Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA FISIK

PERCOBAAN VII
PENENTUAN BERAT MOLEKUL KITOSAN DENGAN METODE
VISKOSITAS
Disusun oleh: Kelompok 8
Nur Novi Astuti 24030116130074
Rhae Chandra Chrisna Devi 24030116140075
Kharisma Madda Ellyana 24030116130076
Pangestika Siwi Solekhah 24030116140077
Puteri Alayna Fitri 24030116140078
Nadira Salsabila 24030116130079
Asisten :
Hartina Ningsih 24030114120042

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Penentuan Berat Molekul


Kitosan dengan Metode Viskositas” yang bertujuan untuk menentukan berat
molekul kitosan dengan metode viskositas. Prinsip dari percobaan ini adalah
pengukuran waktu yang diperlukan sampel untuk mengalir diantara dua tanda x
dan y dalam viskosimeter. Metode yang digunakan adalah viskositas yang
merupakan gaya per satuan luas yang diperlukan untuk mendapatkan beda
kecepatan sebesar 1 cm/s antara dua lapisan zat sejajar dan berjarak 1 cm. Hasil
yang diperoleh yaitu waktu rata-rata blanko adalah 2,30667 s, larutan kitosan
0,025% adalah 2,03 s, larutan kitosan 0,05% adalah 2,34 s, larutan kitosan
0,075% adalah 2,68 s,larutan kitosan 0,1% adalah 3,483 s dan larutan kitosan 1%
adalah 1,953 s. Hasil menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi maka waktu
alir yang dibutuhkan makin lama, artinya makin tinggi konsentrasi maka
viskositas larutan makin besar. Berat molekul kitosan adalah sekitar639000,100
gram/mol dan diperoleh persamaan garis y = 59,31x + 4,512.

Kata kunci: kitosan, viskositas, berat molekul kitosan


ABSTRACT

An experiment was conducted titled "Determination of Molecular Weight


Chitosan with Viscosity Method" which aims to determine the weight of chitosan
molecules by the method of viscosity. The principle of this experiment is the
measurement of the time it takes for the sample to flow between two x and y
marks in the viscosimeter. The method used is the viscosity which is the force per
unit area required to obtain a speed difference of 1 cm / s between two layers of
parallel substance and within 1 cm. The result obtained is the average time for
blanks is 2.30667 s, for 0.025% chitosan solution is 2,03 s, for 0.05% chitosan
solution is 2,34 s, for 0.075% chitosan solution is 2,68 s, for chitosan solution
0.1% is 3,483 s and for chitosan solution 0,125% is 1,953 s. The results show that
the higher the concentration the flow time required longer, meaning the higher the
concentration of the viscosity of the solution the greater. The weight of chitosan
molecule is 639000,100 gram / mol andequation of linesy = 59,31x + 4,512.

Keywords: chitosan, viscosity, chitosan molecular weight


PERCOBAAN VIII
PENENTUAN BERAT MOLEKUL KITOSAN DENGAN METODE
VISKOSITAS

I. Tujuan Percobaan
I.1 Menentuakan berat molekul kitosan dengan menggunakan metode
viskositas
II. Tinjauan Pustaka
II.1 Kitosan
Kitosan adalah salah satu senyawa turunan dari kitin. Kitosan yang
mempunyai rumus umum (C6H11NO4)n adalah suatu biopolimer yang tersusun
dari kopolimer glukosamin dan N. Asetilglukosamin dan mempunyai rantai
tidak linier. Kitosan dapat dibuat dengan cara menghidrolisis kitin dengan
menggunakan basa kuat sehingga terjadi deasetilasi dari gugus asetamida (NH-
COCH3) menjadi gugus amino (NH2) (Savitri, Soeseno, & Adiarto, 2010). Proses
tersebut sering disebut sebagai deasetilasi kitin. Sedangkan kitosan mudah larut
dalam asam organik seperti asam formiat, asam asetat dan asam sitrat
(Istiqomah, 2011).

