Anda di halaman 1dari 16

Statistika deskriptif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Contoh Statistika Deskriptif : Grafik pengunjung suatu website


Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian
suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.[1] Pengklasifikasian menjadi
statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan.[2]
Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali
tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih
besar.[1] Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan
besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran.[1] Dengan Statistika deskriptif, kumpulan
data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti
dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara
lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus
data.[2]
https://id.wikipedia.org/wiki/Statistika_deskriptif

Pengertian STATISTIK DESKRIPTIF dan


STATISTIK INFERENSIAL

Pengertian statistik deskriptif berbeda dengan statistik inferensial. Pada statistik deskriptif
penelitian hanya menggambarkan keadaan data apa adanya melalui parameter-parameter
seperti mean, median, modus, distribusi frekuensi dan ukuran statistik lainnya. Pada
statistika deskriptif, yang perlu disajikan adalah:

1. Ukuran pemusatan data (measures of central tendency). Ukuran pemusatan data yang
sering digunakan adalah distribusi frekuensi. Ukuran statistik ini cocok untuk data nominal
dan data ordinal (data kategorik). Sementara nilai mean adalah ukuran pemusatan data
yang cocok untuk data continuous. Ukuran deskriptif lain untuk pemusatan data adalah
median (nilai tengah) dan modus (nilai yang paling sering muncul).
2. Ukuran penyebaran data (measures of spread). Ukuran penyebaran data yang sering
digunakan adalah standar deviasi. Ukuran penyebaran data ini cocok digunakan untuk data
numerik atau continuous. Sementara untuk data kategorik, nilai range merupakan ukuran
yang cocok.
Sedangkan penelitian inferensial adalah proses pengambilan kesimpulan-kesimpulan
berdasarkan data sampel yang lebih sedikit menjadi kesimpulan yang lebih umum untuk
sebuah populasi. Penelitian inferensial diperlukan jika peneliti memiliki keterbatasan dana
sehingga untuk lebih efisien penelitian dilakukan dengan mengambil jumlah sampel yang
lebih sedikit dari populasi yang ada. Pada penelitian inferensial, dilakukan prediksi.
Statistik inferensial membutuhkan pemenuhan asumsi-asumsi. Asumsi paling awal yang
harus dipenuhi adalah sampel diambil secara acak dari populasi. Hal tersebut diperlukan
karena pada statistika inferensial perlu keterwakilan sampel atas populasi. Asumsi-asumsi
lain yang perlu dipenuhi mengikuti alat analisis yang digunakan. Jika yang digunakan
adalah analisis regresi, maka asumsi-asumsi data harus memenuhi asumsi analisis regresi.

Metode analisis statistik yang digunakan dalam statistik inferensial adalah T-test, Anova,
Anacova, Analisis regresi, Analisis jalur, Structural equation modelling (SEM) dan metode
analisis lain tergantung tujuan penelitian. Dalam statistik inferensial harus ada pengujian
hipotesis yang bertujuan untuk melihat apakah ukuran statistik yang digunakan dapat
ditarik menjadi kesimpulan yang lebih luas dalam populasinya. Ukuran-ukuran statistik
tersebut dibandingkan dengan pola distribusi populasi sebagai normanya. Oleh sebab itu,
mengetahui pola distribusi data sampel menjadi penting dalam statistik inferensial.
Contoh yang baik untuk statistik inferensial adalah pada pemilu presiden 2014. Berbagai
lembaga survei melakukan quick count untuk mengetahui secara cepat kandidat presiden
mana yang akan mendapatkan suara rakyat lebih banyak. Lembaga survei tersebut
mengambil sebagian sampel TPS (Tempat Pemungutan Suara) dari total TPS populasi.
Hasil sampel TPS tersebut digunakan untuk generalisasi terhadap keseluruhan TPS.
Katakanlah diambil 2.000 sampel TPS dari 400.000 populasi TPS yang ada. Hasil dari 2.000
TPS adalah statistik deskriptif. Sedangkan jika kita mengambil kesimpulan terhadap
400.000 TPS adalah statistik inferensial.Kekuatan statistik inferensial tergantung pada
teknik pengambilan sampel dan proses randomisasi. Jika proses randomisasi dilakukan
dengan benar, maka sampel yang lebih sedikit dapat memprediksi nilai populasi dengan
baik. Dengan demikian dapat menghemat anggaran pengambilan / pengumpulan data.
Di industri manufaktur, statistik inferensial sangat berguna. Manajemen dapat mengetahui
dan mengontrol berapa produk yang di luar standar atau cacat dengan hanya mengambil
beberapa sampel produk. Bayangkan jika manajemen perusahaan harus memeriksa semua
produk hanya untuk mengetahui berapa yang cacat. Tentu akan menghabiskan waktu dan
biaya yang tidak sedikit. Terlebih jika harus memeriksa semua produk yang dikemas. Tentu
tidak efektif dan efisien. Untunglah ada Six Sigma, salah satu tool yang digunakan terkait
hal ini. Prinsip Six Sigma menggunakan statistik inferensial yaitu mengambil sampel
produk dan mengukur sigma atau standar deviasi (ukuran keragaman) dari produk. Jumlah
produk yang cacat tidak boleh melebihi standar yang ditetapkan.

