Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Oat (Avena sativa), adalah biji-bijian sereal yang kuat yang tahan terhadap

tanah yang buruk kondisi di mana tanaman lain tidak dapat berkembang. Oat, di

Irlandia, tumbuh terutama sebagai gandum minoritas untuk pakan kuda dan

industri penggilingan. Nilai gizi yang tinggi dari gandum adalah salah satu alasan

untuk popularitas dan meningkatkan konsumsi nutrisi manusia

(Burke et al., 2001).

Sebagian besar produk oat mill utuh produk biji-bijian yang mengandung

seluruh kernel dengan semua konstituennya. Khas seperti itu produk digulung

gandum, menabur baja-potong, berbagai jenis serpih yang dihasilkan dari potong

menir, tepung gandum dan oat bran. Penggunaan utama oat penggilingan adalah

sarapan panas sereal. Selain itu, produk oat menemukan pasar penting sebagai

kebutuhan pokok komponen dalam campuran sereal dingin seperti muesli dan

dalam batang sereal atau diperluas produk sereal (Patterson, 2008).

Buah dari tanaman oat, kernel gandum, adalah caryopsis tertutup dalam

dua lambung, yang lemma dan palea; fungsi utamanya adalah melindungi kernel.

Namun, di Berbeda dengan barley, lambung dan kernel tidak berfusi bersama.

Hulls atau sekam akun rata-rata 25% dari total gandum; mereka kaya serat kasar

dan tidak cocok untuk konsumsi manusia. Daerah gandum yang tumbuh di

Irlandia tetap ada relatif tidak berubah antara tahun 2008 dan 2013 dengan antara

9.000 dan 11.000 ha (~ 22.000 - 27.000 hektar) ditaburkan menurut data dari

statistik pusat kantor (CSO, 2015).


2

Varietas oat telah dibesarkan yang secara alami kehilangan kulit selama

penggabungan dan pengolahan hasil panen. Oat ini dikenal sebagai oat telanjang.

Oat yang telanjang mengandung proposi protein mentah lebih tinggi daripada

konvensional oat dan cocok untuk dijual sebagai makanan kesehatan atau ke pasar

berkuda sebagai pati yang lebih rendah dan kandungan minyak yang lebih tinggi

mengarah ke respon yang lebih baik dari pertunjukan kuda

(Biel et al., 2009).

Produksi oat tahunan di Colorado bervariasi antara 150.000 dan 200.000

hektar. Produksi baru-baru ini menurun hingga kurang dari 40.000 acre.

Penurunan ini sejajar dengan populasi kuda di negara bagian. Gandum tumbuh

terbaik di daerah yang lebih dingin dari Colorado tetapi dapat tumbuh di daerah

lain di bawah irigasi. Di bagian yang lebih hangat, lebih kering dari Colorado,

hasil yang dapat diterima dan uji berat lebih sulit diperoleh (Logsdon, 2009).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian

pupulk kalium dan pospat pada tanaman oat ( Avena sativa ).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan dari paper ini ialah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman Pa ngan

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Botani tanaman oat merupakan tanaman graminae dengan sedikit varietas.

Klassifikasi tanaman oat adalah Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Poales Family :

Poaceae Genus :Avena : Species : Avena sativa L. (Win, 2005).

Biji oat/haver menarik perhatian sejumlah ilmuwan untuk menelisik

kandungan nutrisi dan senyawa lainnya. Hasil penelitian mereka bisa kita nikmati

sekarang, karena oat / haver terbukti merupakan bahan pangan yang sangat

bermanfaat untuk kesehatan manusia Selain menjadi bahan pangan bagi manusia,

biji oat / haver kini juga menjadi bahan pakan popular di kalangan penangkar

kenari, blackthroat dan burung finch lainnya, lovebird dan semua jenis burung

paruh bengkok, serta burung pemakan biji-bijian yang lain (Shafeeq, 2015).

Oat merupakan tanaman semusim yang tegak dan percabangannya

bermula dari buku terbawah. Pasangan daun pertama berhadapan dan berupa daun

tunggal, daun berikutnya berseling-seling serta beranak daun tiga, anak daunnya

bundar telur sampai berbentuk delta (Xin-Zhong, 2015).

