Anda di halaman 1dari 29

Nomor : UND-675/PP-IAI/1418/XI/2017 Jakarta, 13 November 2017

Lampiran : 1 (satu) berkas


Perihal : Undangan Sarasehan Masyarakat Farmasi

Kepada Yth.
Daftar Undangan terlampir
Di -
Tempat

Dengan hormat,
Salam sejahtera, semoga sejawat selalu sukses dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Sehubungan dengan rencana pemerintah akan menerbitkan peraturan terkait Pelayanan Kefarmasian
secara Electronic (E-Farmasi).
Maka bersama ini kami mengundang para Ketua PD IAI untuk diskusi dan memberikan masukan terkait
draft Permenkes E-Farmasi yang akan diselenggarakan pada :
Hari, Tanggal : Rabu , 15 November 2017
Waktu : 12.00 – 22.00 WIB (didahului dengan makan siang)
Tempat : Millennium Hotel Sirih Jakarta
Jl. Fachrudin No.3, Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10250
Lampiran : TOR, Agenda dan Draft Pedoman Pelayanan Kefarmasian Secara On
Line

PP IAI menyediakan fasilitas penginapan twin sharing bagi peserta yang konfirmasi. Untuk konfirmasi
kehadiran dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sdri. Meta melalui SMS : 085378819410 atau
Telp ke 021-56962581 / 021-5671800 atau email: sekretariat@ikatanapotekerindonesia.net.
Atas segala perhatian sejawat, kami mengucapkan terima kasih.

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

CC: Arsip
Daftar Undangan UND-675/PP-IAI/1418/XI/2017

Daftar Undangan :

1. Ketua IAI PD Aceh


2. Ketua IAI PD Sumatera Utara
3. Ketua IAI PD Sumatera Barat
4. Ketua IAI PD Riau
5. Ketua IAI PD Kepulauan Riau
6. Ketua IAI PD Jambi
7. Ketua IAI PD Bengkulu
8. Ketua IAI PD Bangka Belitung
9. Ketua IAI PD Sumatera Selatan
10. Ketua IAI PD Lampung
11. Ketua IAI PD Banten
12. Ketua IAI PD DKI Jakarta
13. Ketua IAI PD Jawa Barat
14. Ketua IAI PD Jawa Tengah
15. Ketua IAI PD DI Yogyakarta
16. Ketua IAI PD Jawa Timur
17. Ketua IAI PD Bali
18. Ketua IAI PD Nusa Tenggara Barat
19. Ketua IAI PD Nusa Tenggara Timur
20. Ketua IAI PD Kalimantan Barat
21. Ketua IAI PD Kalimantan Tengah
22. Ketua IAI PD Kalimantan Selatan
23. Ketua IAI PD Kalimantan Timur
24. Ketua IAI PD Kalimantan Utara
25. Ketua IAI PD Sulawesi Utara
26. Ketua IAI PD Gorontalo
27. Ketua IAI PD Sulawesi Tengah
28. Ketua IAI PD Sulawesi Selatan
29. Ketua IAI PD Sulawesi Tenggara
30. Ketua IAI PD Sulawesi Barat
31. Ketua IAI PD Maluku
32. Ketua IAI PD Maluku Utara
33. Ketua IAI PD Papua
34. Ketua IAI PD Papua Barat
Term Of Reference
SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Jakarta , Rabu 15 November 2017

A. Pendahuluan
Kemajuan teknologi informasi saat ini sudah banyak dimanfaatkan oleh negara dan
masyarakat guna menunjang proses pelayanan kepada masyarakat atau
pelanggan, baik itu layanan administrasi, transaksi ataupun transportasi. Layanan
kefarmasian saat ini juga menjadi sasaran dengan tujuan memudahkan dan
meningkatkan keterjangkauan masyarakat akan layanan kefarmasian.
Saat ini penjualan obat secara online sudah sangat marak, sementara pemerintah
belum membuat aturan terkait hal tersebut. Kementerian Kesehatan cq Ditjen
Farmalkes saat ini tengah menyusun peraturan dan pedoman tentang layanan E-
Farmasi. Diharapkan peraturan ini bisa menjadi landasan bagi transaksi dan
layanan elektronik di bidang pelayanan kefarmasian, dengan tetap memegang
teguh prinsip akuntabel, serta menjamin kualitas, keamanan dan khasiat produk
farmasi yang dilayankan. Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana
meningkatkan peran Apoteker dalam layanan farmasi berbasis online ini dengan
tetap memegang teguh prinsip Praktik Bertanggungjawab.
Selain tantangan dari layanan farmasi berbasis online, program JKN juga
berdampak pada menurunnya jumlah resep dokter yang dilayani Apoteker di
Apotek, sehingga perlu di imbangi dengan layanan swamedikasi baik obat bebas,
bebas terbatas dan obat keras. Khusu untuk obat keras, pemerintah sebelumnya
sudah mengatur bahwa Apoteker di Apotek dapat melayani obat keras tanpa resep
dokter untuk obat-obat keras yang masuk dalam Daftar Wajib Obat Apotek
(DOWA) melalui Permenkes tentang DOWA. Aturan yang sudah sangat lama ini
dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini dimana tuntutan layanan
swamedikasi Obat Keras terutama untuk penyakit kronis seperti hipertensi dan
diabetes. Rasa khawatir dan was-was Apoteker dalam memberikan layanan
tersebut menjadi hambatan bagi Apoteker dalam memberikan layanan kepada
masyarakat yang menjalani terapi rawat jalan dan benar-benar membutuhkan
layanan pengobatan. Apalagi pada beberapa minggu lalu sangat berkesan bagi kita
bagaimana aparat kepolisian turut “hadir” ke Apotek dalam rangka pembinaan dan
pengawasan. Padahal pemerintah sudah mengatur dengan jelas baik melalui
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah maupun Permenkes bahwa pembinaan
dan pengawasan sarana kefarmasian menjadi kewenangan Kemetrian Kesehatan,
BPOM, Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota dan Organisasi Profesi, sesuai tupoksi nya
masing-masing.
Bila kita simak orasi ilmiah dalam rangka pengukuhan Profesor Riset
Dr.Drs.Sudibyo Soepardi, Apt.M.Kes, dinyatakan bahwa hasil penelitian tahun 2015
menunjukkan jumlah penduduk yang melakukan pengobatan sendiri yang rasional
sebesar 31%. Pengobatan sendiri terbukti dapat menurunkan jumlah kunjungan
ke fasilitas kesehatan, yang dapat diartikan bahwa status kesehatan masyarakat