Sumber referensi:
1. http://www.socialresearchmethods.net/kb/statinf.php
2. https://statistics.laerd.com/statistical-guides/descriptive-inferential-
statistics.php

http://www.en.globalstatistik.com/pengertian-statistik-deskriptif-dan-statistik-
inferensial/

Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial


Share:

Share3

Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial - AsikBelajar.Com. Analisa statistik merupakan suatu aktvitas
yang dilakukan untuk mengolah data penelitian dengan mengunakan metode statistik untuk
menghasilkan suau informasi yang berguna. Dilihat dari aktivitas yang dilakukannya, statistik
diklasifikasikan menjadi dua yakni statistika deskriptif dan statistika inferensial.

1. Statistik Deskriptif: merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga
mudah dipahami dan diiterpretasikan. Deskriptif sifatnya menggambarkan atau mendeskripsikan
suatu kondisi. Statistik deskriptif berfungsi mempelajari tata cara pengumpulan, pencatatan,
penyusunan, dan penyajian data penelitian dalam bentuk tabel frekuensi atau grafik, danselanjutnya
diakukan pengukuran nilai-nilai statistiknya seperti mean/rerata.
2. Statistik Inferensial atau Statistik Induktif: ilmu pengetahuan statistik yang bertugas mempelajari
tata cara penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan populasi berdasakan data hasil penelitian pada
sampel (bagian dari populasi). Berdasarkan asumsi yang mendasarinya, statistik induktif/inferensial
dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Statistik Parametrik. Pendugan dan uji hipotesis dari parameter populasi berdasarkan anggapan
bahwa skor-skor yang dianalisa telah ditarik dari suatu populasi dengan distribusi tertentu. Skala
pengkuran yang digunakan adalah skala interval ataupn rasio, seta harus berdisribusi normal.
 Statistik Nonparametrik. Pendugan dan uji hipotesis dari parameter populasi
berdasarkan anggapan bahwa skor-skor yang dianalisa telah ditarik dari suatu populasi dengan bebas
sebaran (tidak mengikuti distribus tertentu). Skala pengkuran yang digunakan adalah nminal dan
ordinal, serta tidak harus berdistibusi normal.
Informasi lainya mengenai Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial:

Dilihat dari aktivitas yang dilakukannya, terbagi menjadi dua pula yakni statistika deskriptif dan statistika
inferensial.

Statistika deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang
dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi yang
digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Statistik deskriptif “hanya” dipergunakan
untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif dan disertai perhitungan-
perhitungan “sederhana” yang bersifat lebih memperjelas keadaan dan atau karakteristik data yang
bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro dkk, 2000;8).

Statistik deskriptif adalah statistik yang menggambarkan kegiatan berupa pengumpulan data,
penyusunan data, pengolahan data, dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, ataupun diagram, agar
memberikan gambaran yang teratur ringkas, dan jelas mengenai suatu keadaan atau peristiwa. (M.Subana
dkk, 2000;12).
Statistika deskriptif bermaksud menyajikan, mengolah dan menganalisa data dari kelompok tertentu
sebagaimana adanya dan tidak bermaksud menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi
kelompok-kelompok yang lebih besar. Artinya kesimpulan yang ditarik melalui deskriptif hanya berlaku
bagai kelompok sampel yang bersangkutan tanpa dimaksudkan menarik kesimpulan yang berlaku bagi
populasi.
Ukuran statistik yang lazim digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik sampel ialah: ukuran
kecenderungan sentral; Ukuran variasi ; Ukuran letak; koefisien korelasi. Sekalipun statistika deskriptif
ini hanya menyajikan karakteristik sampel, namun statistika deskriptif merupakan dasar untuk
mengkaji dan melakukan inferensi karakteristik populasi.