Oat (Avena sativa) adalah rumput tahunan hijau muda dengan akar lebat.

Oat berasal dari Inggris, Prancis, Polandia, Jerman, dan Rusia tetapi sekarang

dibudidayakan di seluruh dunia. Buah, daun, batang, dan biji digunakan. Oat

sering dikonsumsi sebagai bagian dari diet dan merupakan sumber protein, lemak,

dan serat yang baik. Oat adalah sumber beta-glukan yang bagus, yang merupakan

serat larut. Oat juga mengandung alpha-tocotrienols (Zhu, 2016).


4

Pembungaan pada tanaman oat yaitu bunganya melekat pada cabang

daripada ke sumbu utama perbungaan Panjang spikelet oat adalah 18–50 mm,

Glume relatif panjang baik glidanya panjang atau lebih panjang dari semua

kuntum bunga, Awn di glume tidak memiliki awn Satu atau lebih kuntum

bunga ada lebih dari satu floret per spikelet. Panjangnya lemma 15–30 mm, Jenis

rambut selubung daun tidak ada bulu di permukaan daun, Panjang daun ligule 2-8

mm, Panjang Anther 1,7–4,3 mm ( Banas,et all., 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban

sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman

membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya (kondisi tanah yang

lembab). Kondisi air yang berlebihan (tergenang) tidak baik bagi pertumbuhan

tanaman. Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan 100 – 200 mm

/bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman (Wright, 2011).

Tanaman oat dapat ditanam di daerah iklim hangat dan di daerah

subtropik. Sebagian besar genotipnya memperlihatkan tanggapan terhadap hari

pendek. Oat adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu rata-rata

yang berkisar 20 – 40 oC dengan suhu optimumnya 20 – 30 oC .Pertumbuhan

yang optimum yang tercapai pada suhu 20 – 25 oC. Suhu 12 – 20 oC adalah suhu

yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat

menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji. Pada suhu yang lebih

tinggi dari 30 oC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis.Pada


5

banyak jenis tanaman, khususnya pada jenis tanaman semusim suhu memainkan

peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan bunga

(Wallace, 2001).

Tanah

Oat membutuhkan kesuburan tanah yang cukup. Namun, jumlah yang

berlebihan nitrogen dapat merugikan. Uji tanah direkomendasikan untuk

menentukan akumulasi nitrat tanah dan tingkat fosfor sebagai dasar untuk

aplikasi pupuk tambahan. Sayuran beririgasi yang tumbuh di tanah dengan

kesuburan rendah mungkin membutuhkan tambahan 100 pon nitrogen atau lebih

untuk mencapai hasil 100-bushel. Nutrisi tanaman tambahan, lainnya dari

nitrogen atau fosfor, biasanya tidak diperlukan untuk meningkatkan hasil. Oat

untuk jerami, tumbuh di tanah kekeringan tinggi nitrat dapat menghasilkan

hijauan beracun ternak (Ransom, et all., 2011).

Jenis tanah yang dikehendaki adalah liat berlempung atau tanah lempung

yang banyak mengandung bahan organik, seperti tanah podsolik merah kuning

(pmk) dan latosol. Oat dapat tumbuh pada ketinggian < 2000 m dpl, dan tumbuh

subur pada tanah liat atau liat berpasir yang cukup kering, dengan pH 5.5 – 7.0.oat

hampir dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang banyak mengandung bahan

organik, dengan drainase yang baik. Namun demikian, tanah yang paling cocok

bagi tanaman oat ialah tanah liat berlempung atau tanah lempung, misalnya

podsolik merah kuning (PMK) dan latosol ( Butt, 2008).

Pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan perkembangan akar dan

kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada akhirnya dapat
6

mempengaruhi pertumbuhan serta hasil tanaman . takaran pupuk lebih rendah, dan

kualitas biji hasil panen lebih (Freckleton and Watkinson, 2001).


7

PERANAN RHIZOBIUM PADA BUDIDAYA TANAMAN

OAT (Vicia faba L.)