1|TOR SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI 2017


membaik. Beban social dan ekonomi akibat kesakitan dan biaya pengobatan yang
dapat dibayar pemerintah dapat dikurangi.
Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi yang menaungi Apoteker
merasa perlu untuk mengadakan kegiatan Sarasehan Masyarakat Farmasi untuk
mendapatkan rumusan-rumusan masalah serta solusinya yang akan di sampaikan
ke pemerintah terkait layanan E-Farmasi dan Swamedikasi. Sehingga diharapkan
pemerintah bisa menerbitkan aturan sebagai payung hukum untuk kedua layan
tersebut.
Sarasehan ini akan menghadirkan pembicara baik dari pihak pemerintah,
akademisi, praktisi dan pengusaha untuk memberikan wawasan bagi peserta
sarasehan yang merupakan masyarakat farmasi yang berasal dari unsur
pemerintah, akademisi, praktisi dan organisasi.
Di akhir pelaksanaan kegiatan diharapkan diperolehnya rumusan-rumusan yang
akan disampaikan kepada pemerintah sebagai masukan dalam penysunan
kebijakan terkait.

B. Maksud dan Tujuan


Sarasehan Masyarakat Farmasi 2017 ini memiliki maksud dan tujuan :
1. Pemahaman secara utuh filosofi tugas dan wewenang apoteker dalam
menjalankan Praktik Kefarmasian
2. Dihasilkannya rumusan-rumusan sebagai masukan bagi pemerintah dalam
menyusun kebijakan terkait layanan kefarmasian berbasis online (E-Farmasi).
3. Dihasilkannya rumusan-rumusan sebagai masukan bagi pemerintah dalam
menyusun kebijakan terkait layanan Swamedikasi Obat Keras.

C. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Sarasehan Masyarakat Farmasi 2017 dilaksanakan tanggal 15 November
2017, bertempat di Hotel Milenium, Jakarta. (Agenda Acara terlampir)

D. Peserta
Kegiatan Sarasehan Masyarakat Farmasi 2017 akan dikuti oleh :
1. Perwakilan unsur Dewan Pembina PP IAI
2. Perwakilan unsur Dewan Kehormatan PP IAI
3. Perwakilan unsur Dewan Pakar PP IAI
4. Perwakilan unsur Dewan Pengawas Pusat IAI
5. Perwakilan unsur Pengurus Pusat IAI
6. Perwakilan unsur Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat IAI
7. Ketua Pengurus Daerah IAI se Indonesia

2|TOR SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI 2017


8. Anggota Kehormatan (Dr.Faiq Bahfen)
9. Undangan :
a. Ketua Komite Farmasi Nasional
b. Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia
c. Ketua Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia

E. Narasumber
Untuk memperkaya wawasan terkait keputusan yang akan diambil dalam
Rakernas IAI 2017 maka akan dihadirkan para narasumber dalam diskusi panel
yaitu :
1. Dirjen Farmasi & Alat Kesehatan Kemenkes RI
Dr.Maura Linda Sitanggang, PhD, Apt
Topik : Kebijakan pemerintah terkait layanan E-Farmasi guna mendukung
peningkatan peran Apoteker menjalankan Praktik Bertanggungjawab.
2. Deputi-I (Pengawasan Produk Terapeutik) BPOM RI
Dra. Nurma Hidayati, Apt, M.Epid
Topik : Kebijakan dan Kesiapan BPOM dalam pengawasan transaksi elektronik
produk farmasi.
3. Provider Layanan Elektronik (Halodoc/GoMed)
Jonathan &
Topik : Layanan Kefarmasian berbasis IT yang mendukung optimalisasi peran
Apoteker dalam menjalankan praktik bertanggungjawab.
4. Provider Layanan Elektronik (klik-apotek.com)
Devina Nova Estikaratri
Topik : Layanan Kefarmasian berbasis IT yang mendukung optimalisasi peran
Apoteker dalam menjalankan praktik bertanggungjawab.
5. Kepala Instalasi Farmasi RSUD Blambangan – Banyuwangi, Jawa Timur
Dra. Ari Kurnianingsih, Apt
Topik : “Lesson Learn Layanan Pengantaran Obat (Gancang Aron) RSUD
Blambangan “
6. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Dr. Umi Atiyah, Apt
Topik : Peningkatan peran Apoteker dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui Swamedikasi.
7. Direktur Pelayanan Kefarmasian, Ditjen Farmalkes Kemenkes RI
Dra. Dettie R Yuliati, M.Kes
Topik : Kebijakan pemerintah terkait swamedikasi oleh Apoteker di sarana
kefarmasian

