Anda di halaman 1dari 23

MANFAAT PUPUK KANDANG DAN UREA PADA PERTUMBUHAN

KELAPA SAWIT (Eleis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

PAPER

OLEH:
FERNANDO ANDRE SIMANJUNTAK
160301235
AGROTEKNOLOGI 5A

LABORATORIUM PERKEBUNAN A KELAPA SAWIT


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
MANFAAT PUPUK KANDANG DAN UREA PADA PERTUMBUHAN
KELAPA SAWIT (Eleis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

PAPER

OLEH:
FERNANDO ANDRE SIMANJUNTAK
160301235
AGROTEKNOLOGI 5A

Paper sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di


Laboratotium Perkebunan A Kelapa Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh
Asisten Koordinator

(Sulaiman)
NIM.140301070

Dietahui oleh Diketahui Oleh


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Rozi Septian) (Andika Kesuma Putra)


NIM.140301045 NIM.120301228

LABORATORIUM PERKEBUNAN A KELAPA SAWIT


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah MANFAAT PUPUK KANDANG
DAN UREA PADA PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq) DI PRE NURSERY”yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan A Kelapa Sawit Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:Dr.Ir.Charlog.MP;Abu
Yazid MP,Mstat,selaku dosen penanggungjawab laboratorium,serta kepada abang
dan kakak asisten yang telah memantu dalam proses pembuatan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini mash jauh dari kata sempurna,oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya paper yang lebih baik lagi.Semoga paper ini bermanfaat bagi
pembaca.

Medan, september 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. ...i

DAFTAR ISI ............................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................
Tujuan Peulisan .................................................................
Kegunaan Penulisan ..........................................................

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................
Syarat Tumbuh ..................................................................
Iklim ..................................................................................
Tanah .................................................................................
Pembibitan Pre Nursery ....................................................

MANFAAT PUPUK KANDANG DAN UREA PADA PERTUMBUHAN


KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PRE NURSERY
Pupuk Kandang .................................................................
Pupuk Urea ........................................................................
Teknik Aplikasi Pemupukan .............................................
Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ..........
Manfaat Pupuk Kandang dan Urea pada bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di Pre Nursery ........................................

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukanlah tanaman asli


Indonesia. Berdasarkan bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik, tanaman kelapa
sawit dipercaya berasal dari pesisir tropis Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit liar
telah dimanfaatkan oleh penduduk Afrika Barat sebagai minyak makan. Temuan
arkeologi di Mesir menunjukkan penggunaannya sudah terjadi pada tahun 3000
SM. Tanaman kelapa sawit dikenali bangsa Eropa saat ekspedisi Portugis ke
Afrika Barat pada abad ke-15. (Fairhurst, T, 1988)
Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam penggunaannya. Selain
minyak sawit yang dihasilkan oleh daging buah (Mesokarp) yang dikenal dengan
CPO (Crude Palm Oil), kelapa sawit juga menghasilkan minyak inti sawit yang
dihasilkan dari inti sawit yang dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm Kernel
Oil (PKO) (Agustira, 2008)
Untuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi, tanaman
kelapa sawit membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia di
dalam tanah. Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat yang memuaskan
dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang menguntungkan baik
dari segi kejaguran maupun produksinya adalah merupakan sasaran utama
pemupukan. (Hadi, 2004)
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran antara kotoran
hewan dengan sisa makanan yang mengalami pembusukan hingga tidak berbentuk
seperti asalnya. Sebagian besar kotoran hewan dapat dipergunakan untuk pupuk
setelah mengalami pembusukan yang cukup sehingga warna, rupa, tekstur dan
kadar airnya tidak serupa dengan bahan aslinya (Mangoensoekarjo,1991)
Jenis kotoran hewan yang umum digunakan sebagai pupuk kandang
adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, kelinci dan ayam. Kotoran hewan yang
akan dijadikan pupuk kandang dikumpulkan dalam silo dan diperam selama 3
bulan supaya mengalami dekomposisi. Pupuk yang sudah matang ditandai dengan
tidak berbau, dingin, berwarna gelap dan kadar air rendah. Pupuk kandang yang
baik mengandung kadar air 30-40%, bahan organik 60-70%, N = 1,5-2%, P2O5 =
0,5-1% dan K2O = 0,5-1%. (Mangoensoekarjo, S. 2007)

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui manfaat
pemberian urin kambing terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit(Elaeis
guneensis jacq) di pre-nursery.