Bakteri Rhizobium

Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan tanaman

leguminosa. Akar tanaman akan mengeluarkan suatu zat yang merangsang

aktifitas bakteri Rhizobium. Apabila bakteri sudah bersinggungan dengan akar

rambut, akar rambut akan mengeriting. Setelah memasuki akar, bakteri

berkembang biak ditandai dengan pembengkakan akar. Pembengkakan akar akan

semakin besar dan akhirnya terbentuklah bintil akar (Armiadi, 2009).

Karakteristik bakteri Rhizobium secara makroskopis adalah warna koloni

putih susu, tidak transparan, bentuk koloni sirkuler, konveks, semitranslusen,

diameter 2-4 mm dalam waktu 3-5 hari pada agar khamir-manitol-garam mineral.

Secara mikroskopis sel bakteri Rhizobium berbentuk batang, aerobik, gram

negativ dengan ukuran 0,5-0,9 x 1,2-3 µm, bersifat motil pada media cair,

umumnya memiliki satu flagella polar atau subpolar. Untuk pertumbuhan

optimum dibutuhkan temperature 25-300C, pH 6-7 (Ramdani, 2007).

Rhizobium termasuk divisi Protophyta, kelas Schizomycetes, order

Eubacteriales, famili Rhizobiaceae dan genus Rhizobium. Mengklasifikasikan

genus Rhizobium menjadi dua grup yaitu Rhizobium dengan ciri tumbuh cepat

dan bereaksi asam pada medium agar dan Bradyrhizobium dengan ciri tumbuh

lambat dan bereaksi alkalin pada media agar. Morfologi koloni Rhizobium pada

media agar berdiameter 2 – 4 µm (Sari dan Prayudyaningsih, 2015).

Bakteri Rhizobium spp. merupakan salah satu jenis jasad mikro yang

hidup bersimbiosis dengan tanaman leguminosa dan berfungsi menambat nitrogen


8

secara hayati mulai diperkenalkan pada tahun 1888 oleh Hellriegel dan Wilfarth.

Setiap jenis leguminosa menghendaki strain Rhizobium tertentu untuk keserasian

simbiosisnya (Ramdani, 2007).

Sebagai contoh Sinorhizobium meliloti efektif untuk spesies Medicago,

Melilotus dan Trigonella; sedangkan Rhizobium leguminosarum bv. viciae sesuai

untuk tanaman Pisum, Vicia, Lens dan Lathyrus spp. Untuk itu inokulasi perlu

dilaksanakan agar tercapai penambatan nitrogen yang efektif (Long, 1996).

Manfaat Rhizobium

Tanaman leguminosa baik herba maupun perdu/pohon mempunyai

kemampuan mengikat N udara (bentuk N yang tidak tersedia bagi tanaman) dan

mengubahnya menjadi bentuk N yang tersedia bila bersimbiose dengan bakteri

Rhizobium. Usaha memanipulasi faktor-faktor yang terlibat secara optimal akan

dihasilkan fiksasi N yang optimal pula (Barret, 2002).

Rhizobium merupakan kelompok penambat nitrogen yang bersimbiosis

dengan tanaman kacang-kacangan. Kemampuan penambatan pada simbiosis

Rhizobium dapat mencapai 80 kg N2/ha/thn atau lebih. Keuntungan penggunaan

bakteri Rhizobium sebagai pupuk hayati adalah: (1) mampu meningkatkan

ketersediaan unsur hara, tidak mempunyai bahaya atau efek samping, (2) efisiensi

penggunaan yang dapat ditingkatkan sehingga bahaya pencemaran lingkungan

dapat dihindari, (3) harganya relatif murah, dan (4) teknologinya atau

penerapannya relatif mudah dan sederhana (Soelarso, 1997).

Bakteri Rhizobium yang masuk ke dalam sel akar melalui epidermis akar

dan membentuk formasi bintil akar melalui pengaturan ulang perkembangan sel

luar akar. Secara umum, proses infeksi dimulai dengan pengeritingan rambut akar,
9

yang diduga disebabkan oleh reorientasi gradual dan konstan ke arah

pertumbuhan bulu akar. Bakteria tertangkap dalam gulungan bulu akar, kemudian

dinding sel tanaman di tempat tertentu terdegradasi, sel membran membentuk

liang dan material baru disimpan oleh tanaman dan bakteri. Bakteri ini bisa juga

berfungsi sebagai menyuburkan tanah (Lingga dan Marsono, 2004).

Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil

nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri,

nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan

polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanak

disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara

mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum

tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman

legum dan berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen

(Soelarso, 1997).

Kemampuan penambatan N secara biologis untuk mengkonversi N2

menjadi N organik adalah sangat substansial, sering mencapai 100 kg ha-1 tahun-

1 yang lebih dari cukup untuk mempertahankan kebutuhan N dan mengganti N

yang hilang. Kemampuan tanaman leguminosa untuk menambat nitrogen sangat

bervariasi. Pada kondisi lingkungan yang ideal dengan bintil akar yang baik

tanaman kedelai dapat memperoleh sumbangan N hasil penambatan N2 oleh

bakteri Rhizobium setara dengan 65 – 115 kg N ha–1 tahun-1 (Barret, 2002).

Mekanisme Penambatan Nitrogen Pada Bintil Akar

Peran utama Rhizobium adalah memfiksasi nitrogen dengan adanya

aktivitas nitrogenase. Tinggi rendahnya aktivitas nitrogenase menentukan banyak


10

sedikitnya pasokan ammonium yang diberikan Rhizobium kepada tanaman.

Aktivitas nitrogenase Rhizobium ditentukan oleh 2 jenis enzim yaitu enzim

dinitrogenase reduktase dan dinitrogenase (Rodelas et al., 1996).

Proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan arena laju reaksi-

reaksi ini dipengaruhi oleh suhu maka pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh

suhu. Suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan

organisme. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolik

tertentu serta morfologi sel (Richards, 2010).

Kemampuan Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara dipengaruhi

oleh besarnya bintil akar dan jumlah bintil akar. Semakin besar bintil akar atau

semakin banyak bintil akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang ditambat.

Semakin aktif nitrogenase semakin banyak pasokan nitrogen bagi tanaman,

sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman Jumlah N 2yang dapat

difiksasi oleh tanaman legum sangat bervariasi, tergantung pada jenis tanaman

legum, kultivar, jenis bakteri dan tempat tumbuh bakteri tersebut dan terutama pH

tanah (Richards, 2006).

Efisiensi dan efektivitas dari suatu strain Rhizobium pada bintil akar dapat

diamati dari warna kemerahan yang tampak pada bintil akar meninggalkan

sejumlah nitrogen untuk tanaman berikutnya. Rhizobium mampu mencukupi 80%

kebutuhan nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10-25%.

Tanggapan tanaman untuk memfiksasi nitrogen dari udara tergantung pada

kondisi medium tumbuh dan efektivitas populasi asli (Rodelas et al., 1996).

Dinitrogenase reduktase dengan kofaktor protein Fe berperan sebagai

penerima elektron untuk selanjutnya diteruskan ke protein MoFe, sedangkan


11

enzim dinitrogenase yang memiliki protein MoFe berperan dalam pengikatan N2.

Reaksi penambatan nitrogen pada bintil akar legum dalam persamaan sebagai

berikut: N2 + 8 H+ + 8 e- + 16 Mg-ATP 2NH3 + H2 +16 Mg-ADP + 16 Pi

(Richards, 2010).

Cara Aplikasi Rhizobium

Nilai pH untuk pertumbuhan mikroba mempunyai hubungan dengan suhu

pertumbuhannya. Jika suhu pertumbuhan naik, pH optimum untuk pertumbuhan

juga naik.. Perubahan pH dapat terjadi selama fermentasi karena H dilepaskan

selama konsumsi NH4 dan dikonsumsi selama metabolisme NO3- dan penggunaan

asam amino sebagai sumber karbon. Untuk menjaga agar pH dalam medium

konstan, maka perlu ditambahkan zat-zat buffer, misalnya KH2PO4 dan K2HPO4.

Dalam campuran garam tersebut garam dibasis akan mengadsorbsi ion-ion H,

sedang garam monobasis akan menyerap ion OH (Iruthayathas et al., 1983).