3|TOR SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI 2017


8. Direktur Pengawasan Produk Terapetik & PKRT BPOM RI
Drs.Hanetje Gustav Kakerisa, Apt
Topik : Kebijakan BPOM dalam pengawasan produk terapetik di sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
9. Litbangkes Kemenkes RI
Prof. Dr. Drs.Sudibyo Soepardi, Apt., M.Kes .
Topik : Peran dan potensi Swamedikasi oleh Apoteker di Apotek dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
10. Praktisi dan Akademisi Praktik Komunitas
Dra. Lisa Adhitama, M.Farm-Klin
Topik : Praktik Swamedikasi Apoteker Komunitas yang bertanggungjawab

4|TOR SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI 2017


Lampiran : Agenda Tentative Sarasehan Masyarakat Farmasi 2017

JADWAL KEGIATAN
Rabu, 15 November 2017
11.00 – 13.00 Registrasi Peserta & Makan Siang
13.00 – 13.20 Pembukaan :
- Pembacaan Do’a
- Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
- Menyanyikan Lagu Hymne IAI
- Kata Sambutan Ketua Umum PP IAI dan sekaligus membuka acara
13.20 – 15.30 Sesi-I
1. Dirjen Farmasi & Alat Kesehatan Kemenkes RI
Dr.Maura Linda Sitanggang, PhD, Apt
Topik : Kebijakan pemerintah terkait layanan E-Farmasi guna
mendukung peningkatan peran Apoteker menjalankan Praktik
Bertanggungjawab.
2. Deputi-I (Pengawasan Produk Terapetik) BPOM RI
Dra. Nurma Hidayati, Apt, M.Epid
Topik : Kebijakan dan Kesiapan BPOM dalam pengawasan transaksi
elektronik produk farmasi.
3. Provider Layanan Elektronik (Halodoc/GoMed)
Jonathan
Topik : Layanan Kefarmasian berbasis IT yang mendukung optimalisasi
peran Apoteker dalam menjalankan praktik bertanggungjawab.
4. Provider Layanan Elektronik (klik-apotek.com)
Devina Nova Estikaratri
Topik : Layanan Kefarmasian berbasis IT yang mendukung optimalisasi
peran Apoteker dalam menjalankan praktik bertanggungjawab.
5. Kepala Instalasi Farmasi RSUD Blambangan – Banyuwangi, Jawa Timur
Dra. Ari Kurnianingsih, Apt
Topik : “Lesson Learn Layanan Pengantaran Obat (Gancang Aron)
RSUD Blambangan “
15.30 – 16.00 Coffee Break
16.00 – 18.00 Sesi-II
1. Direktur Pelayanan Kefarmasian, Ditjen Farmalkes Kemenkes RI
Drs. Dettie R Yuliati, M.Kes
Topik : Kebijakan pemerintah terkait swamedikasi oleh Apoteker di
sarana kefarmasian
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Dr. Umi Atiyah, Apt
Topik : Peningkatan peran Apoteker dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui Swamedikasi.
3. Direktur Pengawasan Produk Terapetik & PKRT BPOM RI
Drs.Hanetje Gustav Kakerisa, Apt
Topik : Kebijakan BPOM dalam pengawasan produk terapetik di sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
4. Litbangkes Kemenkes RI
Prof.Dr.Drs.Sudibyo Soepardi, Apt.M.Kes
Topik : Peran dan potensi Swamedikasi oleh Apoteker di Apotek
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5|TOR SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI 2017
5. Praktisi dan Akademisi Praktik Komunitas
Dra.Lisa Adhitama, M.Farm-Klin
Topik : Praktik Swamedikasi Apoteker Komunitas yang
bertanggungjawab
18.00 – 19.00 ISHOMA
19.00 – 21.00 Sesi-II (lanjutan)
21.00 – 22.00 Perumusan rencana tindak lanjut dan penutupan

6|TOR SARASEHAN MASYARAKAT FARMASI 2017


Draft
Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Melalui Sistem Elektronik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2017

1
Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan ....................................................................... 3


A. Latar Belakang ............................................................. 3
B. Tujuan .......................................................................... 5

Bab 2 Pelayanan Kefarmasian Melalui Sistem Elektronik dalam


rangka Peningkatan Keselamatan Pasien …………….............. 6
A. Penilaian Risiko ............................................................. 6
B. Audit Reguler ................................................................. 7

Bab 3 Pelayanan Kefarmasian melalui sistem elektronik .............. 8


A. Pengelolaan obat yang aman ......................................... 8
B. Pemberian informasi obat .............................................. 12
C. Dokumentasi ................................................................. 13

