PENELITIAN
TINGKAT BAHAYA BANJIR BANDANG/ ALIRAN/SEBARAN/GALODO
METODE PAIMIN et al, 2009 Dimodifikasi)
(25-28 April 2013)
D. Bentuklahan
Verstappen (1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi 10
(sepuluh) macam bentuklahan asal proses, yaitu:
1. Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi,
madan lava, kawah, dan kaldera
2. Bentuklahan asal proses struktural (P), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan,
perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural
3. Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
aktivitas sungai. Dataran banjir bandang, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam
merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini
4. Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite,
karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh
bentuklahan ini
5. Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara
lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak
6. Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel,
parabolik, bintang, lidah, dan transversal
7. Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan
bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach
ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi
bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini
disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses
fluvio marine ini antara lain delta dan estuari
8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan
morine
9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah
mangrove dan terumbu karang
10. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan
bentuklahan hasil proses antropogenik
Analisis untuk menentukan zonasi tingkat bahaya banjir bandangdigunakan formula yang
dikembangkan oleh Dibyosaputro (1999), yaitu:
i = c-b/k
I : besar jarak interval kelas
c : jumlah skor tertinggi (30)
b : jumlah skor terendah (6)
k : jumlah kelas yang diinginkan (3)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, zonasi tingkat bahaya banjir bandang terdiri atas 3 zona:
1. Zona 1: tingkat bahaya banjir bandang bandang rendah, tidak ada sama sekali bahaya bencana banjir bandang
yang mengancam pemukiman masyarakat
2. Zona 2: tingkat bahaya banjir bandang bandang sedang, peluang terjadinya bencana banjir bandang 1 kali dalam 5
tahun yang menimpa permukiman masyarakat
3. Zona 3: tingkat bahaya banjir bandang bandang tinggi, peluang terjadinya bencana banjir bandang 1 kali dalam 1
tahun yang menimpa permukiman masyarakat
Skor Check
Tipe-Tipe Indikator Kriteria
(%) list
Bentuklahan 5 Volkanik (V) Rendah
Struktural (P) Agak Rendah
Solusional (S) Sedang
Antropogenik (A) Agak Tinggi
Fluvial (F), Denudasional (D), Marine (M) Tinggi
Selamat Bekerja