Aplikasi rhizobium dilakukan dengan cara aplikasi inokulan melalui biji

atau benih dan melalui tanah. Inokulasi melalui biji atau benih dilakukan dengan

cara member inokulan pada biji sebelum ditanam. Inokulasi melalui tanah yaitu

pemberian inokulan yang dilakukan disebar merata pada tanah, ditabur pada alur

tanaman atau didalam lubang tanam (Rodelas et al., 1998).

Bahan inokulasi dapat berupa inokulan biakan murni, inokulan bintil akar,

dan inokulan tanah. Beberapa merk dagang inokulum biakan muri yang telah

dikenal dan banyak digunakan antara lain Rhizobi, Rhizogen, Legin dan Nitragin.

Dosis pemberian inokulasi rhizobium tergantung padda inokulum yang

digunakan. Jika menggunakan inokulum Nitragin dosisnyaa antara 5-10gr/kg

benih kacang babi (Iruthayathas et al., 1983).


12

Benih yg akan ditaman memiliki kualitas yang baik dan unggul lalu benih

tersebut dibasahi dengan air bersih atau larutan gula 1%/L untuk setiap 10kg

benih hingga lembab. Benih yang sudah dibasahi lalu dicampur dengan inokulumr

rhizobium sesuai dosis yang dianjurkan. Aduk benih kedelai hingga tercampur

rata. Sebaiknya dilakukan ditempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.

Kemudian benih dkeringkan dan harus segera ditanam 6 jam setelah pencampuran

(Rodelas et al., 1998).

Inokulsi dengan menggunakan inokulum tanah dapat dilakukan dengan

mengabil bekas tanaman kacang-kacangan secukupnya. Gerus atau tumbuh

hungga halus. Lalu basahi benih kacang babi menggunakan larutan gula 1%/L.

setelah itu campur benih dengan inokulum tanah. Dosis inokulum tanah adalag

100gr/kg kacang babi. Aduk hingga tercampur rata dan dilakukan pada tempat

teduh atau tidak terkena cahaya matahari langsung. Setelah itu benih langsung

ditanam kelahan dan tidak boleh ditunda, maksimal 6 jam setelah pencampuran

(Iruthayathas et al., 1983).

Pengaruh Pemberian Rhizobium Pada Budidaya Tanaman

Oat (Avena sativa L.)

Berdasarkan penelitian hubungan simbiosis yang efisien memiliki dampak

positif pada pembentukan polongan tanaman dan produksi tanaman. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa inokulasi benih kacang dengan simbiosis

mikroorganisme pengaruh tanaman tunas dan pertumbuhan akar. Hasil penelitian

menunjukkan efek yang berbeda dari ganda inokulasi biji kacang. rhizobium

leguminosarum regangan secara signifikan mendorong pertumbuhan dari

menembak di varian dengan inokulasi ganda (Dubova et all., 2015).


13

Inokulasi dengan Rhizobium baik secara tunggal memiliki efek stimulasi

pada produksi IAA atas kontrol tanaman tanpa inokulasi. Inokulasi Rhizobium

lebih efisien dalam IAA induksi dari inokulasi R yang unggul hanya pada

tanaman irigasi dengan air Nil pada tahap vegetatif yang mencatat konten IAA

tertinggi di antara yang berbeda perawatan (205,71 mg IAA g-1 berat segar) dan

tanaman diairi dengan air limbah pada tahap berbuah (118,86 ug IAA g-1 berat

segar) (Ismaiel et al., 2014).

Simbiosis yang efektif antara kacang-kacangan dan rhizobia ditandai

dengan jumlah dan ukuran nodul pada akar tanaman. Beberapa nodul ditemukan

di akar tanaman kontrol juga, menunjukkan bahwa eksperimental tanah

mengandung rhizobia. Bakteri ini bisa bersaing dengan strain rhizobia

eksperimental. Beberapa strain rhizobium dapat menghasilkan bakteriosin yang

menghambat pertumbuhan strain rhizobium lainnya. Berat dan ukuran nodul

tergantung pada aktivitas spesifik rhizobia (Dubova et al., 2015).

Rhizobium mampu meningkatkan penyerapan fosfat. Dalam

perkembangan akar dan pembentukan polong kedelai unsur fosfat diperlukan.