Bab 4 Persyaratan Terkait Pelayanan Secara elektronik ................. 15


A. Persyaratan Website ..................................................... 15
B. SDM Kefarmasian .......................................................... 16
C. Perlindungan terhadap Pilihan Pasien ........................... 17
D. Keamanan dan Kerahasiaan Data ................................. 18
E. Pengantaran Obat ........................................................ 19

Bab 5 Pembinaan Dan Pengawasan ............................................... 21

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan internet sudah sangat mengglobal dan meliputi berbagai


bidang kehidupan, termasuk bidang kesehatan. beberapa website telah
menjalankan pelayanan obat secara on line, baik di luar negeri maupun
didalam negeri. Pada tahun 1997, World Heatlh Organization telah
menghimbau negara anggotanya agar melakukan pengawasan yang lebih
ketat terhadap penjualan sediaan farmasi melalui internet .

Manfaat terbesar dari pelayanan kefarmasian melalui on line adalah


proses yang sederhana dan karenanya memberikan kenyamanan bagi
pasien atau masyarakat. Apotek yang melayani obat secara on line
seharusnya memberikan pelayanan konsultasi denga apoteker melalui
telpon atau email. Untuk menghindari adanya interaksi obat, pasien
dimnta menlengkapi form yang berisi pertanyaan tentang obat lain yang
saat ini sedang digunakan , memeberikan riwayat pengobatan dan
menjelaskan kondisi kesehatan pasien .

Pelayanan obat melalui on line memberi rasa nyaman dan menjaga


kerahasiaan pasien. Selain itu. Bagi yang memiliki keterbatasan fisik,
orang tua, pasien yang tinggal di tempat yang jauh dapat dengan mudah
mendapatkan informasi, obat dan pelayanan yang sebelumnya sulit
mereka dapatkan. Selain itu, perbedaan harga juga hal penting untuk
dicermati. Obat yang dilayani secar on line pada umumnya harganya
kebih rendah.

WHO menekankan bahwa penjualan melalui internet dapat melewati


batas anter negara, dan karenanya meningkatkan potensi peredaran
sediaan farmasi yang tidak memiliki ijin edar, palsu, tidak aman, atau
tidak efektif. WHO menyatakan bahwa pemesanan sediaan farmasi tanpa

3
pengawasan pihak yang berwenang dapat membahayakan kesehatan
masyarakat dan meningkatkan risiko bagi keselamatan individual pasien.

Jika pasien membeli obat dari situs penjualan barang komersial, karena
tidak adanya jaminan akan kualitas obat yang dilayani, obat tersebut bisa
saja palsu atau sub standar atau bahkan obat yang tidak memiliki izin
edar. Website ilegal yang melayani obat tidak memiliki pelayanan
konseling oleh apoteker dan telah diidentifikasi terjadi penjualan obat
keras, seperti antibiotik, regimen kemoterapi atau obat lain yang tidak
efektif. Web site yang ilegal dapt memberikan iklan yang salah arah dan
cara penggunaan obat tidak tepat sehingga dapat terjadi konsekuensi
yang serius.

Pasien atau masyarakat yang mendapatkan obat melalaui on line tanpa


mendapatkan informasi obat yang tepat oleh apoteker dapat memberikan
konsekuensi yang serius bagi kondisi kesehatannya. Hal ini diperberat
oleh ketidak mampuan pasien menentukan dengan mudah status
legalitas apotek yang melayani obat secara on line. Karena itulah,
diperlukan suatu mekanisme yang memungkinkan dinilainya
kemampuan suatu website melakukan pelayanan obat secara online.
Diperlukan regulasi yang mengatur pelayanan obat secara on line
sehingga hak pasien terlindungi, jelas diketahui autentisitas dan
keamanan resep, kepatuhan terhadap kebijakan jaminan mutu pelayanan
kefarmasian, dan terjadi konsultasi antara pasien atau masyarakat
dengan apoteker.

4
B. Tujuan
Penyusunan standar pelayanan kefarmasian secara on line disusun
dengan tujuan:
1. Memastikan pasien terlindung haknya mendapatkan pelayanan obat
yang tepat dilengkapi pemberian informasi yanng akurat dalam rangka
melilndungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional,
2. Mencegah pasien dan masyarakat mengakses obat yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien
3. Acuan bagi apoteker dalam melaksanakan pelayanan obat secara on
line

5
BAB 2
PELAYANAN KEFARMASIAN MELALUI SISTEM
ELEKTRONIK DALAM RANGKA PENINGKATAN
KESELAMATAN PASIEN

A. Penilaian Risiko

Pelayanan kefarmasian melalui internet memiliki risiko, sebelum memulai


pemberian pelayanan kefarmasian melalui sistem elektronik, apoteker
harus mengumpulkan bukti yang telah diidentifikasi dan mengelola risiko
sedemikian rupa, dan memeriksa bahwa pengaturan yang telah dilakukan
memenuhi aspek keselamatan pasien. Identifikasi risiko dan pengelolaan
risiko yang dilakukan Apoteker menunjukkan bahwa pelayanan
kefarmasian dapat dilakukan dengan aman dan efektif.

