C.

3. Tentukan tekanan osmosis 29,25 gram


NaCl dalam 2 liter larutan yang diukur pada
suhu 27 °C!
(Mr NaCl = 58,5, R = 0,082 L.atm.mol​–1​K​–1​)
Jawab:
π=M×R×T×n
= (29,25 / 58,5):2 × 0,082× 300× 2
= 0,25 × 0,082 × 600
π = 12,3 atm
Diposkan oleh Maria Sundus RW di ​14.20 ​3
komentar​ ​ ​Label: ​Sifat Koligatif larutan

Tekanan osmosis larutan


Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekulmolekul pelarut ke dalam larutan secara
spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya molekul-
molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat. Proses
osmosis terdapat kecenderungan untuk menyetimbangkan konsentrasi antara
dua larutan yang saling berhubungan melalui membran.

Peristiwa osmosis
Keterangan:
A = larutan gula
B = selaput
semipermeabel C = air

Perhatikan peristiwa osmosis pada gambar diatas . Gambar tersebut menunjukkan


osmometer yang diisi larutan gula, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia
yang berisi air, ternyata permukaan larutan gula pada osmometer naik. Akan tetapi, jika di
atas torak diberi beban tertentu, maka aliran air ke dalam osmometer dapat dicegah.
Gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang mengalir melalui selaput
semipermeabel ke dalam larutan disebut tekanan osmosis larutan.
Pengimbangan tekanan osmosis
Keterangan:
A = larutan gula
B = selaput
semipermeabel C = air

Hubungan tekanan osmosis dengan kemolaran larutan oleh Van’t Hoff dapat dirumuskan
sebagai berikut.

π = MRT

Keterangan:
π = tekanan osmosis
(atm) M = molaritas
(mol/liter) T = suhu
mutlak (K)
R = ketetapan gas (0,082) L.atm.mol​–1​K​–1
Hukum Van’t Hoff ini hanya berlaku pada larutan nonelektrolit.

Contoh soal:
1. Tentukan tekanan osmosis larutan C​12​H​22​O​11
0,01 M pada suhu 25 °C?
Jawab:
π = MRT
= 0,01 × 0,082 × 298 = 0,24 atm

2. Satu liter larutan mengandung 45 gram zat X.


Pada suhu 27 °C, larutan tersebut mempunyai
tekanan osmosis 3,24 atm. Tentukan massa molekul
relatif zat
tersebut!
Jawab
T= 27 °C= 27 + 273= 300 Kelvin
π = MRT =(gram/Mr):liter x RT
3,24=(gram/Mr):liter x 0,082 L.atm.mol​–1​K​–1 ​×
300 K 3,24 = 45 gram/Mr ×0,082 L.atm.mol​−1​K​−1
× 300 K
Mr = 45×0,082×300 :3,24
= 341,66
Diposkan oleh Maria Sundus RW di ​11.51 ​1
komentar​ ​ ​Label: ​Sifat Koligatif larutan

Jumat, 04 Februari 2011

​Kenaikan titik didih (ΔTb) dan penurunan titik beku (ΔTf)


Setiap zat cair pada suhu tertentu mempunyai tekanan uap jenuh tertentu dan mempunyai
harga yang tetap. Zat cair akan mendidih dalam keadaan terbuka jika
tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan atmosfer. Pada saat udara mempunyai
tekanan 1 atm, air mendidih pada suhu 100°C, tetapi jika dalam zat cair itu dilarutkan suatu
zat, maka tekanan uap jenuh air itu akan berkurang. Penurunan tekanan uap jenuh larutan
yang lebih rendah dibanding tekanan uap jenuh pelarut murni menyebabkan
titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni.

Diagram penurunan tekanan uap, titik beku, dan kenaikan titik didih

Selisih antara titik didih suatu larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik
didih larutan (ΔTb).
ΔTb = Tb larutan −Tb pelarut murni

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa tekanan uap larutan lebih rendah darip ada
tekanan uap pelarut murni. Hal ini menyebabkan penurunan titik beku
larutan lebih rendah dibandingkan dengan penurunan titik beku pelarut murni. Selisih
temperatur titik beku larutan dengan titik beku pelarut murni disebut penurunan titik
beku (ΔTf).

ΔTf = Tf pelarut murni −Tf larutan

Menurut Hukum Backman dan Raoult bahwa penurunan titik beku dan kenaikan titik
didih berbanding langsung dengan molalitas yang terlarut di dalamnya.
Hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

ΔTb = m×Kf

ΔTf = m×Kf

Keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih
Kb = tetapan kenaikan titik didih
molal ΔTf = penurunan titik beku
Kf = tetapan titik beku
molal m = molalitas

Syarat Hukum Backman dan Raoult adalah sebagai berikut.


a. Rumus di atas berlaku untuk larutan nonelektrolit.
b. ΔTb tidak berlaku untuk larutan yang mudah menguap.
c. Hanya berlaku untuk larutan yang sangat
encer, pada larutan yang pekat terdapat
penyimpangan.

Contoh soal:
1. Tentukan titik didih dan titik beku larutan berikut!
a. urea (CO(NH2)2) 30 gram dalam 500 gram air.
b. glukosa (C6H12O6) 18 gram dalam
10 gram air. (Kb air = 0,52 dan Kf air = 1,86
°C/m)
Jawab:
a. ΔTb = m × Kb
= 30/60 gram× 1.000/500 gram× 0,52 °C/m

= 0,5 gram × 2 gram × 0,52 °C/m


= 0,52 °C
Titik didih larutan = 100 °C + 0,52
°C = 100,52 °C.

ΔTb = m × Kb
= 30/60gram x 1.000/500 gram x 1,86 °C/m
= 0,5 gram × 2 gram × 1,86 °C/m
= 1,86 °C

b. ΔTb = m × Kb
= 18/180 gram x 1.000/10gram x 0,52 °C/m
= 0,1 gram × 100 gram × 0,52 °C/m
= 0,52 °C
Titik didih larutan = 100 °C + 5,2 °C = 105,2 °C.

ΔTf = m × Kf
= 18/180 gram x 1.000/10 gram x 1,86 °C/m
= 0,1 gram × 100 gram × 1,86 °C/m
= 10 gram × 1,86 °C
= 18,6 °C
Titik beku larutan = 0 °C – 18,6 °C = –18,6 °C.

2. Titik beku larutan 64 gram naftalena dalam 100 gram benzena adalah 2,91 °C.
Jika titik beku benzena 5,46°C dan tetapan titik beku molal benzena 5,1 °C, maka
tentukan massa molekul relatif naftalena!
Jawab:
ΔTf = m × Kf
ΔTf = massa benzena/Mr x 1.000/p
x Kf ΔTf = 5,46 °C – 2,91 °C = 2,55
°C
2,55 = 6,4 gram/Mr× 1.000 gram/100 × 5,1 °C
Mr=(6,4 x 1.000 x 5,1 °C ):(2,55 x 100 )
Mr = 128

3. Berapa berat gula yang harus dilarutkan untuk menaikkan titik didih 250 mL air
menjadi 100,1°C pada tekanan 1 atm, jika Mr gula = 342 dan Kb = 0,5 °C/m?

Jawab:
ΔTb = massa gula/Mr × 1.000/p
× Kb ΔTb = 100,1°C – 100°C
= 0,1°C
0,1 = massa gula/342 × 1.000mL/250 × 0,5
°C/m 0,1 °C = massa gula/342 x 4 mLx 0,5
°C/m
0,1 °C = massa gula/342
x 2 0,1 °C × 342 = massa
gula × 2
massa gula =34,2/2 = 17,1
gram Jadi, berat gula adalah
17,1 gram.
Diposkan oleh Maria Sundus RW di ​20.50 ​10 komentar
​Label: ​Sifat Koligatif larutan

Selasa, 01 Februari 2011

Penurunan tekanan uap


Apabila ke dalam suatu pelarut dilarutkan zat yang tidak mudah menguap, ternyata tekanan
uap jenuh larutan menjadi lebih rendah daripada tekanan uap jenuh pelarut murni
. Dalam hal ini uap jenuh larutan dapat jenuh dianggap hanya mengandung uap zat pelarut, (lihat
Gambar).
Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan
disebut penurunan tekanan uap jenuh .

Jika tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatakan dengan P° dan tekanan uap jenuh larutan
dengan P, maka Pada tahun 1880-an F.M. Raoult,
seorang ahli kimia Prancis, menyatakan bahwa melarutkan zat terlarut mempunyai
efek menurunkan tekanan uap dari pelarut.
Adapun bunyi hukum Raoult yang berkaitan dengan penurunan tekanan uap adalah sebagai berikut.
a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung pada jenis zat yang dilarutkan,
tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat yang
dilarutkan.
Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.

keterangan

Jika larutannya encer, nB << nA, sehingga nA + nB dapat dianggap sama dengan nA, jadi:
Keterangan:
nB = mol zat
terlarut nA= mol
zat pelarut
W A = massa zat
pelarut W B = massa
zat terlarut
Mr A = massa molekul zat
pelarut Mr B = massa molekul
zat terlarut
Dalam larutan terdapat zat terlarut dan pelarut, sehingga:

Jika tekanan uap pelarut dilambangkan P, di

mana P < P°, maka:

P = xA ​⋅ ​P°
Keterangan:
P = tekanan uap
larutan xA = fraksi
mol pelarut
P° = tekanan uap pelarut murni
Hukum Raoult telah diuji kebenarannya dengan membandingkan harga P hasil eksperimen
dengan P hasil hitungan berdasarkan rumus di atas. Antara hasil eksperimen dengan hasil
hitungan terdapat perbedaan yang kecil karena kesalahan dalam pengamatan.

Contoh soal:
1. Manitol sebanyak 18,04 gram dilarutkan dalam 100 gram air pada suhu 20 °C.
Ternyata tekanan uap jenuh larutan adalah 17,227 mmHg. Jika tekanan
uap air jenuh pada suhu itu 17,54 mmHg, hitunglah massa molekul manitol!

Jawab:
WB = 18,04 gram P = 17,227 mmHg
WA = 100 gram P° = 17,54
mmHg Mr A = 18
ΔP = P° – P
= 17,54 – 17,227 = 0,313 mmHg

= 181,96 (Mr manitol yang sebenarnya 182)

2. Fraksi mol larutan urea dalam air adalah 0,2. Tekanan uap jenuh air murni
pada suhu 20 °C sebesar 17,5 mmHg. Tentukan tekanan uap jenuh larutan pada
suhu tertentu!
Jawab:
xB =
0,2
P° = 17,5
mmHg ΔP = P°
⋅ ​XB
= 17,5 mmHg × 0,2 = 3,5 mmHg
P = P° – ΔP
= 17,5 – 3,5 = 14 mmHg

3. Tentukan penurunan tekanan uap jenuh larutan 10% massa glukosa (C6H12O6)
dalam air, jika diketahui tekanan uap air pada suhu 25 °C adalah 24 mmHg!
Jawab:
massa glukosa = 10/100 ×100gram = 10
gram kuantitas glukosa =10/180 = 0,555
mol

massa air = 100 – 10 =


90 g mol air =90/18 = 5
mol
xB =0,055/5,055=0,01
ΔP = P° ​⋅ ​xB = 24 × 0,01 = 0,24 mmHg

Anda mungkin juga menyukai