Rhizobium mampu meningkatkan ketersediaan dan penyerapan nitrogen di dalam

tanah serta menyumbangkan zat fitohormon IAA dan giberelin yang dapat

meningkatkan pertumbuhan akar dan cabang tanaman kedelai (Richards, 2010).

Perlakuan Rhizobium secara nyata mampu meningkatkan jumlah dan

bobot kering polong serta bobot 100 biji,. Yang paling efisien bakteri merangsang

pembentukan nodul yang menyediakan kacang-kacangan dengan nitrogen,

sehingga tanaman dapat mengembangkan berat yang lebih besar

(Dubova et al., 2015).


14

KESIMPULAN

1. Rhizobium merupakan bakteri yang mampu bersimbiosis dengan tanaman

leguminosa

2. Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil

nitrogen langsung dari udara disusun menjadi senyawaan

3. Peran utama Rhizobium adalah memfiksasi nitrogen dengan adanya

aktivitas nitrogenase. Tinggi rendahnya aktivitas nitrogenase menentukan

banyak sedikitnya pasokan ammonium yang diberikan Rhizobium kepada

tanaman.

4. Aplikasi rhizobium dilakukan dengan cara aplikasi inokulan melalui biji

atau benih dan melalui tanah. Inokulasi melalui biji atau benih dilakukan

dengan cara member inokulan pada biji sebelum ditanam

5. Simbiosis yang efektif antara kacang-kacangan dan rhizobia ditandai

dengan jumlah dan ukuran nodul pada akar tanaman


15

DAFTAR PUSTAKA

Armiadi, 2009. Penambatan nitrogen secara biologis pada tanaman leguminosa.


Wartazoa Vol.19 (1). Hal. 23-24
Ashandi, A.A. 1985. Petunjuk praktis bercocok tanam kacang di dataran
medium. Balai Penelitian Pangan Lembang, Bandung.
Azis, A. A. 1989. Kacang-kacangan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian BPH Lembang. Lembang.
Bangun, E., M. Nur, H. I., F. H. Silalahi, dan J. Ali. 2000. Pengkajian
teknologi pemupukan di sumatera utara. prosiding seminar nasional
teknologi spesifik lokasi menuju desentralisasi pembangunan pertanian.
13 – 14 Maret 2000. Medan.
Barret. 2002. Budidaya tanaman kacang babi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Kalimantan barat.
Chapman, H.W. 1975. Daylength effect on legume tuberization. Am J.35:711-721.
Dubova, L., A. Senberga, and I. Alsina. 2015. The effect of double inoculation on
the broad beans (Vicia faba L.) yield quality. Agricultural Science.
Page 34-38
Etemadi, F., M. Hashemi, F. Mangan dan S. Weis. 2015. Fava Beans : growers
guide in new england. University of Massachusetts Amherst, New
England
Fageria, N.K., M.P.B. Filho, and J.H.C. Da Costa. 2001. Potassium use efficiency
in common bean genotype. J. Plant Nutr. 24:1937-1945.
Iruthayathas, E.E., Gunasekaran, S., Vlassak, K., 1983. Effect of combined
inoculation of Azospirillum and Rhizobium on nodulation and N2-
fixation of winged bean and soybean. Scientia Horticulturae p 231-240.
Ismaeil, A. A. S. Hegazy, and M. A. Azb. 2014. Physiological respon of Vicia
faba L. to inoculate with Rhizobium and Arbuzkular Mycorrizal fungi.
Australian Journal Of Science Crop Vol 8 (5). Page 781-782
Link, W., M. Hanafy, N. Malenica. 2008. compendium of transgenic faba beans.
Blackwell Publishing Ltd., United Kingdom. Page 71-74
Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Long, S.R. 1996. Rizobium symbiosis: Nod factors in perspective. Plant Cell.
Page 1885 – 1898.
Nonnecke, L.I. 1989. Vegetable production. Van Nostrand Reinhold, Canada.
16