Gambar 1.1. Struktur Kitosan


Kitosan dapat di buat menjadi membran dengan melarutkan kitosan pada
asam organik seperti asam asetat(CH3COOH). Kitosan dapat dikelompokkan
berdasarkan BM dan kelarutannya (Dan, 2006), yaitu:
1.Kitosan larut asam dengan BM 800.000 Dalton sampai 1.000.000 Dalton
2.Kitosan mikrokristalin (larut air dengan BM sekitar 150.000 Dalton
3.Kitosan nanopartikel (larut air) dengan BM 23.000 Dalton sampai
70.000 Dalton, dan dapat berfungsi sebagai imunomodulator
II.2 Berat Molekul
Hal yang membedakan polimer dengan spesies berat molekul rendah
adalah adanya distribusi panjang rantai dan untuk itu derajat polimerisasi
dan berat molekular dalam semua polimer yang diketahui juga terdistribusi
(kecuali beberapa makromolekul biologis). Panjang rantai polimer ditentukan
oleh jumlah unit ulangan dalam rantai, yang disebut derajat polimerisasi
(DP). Berat molekular polimer adalah hasil kali berat molekul unit ulangan
dan DPn.
.
Mn = DPn. M0
Keterangan:
Mn = berat molekul rata rata polimer
M0 = berat molekul unit ulangan
DP = derajat polimerasi
(Malcolm, P.S., 2001).
Karena adanya distribusi dalam sampel polimer, pengukuran
eksperimental berat molekular dapat memberikan hanya harga rata-rata. Berat
molekul polimer dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1.) Berat molekul rata-rata jumlah (Mn)

Keterangan:
Mi= jumlah moll setiap spesies i
Ni = Jumlah molekul setiap spesies i
Jadi, berat molekul rata-rata jumlah (Mn) adalah berat sampel per mol.
2.) Berat molekul rata-rata berat (Mw)
Dihitung berdasarkan pada masa dan polarisibilitas pengukursn
menjadi lebih besar. Berbeda dengan molekul rata rata jumlah (yang
merupakan jumlah fraksi mol masing masing spesies dikalikan dengan
molekulnya). Metode ini menjumlahkan fraksi berat masing masing
spesies dikalikan dengan jumlah molekulnya. Nilai ini dikenal dengan
berat molekul rata rata (Mw). Secara sistematis diekspresikan sebagai:

Prinsip dasat penentuan berat molekul polimer adalah dengan


menghitung jumlah rantai persatuan berat, dengan cara analisis kimia
langsung (analisa gugus ujung), pengukuran sifat koligatif larutan polimer
yang berbanding langsung dengan jumlah polimer dalam larutan.
(Rochima, 2004)
II.3 Derajat Deasetilasi
Proses deasetilasi kitin menggunakan larutan NaOH pekat bertujuan
untuk mengubah gugus asetil dari kitin menjadi gugus amina pada kitosan.
Perubahan ini dapat di deteksi dengan melihat perubahan spectrum IR kitin
dengan hasil deasetilasinya pada panjang gelombang tertentu yang karakteristik
(Gyliene, Razmute, Tarozaite, & Nivinskiene, 2003).
Derajat deasetilasi menunjukkan berkurangnya gugus asetil dari kitin
menjadi gugus amino pada kitosan. Penentuan DD dapat dilakukan dengan
beberapa metode, seperti titrimetri, spektroskopi IR, FDUV – spektrofotometri, x-
ray diffraction, dan spektroskopi NMR. Penentuan DD dengan spektroskopi IR
dilakukan dengan metode base line. Ada dua base line yang biasa digunakan
dalam penentuan DD, yaitu base line (a) yang diusulkan oleh Domszy dan Robert
untuk base line (b).
𝐴1655 100
𝐷𝐷 = 100 − [( )×( )]
𝐴3450 1,33
Keterangan :
DD : derajat deasetilasi
A1655 : Adsorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm-1 yang
menunjukkan serapan karbonil dari amida
A3450 : Adsorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm-1 yang
menunjukkan serapan hidroksil dan digunakan sebagai standar
internal
𝐴1655
Faktor 1,33 : nilai perbandinagan untuk kitosan yang teradeasetilasi
𝐴3450