Penilaian risiko membantu apoteker melakukan identifikasi dan


mengelola risiko. Apoteker melakukan tinjauan mengenai pekerjaan yang
dilakukan yang dapat menyebabkan bahaya kepada pasien dan
masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kefarmasian, dan hal yang
perlu dilakukan apoteker mennjaga risiko sekecil mungkin.

Penilaian risiko meliputi risiko yang telah diidentifikasi, dan termasuk


beberapa pilihan rencana tindak lanjut dimasa yang akan datang.
Seluruh staf di apotek tersebut seharusnya mengetahui outcome setiap
penilaian risiko dan berkontribusi sesuai tugas dan fungsinya .

Penilaian risiko bisa saja berupa gambaran umum, akan tetapi tetap perlu
dipertimbangkan lingkungan individual apotek yang akan disiapkan
pelayanan kefaramsian secara on line. Jika apotek melakukan pelayanan
kefarmasian secara on line bersama dengan beberapa apotek berbeda dan
stafnya, harus dipertimbangkan bagaimana sistem yang digunakan untuk
menyediakan pelayanan kefarmasian secara bersama- termasuk sistem IT
bagi penukaran informasi antara lokasi yang berbeda. Harus

6
dipertimbangkan bagaimana melakukan monitoring terhadap akurasi
sistem dan mengelola setiap potensi kesalahan.

Area risiko yang harus dipertimbangkan adalah:

a. Bagaimana staf apotek menyampaikan kepada pasien dan masyarakat


mengenai pelayanan kefarmasiaan yang akan diberikan dan
bagaimana inform consent pasien
b. Bagaimaan staf berkomunikasi jika berada pada lokasi berbeda
c. Penyediaan obat, termasuk konseling dan penyerahan obat.
d. Kapasitas bisnis dalam memberikan pelayanan yang diusulkann
e. Rencana keberlanjutan usaha, termsuk website dan keamanan data.

B. Regular audit

Reguler audit dilakukan sebagai bagian dari bukti atau jaminan bahwa
apotek dapat memberikan pelayanan kefarmaisian berkelanjutan kepada
pasien dan masyarakat yang menggunakan jasa tersebut. Apoteker harus
mengambil tindakan untuk mengatasi setiap masalah yang teridentifikasi
dan mungkin saja kemudian dilakukan tinjauan reaktif.

7
BAB 3
PELAYANAN KEFARMASIAN MELALUI SISTEM ELEKTRONIK

Pasien berhak mendapatkan pelayanan kefarmasian dengan kualitas yang


sama baik jika pelayanan secara on line maupun pelayanan yang dilakukan
konvensional.

Pelayanan obat melalui internet dapat dilakukan oleh :

1. Apotek yang memiliki izin sesuai ketentuan yang berlaku

2. Portal apotek yang penyediaan obatnya oleh apotek yang memiliki ijin
sebagai Apotek sesuai ketentuan yang berlaku selain itu dapat pula
dilakukan oleh

Pelayanan obat melalui internet baik oleh portal apotek atau Apotek harusl
dilakukan oleh Apoteker yang harus memberikan pelayanan informasi obat
secara langsung kepada pasien serta menjamin keamanan, mutu dan khasiat
obat hingga sampai ke pasien.

Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pelayanan obat secara on line:

A. Pengelolaan obat yang aman

Pelayanan obat secara on line memiliki risiko yang berbeda dengan


pelayanan obat secara “tradisional”. Apoteker harus mempertimbangkan
hal ini sebagai bagian dari penilaian risiko awal yang harus dilakukan.

Apoteker harus dapat menunjukkan tindakan yang dilakukan untuk


meminimalkan risiko yang telah diidentifikasi. Termasuk didalamnya
sebagai berikut:

1. Memutuskan obat yang tepat untuk dilayani melalui internet

2. Memastikan staf apotek dapat: mengecek bahwa pasien adalah orang


yang sama dengan yang akan diklaim dan mendapatkan informasi dari
pasien untuk memeriksa bahwa pelayanan obat tersebut aman dan

8
sesuai, misalnya mempertimbangkan usia, jenis kelamin, obat lain dan
masalah lain yang relevan

3. Memastikan pasien dapat bertanya tentang obatnya

4. Memastikan pasien tahu pihak yang harus dihubungi jika ingin


mengetahui lebih lanjut atau ingin berdiskusi dengan apoteker

5. Identifikasi permintaan obat yang tidak sesuai, terlalu besar atau


terlalu sering

Dalam penyediaan obat, apoteker harus memastikan obat sampai dengan


aman ke orang yang tepat pada waktu pasien memerlukan. Hal ini
menjadi bagian penilaian risiko awal.

