Anda di halaman 1dari 6

Original Article

Volume 2 Nomor 3: 24-29


Agustus 2017

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup pada


Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Poli Paru BLUD
RSUD. Zainoel Abidin Banda Aceh
The Relationship between Family Support with Quality of Life of patients with
Chronic Obstructive Pulmonary Disease at Lung Polyclinics Zainoel Abidin Hospital,
Banda Aceh

Dimas Maulana Agustian*, Novita Andayani, Nur Wahyuniati


Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh-Indonesia
*Email: dimasmaulanaagustian@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang memiliki keterbatasan jalan napas yang
tidak sepenuhnya reversibel dan bersifat progresif yang disebabkan karena inflamasi kronik akibat pajanan
partikel atau gas beracun dalam waktu yang lama. Penyakit Paru Obstruktif Kronik menyebabkan gangguan
kualitas hidup. Salah satu faktor resiko yang mempengaruhi kualitas hidup pasien PPOK adalah dukungan
keluarga. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pada pasien PPOK di Poli Paru BLUD RSUD. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional dan telah dilakukan pada bulan Mei-Juli 2016 dengan
jumlah responden 30 orang. Hasil analisis komparatif dengan uji Mann Whitney menunjukkan hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p = 0,028) pada pasien PPOK di Poli Paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan masukan bagi keluarga
pasien untuk senantiasa memberikan dukungan serta motivasi kepaada pasien PPOK sebagai salah satu upaya
untuk terus menjaga kualitas hidup pasien.
Kata Kunci: PPOK, dukungan keluarga, kualitas hidup

ABSTRACT
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a lung disease that has limited airway that is not fully
reversible and progressive caused by chronic inflammation due to exposure of toxic gas particles over a long
time. Chronic Obstructive Pulmonary Disease causes impaired quality of life. One of the risk factors that affect
the quality of life of patients with COPD is family support. The Purpose of this study was to determine the
relationship of family support and quality of life in COPD patients at Lung Polyclinics Zainoel Abidin Hospital,
Banda Aceh. This research is an observational analytic research with crosss-sectional approach and has been
done in the month of May to July 2016 with thirty respondents. The results of comparative analysis with Mann
Whitney test showed a significant relationship between family support with the quality of life of patients with
COPD at Lung Polyclinics Zainoel Abidin Hospital, Banda Aceh. This research expected to be a source of
information and advice families of patients with COPD, and effort to maintain quality of life patients with COPD.
Keyword: COPD, family support, quality of life

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKM Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 24


Maulana et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol. 2 No. 3: 24-29

PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) dalam Vestbo J et al tahun 2014 didapatkan bahwa Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) masuk ke dalam empat besar penyakit tidak menular yang memiliki angka kematian
yang tinggi setelah penyakit kardiovaskular, kanker dan diabetes yang mana Penyakit Paru Obstruktif Kronis
ternyata menjadi salah satu penyakit dengan beban kesehatan tertinggi di dunia.(1) Prevalensi PPOK
diperkirakan pada tahun 2030 akan menempati peringkat ketujuh di dunia yang mana diikuti dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga menjadi beban sosial dalam masyarakat.(2)
Berdasarkan survei, kriteria diagnostik, serta pendekatan analisis yang dilakukan pada beberapa studi,
prevalensi PPOK menunjukkan banyak variasi.(1) Data yang dihimpun dari studi PLATINO, sebuah penelitian
yang dilakukan terhadap lima negara di Amerika Latin (Brasil, Meksiko, Uruguay, Chili, dan Venezuel)
menunjukkan prevalensi PPOK sebesar 14,3% dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 18,9%
dan 11,3%.(3) Pada studi BOLD, penelitian yang sama dilakukan pada 12 negara, kombinasi prevalensi PPOK
adalah 10,1%, prevalensi pada laki-laki lebih tinggi yaitu 11,8% dan 8.5% pada perempuan.(4) Data di
Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 (RISKESDAS) dalam Kementerian Kesehatan RI, prevalensi
PPOK adalah sebesar 3,7%. Sedangkan di Aceh, prevalensi PPOK mencapai 4,3% dan cenderung meningkat
seiring bertambahnya usia dan untuk kasusnya di RSUDZA terdapat 452 kasus. Angka kejadian penyakit ini
meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-laki (4,2%) dibanding perempuan (3,3%)
tentunya dengan berbagai faktor risiko yang mempengaruhinya.(5)
Data dari National Population Health Study (NPHS) 51% penderita dengan PPOK mengeluh sesak napas
yang menyebabkan keterbatasan aktivitas di rumah, kantor dan lingkungan sosial. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik menyebabkan gangguan kualitas hidup dan penurunan kapasitas paru fungsional penderita bahkan
sampai menyebabkan kematian.(6) Penurunan fungsi paru sangat cepat jika PPOK tidak dikontrol dengan baik.
Pada pasien PPOK dapat mengalami eksaserbasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan prognosis pasien
PPOK itu sendiri.(7) Kematian di rumah sakit pada pasien PPOK yang dirawat karena eksaserbasi angkanya
mencapai 10%.(8)
Pada pasien PPOK sering terganggu kehidupan sosial dan aktivitas sehari – hari. Dari hasil penelitian
Taspinar et al, didapatkan bahwa pasien PPOK mengalami penurunan pada kualitas hidupnya, aktivitas fisik,
emosi hingga fungsi kognitif.(9) Data hasil penelitian Ikalius dkk, program rehabilitasi medik dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK lebih baik (9,1%) dibandingkan yang tidak (2,7%). (10) Kualitas hidup
pasien PPOK merupakan komponen yang sangat penting dinilai karena berhubungan langsung dengan gejala
yang dialami. Kegunaan dari penilaian kualitas hidup pasien ini untuk membedakan penderita yang mempunyai
status kesehatan yang baik dan buruk sehingga dapat diperkirakan prognosis penderita.(11)
Dukungan keluarga menjadi indikator keberhasilan program rehabilitasi medik, sehingga keluarga perlu
diberdayakan dengan memberikan penyuluhan tentang tujuan dan cara-cara terapi untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien PPOK.(12) Pada penelitian yang dilakukan Barutcu and Mert di Turki juga mengemukakan
hal yang sama yaitu semakin tinggi tingkat dukungan keluarga maka semakin tinggi pula kualitas hidup
pasien.(13) Pada penelitian Chatuverdi et al di India menjelaskan bahwa pada masyarakat tradisional, keluarga
terlibat langsung dalam proses perencanaan, perawatan dan pengobatan pasien sedangkan dalam budaya barat
masalah tersebut masih menjadi masalah individu. Sehingga hal tersebut memberi beban bagi pasien dan
menimbulkan efek negatif pada kesehatan fungsional maupun emosional pasien.(14)
Penelitian tentang dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien PPOK masih sangat sedikit, padahal
pasien dengan penyakit kronis merasa membutuhkan dukungan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup pada pasien PPOK di Poli Paru BLUD
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin”.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan
di Poliklinik Paru BLUD Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan dari 27
Mei-30 Juli 2016.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien PPOK di Poliklinik Paru BLUD Rumah Sakit Umum
Zainoel Abidin Banda Aceh yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik non probability sampling yang dilakukan dengan metode accidental sampling. Dalam penelitian ini, data
yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer didapatkan secara langsung dengan melakukan wawancara
kepada pasien.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner Family Apgar dan Short Form-36. Family
Apgar yaitu kuisioner untuk menilai dukungan keluarga sedangkan Short Form-36 digunakan untuk menilai
kualitas hidup.
Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk
memperoleh distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel yang diteliti dan dipaparkan secara numerik, grafik
maupun tabel silang. Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan atau korelasi antara variabel
dependen dan variabel independen, dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statisitik salah satunya dengan
mann whitney.

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKM Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 25


Maulana et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol. 2 No. 3: 24-29

HASIL PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan terhadap 30 orang responden dan pengumpulan data dilakukan dari tanggal 27
Mei 2016 sampai 30 Juli 2016 di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Data karakteristik penderita PPOK yang menjadi responden penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik umum penderita PPOK yang menjadi responden penelitian

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur (tahun)

40-49 2 6.7
50-59
60-69 6 20
70-79
13 43.3
80-89
7 23.3

2 6.7

Jenis Kelamin

Laki-laki 30 100

Perempuan 0 0

Pendidikan

SD 9 30

SMP 7 23.3

SMA 11 36.7

Sarjana(S1) 3 10

Pekerjaan

Pensiunan 11 36,7
Pegawai Swasta
8 26.7

Petani 4 13,3

Nelayan 1 3.3

Wiraswasta 5 16.7

PNS 1 3.3

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 30 responden penelitian menunjukkan pada batas usia 60-69
merupakan batas usia terbanyak dengan 43,3%. Jenis kelamin responden 100% laki-laki. Sebanyak 36,7%
tingkat pendidikan terbanyak menunjukkan pada tingkat pendidikan SMA. Sedangkan pensiunan menunjukkan
sebagai tingkat pekerjaan tertinggi sebanyak 36,7%.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien PPOK

Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

Sehat 27 90

Kurang Sehat 3 10

Tidak Sehat 0 0

Total 30 100,0

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKM Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 26


Maulana et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol. 2 No. 3: 24-29

Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dukungan keluarga dengan kategori
sehat di Poli Paru RSUDZA Banda Aceh sebanyak 90%, sedangkan yang kategori kurang sehat sebanyak 10%.
Untuk kategori tidak sehat disini 0%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien PPOK

Kualitas Hidup Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 18 60,0

Buruk 12 40,0

Total 30 100,0

Berdasarkan Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa kualitas hidup pasien PPOK yang masuk kategori
kualitas hidup baik diperoleh lebih banyak dari pada kategori kualitas hidup buruk, yaitu sebanyak 60% yang
termasuk kategori baik dan 40% yang termasuk kategori buruk.