100%
Rumus perhitungan base line (b) :
𝐴
𝐷𝐷 = 100 − [(𝐴1655 ) × 115]
3450

(Khan, 2002)
II.4 Viskositas
Viskositas adalah kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara
viskositas larutan polimer terhadap pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan
massa molekul nisbi polimer. Keuntungan dari metode ini adalah cepat, lebih
sederhana dan perhitungan tidak rumit. Alat yang digunakan adalah viscometer

Oswald. Jika viskositas larutan polimer (  ) dan viskositas pelarut murni (  sp),
sehingga :
 − 0
(  sp) =

o

Persamaan yang menggambarkan peningkatan viskositas disebabkanoleh

polimer. Harga Ksp disebut viskositas tereduksi dan [  ] untuk pelarut terbatas.
Secara matematis ditulis :
 sp
lim = [ ]
𝐶→0 𝐶
Karena massa jenis pelarut hamper sama, maka diandaikan viskositas
larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu alir, maka :
 sp t2 −t1
= t2 : waktu aliran larutan
t2
t1 : waktu aliran pelarut (Hwang, 1997)

II.5 Jenis Viskositas


Menurut Lewis (1987), jenis viskositas yaitu :
1. Viskositas dinamis : rasio antara share, stress dan shear
rate yang disebut koefisien viskositas
2. Viskositas kinematik : viskositas dinamik dibagi
densitasnya yang dinyatakan dalam satuan stoke (st) pada Cgs dan m2/s
pada SI
3. Viskositas relative dan spesifik : pengukuran pada suhu emulsi
dilakukan dengan membandingkan larutan murni utuk mengukur
besarnya viskositas
(Bourne, 1992)
II.6 Kitin
Kitin atau poli (β- (1,4) -N-acetyl-d-glucosamine) adalah polisakarida
alami yang sangat penting, pertama kali diidentifikasi pada tahun 1884.
Biopolimer ini disintesis oleh sejumlah besar organisme hidup dan termasuk
polimer alam yang paling melimpah, setelah selulosa. Dalam keadaan asli, kitin
terjadi seperti mikrofibril kristal teratur yang membentuk komponen struktural di
exoskeleton arthropoda atau di dinding sel jamur dan ragi. Sejauh ini, sumber
komersial utama kitin adalah kepiting dan kulit udang. Dalam proses industri,
kitin diekstraksi dengan perlakuan asam untuk melarutkan kalsium karbonat
diikuti oleh larutan alkalin untuk melarutkan protein. Selain itu, langkah
dekolorisasi sering ditambahkan untuk menghilangkan pigmen dan memperoleh
kitin murni yang tidak berwarna. Semua perawatan tersebut harus disesuaikan
dengan sumber kitin, karena perbedaan dalam ultrastruktur bahan awal (ekstraksi
dan pra-perawatan kitin akan dijelaskan kemudian), untuk menghasilkan kitin
kualitas tinggi yang pertama, dan kemudian kitosan (setelah deasetilasi parsial).
kitin tidak dapat larut dan sedikit larut selama transformasi menjadi konformasi
yang berbeda. Pertanyaan tentang kelarutannya adalah masalah utama dalam
pengembangan pengolahan dan penggunaan kitin serta karakterisasi (Younes. I,
2015).
II.7 Persamaan Huggins
Ketika viskositas spesifik, viskositas pelarut karena adanya zat terlarut,
diketahui persamaan :
 sp
t − t0
=
to
Karena viskositas intrinsic spesifik merupakan fungsi dan konsentrasi, maka
viskositas tereduksi dapat dinyatakan dengan :
 sp
 rel =
C
Pada pelarut encer, viskositas spesifik dapat dinyatakan dalam persamaan
huggins, yaitu :
2
 rel = [  ] + k′ [  ] C