Apoteker harus menunjukkan tindakan yang dilakukan untuk mengelola


risiko yang telah diidentifikasi. Hal ini termasuk bagaimana apoteker:
a. Menilati kesesuaian dan waktu dari metode pneyediaan dan
pegantaran obat (misalnya untuk obat yang disimpan dalam kulkas)

b. Menilai kesesuaian kemasan (misalanya kemasan yang disiapkan


tahan tamper atau terkendali suhunya)

c. Periksa definisi, persyaratan dan batasan pengantaran

Berikut adalah rincian point penting dalam penyediaan obat bebas, obat
resep dan obat yang disiapkan oleh pihak ketiga:

1. Penyediaaan obat resep bebas


Dalam memberikan pelayanan obat bebas secara on line, apoteker
haruslah:

a. memastikan telah diberikan informasi dan nasihat tentang obat


bagi masyarakat sebelum membeli obat bebas , vitamin atau
suplemen makanan. Hal ini merupakan informasi tambahan dari
informasi terdapat pada leaflet obat

9
b. memastikan bahwa pihak yang menggunakan obat adalah orang
yang menggunakan layanan on line dan data mengenai kondisi
pelanggan tersebut haruslah telah ditanyakan sebelumnya.

c. Menilai kesesuaian dan keamanan obat bagi pengguna dan


memastikan sesuai dengan indikasi yang tertera pada kemasan
obat/vitamin/suplemen.

d. Memberikan konseling yang tepat atau nasehat mengenai


keamanan dan penggunaan yang efektif. Pasien harus diberikan
nomer telpon yang dapat diakses untuk mendapatkan indormasi
atau nasehat dari tenaga kesehatan yang sesuai

e. Waspada terhadap potensi penyalahgunaan beberapa obat bebas


dan produk lain, apotker harus melakukan tindakan yang sesuai
dalam mengidentifikasi permintaan obat dalam jumlah besar , atau
permintaan obat dengan frekuensi yang abnormal dan karenanya
menolak menyediakan obat tersebut ketika terdapat alasan
mendasar terdapatnya kecurigaan penyalahgunaan atau pengguna
salahan obat.

f. Menyarankan pasien untuk melakukan konsultasi kepada apotek


terdekat atau tenaga kesehatan lain ketika permintaan obat atau
gejala yang disampaikan menunjukkan bahwa kondisi pasien
tersebut memerlukan konsultasi langsung.

g. Menginformasikan kepada pasien identitas apotek sebagai bentuk


tanggung jawab professional dalam menyediakan obat.

10
2. Penyediaan obat resep

Hal yang harus dilakukan oleh apoteker dalam melayani obat resep:
a. Memberikan informasi kepada pasien mengenai apotek yang
melakukan dispensing resep nya.

b. Memiliki sistem yang dapat mencegah penjualan obat yang tideak


sesuai dengan standar pelayanan. Apoteker harus memastikan
bahwa resep yang dilayani adalah asli

c. Apoteker melakukan penilaian peninjauan resep

d. Apoteker memberikan informasi yang memadai kepada pasien atau


keluarga nya agar dapat menggunakan obat dengan aman dan
efektif dan mengetahui bagaimana cara mendapatkan informasi
lebih lanjut

e. Mengusulkan pasien untuk pergi ke apotek lokal jika resep yang


diterima menunjukkan bahwa pasien memerlukan konsultasi
langsung dengan aptoeker atau tenaga kesehatan lain

f. Verifikasi autentisitas dan validitas resep

g. Menginformasikan identitas apoteker yang ebrtugas kepada pasien


pada invoice atau cara lain sebagia bentuk tanggung jawab profesi

h. Memenuhi ketentuan mengenai pelayanan kefarmasian,


memelihara dan melakuakn kajian terhadap prosedur pelayanan
kefarmasian secara on line.

11
3. Penyediaan obat oleh pihak ketiga
Jika apotek bertindak sebagai ‘portal’ bagi pihak ketiga dari provider
apotek on line, apoteker yang mengoperasikan ‘portal apotek’
bertanggung jawab terhadap semua aspek kualitas dan keamanan
pelayanan yang dilakukan oleh apotek pihak ketiga.

Apoteker yang bertanggung jawab pada ‘portal apotek’ haruslah:

a. Apotek pihak ketiga yang menyediakan obat adalah apotek yang


memiliki ijin sesuai ketentuan yang berlaku dan apotek tersebut
berkedudukan di kota yang sama

b. Memastikan kualitas pelayanan kefarmasian yang dilakukan sesuai


standar pelayanan serta sesuai standar profesi apoteker

c. Memastikan bahwa apoteker yang bertanggung jawab pada apotek


pihak ketiga sanggup bertanggung jawab terhadap segala aktifitas
yang terjadi yang tercakup dalam perjanjian kerja sama.

B. Pemberian Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi obat kepada pasien dan


masyarakat yang berkualitas tinggi, relevan dengan cara yang tepat dan
mudah dipahami. Apoteker harus mampu mengkomunikasikan informasi
penting dengan jelas dan efektif walaupun tanpa tatap muka.

Informasi yang harus diberikan meliputi:

1. Informasi mengenai pelayanan yang terjadi pada lokasi yang berbeda


, dan pastikan pasien tidak berkeberatan tentang hal itu
2. Berikan informasi yang jelas kepada pasien dan masyarakt bagaimana
menghubungi apoteker jika mengalami masalah atau memerlukan
nasiehat lebih, termasuk nasehat kapan mereka seharusnya
mengunjungi dokter atau apotek lokal

12
Pemberian informasi harus memenuhi ketentuan berikut:

a. Informasi obat umum (tidak spesifik kepada individu pasien) yang


terdapat pada website apotek harus akurat, terkini dan disampaikan
dengan cara yang professional

b. Seluruh informasi obat yang diberikan sesuai dengan yang terdapat


pada label obat, leaflet dan persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku
meliputi semua data yang relevan termasuk kontra indikasi dan efek
samping

c. Rekomendasi produk hanya diberikan terkait individual pasien

d. Setiap iklan atau publikasi harus sesuai ketentuan yang berlaku.