Statistika inferensial adalah statistik yang berkaitan dengan analisis data (sampel) untuk kemudian
dilakukan penyimpulanpenyimpulan (inferensi) yang digeneralisasikan kepada seluruh subyek tempat
data diambil (populasi) (Burhan Nurgiyantoro dkk, 2000;12).

Statistika inferensial adalah statistik yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat
umum dari data yang telah disusun dan diolah (M.Subana dkk, 2000;12) Statistika inferensial atau
statistika induktif bermaksud menyajikan, menganalisa data dari suatu kelompok untuk ditarik
kesimpulan-kesimpulan, prinsip-prinsip tertentu yang berlaku bagi kelompok yang lebih besar (populasi)
disamping berlaku bagi kelompok yang bersangkutan (sampel).

Statistika inferensial merupakan langkah akhir dari tugas statistika karena dalam setiap penelitian
kesimpulan inilah yang diinginkan. Statistika inferensial harus berdasar pada statistika deskriptif,
sehingga kedua-duanya harus ditempuh secara benar agar kita mendapatkan kegunaan maksimal dari
statistika ini.
Yang masih tercakup dalam statistika inferensial adalah statistik parametrik dan non-parametrik.
Statistik parametrik merupakan statistika inferensial yang mempertimbangkan nilai dari satu parameter
populasi atau lebih dan umumnya membutuhkan data yang skala pengukuran minimalnya adalah interval
dan rasio.

Statistika parametrik adalah suatu ukuran tentang parameter, artinya ukuran seluruh populasi dalam
penelitian yang harus diperkirakan dari apa yang terdapat di dalam sampel (karakteristik populasi). Satu
syarat umum yang harus dipenuhi apabila seorang peneliti akan menggunakan statistika parametrik,
yaitu normalitas distribusi. Asumsi ini harus terpenuhi, karena: 1) secara teoretik karakteristik populasi
mengikuti model distribusi normal; 2) nilai-nilai baku statistik yang digunakan untuk uji hipotesis
didasarkan kepada model distribusi normal. Asumsi-asmsi lain seperti homogenitas, linieritas harus
dipenuhi sesuai dengan hipotesis yang akan diuji.

Statistika non parametrik yaitu statistik yang tidak memperhatikan nilai dari satu parameter populasi
atau lebih. Statistik non parametrik digunakan karena analisis parametrik tidak konsisten lagi sehingga
tidak terikat atau terbebas dari model distribusi dan sampelnya relatif kecil. Pada umumnya validitas
pada statistika non parametrik tidak bergantung pada model peluang yang spesifik dari populasi. Data
yang dibutuhkan lebih banyak berskala ukuran nominal atau ordinal.

http://www.asikbelajar.com/2016/01/statistik-deskriptif-dan-statistik.html
Pengertian Chi Kuadrat

Uji chi kuadrat merupakan pengujian hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi sampel yang
benar-benar terjadi ( selanjutnya disebut dengan frekuensi observasi, dilambangkan dengan fₒ ) dengan
frekuensi harapan yang didasarkan atas hipotesis tertentu pada setiap kasus atau data ( selanjutnya
disebut dengan frekuensi harapan, dilambangkan dengan fₑ ).Hal yang perlu di ingat bahwa teknik chi
kwadrat, skala yang digunakan adalah skala yang bersifat nominal. Hal ini berarti jika data berskala
interval, maka tidak dapat diolah dengan chi kwadrat (tetapi menggunakan teknik uji t / uji F).

Dalam skala nominal, hal yang ditelusuri adalah mempertanyakan seberapa banyak atau seberapa sering
sesuatu fenomena atau gejala tertentu muncul. Hal yang dipertanyakannya adalah banyaknya atau
frekuensi. Dengan demikian, skala interval dapat diubah menjadi skala nominal jika skala datanya
dipertanyakan secara lain. Coba perhatikan contoh berikut ini : Dalam sebuah ujian, terdapat
mahasiswa yang mendapat skor 80 dan 75. Kemudian dipertanyakan, berapa orang yang mendapat skor
80 dan 75. Jawaban dari pertanyaan tersebut berkaitan dengan frekuensi dan bukan lagi dengan skor.
Misalkan: yang mendapat skor 80 dan 75 itu masing–masing adalah 7 dan 13 orang. Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah perbedaan frekuensi tersebut signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan.

Penghitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan penghitungan persentase, proporsi,
atau yang lain yang sejenis. Namun, dalam hal ini chi kwadrat merupakan teknik statistik yang
dipergunakan untuk menguji probabilitas tersebut dengan cara mempertentangkan antara frekuensi
yang benar-benar terjadi / frekuensi yang dapat diobservasi,observed frequencies (fo atau O) dengan
frekuensi yang diharapkan, expected frequencies (fh atau e). Dengan kata lain, chi kwadrad adalah salah
satu teknik dalam statistik untuk menguji probabilitas perbedaan frekuensi yang nyata (yang diobservasi
= fo) dengan frekuensi yang diharapkan (= fh / fe -> fekuensi ekspektasi).

Fungsi teknik chi kwadrat adalah sebagai berikut :

v Untuk menguji pebedaan frekuensi 1 variabel.

v Untuk menguji perbedaan frekuensi 2 variabel yang sel-selnya memiliki ≥ 10 atau sel yang memiliki
frekuensi kurang dari 10 (menggunakan rumus koreksi Yates).

v Untuk menguji perbedaan persentase.

v Untuk menguji perbedaan normalitas distribusi.

Untuk menganalisis perbedaan frekuensi chi kwadrat pada variabel tunggal digunakan rumus berikut ini
:

Keterangan :

χ 2 = chi kwadrat
fo = frekuensi observasi

fh = frekuensi harapan

Cara menentukan derajat kebebasan :

Dengan :

k : jumlah kategori data sampel

m : jumlah nilai – nilai parameter yang diestimasi.

Distribusi chi kuadrat

Ekspresi matematis tentang distribusi chi kuadrat hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu
derajat kebebasan (d.f.). Ada distribusi chi kuadrat tertentu untuk masing-masing nilai derajat
kebebasan. Misalnya, distribusi Z² ( kuadrat standard normal ) merupakan distribusi chi kuadrat dengan
d.f. = 1. Beberapa contoh distribusi probalitas, sehingga luas di bawah kurva bernilai 1. Distribusi chi
kuadrat adalah distribusi untuk variabel kontinu, nilai chi kuadrat mulai dari 0 sampai tak hingga.

http://veloziadinell.blogspot.co.id/2012/12/uji-normalitas-chi-kuadrat.html

Cara Melakukan Uji F

Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan Tabel F: F Tabel


dalam Excel, jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak Ha diterima) maka model
signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova (Olahan
dengan SPSS, Gunakan Uji Regresi dengan Metode Enter/Full Model). Model
signifikan selama kolom signifikansi (%) < Alpha (kesiapan berbuat salah tipe 1,
yang menentukan peneliti sendiri, ilmu sosial biasanya paling besar alpha 10%,
atau 5% atau 1%). Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model tidak
signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari
alpha.
Uji T

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel
terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t
tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung,
proses uji t identik dengan Uji F (lihat perhitungan SPSS pada Coefficient
Regression Full Model/Enter). Atau bisa diganti dengan Uji metode Stepwise.

Seperti kita telah pelajari pada berbagai artikel dalam website statistikian, bahwa
ada banyak sekali yang membahas tentang Uji F dan Uji T. Pertanyaannya,
sebenarnya apakah yang dimaksud dengan Uji F dan Uji T tersebut? Di atas kita
telah pelajari sebagian dari yang dimaksud untuk menjawab pertanyaan ini.
Namun perlu statistikian jelaskan lagi bahwa sebenarnya Uji F dan Uji T itu tidak
hanya sebatas dari apa yang telah dibahas di atas, dimana di atas membahas
tentang Uji F dan Uji T dalam konteks analisis regresi linear. Namun dalam
konteks yang lain, bisa jadi ada dalam berbagai jenis analisis, misalnya Uji
ANOVA, ANCOVA, MANOVA juga terdapat nilai F. Dan pada uji beda 2 sampel
berpasangan, yaitu paired t test dan uji beda 2 sampel bebas, yaitu independen
t test, juga ada nilai T.