(Bohidar, 2015)
II.8. Metode – Metode untuk Menentukan Berat Molekul Polimer
II.8.1. Metode Analisis Gugus Ujung
Analisis gugus ujung merupakan teknik analisis olimer untuk
mengetahui massa molekul suatu sampel atau system dengan menghitung
jumlah rantainya. Dalam proses polarisasi pada suatu monomer awal dan
akhir rantai, akan terdapat gugus fungsi yang tidak berkaitan dengan
satuan monomer lain. Jika mengsuatu polimer diketahui mengandung
jumlah tertentu gugus ujung per molekulnya, maka jumlah gugus itu dapat
ditentukan dalam jumlah massa polimer dengan metode analisis gugus
ujung. Dengan demikian, jika massa 1 mol polimer dalam ditentukan,
maka molekul atau bobot molekul polimer juga dapat ditentukan.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penerapan analisis gugus
ujung adalah :
1. Gugus ujung harus dapat dianalisis secara kuantitatif
2. Jumlah gugus ujung yan dapat dianalisis harus diketahui degan pasti
3. Gugus fungsi lain yang menggangu analisis harus ditiadakan
4. Konsentrasi gugus ujung harus cukup besar
5. Metode ini tidak dapat diterapkan pada polimer bercabang
6. Dalam satu polimer linier terdapat gugus ujung banyak dua kali molekul
linier
Contoh analisis gugus ujung dengan cara titrasi :
1. Samel polyester (guus karboksil dan hidroksil), masing – masing
ditimbang dan dilarutkan dalam pelarut yang cocok, aseton untuk
karboksil dan dititrasi dengan basa NaOH dengan indicator pp (titik
akhir titrasi).
2. Untuk hidroksil sampel diasetilasi dengan anhidrat asetat berlebih untuk
membebaskan asam asetat, bersama dengan g gus ujung distribusi
dengan cara sama.
3. Dari kedua titrasi tersebut, diperoleh milligram ekuivalen karboksil dan
hidroksil dalam sampel tersebut.
4. Jumlah mol polimer per gram dapat dihitung dengan persamaan :
𝑚𝑒𝑞𝐶𝑂𝑂𝐻 − −𝑚𝑒𝑞𝑂𝐻 −
Mol polimer per gram =
2×100×𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

C2 dinyatakan bahwa 2 gugus ujung dihitung per molekul


1
5. Perhitungan berta molekul = 𝑚𝑜𝑙𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟𝑝𝑒𝑟𝑔𝑟𝑎𝑚

(Hwang, 1997)
II.8.2. Pengukuran Sifat Koligatif Larutan (Osmometri)
Osmometri adalah metode penentuan bobot yang didasarkan pada
peristiwa osmosis. Osmometri membrane merupakan metode yang paling
bermanfaat dalam menentukan harga rata – rata massa molekul relatif.
Osmosis dapat dikatakan sebagai pelewatan pelarut melalui selaput ardatiris
atau semi permeable dan pelarut murni ke dalam larutan encer ke larutan
yang ebih pekat.
Selaput ini biasanya terdiri atas selofan ataupun bahan yang
berselulosa lainnya. Selaput ini hanya melewatkan pelarut saja sedangkn zat
terlarut tidak dapat dilewatkan. Mula – mula tinggi larutan pelarut sama,
setelah dibiarkan beberapa saat osmosis terjadi ketika pelarut pindah ke
larutan melalui membrane semi permeable sehingga tinggi larutan naik, tetapi
pada suatu saat kenaikan berhenti karena system mengalami keseimbangan.
Pada keadaan ini selisih ketinggian pelarut dan larutan adalah massa molekul
relatif polimer dapat dihitung dengan persamma :
𝜋 𝑅𝑇
= (𝑀) + 𝐵𝐶 ′ π : tekanan osmosis
𝐶′

R : tetapan Rieldberg 𝐶 ′ : konsentrasi larutan


T : suhu B : koefisien visiko
(Hwang, 1997)
II.9. Ultrasentrifugasi dan Pengendapan Polimer
Ultrasentrifugasi merupakan Metode untuk penentuan bobot molekul
dengan cara melibatkan pemutaran larutan polimer pada kecepatan tertentu.
Tekniknya didasarkan padaprinsip bahwa molekul-molekul dibawah pengaruh
medan sentrifugal yang uat, mendistribusi dirimenurut besarnya secara tegak lurus
terhadap sumbu putar, suatu proses yang disebut sedimentasi dan lajunya
proposional dengan masa molekul.
Berat rata-rata molekul dapat dihitung melalui:
𝐶
∑ 𝑅𝑇 ln ( 2 )
𝐶
̅𝑤 =
𝑀 1
(𝑇 − 𝑉̅𝑃 )𝜔(𝑟2 2 − 𝑟1 2 )