Kegunaan Percobaan
Adapun kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan: A Kelapa
Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit


yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae ,
Divisio : Spermatophyta , Subdivisio : Angiospermae , Kelas : Monocotyledoneae
, Ordo : Palmales , Famili : Palmaceae , Genus : Elaeis , Spesies : Elaeis
guineensis Jacq.

Varietas kelapa sawit cukup banyak, yang dibedakan berdasarkan bentuk


luar, tebal cangkang, dan warna kulit buah. Berdasarkan ketebalan cangkang
tanaman kelapa sawit dibedakan: (1) Dura, yaitu kelapa sawit dengan buah
bercangkang tebal; (2) Pisifera, yaitu buah bercangkang tipis; (3) Tenera, yaitu
buah memiliki ketebalan cangkang diantara dura dan psifera (PTPN III, 2003).

Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak dengan ketinggian tanaman dapat


mencapai 15—20 meter. Tanaman kelapa sawit terdiri atas bagian vegetatif dan
generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian
generatif yaitu bunga, buah, dan biji. (Yahya, S. 1990)

Akar

Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang membentuk akar


primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam
tanah sampai batas permukaan air tanah, sedangkan akar sekunder, tersier, dan
kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tersier dan
kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur
hara. Seperti akar tanaman lain, akar kelapa sawit berfungsi menyangga bagian
atas tanaman dan menyerap zat hara (Tim Penulis PS, 1999).
Batang

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah


menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa, diameter batang berkisar
45—60 cm. Bagian bawah batang lebih besar dan disebut sebagai bongkol bawah
atau bowl. Pada batang kelapa sawit kecepatan tumbuhnya berkisar 35—75
cm/tahun. Batang kelapa sawit belum begitu terlihat sampai tanaman berumur 3
tahun karena masih terbungkus oleh pelepah - pelepah yang belum di potong. Hal
ini tergantung dari varietas dan tipe pertumbuhan tanaman kelapa sawit karena
pada setiap varietas dan tipe kelapa sawit memiliki kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda. Dengan sifatnya yang phototropi dan heliotropi (menuju cahaya
dan arah matahari), jika dalam keadaan terlindung, tanaman kelapa sawit tumbuh
akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang akan lebih kecil.

Daun

Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, dan panjangnya dapat
mencapai 3—5 m. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak
daun yang jumlahnya dapat mencapai 100—600 pasang. Daun kelapa sawit
tumbuh pada batang, sifatnya bergerombol dan roset. Daun yang telah tua berubah
warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum rontok meninggalkan bekas pada
batang (Syamsulbahri, 1996), sedangkan daun tanaman kelapa sawit yang masih
kuncup berwarna kuning pucat. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar akan
terlihat berwarna hijau tua. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal pelepah
daunnya berjumlah 40—60 buah (Tim Penulis PS, 1999).

Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=


tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji)
berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah
melalui ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).
Syarat Tumbuh

Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari
atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per
tahun, tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur
yang optimal 24-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik
untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata


2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit antara 80-90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah
suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi
(Balitbang Pertanian, 1992).

Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk
beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama
penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,
pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).

Tanah

Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,

Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain

Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media

yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman

akan lebih baik,


- Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-
40% lempung dan 20-50% liat,
- Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang,
- Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,
- Laterite, tidak dijumpai,
(PTPN IV, 1996).

Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0,


tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik
sehingga aerasi juga baik (Hasibuan,2011)

Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa


sawitdaripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah
adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan
lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa
sawitmenghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam
tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta
berdrainase baik (Tim Penulis PS, 1997).
MANFAAT PUPUK KANDANG DAN UREA PADA PERTUMBUHAN
KELAPA SAWIT (Eleis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan produk yang berasal dari limbah usaha


peternakan dalam hal ini adalah kotoran ternak (Setiawan, 2010). Jenis ternak
yang bisa menghasilkan pupuk organik ini sangat beragam diantaranya sapi,
kambing, domba, kuda, kerbau, ayam dan babi

Kotoran padat dan urine ternak sebaiknya disatukan untuk memanipulasi


unsur hara secara keseluruhan, karena urine juga mengandung unsur hara yang
penting terutama unsur nitrogen dan kalium. Selain itu, pupuk kandang
mengandung unsur kalsium (Ca), magnesium (mg), sulfur (S), mangan (Mn), zink
(Zn), atau seng, cuprum (Cu), dan borium (B). (Hadi, 2004)

Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara


makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O).
Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara
mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan
(Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada pupuk kandang
membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal
ini erat kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang
tidak boleh melebihi rasio C/N =12. Sehingga pupuk kandang yang memiliki rasio
C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk menyuburkan tanaman
secara langsung (Kartasapoetra,1988)

Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kadar bahan organik.