Ramdani, M.D. 2007. Efektifitas inokulan Rhizobium terhadap pertumbuhan dan


produksi Kedelai (Glycine max L.) dan Kacang Tanah (Arachis
hypogea L.). IPB press, Bogor
Rich, A.E. , 1983. Legume diseases. Academic Press. Inc., New York.
Page: 46- 49.
Richard, S. 2006. Effect of dual inoculation (AM fungi and Rhizobium) on
chlorophyll content of Arachis hypogaea L. CV. TMV-2. Plant Arch.
Page: 671–672
Richard, K. M. 2010. Effect of Glomus intraradices and Rhizobium on the growth
of groundnut (Arachis hypogaea L.). J Ecobiotechnol. 2: 1–8
Rodelas, B., J. G. Lopez, C. Pozo, V. Salmeron, M. V. M. Toledo. 1998.
Response of Faba bean (Vicia faba L.) to combined inoculation with
Azotobacter and Rhizobium leguminosarum bv. Viceae. Applied Soil
Ecology 51±59
Rodelas, B., J., SalmeroÂn, V., Pozo, C., MartõÂnez- Toledo, M.V., 1996.
Enhancement of nodulation, N2-fixation and growth of faba bean (Vicia
faba L.) by combined inoculation with Rhizobium leguminosarum bv.
viceae and Azospirillum brasilense. Symbiosis 21, 175±186.
Sharma, J.P., 2002. Plant taxonomy. Tata McGraw – Hill Publishing Company
Limited, New Delhi.
Soelarso, B. R. 1997. Budidaya tanaman leguminosa bebas penyakit. Kanisius.
Yogyakarta.
Youseif, S.H., F. H. A. El-Megeed and S. A. Saleh. 2017. Improvement of faba
bean yield using Rhizobium/Agrobacterium inoculant in low-fertility
sandy soil. Agronomy 2 (4). Page: 3-12
Sari, R. dan R. Prayudyaningsih. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai
Bakteri Penambat Nitrogen. Info Teknis EBONI. Halaman: 51-64
Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
17

Asadi-Samani, M., Bahmani, M., Rafieian-Kopaei, M. 2014. The chemical


composition, botanical characteristic and biological activities of Borago
officinalis: a review. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 7,
Supplement 1(0), S22-S28.

Banas, A., Debski, H., Banas, W., Heneen, W., Dahlqvist, A., Bafor, M.,
Gummeson,

P., Marttila, S., Ekman, A., Carlsson, A.S., Stymne, S. 2007. Lipids in grain
tissues of Oat (Avena sativa): differences in content, time of deposition,
and fatty acid composition. Journal of Experimental Biology, 58(10),
2463-2470.

Biel, W., Bobko, K., Maciorowski, R. 2009. Chemical composition and nutritive
value of husked and naked oats grain. Journal of Cereal Science, 49(3),
413-418.

Burke, J., Browne, R.,White, E. 2001. Factors affecting yield and quality of oats.

Butt, M., Thair-Nadeem, M., Khan, M.A., Shabir, R., Butt, M. 2008. Oat: unique

among the cereals. European Journal of Nutrition, 47, 68-79.

Calorie Control Council. 2015. Glossary of Fat Replacers.

Chen, D., Shi, J., Hu, X., Du, S. 2015. Alpha-amylase treatment increases
extractable phenolics and antioxidant capacity of oat (Avena nuda L.)
flour.Journal of Cereal Science, 65, 60-66.

Ganssmann, W., Vorweck, K. 1995. Oat milling, processing and storage. in: The
Oat Crop: Production and Utilization, (Ed.) R. Welch, Springer
Science+Business Media Dordrecht. Northern Ireland.
18

Patterson, C. 2008. Oat and Barley B-Glucans - Unique soluble fibres.

Shafeeq, A., Muhammad, A., Sarfaraz, S., Akram, Z., Saeed, H., Farooq, U. 2015.
Effect of Acid Concentration on the Extraction of Furfural from Corn
Cobs.International Journal of Chemical Engineering and Applications,
6(5), 381-384.

Tong, L.-T., Zhong, K., Liu, L., Guo, L., Cao, L., Zhou, S. 2014. Oat oil
lowers the plasma and liver cholesterol concentrations by promoting the
excretion of faecal lipids in hypercholesterolemic rats. Food
Chemistry, 142(0), 129-134.

Win, D. 2005. Furfural - Gold from Garbage. Assumption University Journal of


Technology, 8(4), 185-190.