Perbedaan Uji F dan Uji T

Jadi kesimpulannya: bahwa uji F adalah uji yang mengukur besarnya perbedaan
variance antara kedua atau beberapa kelompok. Sedangkan Uji T adalah uji yang
mengukur perbedaan dua atau beberapa Mean antar kelompok.

Dalam uji F dikenal istilah F Hitung dan Tabel F: F Tabel dalam Excel seperti yang
telah dibahas di atas. F Hitung adalah nilai F hasil perhitungan analisis, yang
kemudian nilainya akan dibandingkan dengan F Tabel pada Numerator dan
Denumerator tertentu. Numerator disebut juga dengan Degree of Freedom 1,
sedangkan Denumerator adalah Degree of Freedom 2. Misalnya pada Regresi
Linear, Nilai Denumerator adalah jumlah sampel dikurangi jumlah variabel bebas
dikurangi 1. Sedangkan nilai Numerator adalah jumlah variabel bebas. Untuk
lebih jelasnya, silahkan pelajari tentang Tabel F: F Tabel dalam Excel.

Sama halnya dengan F Hitung, T Tabel juga digunakan untuk mengukur tingkat
signifikansi sebuah analisis. Namun bedanya, T Tabel tidak mengenal istilah
Numerator dan Denumerator, yang ada hanyalah nilai T pada Degree Of Freedom
tertentu. Misalnya pada Uji Paired T Test, Degree of Freedom sebesar jumlah
observasi pada kedua kelompok. Sedangkan pada Independen T Test, degree of
freedom adalah sebesar jumlah sampel.

Pengertian Metodologi Penelitian

“Metodologi penelitian” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan
sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya cara melakukan
sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
“Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporannya. Tentang istilah “Penelitian” banyak para sarjana yang mengenukakan
pendapatnya, seperti :

David H. Penny

Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya
memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

b. J. Suprapto MA Penelitian ialah penyelididkan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan
untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.

c. Sutrisno Hadi MA Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

d. Mohammad Ali Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan
atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan
secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya.

Dari batasan-batasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metodologi
penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/mempersoalkan mengenai cara-
cara melaksanakan penelitian sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala
secara ilmiah. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui
tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan
menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan. Metodologi penelitian terdiri
dari kata metodologi yang berarti ilmu tentang jalan yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman
tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sejalan dengan makna penelitian tersebut di atas,
penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha/kegiatan yang mempersyaratkan keseksamaan atau
kecermatan dalam memahami kenyataan sejauh mungkin sebagaimana sasaran itu adanya. Jadi,
metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman. Jalan
tersebut harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah dan data yang dicari untuk membangun/
memperoleh pemahaman harus melalui syarat ketelitian, artinya harus dipercaya kebenarannya.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808346/pendidikan/metodologi-penelitian.pdf
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan
digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu
cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban Hakikat penelitian dapat dipahami dengan
mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang
mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-
masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa
penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui
sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan
dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
Pentingnya unsur Novelty dalam Karya Tulis llmiah
dalam Skripsi / tesis

Dalam sebuah karya tulis ilmiah, novelty merupakah unsur utama yang harus
dipertimbangkan oleh mahasiswa atau peneliti dalam menulis skripsi/tesis atau laporan
penelitian. Novelty adalah unsur kebaruan atau temuan dari sebuah penelitian. Penelitian
dikatakan baik jika menemukan unsur temuan baru sehingga memiliki kontribusi baik bagi
keilmuan maupun bagi kehidupan.
JIka kita bongkar skripsi, tesis atau disertasi di perpustakaan kampus, sebagian besar isi
karya ilmiah tersebut merupakan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya. Apakah
sebuah penelitian yang isinya mirip dengan variabel penelitian tidak dapat dikatakan
memiliki novelty? Jawabanya adalah tidak juga. Sebuah karya tulis ilmiah skripsi / tesis
masih bisa dikatakan memiliki novelty walaupun melibatkan penelitian yang sama persis
dengan penelitian sebelumnya. Misalnya peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh
perberlakuan tarif atau kuota terhadap pengurangan impor di suatu negara. Peneltiai di
negara yang berbeda dapat melakukan penelitian dengan variabel yang sama persis. Hal
tersebut tidak dapat dikatakan melakukan plagiarisme sepanjang peneliti melakukan
pengutipan dengan kaidah yang benar. Sebuah penelitian mungkin melibatkan variabel
yang sama persis degan penelitian lain. Namun, ketika lokasi penelitiannya berbeda maka
mungkin akan menghasilkan novelty.
Jika kita ingin menulis karya tulis ilmiah skripsi / tesis yang dapat menghasilkan novelty,
mulailah dengan mengkaji fenomena yang terjadi di sekitar anda yang anda fahami.
Mulailah browsing di internet apakah sudah ada penelitian sejenis yang membahas topik
yang sama. Jika sudah ada penelitian yang sama persis membahasnya, mulai temukan
apakah kondisi pada penelitian tersebut sama dengan kondisi pada fenomena yang anda
amati. Jika kondisi tersebut tidak sama maka kemungkinan penelitian kita mengandung
unsur novelty.
http://www.globalstatistik.com/pentingnya-unsur-novelty-dalam-karya-tulis-llmiah-
dalam-skripsi-tesis/