Meningkatkannya bahan organic tanah dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi
sehingga daya tanah untuk menyerap dan memegang air meningkat. Selain itu,
aktivitas mikroba akan mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah
sehingga unsur hara yang dikandung terlepas dan tersedia bagi tanaman
(Kartasapoetra,1988)
Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya
tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan
adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman
(Hendarsin,2002)

Pupuk Urea

Urea dengan unsur kimia [(CO (NH2)2] Urea merupakan pupuk buatan
hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya
berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N
total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk
senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah
yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-
2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman (PPKS, 2008)

Pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung 46 % nitrogen (N), karena


kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis.
Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak menguap
dalam bentuk ammonia. Jika di dalam tanah, nitrogen urea berubah menjadi
ammonium akan terikat langsung oleh koloid tanah. Bahan organik, sebagian
besar phosphor yang mudah larut oleh mikroorganisme tanah untuk
pertumbuhannya. Phosphor ini akhirnya berubah menjadi humus. Karena itu
menyediakan cukup phosphor, kondisi tanah yang menguntungkan bagi
perkembangan mikroorganisme tanah sangat perlu untuk dipertahankan.
(Pardamean, M. 2008)

Teknik Aplikasi Pemupukan

Pupuk dan pemupukan bukanlah hal yang asing bagi petani kita.
Maklum saja, dalam pertanian modern, pemupukan tanaman sudah menjadi suatu
keharusan untuk menunjang keberhasilan budi daya tanaman. Namun, agar tujuan
pemupukan itu tercapai, maka pupuk harus diaplikasikan secara tepat. Misalnya
saja pemupukan yang ditebarkan langsung ke permukaan tanah. Cara pemupukan
yang satu ini bisa dibilang yang paling sering dilakukan oleh para petani
kita.Umumnya, pemupukan dengan cara ditebarkan langsung ke permukaan tanah
bisa diterapkan pada tanaman dengan jarak tanam rapat, pupuk dasar di
perkebunan, atau di tanah bedengan. Bisa juga pemupukan dilakukan pada
tanaman yang sudah tumbuh (side dress) atau langsung ditebarkan ke tanaman
(top dress). Biasanya, pemupukan dilakukan pada tanaman muda. (Pardamean, M.
2008)

Agar pupuk tidak terbuang percuma, sebaiknya tanah diolah terlebih


dahulu sebelum dilakukan dilakukan pemupukan. Terutama untuk jenis pupuk
yang bersifat higroskopis seperti urea, ZA, KCI, dan NPK. Karena itu, pemberian
pupuk pada tanaman yang sudah tumbuh dilakukan pada saat penyiangan gulma.
Hal ini berguna agar pupuk tertimbun di dalam tanah.Meskipun demikian,
pemupukan dengan cara ini juga memiliki kelemahan, yakni penggunaan pupuk
lebih boros. Selain itu, pupuk juga sulit mencapai daerah perakaran tanaman
karena hanya bisa mencapai permukaannya saja.( Novizan. 2005)

Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.
Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag
besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap
artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih
dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar
(Dalimunthe, 2009).

Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika
menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan
memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi
mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran
matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika
menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas
areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain
itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua
tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).
2.4.1. Pembibitan Awal (Prenursery)

Pembibitan awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit


ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Selanjutnya, bibit tersebut
dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12
bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan 9-
11 bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).

A. Persyaratan Lokasi

Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah


0
3 sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas
bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon.
Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak
pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus
tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media
dengan topsoil yang cukup untuk mengisibabybag (polibag kecil), tanah tidak
bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi,
2007).

B. Pemesanan Kecambah

Seleksi dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan


dapat mencukupi kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143
pohon membutuhkan kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan
abnormal sekitar 25% untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu
pemesanan kecambah diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag
prenursery 13-14 bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).

Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa
menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm,
lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam
dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan
berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran
pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan komposisi 1:1:3. Bedengan
pembibitan prenursery dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter.
Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter.
Satu petak prenursery tanki siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-
800 babybag kecambah (Subiantoro, 2003).