(Zhang Jun,2011)
II.10 Analisa Bahan
II.10.1 Kitosan
Sifat fisik: adatan putih dengan vitality 77%
Sifat Kimia: larut dalam asam
(www.sciencelab.com)

II.10.2. NaCl
Sifat fisik: Kristal putih dengan BM 58.44 g/mol dan PH=7
Sifat Kimia: Mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam
gliserol, dan amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol. tidak larut
dalam Asam klorida. (www.sciencelab.com)
II.10.3. CH3COOH
Sifat Fisik: cairan tak berwana yang memiliki bau khas dengan bm
60,05 titik didih 118.10 C dan titik leleh 16.7 0C.
Sifat kimia: dapat larut dalam air.
(www.science-lab.com)
III. Metode
III.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Labu takar Kitosan
Gelas ukur Sodium Klorida
Pipet tetes Asam Asetat
Stopwatch
Pipet gondok
Viskometer Oswald

III.2 Skema Kerja


III.2.1 Pembuatan Larutan Standar
25 mL larutan NaCl + 75 mL larutan CH3COOH
Gelas beker

Penggojogan

Hasil

III.2.2 Pengenceran Kitosan


a. Kitosan 0,025%
0,25 ml kitosan 1%
Labu ukur 10 mL

Penambahan pelarut hingga batas


penggojogan

Hasil
b. Kitosan 0,05%

0,5 ml kitosan 1%
Labu ukur 10 mL

Penambahan pelarut hingga batas


penggojogan

Hasil

c. Kitosan 0,075%

0,75 ml kitosan 1%
Labu ukur 10 mL

Penambahan pelarut hingga batas


penggojogan

Hasil

d. Kitosan 0,1%
1 ml kitosan 1%
Labu ukur 100 mL

Penambahan pelarut hingga batas


Penggojogan

Hasil

III.2.3 Pengukuran Waktu


a. Pelarut

Larutan standar
viskometer

Pengukuran waktu alir dari batas x ke y


Pencatatan waktu
Pengulangan sebanyak 5 kali

Hasil
b. Kitosan 0,25%
Larutan kitosan 0,25%
viskometer

Pengukuran waktu alir dari batas x ke y


Pencatatan waktu
Pengulangan sebanyak 5 kali

Hasil

c. Kitosan 0,05%

Larutan kitosan 0,05%


viskometer

Pengukuran waktu alir dari batas x ke y


Pencatatan waktu
Pengulangan sebanyak 5 kali

Hasil

d. Kitosan 0,075%
Larutan kitosan 0,075%
viskometer

Pengukuran waktu alir dari batas x ke y


Pencatatan waktu
Pengulangan sebanyak 5 kali

Hasil
e. Kitosan 0,1%
Larutan kitosan 0,1%
viskometer

Pengukuran waktu alir dari batas x ke y


Pencatatan waktu
Pengulangan sebanyak 5 kali

Hasil

IV. Hipotesis
Percobaan yang berjudul “Penentuan Berat Molekul kitosan dengan
Viskomsitas bertujuan untuk menentukan berat molekul kitosan dengan
metode viskositas. Prinsip percobaan ini adalah pengukuran waktu yang
digunakan pelarut dan larutan polimer untuk mengalir diantara 2 tanda x dan
y. Metode yang digunakan adalah viskometri yang merupakan ilmu yang
mempelajari tentang viskositas atau kekentalan suatu larutan.. Hasil yang
akan diperoleh adalah bahwa semakin tinggi konsentrasi maka waktu alir
larutan menjadi lebih lama.
V. Data Pengamatan
No Konsentrasi t1 (s) t2 (s) t3(s) t rata-rata (s)
1. 0.025% 1.96 2.02 2.11 2.03
2. 0.05% 2.36 2.3 2.36 2.34
3. 0.075% 2.77 2.67 2.6 2.68
4. 0.1% 3.51 3.52 3.42 3.483
5. larutan standar 1.94 1.95 1.97 1.953
VI. Pembahasan
Percobaan penentuan berat molekul kitosan dengan viskositas ini bertujuan
untuk menentukan berat molekul kitosan dengan menggunakan metode viskositas.
Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengukuran waktu yang
diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir dari x ke y.
Berat molekul merupakan variable yang sangat penting karena, berhubungan
langsung dengan sifat fisik dan kimia polimer. Penentuan bobot molekul polimer,
dapat dilakukan dengan metode viskositas. Viskositas adalah ukuran kekentalan
yang menyatakan suatu larutan polimer (Hwang,1997). Sampel yang digunakan
dalam percobaan ini adalah padatan kitosan 1%.

