Anda di halaman 1dari 21

JENIS MAKROMOLEKUL

MM dibedakan menjadi 2 golongan :


1. Makromolekul alam
Contoh :
 protein
 Polinukeotida
 Polisakarida
 DNA dll

2. Makromolekul sintetik.
Contoh :
plastik, karet sintetik, serat sintetik, Polistirena,
polietilena, Nylon.

Penyusun MM
 MM alam dan sintetik keduanya disusun melalui
proses polimerisasi, sehingga makromolekul
disebut juga sebagai senyawa polimer (poli =
banyak, meros = bagian-bagian).
 Polimer adalah senyawa makromolekul yang
terdiri dari pengulangan kesatuan molekul-
molekul kecil dan sederhana yang disebut
monomer.
 Suatu polimer dapat dibangun oleh ratusan
sampai ribuan monomer yang sejenis
(homopolimer) atau beberapa jenis monomer
yang berbeda (kopolimer). Amilum dan selulosa
adalah contoh homopolimer dari monomer
glukosa. Sedangkan protein adalah kopolimer
dari 22 asam amino yang berbeda.
Konsep MM/ Polimer
HOMOPOLIMER DAN KOPOLIMER
 Bila semua monomer adalah dari jenis yang sama,
maka polimer yang dihasilkan disebut
homopolimer.
 Jika polimer tersebut disusun oleh lebih dari satu
jenis monomer maka hasilnya disebut kopolimer.
SIFAT-SIFAT MAKROMOLEKUL
 MM dengan BM rendah apabila dilarutkan dalam pelarut juga dapat membentuk
larutan koloid sejati yang bersifat stabil.
 MM dg BM tinggi Sifat-sifat fisikanya berbeda dengan medium dan terdapat interaksi
antara polimer dengan mediumnya.
 Viskositas larutan polimer lebih besar dari medium pelarutnya dan cenderung
berkurang dengan turunnya konsentrasi dan dengan naiknya suhu.
 Sifat-sifat koligatif larutan MM sangat rendah, kecuali tekanan osmose relatif lebih
tinggi sehingga dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat tersebut.
 Larutannya juga menunjukkan peristiwa efek tyndall dan gerak Brown, karena
partikel-partikelnya mempunyai ukuran koloid.
 Larutan makromolekul dapat dipengaruhi oleh medan listrik bila molekulnya
bermuatan karena mengandung gugus-gugus seperti gugus karboksil dan sulfonat
amino.
 Makromolekul tersebut dalam larutan dapat membentuk ion, sehingga disebut
elektrolit polimer.
 Larutan makromolekul dapat diendapkan dengan pemanasan dan pertukaran pelarut.
Pada cara kedua pelarut ditambahkan ke dalam larutan dimana makromolekul tidak
larut, sehingga akan terjadi pengendapan secara bertingkat. Pada mulanya akan
mengendap makromolekul yang berat molekulnya tinggi, kemudian baru yang berat
molekuklnya rendah. Pengendapan cara ini dapat digunakan untuk pemisahan
campuran polimer.
PENENTUAN BM MM / POLIMER

Cara Penentuan BM MM :
1. Analisis sedimentasi
2. Difusi
3. Viskositas
4. Tekanan osmose
5. Pembauran cahaya (light scattering)
6. Filtrasi gel

Penentuan berat molekul cara pembauran cahaya


dan filtrasi gel tidak dibicarakan dalam buku ini.
CARA VISKOSITAS
 Metode viskositas dapat digunakan untuk penentuan BM MM dengan
jalan membandingkann viskositas larutan polimer terhadap viskositas
pelarut murni.
 Metode ini mempunyai kelebihan daripada yang lain karena lebih cepat
dan mudah serta perhitungan hasilnya lebih sederhana.
 Jika viskositas larutan polimer adalah η dan viskositas pelarut
murni ηo,
 perbandingan viskositas larutan polimer terhadap viskositas
pelarut disebut viskositas relatif (ηr).

η
ηr 
ηo
istilah viskositas jenis atau viskositas spesifik (ηsp), larutan polimer diberikan
persamaan :

 η  η  ηo
  η sp 
η sp η  1 atau ηo
 o 
 Nisbah ηsp/c, untuk c konsentrasi larutan polimer disebut viskositas
tereduksi atau angka viskositas.
 Harga ηsp/c pada pelarutan tak terbatas atau c mendekati nol disebut
angka viskositas batas atau viskositas intrinsik dan diberi lambang [η].