C. Penanaman Kecambah

Letakkan kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke


dalambaybag. Kecambah hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil
kecambah. Dua hari menjelang penanaman kecambah, media tanam yang berada
di dalam babybagharus disiram setiap pagi. Gemburkan permukaan media dengan
jari telunjuk atau dengan ibu jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan
kecambah. Masukkan kecambah sedalam 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah,
lalu ratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut. Bagian bakal akar
(radikula) yang berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning harus
mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan
berwarna kuning muda mengarah ke atas (Subiantoro, 2003).

D. Naungan

Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan
yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan
belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga
kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari
arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan.
Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat
karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan
terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan
dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).

E. Penyiraman dan penyiangan

Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat
pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan
sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-
rumput yang tumbuh di babybag menggunakan tangan. Penyiangan sebaiknya
dilaksanakan dua minggu sekali. Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar
kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).
F. Pemupukan

Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika
tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu
dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau
pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk
diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari
satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan
seminggu sekali (Sunarko, 2009).

G. Proteksi dan Seleksi

Serangan hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada.


Jika ada, dapat diberantas dengan diambil menggunakan tangan (hand picking).
Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan dengan
fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan Anthio
dengan dosis sesuai yang dianjurkan (Sunarko, 2009).

Seleksi dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursery. Seleksi


bibit diprenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit
menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan
hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis. Saat berumur tiga bulan, bibit
kelapa sawit yang normal biasanya berdaun 3-4 helai dan telah sempurna
bentuknya. Pengurangan bibit sejak kecambah diterima hingga dipindahkan
ke main nursery dapat mencapai 12% atau lebih. Bibit yang mati terlebih dahulu
harus dikeluarkan, kemudian bibit yang tidak normal harus dimusnahkan. Ciri
bibit kelapa sawit tidak normal sebagai berikut.
1. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves)
2. Anak daunnya bergulung kearah longitudinal (rolled leaves)
3. Pertumbuhan bibit memanjang (erreted), terputar (twisted shoot), tumbuh
kerdil, lemah, dan lambat (insufficient growth, dwarfish)
4. Daunnya kusut (crinkled), anak daun tidak mengembang, membulat, dan
menguncup (collante)
5. Rusak karena serangan penyakit tajuk (crown disease)
Pertumbuhan bibit yang tidak normal juga terjadi karena kesalahan kultur teknis.
Berikut beberapa kesalahan teknis penanaman yang menyebabkan bibit tumbuh
abnormal (Sunarko, 2009).
1. Penanaman kecambah terbalik, bakal daun ditanam ke arah bawah.
2. Kecambah ditanam terlalu dalam sehingga pertumbuhan terlambat atau terlalu
dangkal sehingga akar menggantung.
3. Tanah mengandung bebatuan (tidak disaring), sehingga menggangu akar
4. Tanah terlalu basah, karena air tidak terbuang dari kantong plastik atau
penyiraman tidak sempurna (terlalu keras dan banyak atau terlalu sedikit). (Pahan,
I. 2008)

H. Pengangkutan Bibit

Pengangkutan atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main


nurserydengan memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x
27,5 cm. Setiap peti kayu dapat memuat 35 bibit. Pengangkutan harus berhati-hati
dan bibit harus segera ditanam di main nursery (Sunarko, 2009).

2.4.2. Main Nursery

A. Penentuan Lokasi
Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar
pengangkutan bibit dan pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas
genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan
mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau
memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah lapang dan
lapisan tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasimain nursery dekat dengan area
yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009).

B. Luas, Lay Out, dan Pancang


Satu hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk
sekitar 50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat
berat, sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan, parit,
dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay out petak atau bedengan
memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam lebarnya
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).

C. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit


dimain nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang
dan siap pakai sebelum penanaman. Instalasi penyiraman di main nursery sebagai
berikut:
1. Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan
dialirkan ke lokasi pembibitan melalui pipa dan selang.
2. Sprinkler menggunakan pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi.
3. Setiap sambungan dilengkapi stand pipes yang terpasng berdiri dan
ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang memancarkan air secara berputar.
4. Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.
5. Kebutuhan air sekitar 75 m3 /ha/hari, efisiensi 30-40% dengan pompa air
berdaya pancar 45 psi. kekuatan pompa 18-20 horse power untuk 8 hektar
pembibitan (Sunarko, 2009).