Sistematika Penulisan Karya Ilmiah - Ilmiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bersifat
ilmu/ilmu pengetahuan/memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Sehingga karya ilmiah dapat diartikan sebagai
sebuah karya atau hasil dari sebuah ilmu pengetahuan. Sedangkan karya tulis ilmiah diartikan sebagai sebuah
tulisan yang isinya didasarkan pada sebuah kegiatan ilmiah, baik pengalaman, pengetahuan maupun
penelitian seseorang.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah atau yang biasa disebut KTI, memiliki sebuah sistematika penulisan yang
memang sudah ditetapkan. Jadi, ketika anda menulis sebuah karya tulis ilmiah atau karya ilmiah harus
melihat dan mempertimbangkan atau bahkan mengacu pada sistematika tersebut.
Berikut ini adalah sistematika penulisan karya tulis ilmiah yang benar:

(HALAMAN AWAL)

COVER
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL/GAMBAR/GRAFIK, DLL

(HALAMAN ISI)

BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB I yang berisi Pendahuluan, memuat beberapa sub bab yaitu:

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Batasan Masalah
1.6 Definisi Istilah (Boleh disertakan dan boleh tidak disertakan)
1.7 Hipotesis

BAB II KAJIAN PUSTAKA atau LANDASAN TEORI


Pada BAB II ini berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian, biasanya memuat beberapa sub bab
antara lain:

2.1 Kajian Teoretis


2.2 Kerangkan Pemikiran
2.3 Hipotesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2 Metode dan Rancangan Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4 Instrumen Penelitian
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.6 Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.2 Pembahasan Penelitian

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

(BAGIAN AKHIR)

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

----------------------------------------------------------------------------------
Sistematika penulisan karya ilmiah di atas, juga ditunjang dengan beberapa sistematika lain, antara lain:

1. Pada judul BAB ditulis menggunakan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 dan dicetak tebal
(Bold).
2. Pada SUB BAB menggunakan Times New Roman berukuran 12 dan dicetak tebal (Bold).
3. Pada penulisan keseluruhan (diluar bab dan sub bab) menggunakan huruf Times New Roman ukuran
12.
4. Menggunakan kertas berukuran A4 (21.5 cm x 29.7 cm) dengan margin Top = 4 cm, Left = 4 cm, Bottom
= 3 cm, Right = 4 cm.
5. Pada HALAMAN AWAL menggunakan halaman dengan huruf romawi kecil (i,ii,iii, dan seterusnya).
6. Mulai dari HALAMAN ISI sampai BAGIAN AKHIR menggunakan halaman menggunakan angka (1,2,3, dan
seterusnya).
7. Spasi yang digunakan adalah 2 spasi, tetapi khusus pada halaman abstraksi menggunakan 1 spasi untuk
menuliskan abstraksinya.
Itulah jabaran mengenai sistematika penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan benar. Mohon maaf jika masih
terdapat kekurangan, dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk anda selaku pembaca.