Materi promosi apotek harus akurat, jujur dan tidak menyalahi
kepercayaan dan dilandasi evidence based.

e. Setiap nasihat dan atau informasi tertulis diberikan kepada pasien


dalam bahasa Indonesia

C. Dokumentasi

Apoteker harus memelihara catatan mengenai konsultasi on line dan obat


yang dilayani secara on line dengan cara yang memadai untuk
menghindari kesalahan penggunaan dan penggunaan yang salah,
dokumentasi seluruh rangkaian proses dari permintaan obat awal hingga
obat tersebut diantarkan ke pasien harus tersedia dan dapat diverifikasi.

Catatan yang harus disimpan adalah:

a. Identitas pasien atau pelanggan (nama dan alamat) yang telah dilayani
secara on line

b. Rincian obat yang diminta dan disediakan

c. Rincian konsultasi dengan pasien atau dokter penulis resep, intervensi


yang dilakukan dan atau nasihan yang diberikan

d. Informasi yang menjadi dasar keputusan penyediaan obat dilakukan

13
e. Identitas apoterker, sebagai tanggung jawab profesioonal dalam
penyediaan obat

f. catatan yang disimpan haruslah dipelihara sekurangnya selama 5


tahun.

14
BAB 4
PERSYARATAN TERKAIT PELAYANAN KEFARMASIAN
SECARA ELEKTRONIK

A. Persyaratan Platform

Pasien atau masyarakat harus dengan mudah mengidentifikasi pihak


yang mengoperasikan platform. Informasi yang terdapat pada platform
harus akurat, jelas dan tidak meragukan.

Berikut adalah informasi yang disediakan oleh pengelola platform:

1. Nama apotek dan apoteker penanggung jawab

2. Alamat apotek, baik alamat email maupun telpon

3. No. SIA, STRA apoteker yang bertugas pada PSE

4. Informasi mengenai cara mengkonfirmasi status ijin apotek dan


apoteker

5. Nama dan alamat serta informasi rinci mengenai apotek jika obat
disiapkan, didispensing dan diberi label bagi individu pasien sesuai
resep dilakukan pada apotek yang berbeda dari yang menyediakan
pelayanan melalui sistem elektronik.

6. Kebijakan Privasi yang menjamin kerahasiaan data dokter dan pasien.

7. Rincian mengenai cara menyampaikan komplain mengenai pelayanan


secara elektronik

8. Nama dan alamat pihak ketiga yang ikut mendukung jika obat
disediakan atau disuplay melalui pihak ketiga .

Platform harus aman dan sesuai dengan pedoman pengelolaan keamanan


informasi dan hukum perlindungan data. Platform harus memiliki
fasilitas yang aman dalam mengumpulkan, menggunakan dan
menyimpan data pasien..

15
B. SDM Kefarmasian
1. Peran Apoteker di PSE
Apoteker yang bertugas pada PSE E-farmasi memiliki tugas sebagai
berikut:
a. Membuat informasi mengenai obat di website
b. Melakukan validasi terhadap resep upload
c. Memeriksa kesesuaian diagnosa dengan obat pada resep
d. Memastikan validitas dokter penulis resep; SIP dokter masih
berlaku.
e. Memberikan informasi obat kepada pasien jika dibutuhkan
f. Konfirmasi kepada pasien untuk memastikan obat sudah sampai
dan penerima obat

2. Peran Apoteker di Apotek

Apoteker haruslah menjadikan keselamatan dan kesejahteraan pasien


sebagai hal utama yang diperhatikan. Apoteker bertanggung jawab
menciptkaan kultur kerja yang memposisikan pasien sebagai pusat
dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang profesional.

Berikut adalah peran apoteker dalam melayani obat melalui elektronik:

a. Memberikan pelayanan kefarmasian sesuai standar dan melayani


dengan baik tiap kali melakukan pelayanan obat

b. Mencari informasi yang relevan yang diperlukan menilai kebutuhan


pasien dan memberikan pelayanan yang sesuai. Jika diperlukan,
apoteker dapat memberitahukan pasien atau pelanggan untuk
konsultasi langsung kepada tenaga kesehatan lain untuk pelayanna
kesehatan lainnya.

c. Memastikan bahwa pasien dapat mengakses obat dengan aman dan


dalam waktu yang tepat dan melakukan tinjauan resep serta
penilaian klinik mengenai obat yang akan dilayani bagi individu
pasien.

16
d. Memberi motivasi agar penggunaan obat efektif dan memastikan
bahwa pasien atau keluarganya mengetahui bagaimana
menggunakan obat dengan baik

e. Memastikan integritas dan kualtias produk yang dilayani hingga


kepada pasien

f. Memastikan apoteker memiliki fasilitas, peralatan dan bahan yang


diperlukan untuk memberikan pelayanan secara profesional sesuai
standar

g. Memastikan apoteker menyimpan konfirmasi pasien baik tertulis


atau elektronik sebelum memberikan pelayanan kefarmasian .