η sp
limit  η
c0 c
Satuan [η] dinyatakan dalam desiliter per gram atau cm3 g-1.

 Persamaan viskositas spesifik (ηsp), dapat juga ditulis :

t 2 - t1
η sp 
t1
dimana t2 adalah waktu alir larutan polimer dan t1 adalah waktu alir
pelarut.
 Dengan menentukan waktu alir pelarut dan larutan polimer pada
berbagai konsentrasi dalam gram per 100 cm3, harga ηsp dan ηsp/c dapat
dihitung.
 Selanjutnya dapat dibuat grafik antara ηsp/c terhadap c (gambar 7.2). Ekstrapolasi ke
konsentrasi nol menghasilkan *η+.

ηsp
c

*η+
.
konsentrasi [c]
besarnya *η+ bergantung pada BM MM.
Hubungan antara *η+.dengan berat molekul polimer (M), diungkapkan oleh Mark dan
Houwink sebagai :

[η+ = K Ma
K dan a = tetapan yang ditentukan dengan mengukur *η+ dari paling sedikit dua
sampel polimer yang berat molekulnya sudah ditentukan dengan metode lain,
misalnya osmometer.
Tekanan Osmosis

 Rumusan tekanan osmose menurut Van’t Hoff diberikan


oleh persamaan :

πV =nRT
w
atau M
R T

πV =

 dimana w/V adalah konsentrasi larutan c, yang dinyatakan


dalam massa per satuan volum dan M adalah berat molekul.
 Persamaan berikutnya menjadi :
π RT

c M
• Perhitungan π larutan polimer dengan berbagai konsentrai pada suhu
tetap dapat ditentukan dengan osmometer.
• Hasil pengukuran tersebut dapat dibuat grafik lurus π/c terhadap c.
Ekstrapolasi pada konsentrasi 0 diperoleh titik perpotongan RT/M
sehingga M dapat dihitung.

π RT
RT M 
   atau π c c0
 c  c 0 M

π
c

RT
M

konsentrasi [c]
Contoh soal
1. Viskositas relatif dari sederatan larutan polistirena
dalam toluena ditentukan dengan viskometer Ostwald
pada 25 oC :
c (× 10-2 g/ cm3) 0,249 0,499 0,999 1,998

η/ ηo 1,355 1,782 2,879 6,090

Ekstrapolasi ke konsentrasi nol dari grafik ηsp/c


terhadap c, menghasilkan viskositas intrinsik. Bila
diketahui tetapan K = 3,7 × 10-2 dan a = 0,62, hitung
berat molekul polimer ini.
Langkah-langkah penyelesaian :
a. Hitung dulu ηsp
b. Hitung ηsp/c
c. Lengkapi tabel dengan mejadikan C sebagai sumbu
X, dan ηsp/c sebagai sumbu Y

Data/Nomor 1 2 3 4

X (C × 10-2 g/ cm3) 0,249 0,499 0,999 1,998

η/ ηo 1,355 1,782 2,879 6,090


ηsp

Y (ηsp/c)
• Dengan tanpa menggambar grafik harga *η+
dapat dihitung dengan rumus :

Yn  Yo 
Xn - Xo
Yn - Y1)
Xn - X1
• Untuk Xo = 0, maka Yo = 0, maka diperoleh
*η] = Yo dengan rumus:
 
 Yn Y 1
Xn
[η]  Yn   
 Xn  X 1 
Xn = konsentrasi untuk data ke-n dengan n > 1
• Dengan menghitung semua data akan diperoleh
masing-masing [η+2 , [η+3 dan [η+4 kemudian
*η+ dihitung rata-ratanya.
Setelah diperoleh [η]
selanjutmya hitung berat
molekul menggunakan
rumus : Y

*η+ = K Ma

*η]

X1 X2 X3 X4 X
konsentrasi [c]
Ingat :
Sumbu X = c = konsentrasi larutan
Sumbu Y = ηsp/c
Any
Question??

Anda mungkin juga menyukai