http://basasindo.blogspot.co.id/2014/11/sistematika-penulisan-karya-ilmiah-yang.html

penggunaan referensi
Setiap orang pasti pernah menulis. Entah itu tesis, disertasi, penelitian, ataupun makalah. Di setiap akhir
tulisan yang dibuat tersebut, selalu dituliskan daftar bahan-bahan yang digunakan sebagai acuan dalam
menulis.
Pertanyaannya adalah apakah daftar acuan itu merupakan referensi atau daftar pustaka?
Apakah referensi dan daftar pustaka sama?
Menurut Jacub Rais, Daftar acuan yaitu informasi yang diacu dari sumber lain yang dimanfaatkan dalam
penelitian dan dikutip (cited) baik esensinya maupun statement lengkapnya dalam teks penulisan
tesis/disertasi atau laporan penelitian. Penulis dari sumber informasi yang diacu ini harus tercatat dalam
Dafatar Acuan pada halaman terakhir dari penulisanya.
Sedangkan, Daftar Pustaka adalah daftar bacaan yang disarankan untuk dibaca dan tidak diacu dalam
tulisan, dalam tesis/disertasi/laporan, tetapi sekedar untuk memperluas wawasan bagi mereka yang
ingin mengetahuinya lebih lanjut. Daftar pustaka tidak disarankan dalam penulisan laporan penelitian,
skripsi, tesis, dan disertasi. Maksudnya tentu agar penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi memanfaatkan
sumber indormasi yang telah ada atau penelitian yang telah dilakukan orang lain untuk dikembangkan
sebagai inspirasi penelitian baru atau membangun suatu informasi baru.
Jadi kutipan maupun acuan yang kita gunakan dalam menulis merupakan Referensi (daftar acuan).
Tujuan dari penulisan referensi dalam karya ilmiah yaitu:

1. agar dapat mengetahui sumber referensi yang digunakan dalam membuat karya ilmiah

2. memberikan penghargaan secara intelektual terhadap pemilik sumber referensi

3. menunjukkan apa saja yang telah dibaca

Salah satu metode penulisan yaitu sistem penulisan referensi Harvard. Sistem ini adalah gaya penulisan
yang lebih disukai oleh British Standards Institution (1990), American Psychological Association (APA
Style 2001). Gaya ini juga merupakan salah satu dari beberapa sistem yang direkomendasikan oleh
Council of Science Editors (Scientific Style and Format 2006, intro) dan Chicago Manual of Style (2003).
Selain itu terdapat beberapa format metode penulisan referensi lainnya, yaitu ISO 690, Chicago Style,
ISO 690 (numerical), Turabian, dll.

Chicago Manual of style (CMS atau Chicago) adalah sebuah pedoman cara penulisan untuk bahasa
Inggris Amerika yang diterbitkan oleh University of Chicago Press. Dari nama penerbit inilah diperoleh
nama cara penulisannya. Cara penulisan Chicago sama dengan yang dianjurkan oleh
Turabian. Perbedaan yang jelas ialah bahwa sistem Turabian mengizinkan pembuatan catatan kaki atau
catatan akhir, ketimbang pengutipan dalam kalimat (inline citations) yang lebih disukai oleh sistem MLA,
APA, dan Bluebook (Turabian juga mempunyai pedoman untuk pembuatan referensi dalam kurung yang
disisipkan dalam makalah). Namun demikian, perbedaan penting Turabian dengan cara penulisan APA
ialah bahwa Turabian dikembangkan khusus dengan maksud digunakan dalam makalah yang ditulis
untuk kelas dan bukan untuk penerbitan, sementara APA aslinya dikembangkan oleh Asosiasi Psikologi
Amerika untuk tulisan yang akan diterbitkan dalam jurnal-jurnal profesional. Meskipun demikian,
banyak jurnal dalam bidang-bidang yang menggunakan cara penulisan Chicago akan menerima format
Turabian.

Yang akan dibahas disini adalah tata cara dan penulisan referensi dalam penulisan karya ilmiah dengan
menggunakan metode APA Style dan contoh penulisannya pada artikel dalam jurnal, buku, artikel dari
proceeding (seminar, workshop), dan sumber online (seperti Wikipedia). APA Style biasanya lebih sering
digunakan pada penulisan sains dan sosial sains.

https://gariscoretan.wordpress.com/2011/10/09/penggunaan-referensi/

A. Validitas

1. Pengertian Validitas

Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada
kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes
yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai
variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan
mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan
sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya
untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak
hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat
mengenai data tersebut.

Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambran mengenai perbedaan yang sekecil-
kecilnya mengenai perbedaan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran
aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat
penimbang berat emas agar hasil penimbangannya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat
penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat
cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat
ukur berat badan.

Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak
dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur
yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat
dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan yang sebenarnya (Azwar
1986).

Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada
validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya
merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti
dinyatakan dalam “alat ukur ini valid” adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti
oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi
kelompok subjek yang mana? (Azwar 1986)

Pengertian validitas menurut Walizer (1987) adalah tingkaat kesesuaian antara suatu batasan
konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan.

Menurut Aritonang R. (2007) validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrument itu
untuk mengukur atu mengungkap karakteristik dari variabel yang dimaksudkan untuk diukur. Instrumen
yang dimaksudkan untuk mengukur sikap konsumen terhadap suatu iklan, misalnya, harus dapat
menghasilkan skor sikap yang memang menunjukkan sikap konsumen terhadap iklan tersebut. Jadi,
jangan sampai hasil yang diperoleh adalah skor yang menunjukkan minat konsumen terhadap iklan itu.

Validitas suatu instrumen banyak dijelaskan dalam konteks penelitian sosial yang variabelnya tidak
dapat diamati secara langsung, seperti sikap, minat, persepsi, motivasi, dan lain sebagainya. Untuk
mengukur variabel yang demikian sulit, untuk mengembangkan instrumen yang memiliki validitas yang
tinggi karena karakteristik yang akan diukur dari variabel yang demikian tidak dapat diobservasi secara
langsung, tetapi hanya melalui indikator (petunjuk tak langsung) tertentu. (Aritonang R. 2007)

Menurut Masri Singarimbun, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Bila seseorang ingin mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan
timbangan. Timbangan adalah alat pengukur yang valid bila dipakai untuk mengukur berat, karena
timbangan memang mengukur berat. Bila panjang sesuatu benda yang ingin diukur, maka dia harus
menggunakan meteran. Meteran adalah alat pengukur yang valid bila digunakan untuk mengukur
panjang, karena memang meteran mengukur panjang. Tetapi timbangan bukanlah alat pengukur yang
valid bilamana digunakan untuk mengukur panjang.

Sekiranya penelliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner
yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan
teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang dikumpulkan adalah data yang valid. Banyak
hal-hal lain yang akan mengurangi validitas data; misalnya apakah si pewawancara yang mengumpulkan
data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuesioner. (Masri Singarimbun)

Menurut Suharsimi Arikunto, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
Menurut Soetarlinah Sukadji, validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tapi tergantung
penggunaan dan subyeknya.

http://merlitafutriana0.blogspot.co.id/p/validitas-dan-reliabilitas.html

Contoh Orisinalitas Penelitian atau keaslian


penelitian
Langkah dalam membuat orisinalitas penelitian atau originalitas penelitian dan bahasa
lokalnya adalah keaslian penelitian, dalam point orisinalitas penelitian ini kita akan
membandingkan skripsi/tesis kita dengan skripsi yang judulnya agak mirip dengan yang kita
punyai, entah itu sama dalam subjeknya maupun objeknya, yang jelas mirip-mirip, selain itu
dengan adanya orisinalitas penelitian ini, kita akan menggambarkan apa yang berbeda dari
penelitian kita dengan penelitian orang lain tersebut meskipun judulnya hampir sama.

Konsistensi dalam metodologi penelitian merujuk pada; antara bagian/kegiatan yang satu dengan yang
lain memiliki keterkaitan dan hubungan yang baik secara paradigmatic maupun metodologik. Tahap
demi tahap dilakukan dengan mempertimbangkan kebenaran tahap sebelumnya. Terdapat hubungan
antara bagian satu dengan berikutnya dan tidak ada bagian yang saling bertentangan, sehingga menjadi
sebuah proses yang runtut dan sistematis. Korespondensi dalam metodologi penelitian menunjuk
pada kebersesuaian dengan fakta dan serasi dengan situasi. Sementara aspek pragmatis dalam
metodologi dimaknai sebagai semua kegiatan dalam serangkaian prosedur penelitian dilakukan,
dilaksanakan dan diaplikasikan sehingga setiap bagian memiliki manfaat dan fungsi bagi bagian lain
dalam sebuah prosedur penelitian.

Anda mungkin juga menyukai