D. Penyiapan Polibag

Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black)


dengan panjang 42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm.
polibag diberi lubang berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang
7,5 x 7,5 cm. Media tanam bibit menggunakan topsoil yang memiliki struktur
remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan topsoil yang berupa tanah liat.
Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar dengan perbandingan
3:2. Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16 kg), lalu hentakkan tiga
kali agar media tanam memadat. Pengisian polibag harus selesai dikerjakan dalam
waktu dua minggu sebelum pemindahan dari prenursery(Sunarko, 2009).

E. Penanaman

Sehari sebelum penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram.


Bibit dipindahkan dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur
maksimum tiga bulan. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di
polibag seukuran dengan diameter babybag. Sayat babybag menggunakan pisau
secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak sampai
terikut. Masukkan bibit beserta tanahnya ke dalam lubang, lalu atur agar posisinya
tegak seperti semula. Tekan tanah disekeliling lubang agar lebih padat merata.
Jika dirasa kurang, tambahkan tanah hingga sedikit melewati leher akar. Bagian
atas polibag yang tidak diisi tanah setinggi 2-3 cm. Bagian ini memungkinkan
sebagai tempat meletakkan pupuk, air, atau mulsa. Naungan sudah tidak
diperlukan lagi di main nursery (Sunarko, 2009).

F. Penyiraman dan Penyiangan

Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang


cukup. Jika musim kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore
hari. Kebutuhan air penyiramann sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Permukaan tanah
harus ditutup dengan serasa organik (mulsa) untuk menghindari pemadatan
permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan mengatur kelembapan tanah pada
musim kemarau. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh
dalam polibag, sekaligus menggemburkan tanah dengan cara menusukkan
sepotong kayu. Penyiangan lahan pembibitan(diluar polibag) dilaksanakan
secara clean weeding, yakni menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari,
tergantung dari pertumbuhan gulma (Sunarko, 2009).

G. Pemupukan

Dosis dan jadwal pemupukan sangat tergantung pada umur dan


pertumbuhan bibit. Di main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk
mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta
ditambah Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg). (Novizan. 2005)

Manfaat Pupuk Kandang dan Urea pada bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di Pre Nursery

Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kadar bahan organik.


Meningkatkannya bahan organic tanah dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi
sehingga daya tanah untuk menyerap dan memegang air meningkat. Selain itu,
aktivitas mikroba akan mempercepat proses dekomposisi bahan organik tanah
sehingga unsur hara yang dikandung terlepas dan tersedia bagi tanaman.
(Kartasapoetra,1988)

Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya
tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan
adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman.
(Hendarsin,2002)

Pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung 46 % nitrogen (N), karena


kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis.
Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak menguap
dalam bentuk ammonia. Dalam pupuk NPK 16:16:8 berarti unsur nitrogennya
adalah 16%. kandungan & Manfaat Pupuk NPK Dibutuhkan tanaman untuk
sintesis dan aktivator enzim Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya
NH4+ dari urea K+ dari Pupuk urea dapat digunakan untuk semua jenis tanaman,
mulai dari tanaman pangan, Mengingat besarnya manfaat pupuk urea bagi
tanaman, Aplikasi Pupuk Urea untuk Memperoleh Manfaat Nitrogen Apabila
manfaat dan fungsi pupuk urea di atas tidak tercukupi dalam (urea) yang tampak
pada tanaman. (Mangoensoekarjo, S. 2007)
KESIMPULAN

1. Pupuk kandang merupakan produk yang berasal dari limbah usaha


peternakan dalam hal ini adalah kotoran ternak
2. Urea dengan unsur kimia [(CO (NH2)2] Urea merupakan pupuk buatan
hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2
3. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kadar bahan organik.
Meningkatkannya bahan organic tanah dapat memperbaiki kapasitas
infiltrasi sehingga daya tanah untuk menyerap dan memegang air
meningkat
4. Pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung 46 % nitrogen (N), karena
kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat
higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga
mudak menguap dalam bentuk ammonia
5. Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam penggunaannya. Selain
minyak sawit yang dihasilkan oleh daging buah (Mesokarp) yang dikenal
dengan CPO (Crude Palm Oil), kelapa sawit juga menghasilkan minyak
inti sawit yang dihasilkan dari inti sawit yang dikenal dengan minyak inti
sawit atau Palm Kernel Oil (PKO)
DAFTAR PUSTAKA

Agustira, M. A., A. Kurniawan, Dja’far, D. Siahaan, L. Buana, dan T. Wahyono,


2008. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan.

Balitbang Pertanian, 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


Departemen Pertanian, Republik Indonesia.

Dalimunthe. 2009. Meraup Untung dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa. Sawit..
Jakarta. Agromedia

Fairhurst, T dan I. Rankine. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman Menghasilkan. (Penerjemah: E. S. Sutarta dan W. Darmosarkoro).
Penerbit Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 156 hal.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2003. Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Hadi, M. M., 2004. Pupuk organik. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.

Hasibuan, B. E. 2011. Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hendarsin, M dan Srijono. 2002. PUPUK ORGANIK. PT. Balai Pustaka. Jakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1988. Aplikasi pupuk organik. Bina Aksara, Jakarta.

Lubis, A. U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar.

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah Dan Pemupukan Budidaya


Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Bandung.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Urin Sebagai Pupuk Organik.
UGM Press, Yogyakarta.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan Pertama. AgroMedia


Pustaka. Jakarta.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa


Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

PPKS, 2008. Pupuk Organik Cair. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
PTPN III. 2003. Vademicum Budidaya Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara.
III.

PTPN IV, 1996.Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara IV, Medan.

Sastrosayono, S., 2008. Manfaat urin ternak. Agromedia Pustaka.Jakarta.

Setiawan, A. dan saryono. 2010. Pupuk Kandang. Jakarta. Agromedia

Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Steko. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Subiantoro. 2003. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem.
Kemitraan. Cetakan Pertama. Jakarta : Agromedia Pustaka

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan.
Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.). Jurusan


Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor. Hal 42 –
51.

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal KKN 2020
    Proposal KKN 2020
    Dokumen14 halaman
    Proposal KKN 2020
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Bisinis Plan Agro Farm Company
    Bisinis Plan Agro Farm Company
    Dokumen20 halaman
    Bisinis Plan Agro Farm Company
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • FORM Rencana Seminar Usul, Hasil, Sidang
    FORM Rencana Seminar Usul, Hasil, Sidang
    Dokumen5 halaman
    FORM Rencana Seminar Usul, Hasil, Sidang
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Proposal Toha (Rev Yh)
    Proposal Toha (Rev Yh)
    Dokumen11 halaman
    Proposal Toha (Rev Yh)
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • BAHAN
    BAHAN
    Dokumen4 halaman
    BAHAN
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • 199 214 1 PB
    199 214 1 PB
    Dokumen1 halaman
    199 214 1 PB
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Acc
    Pendahuluan Acc
    Dokumen50 halaman
    Pendahuluan Acc
    Ariska
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen3 halaman
    COVER
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Panah Merah Innovation Award 2020
    Panah Merah Innovation Award 2020
    Dokumen11 halaman
    Panah Merah Innovation Award 2020
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Nama
    Daftar Nama
    Dokumen21 halaman
    Daftar Nama
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen3 halaman
    COVER
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir
    Daftar Hadir
    Dokumen7 halaman
    Daftar Hadir
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Jurnal
    Kumpulan Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Kumpulan Jurnal
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Yang Benar
    Daftar Isi Yang Benar
    Dokumen26 halaman
    Daftar Isi Yang Benar
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover (1) BEBSKY FIX!
    Cover (1) BEBSKY FIX!
    Dokumen3 halaman
    Cover (1) BEBSKY FIX!
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi YANG BENAR
    Daftar Isi YANG BENAR
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi YANG BENAR
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Isi
    Isi
    Dokumen19 halaman
    Isi
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kultur Tunas
    Kultur Tunas
    Dokumen12 halaman
    Kultur Tunas
    Jhon Kelvin Sianturi
    0% (1)
  • Surat Permohonan1
    Surat Permohonan1
    Dokumen8 halaman
    Surat Permohonan1
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Dekan FP
    Jawaban Dekan FP
    Dokumen3 halaman
    Jawaban Dekan FP
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover Pangan
    Cover Pangan
    Dokumen5 halaman
    Cover Pangan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kelompk
    Kelompk
    Dokumen48 halaman
    Kelompk
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover Pangan
    Cover Pangan
    Dokumen5 halaman
    Cover Pangan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Coverr PTKS
    Coverr PTKS
    Dokumen23 halaman
    Coverr PTKS
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen24 halaman
    Cover
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Paper Agm Jhonsianturi
    Paper Agm Jhonsianturi
    Dokumen30 halaman
    Paper Agm Jhonsianturi
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Cover Kedelai Pangan
    Cover Kedelai Pangan
    Dokumen3 halaman
    Cover Kedelai Pangan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Paper Kestan
    Paper Kestan
    Dokumen13 halaman
    Paper Kestan
    Jhon Kelvin Sianturi
    Belum ada peringkat