VI.I. Pelarutan Kitosan


Tujuan pelarutan kitosan ini adalah untuk melarutkan larutan kitosan.
Hal pertama yang dilakukan adalah dengan melarutkan larutan CH3COOH
dan larutan NaCl dengan perbandingan 3:1. Digunakan pelarut asam asetat
dan NaCl dimana kelarutan kitosan paling baik pada larutan asam asetat,
karena Kitosan sangat larut dalamkeadaan asam encer, hal itu disebabkan
karena gugus karboksil dari asam asetat mempermudah pelarutankitosan
dalam air karena terjadi interaksi hidrogen antara gugus karboksil dari asam
asetat dengangugus amina kitosan (Santoso, K., 2006) serta kitosan mudah
mengalami degradasi secara biologis yaitu mengalami penurunan berat
molekul kitosan. Kitosan tidak larut dalam air, pelarut organik alkali atau
asam mineral pada pH diatas 6,5. Kitosan dapat dengan cepat larut dalam
asam organik seperti, asam formiat, asam sinamat, dan asam asetat (Mar B,
1995). Fungsi penambahan NaCl adalah untuk menstabilkan kitosan dalam
keadaan asam. Hal ini dikarenakan ion-ion Cl- dalam NaCl akan
menggantikan gugus asetat di dalam kitosan, dan Na+ akan mengikat gugus
asetat dalam kitosan. Fungsi lain dari penambahan NaCl yaitu sebagai pelarut
kitosan dan larutan standar. Fungsi penambahan asam asetat adalah untuk
melarutkan kitosan dan untuk donor proton pada kitosan sehingga saat
dilarutkan dalam CH3COOHakanterjadi reaksi protonasi yang menghasilkan
garam amina pada gugus kitosan. Reaksi yang terjadi :

Reaksi kitosan dengan Asam asetat ( CH3COOH)

R-NH2 + CH3COOH  R-NH3 + CH3COO-


(Noralia dan Dina, 2013)

Digunakan perbandingan larutan CH3COOH dan larutan NaCl 3:1,


dengan demikian diperlukan volume larutan NaCl sebesar 75 ml dan larurtan
CH3COOH sebanyak 25 ml.

VI.2 Penentuan Berat Kitosan

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui lama waktu alir pada
sampel kitosan dari sumbu x ke y. Prinsip dari viskositas yaitu waktu yang
diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir di dua tanda x dan y.
Metode yang digunakan yaitu viskositas dengan menggunakan viscometer
oswald. Pada viscometer oswald, yang diukur adalah waktu yang diperlukan
larutan mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat
molekul larutan itu sendiri. Konsentrasi kitosan yang akan diukur yaitu
0,025%;0,05%;0,075%;0,01%. Pengukuran waktu dilakukan 5 kali dengan
tujuan agar diperoleh hasil yang konstan, sehingga memperkecil faktor
kesalahan. Sebelumnya alat viscometer oswald harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan standart, yaitu laritan hasil dari reaksi
NaCl dengan CH3COOH dengan perbandingan 1:3 hal ini agar larutan
standrat yang terbentuk hasilnya baik, agar alat yang digunakan benar benar
steril dan bersih dari zat zat lain yang menempel pada tabung, karena
dikhawatirkan terjadinya interferensi dari zat lain, pengukuran dilakukan pada
terkecil terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar mengurangi faktor kesalahan.
Apabila dihitung dari konsentrasi yang besar, kemungkinan pada saat
pembilasan dengan larutan kurang bersih, sehingga masih ada larutan kitosan
yang tertinggal yang menyebabkan saat pengukuran konsentrasi lainnya yang
lebih kecil menjadi tidak akurat. Jika perlaukan dilakukan dari konsentrasi
yang paling kecil, fakstor keslahannya akan kecil, karena jika masih ada
larutan kitosan yang tertinggal, tidak akan terlalu mempengaruhi, karena
larutan selanjutnya memiliki konsentrasi yang lebih besar.
Perlakuan pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan
larutan standart, untuk diukur waktu alirnya. Persiapkan stopwatch lalu,
larutan standart di tarik dengan pipet sampai larutan standart naik melebihi
batas x, dan lakukan pengamatan serta mulai pengukuran waktu alir ketika
aquades tepat pada titik miniskus x hingga ke garis y pengukuran waktu
dihentikan. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dengan
larutan yang sama. Begitu juga dengan larutan kitosan, pengukuran dilakukan
sebanyak lima kali pengulangan dengan konsentrasi yang sama. Setiap selesai
pengukuran larutan kitosan dengan konsentrasi tertenrtu, dilakukan pencucian
alat dengan larutan standart dan pastikan tidak ada sisa larutan sampel yang
tertinggal karena, akan mempengaruhi hasil pengukuran. Hasil pengukuran
waktu alir yang diperoleh dari larutan kitosan adalah
0,025%;0,05%;0,075%;0,01% berturut turut adalah 2,03;2,34;2,68;3,48
dengan larutan standart sebesar 1,953
Hasil menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi maka waktu alir
yang dibutuhkan makin lama, artinya makin tinggi konsentrasi maka
viskositas larutan makin besar. Reaksi yang berlangsung pada proses ini
sebagai berikut:

NaCl(aq)+CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + HCl(aq)

CH3COONa(l) + HCl(l) +
VII. PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
VII.1.1 Berat molekul kitosan adalah sekitar 4635,765 gram/mol
VII.1.2 Diperoleh persamaan garis y=79,15x-0.366
VII.2 Saran
VII.2.1 Lebih teliti dan berhati-hati saat mengamati lajur laurtan pada
viskosimeter
DAFTAR PUSTAKA
Bohidar, H.B., 2015, Fundamentals of Polymer Physics and Molecular
Biophysics, Cambridge University Press, New York
Bourne, G. (1992). The Physiological Basis of the Warm-Up. 30, 36-38.
Dan, S. F. (2006). H ~ H, 14–24.
Gyliene, O., Razmute, I., Tarozaite, R., & Nivinskiene, O. (2003). Chemical
composition nd sorption properties of chitosan produced from fly larva
shells. Chemija (Vilnius), 14(3), 121–127.
Hwang, J.S, dan E.Kim, 1997,”Effect of Molecular Weight and Wace
Concentration on Dilute Solution Properties of Chitosan”, Journal of Food
Science Nature
Istiqomah, Nurul. 2011. Pembuatan Hidrogen Kiotsan Gutraldehid Untuk
Aplikasi Penutup luka Secara In Vivo. Skripsi: 7-29.
Khan, TA Peli dan Chang, 2002,”Repoting Degree of Deacetylation Valves of
Chitosan : The Influence of Analytical Method”, Journal Pharmation
Science, 5 (3) : 202 -205
Rochima, dkk. (2004). C selama 24 jam. Derajat deasetilasi kitosan diukur
dengan menggunakan First Derivative Ultra.
Savitri, E., Soeseno, N., & Adiarto, T. (2010). Sintesis Kitosan , Poli ( 2-amino-2-
deoksi-D-Glukosa ), Skala Pilot Project dari Limbah Kulit Udang sebagai
Bahan Baku Alternatif Pembuatan Biopolimer, 1–10.
Younes, I et al. 2015. Chitin and chitosan preparation from marine sources.
Structure, properties and applications. Marine drugs. Vol 13(3): 1133-
1174.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 30 April 2018


Praktikan,

Nur Novi Astuti Rhae Chandra C.D Kharisma Madda E.