Xin-Zhong, H., Xia-lu, S., Xiao-ping, L., Liu, L., Jian-mei, Z. 2015. Effect of
dietary oat beta-glucan on high-fat diet induced obesity in HFA mice.
Bioactive Carbohydrates and Dietary Fibre, 5, 79-85.

Zhu, F., Du, B., Xu, B. 2016. A critical review on production and industrial
applications of beta-glucans. Food Hydrocolloids, 52, 275-288.

Logsdon, Gene. 2009. Small-scale grain raising. White River Junction, VT:
Chelsea Green Publishing.

Ransom, Joel, Michael S. McMullen, and Dwain Meyer. “Oat Production in North
Dakota.” North Dakota State University Dept of Plant Sciences. Retrieved
March 42011.(http://www.ag.ndsu.edu/pubs/plantsci/smgrains/a891w.htm)
19

Wallace, Janet, ed. 2001. Organic field crop handbook. 2d ed. Ottawa: Canadian
Organic Growers.

Wright, George. 2011. “How to source seed, grow, harvest, mill/roll hull-less oats
organically.” Presented at NGGA Winter Conference. March 9.
Burlington, VT.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal KKN 2020
    Proposal KKN 2020
    Dokumen14 halaman
    Proposal KKN 2020
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bisinis Plan Agro Farm Company
    Bisinis Plan Agro Farm Company
    Dokumen20 halaman
    Bisinis Plan Agro Farm Company
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • FORM Rencana Seminar Usul, Hasil, Sidang
    FORM Rencana Seminar Usul, Hasil, Sidang
    Dokumen5 halaman
    FORM Rencana Seminar Usul, Hasil, Sidang
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Toha (Rev Yh)
    Proposal Toha (Rev Yh)
    Dokumen11 halaman
    Proposal Toha (Rev Yh)
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • BAHAN
    BAHAN
    Dokumen4 halaman
    BAHAN
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • 199 214 1 PB
    199 214 1 PB
    Dokumen1 halaman
    199 214 1 PB
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Acc
    Pendahuluan Acc
    Dokumen50 halaman
    Pendahuluan Acc
    Ariska
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen3 halaman
    COVER
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Panah Merah Innovation Award 2020
    Panah Merah Innovation Award 2020
    Dokumen11 halaman
    Panah Merah Innovation Award 2020
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Nama
    Daftar Nama
    Dokumen21 halaman
    Daftar Nama
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen3 halaman
    COVER
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir
    Daftar Hadir
    Dokumen7 halaman
    Daftar Hadir
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Jurnal
    Kumpulan Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Kumpulan Jurnal
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Yang Benar
    Daftar Isi Yang Benar
    Dokumen26 halaman
    Daftar Isi Yang Benar
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover (1) BEBSKY FIX!
    Cover (1) BEBSKY FIX!
    Dokumen3 halaman
    Cover (1) BEBSKY FIX!
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi YANG BENAR
    Daftar Isi YANG BENAR
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi YANG BENAR
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen24 halaman
    Cover
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kultur Tunas
    Kultur Tunas
    Dokumen12 halaman
    Kultur Tunas
    Jhon Kelvin Sianturi
    0% (1)
  • Surat Permohonan1
    Surat Permohonan1
    Dokumen8 halaman
    Surat Permohonan1
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Dekan FP
    Jawaban Dekan FP
    Dokumen3 halaman
    Jawaban Dekan FP
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover Kedelai Pangan
    Cover Kedelai Pangan
    Dokumen3 halaman
    Cover Kedelai Pangan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kelompk
    Kelompk
    Dokumen48 halaman
    Kelompk
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover Pangan
    Cover Pangan
    Dokumen5 halaman
    Cover Pangan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover Pangan
    Cover Pangan
    Dokumen5 halaman
    Cover Pangan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Coverr PTKS
    Coverr PTKS
    Dokumen23 halaman
    Coverr PTKS
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Paper Agm Jhonsianturi
    Paper Agm Jhonsianturi
    Dokumen30 halaman
    Paper Agm Jhonsianturi
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Paper Kestan
    Paper Kestan
    Dokumen13 halaman
    Paper Kestan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Coverr PTKS
    Coverr PTKS
    Dokumen23 halaman
    Coverr PTKS
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat