PAPER
OLEH:
FERNANDO ANDRE SIMANJUNTAK
160301235
AGROTEKNOLOGI 5A
PAPER
OLEH:
FERNANDO ANDRE SIMANJUNTAK
160301235
AGROTEKNOLOGI 5A
Diperiksa Oleh
Asisten Koordinator
(Sulaiman)
NIM.140301070
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah MANFAAT PUPUK KANDANG
DAN UREA PADA PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq) DI PRE NURSERY”yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan A Kelapa Sawit Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:Dr.Ir.Charlog.MP;Abu
Yazid MP,Mstat,selaku dosen penanggungjawab laboratorium,serta kepada abang
dan kakak asisten yang telah memantu dalam proses pembuatan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini mash jauh dari kata sempurna,oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya paper yang lebih baik lagi.Semoga paper ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................
Tujuan Peulisan .................................................................
Kegunaan Penulisan ..........................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................
Syarat Tumbuh ..................................................................
Iklim ..................................................................................
Tanah .................................................................................
Pembibitan Pre Nursery ....................................................
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui manfaat
pemberian urin kambing terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit(Elaeis
guneensis jacq) di pre-nursery.
Kegunaan Percobaan
Adapun kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Perkebunan: A Kelapa
Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Akar
Daun
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, dan panjangnya dapat
mencapai 3—5 m. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak
daun yang jumlahnya dapat mencapai 100—600 pasang. Daun kelapa sawit
tumbuh pada batang, sifatnya bergerombol dan roset. Daun yang telah tua berubah
warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum rontok meninggalkan bekas pada
batang (Syamsulbahri, 1996), sedangkan daun tanaman kelapa sawit yang masih
kuncup berwarna kuning pucat. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar akan
terlihat berwarna hijau tua. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal pelepah
daunnya berjumlah 40—60 buah (Tim Penulis PS, 1999).
Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari
atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per
tahun, tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur
yang optimal 24-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik
untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).
Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk
beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama
penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,
pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).
Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain
Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media
yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman
Pupuk Kandang
Pupuk Urea
Urea dengan unsur kimia [(CO (NH2)2] Urea merupakan pupuk buatan
hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya
berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N
total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk
senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah
yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-
2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman (PPKS, 2008)
Pupuk dan pemupukan bukanlah hal yang asing bagi petani kita.
Maklum saja, dalam pertanian modern, pemupukan tanaman sudah menjadi suatu
keharusan untuk menunjang keberhasilan budi daya tanaman. Namun, agar tujuan
pemupukan itu tercapai, maka pupuk harus diaplikasikan secara tepat. Misalnya
saja pemupukan yang ditebarkan langsung ke permukaan tanah. Cara pemupukan
yang satu ini bisa dibilang yang paling sering dilakukan oleh para petani
kita.Umumnya, pemupukan dengan cara ditebarkan langsung ke permukaan tanah
bisa diterapkan pada tanaman dengan jarak tanam rapat, pupuk dasar di
perkebunan, atau di tanah bedengan. Bisa juga pemupukan dilakukan pada
tanaman yang sudah tumbuh (side dress) atau langsung ditebarkan ke tanaman
(top dress). Biasanya, pemupukan dilakukan pada tanaman muda. (Pardamean, M.
2008)
Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.
Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag
besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap
artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih
dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar
(Dalimunthe, 2009).
Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika
menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan
memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi
mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran
matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika
menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas
areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain
itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua
tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).
2.4.1. Pembibitan Awal (Prenursery)
A. Persyaratan Lokasi
B. Pemesanan Kecambah
Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa
menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm,
lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam
dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan
berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran
pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan komposisi 1:1:3. Bedengan
pembibitan prenursery dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter.
Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter.
Satu petak prenursery tanki siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-
800 babybag kecambah (Subiantoro, 2003).
C. Penanaman Kecambah
D. Naungan
Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan
yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan
belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga
kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari
arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan.
Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat
karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan
terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan
dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat
pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan
sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-
rumput yang tumbuh di babybag menggunakan tangan. Penyiangan sebaiknya
dilaksanakan dua minggu sekali. Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar
kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).
F. Pemupukan
Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika
tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu
dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau
pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk
diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari
satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan
seminggu sekali (Sunarko, 2009).
H. Pengangkutan Bibit
A. Penentuan Lokasi
Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar
pengangkutan bibit dan pengawasannya lebih mudah. Lokasi harus bebas
genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan
mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau
memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah lapang dan
lapisan tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasimain nursery dekat dengan area
yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009).
C. Jaringan Irigasi
D. Penyiapan Polibag
E. Penanaman
G. Pemupukan
Manfaat Pupuk Kandang dan Urea pada bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di Pre Nursery
Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya
tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan
adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman.
(Hendarsin,2002)
Dalimunthe. 2009. Meraup Untung dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa. Sawit..
Jakarta. Agromedia
Fairhurst, T dan I. Rankine. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman Menghasilkan. (Penerjemah: E. S. Sutarta dan W. Darmosarkoro).
Penerbit Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 156 hal.
Hendarsin, M dan Srijono. 2002. PUPUK ORGANIK. PT. Balai Pustaka. Jakarta.
Lubis, A. U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
PPKS, 2008. Pupuk Organik Cair. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
PTPN III. 2003. Vademicum Budidaya Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara.
III.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem.
Kemitraan. Cetakan Pertama. Jakarta : Agromedia Pustaka
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan.
Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.