24030116130074 24030116140075 24030116130076

Pangestika Siwi S. Puteri Alayna F. Nadira Salsabila


24030116140077 24030116140078 24030116140079

Mengetahui,
Asisten

Hartina Ningsih
24030114120042
LAMPIRAN
1. Perhitungan Pengenceran
𝑁2 𝑉2
V1N1=V2N2 maka 𝑉1 = 𝑁1
A) Kitosan 0.025%
10 × 0.025%
𝑉1 = = 0.25𝑚𝑙
1%
B) Kitosan 0.05%
10 × 0.05%
𝑉1 = = 0.5𝑚𝑙
1%
C) Kitosan 0.075%
10 × 0.075%
𝑉1 = = 0.75𝑚𝑙
1%
D) Kitosan 0.1%
10 × 0.1%
𝑉1 = = 1𝑚𝑙
1%
2. Pengukuran viskositas spesifik
𝑡 − 𝑡0
𝜂𝑠𝑝 =
𝑡0
A) Kitosan 0.025%
2.03 − 1.953
𝜂𝑠𝑝 = = 0.039
1.953
B) Kitosan 0.05%
2.34 − 1.953
𝜂𝑠𝑝 = = 0.198
1.953
C) Kitosan 0.075%
2.68 − 1.953
𝜂𝑠𝑝 = = 0.372
1.953
D) Kitosan 0.1%
3.483 − 1.953
𝜂𝑠𝑝 = = 0.783
1.953
3. Perhitungan Gradien
No. Konsentrasi (C) Viskositas intrinsik xy x2
(x) 𝜂𝑠𝑝
( ) =(y)
𝑐
1 0.025% 0.039 0.039 0.000625
= 1.56
0.025
2 0.05% 0.198 0,198 0.0025
= 3.96
0.05
3 0.075% 0.372 0.372 0.005625
= 4.96
0.075
4 0.1% 0.783 0.783 0.01
= 7.83
0.1
∑ 0.25 18.31 1.392 0.01875
Rata- 0.0625 4.5775 0.348 0.0046875
rata

𝑛 ∑ 𝑥𝑦−∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑚= 2
𝑛 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)

4 (1.392)−(0.25)(18.31) 5.568−4.5775 0.991


𝑚= 𝑚 = 0.075−0.0625 𝑚 = 0.0125 = 79.28
4(0.01875)−(0.25)2

4. Mencari c
y=mx+c
4.5775= (79.28)(0.0625)+c
C=4.5775-4.955= -0.3775

5. perhitungan berat molekul


𝜂𝑠𝑝 ̅∝
( ⁄𝑐 ) = 𝑘 𝑀

K=1.8 x 10-3
=0.93

A) kitosan 0.025%
1.56= 1.8x10-3 M0.93
M0.93=1.56/1.8x10-3
M0.93=866.6667
M=1442.05
B) kitosan 0.05%
3.96=1.8x10-3 M0.93
M0.93=3.96/1.8x10-3
M0.93=2200
M=3926.47
C) Kitosan 0.075%
4.96 =1.8x10-3 M0.93
M0.93=4.96/1.8x10-3
M0.93= 2755,556
M = 5002,06
D) Kitosan 0.1%
7.83 =1.8x10-3 M0.93
M0.93=7.83/1.8x10-3
M0.93= 4350
M = 8172,48
Mrata-rata= 4635,765
LAMPIRAN
ANALISA GRAFIK

Grafik Konsentrasi VS Viskositas


spesifik/konsentrasi
10 y = 79.158x - 0.3669
viskositas spesifik/konsentrasi

R² = 0.9708
8

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
konsentrasi

Hasil grafik yang diperoleh adalah persamaan linear. Konsentrasi berbanding


lurus dengan viskositas spesifik/konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka
viskositas spesifiknya semakin besar pula dan sebalikknya. Persamaan grafik yang
diperoleh adalah y=79,15x-0.366 dengan nilai R2 sebesar 0.970. Dari persamaan
dapat diperoleh nilai viskositas intrinsik yaitu sebesar -0.366.

Anda mungkin juga menyukai