3. Apoteker yang terlatih dan Kompeten

Apoteker dan TTK yang terlibat pelayanan on line harus telah dilatih
dan kompeten dalam pelayanan kefarmasian secara aman. Beberapa
pelatihan spesifik diperlukan bagi staf yang melayani obat secara on
line, diantaranya:

a. Pengelolaan keamanan informasi – bagaimana data pasien


diproteksi dan keamanan cyber
b. Ketrampilan komunikasi untuk mendukung kemampuan
pengelolaan komunikasi tanpa tatap muka yang efektif dengan
pasien dan dokter penulis resep
c. Menggunakan peralatan dan teknologi baru tertentu; terkait
dokumentasi dan memelihara bukti pelatihan yang dilakukan 15

C. Perlindungan terhadap Pilihan Pasien

Pasien memiliki hak untuk mengambil keputusan terkait jenis pelayanan


dan obat yang ingin mereka terima, termasuk mengambil keputusan
apotek yang melayani obatnya. Apotek on line yang profesional harus
memberikan informasi yang diperlukan pasien sehingga dapat mengambil
keputusan mengenai obatnya dan apotek yang pemayani obatnya.

17
Resep dari dokter bisa sampai ke apotek melalui pos, elektronik atau
pelayanan on line (dimana pasien mengakses web site atau melalui link
dari website apotek), harus dipastikan bahwa pasien mengetahui
pelayanan kefarmasian yang ada terkait pelayanan obat resep tersebut.

Kerja sama dan kemitraan antara tenaga kesehatan haruslah transparan,


tidak menimbulkan konflik kepentingan serta tidak membatasi pilihan
pasien dalam menentukan dimana dan bagaimana mendapatkan
pelayanan kefarmasian.

Apoteker yang memberikan pelayanan oabt secara on line haruslah:

1. Menghindari partisipasi dalam setiap kerja sama dengan dokter


penulis resep atau pihak lain yang akan berdampak membatasi
pilihan pasien

2. Memastikan pasien mampu mengidentifikasi apotek terdaftar mana


yang memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien tersebut

3. Memastikan pasien telah diberikan inform concernt tentang hal ini

4. Melakukan langkah untuk memastikan tidak terjadi pengarahan


terhadap obat yang diresepkan.

D. Keamanan dan kerahasiaan

Pasien memiliki hak untuk dllayani oleh apoteker dan tenaga


kefarmasian yang menghargai dan melindungi kerahasiaan informasi
dalam mendapatkan pelayanan oleh apoteker.

Apotek yang melayani obat secara on line haruslah :

1. Memiliki perlindungan terhadap kerahasiaan dan integritas seluruh


informasi pasien dilindungi dilindungi oleh standard ISO /IEC
27001.2005

2. Seluruh transmisi data pasien diencrypsi untuk melindungi


kemungkinan provider internet dimasuki oleh pihak yang tidak
berkepentingan secara tidak sengaja atau dengan sengaja

18
3. Informasi pasien di backed up dan disimpan ditempat yang aman, serta
system yang terlindung dari bahaya api

4. Setiap permintaan data pengobatan pasien hanya diberikan jika


diminta pasien atau pihak yang mewakili pasien setelah dilakukan
verifikasi.

E. Pengantaran obat

Apoteker memiliki tanggung jawab menyerahkan obat kepada pasien.


Obat harus diantarkan dengan aman dan sesuai instruksi pabrik.
Pelayanan pengiriman obat haruslah diperlakukan khusus, diperlukan
tanda tangan penerima untuk memastikan penerimaan obat yang aman.
Tersedia sistem yang menginformasikan pasien atau pelanggan tidak
dirumah ketika obat tiba dialamat yang dituju.

Berikut adalah hal yang harus dilakukan Apoteker dalam pengantaran


obat:

1. Melakukan langkah yang adekuat untuk memastikan bahwa


mekanisme pengantaran aman dan obat yang diserahkan kepada
pasien dengan cara yang sesuai, aman dan dalam kondisi yang tepat
untuk digunakan

2. Memastikan integritas rantai dingin dan transportasi yang aman


terutama bagi sediaan obat berbentuk cairan atau jika kemasan obat
rentan terhadap kerusakan.

3. Memastikan obat dikemas, ditransportasi dan diserahkan dengan cara


sedemikian hingga terjamin integritas, kualitas dan efektifitas . Harus
diberikan perhatian lebih bagi obat yang bersifat termo labil

4. Memastikan bahwa mekanisme pengantaran yang digunakan dapat


dikenakan audit yang terverifikasi sejak dari permintaan obat awal
hingga pengantaran ke pasien atau kurir, atau hingga dikembalikan ke
apotek jika terjadi kesalahan pengiriman.

19
5. Memastikan mekanisme pengiriman menjaga kerahasiaan indormasi
mengenai pengobatan pasien

20
BAB 5

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Kementerian Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap penyelenggaraan pelayanan kefarmasian secara elektronik.

PSE e-Farmasi wajib memberikan data mengenai berikut dalam


rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan kefarmasian melalui sistem
elektronik: data resep, transaksi.

21

Anda mungkin juga menyukai