Tabel 4. Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien PPOK

Kualitas Hidup
Dukungan Total p-
Baik buruk
Keluarga value
n % N % n %

Sehat 18 66,7 9 33,3 27 100

Kurang Sehat 0 0 3 100 3 100 0,028

Total 18 12 30
*menggunakan Mann-Whitney Test

Berdasarkan hasil tabulasi silang data pada tabel 4. di atas terlihat bahwa 27 responden dengan
kategori dukungan keluarga sehat, 18 responden memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan 9 responden
memiliki kualitas hidup yang buruk dengan persentase masing-masing 66,7% dan 33,3%.
Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney Test untuk variabel dukungan keluarga menunjukkan nilai p-
value adalah 0,028 yang berarti p-value < 0,05 sehingga hipotesis diterima. Hal ini bermakna bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien PPOK.

PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini didapatkan jumlah responden penelitian dengan rentan usia terbanyak yaitu pada
usia 60-69 tahun yaitu 43,3 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khandelwal et al yang
mendapatkan rentan usia terbanyak pada usia 60-69 tahun.(16)
Berdasarkan distribusi jenis kelamin, semua responden peneliti 100% laki-laki. Hal ini sama dengan hasil
penelitian oleh Arliny dkk dengan metode potong lintang di Poliklinik Asma/PPOK Rumah Sakit Persahabatan
Jakarta/Departemen Pulmonologi FKUI tahun 2010 terhadap 43 pasien didapatkan semua responden laki-laki
disebabkan kecenderungan merokok pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan.(17)
Pendidikan terakhir menunjukkan mayoritas responden penelitian berpendidikan 36,7% SMA, disusul
30% SD, 23,3% SMP dan 10% Sarjana. Hal ini kurang sejalan dengan hasil RISKESDAS 2013 yang
menyatakan bahwa prevalensi PPOK cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah.(5)
Pekerjaan menunjukkan mayoritas responden penelitian yaitu pensiunan 36,7%. Pensiunan yang dimaksud
adalah tidak bekerja. Hasil ini sejalan dengan hasil RISKESDAS 2013 yang menyatakan bahwa prevalensi PPOK
lebih tinggi pada responden dengan kuintil indeks kemilikan terbawah disamping itu GOLD 2014 juga
menyatakan status ekonomi menjadi faktor resiko tingginya prevalensi penyakit PPOK.(5,15)
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa terdapat 90% pasien dengan dukungan keluarga
sehat, 10% dengan dukungan keluarga kurang sehat dan 0% untuk dukungan keluarga tidak sehat. Hal ini
menyatakan bahwa dari seluruh responden, dukungan keluarga sehat tertinggi. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ana Adina Patriani dkk melakukan penelitian terhadap 63 orang dengan 31 orang sebagai kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol berjumlah 32 orang dengan jenis penelitian quasi experiment dengan
rancangan pre and post test with control test with control group design. Penelitian yang dilakukan terhadap
keluarga dari penderita PPOK yang berobat jalan di BP4 Yogyakarta ini mendapatkan hasil dukungan keluarga
dalam rehabilitasi medik paru pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien yang berguna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang PPOK dan rehabilitasi
paru selain pasien melakukan rehabilitasi paru.(18)

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKM Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 27


Maulana et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol. 2 No. 3: 24-29

Berdasarkan hasil penilaian kualitas hidup total, pasien dengan kualitas hidup baik lebih banyak
dibandingkan kualitas hidup buruk, yaitu 60% baik dan 40% buruk. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Miravitlles et al (19) tahun 2006 menggunakan metode cross-sectional terhadap 4.274 pasien
dengan usia 40-80 tahun pada 10 daerah di Spanyol (Barcelona, Burgos. Cordoba, Huesca, Madrid, Requena,
Sevilla, Oviedo, Vic dan Vigo) didapatkan bahwa terjadi penurunan kualitas hidup dan aktifitas fisik pada pasien
PPOK meskipun hanya obstruksi ringan. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Peruzza et al (20) pada 118
pasien PPOK di rumah sakit Padova, Italia dan Habraken et al, (21) Departemen Pulmonologi Netherlands pada
82 pasien PPOK menggunakan metode cohort menyebutkan bahwa PPOK merupakan penyebab utama
menurunnya kualitas hidup, aktifitas fisik dan status fungsional.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh Hasil Analisis statistik didapatkan p-value yang lebih kecil (p
= 0.028), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien PPOK dengan tingkat kemaknaan 95% dan α = 0.05.
PPOK adalah penyakit kronis dimana pasien memerlukan adaptasi dengan berbagai tahapan penyakit
dari waktu ke waktu. Dukungan sosial dari keluarga, teman dekat dan lingkungan sangat membantu pasien
PPOK dalam meningkatkan keyakinan diri melakukan perilaku kesehatan. Penguatan oleh anggota keluarga
akan dirasakan pasien sebagai sebuah dukungan keluarga.(22) Memberikan dukungan keluarga juga dapat
mengurangi perasaan cemas dan depresi yang dirasakan oleh pasien PPOK. (23) Penelitian yang dilakukan oleh
Miravittles et al tahun 2007 dengan metode cohort terhadap 222 pasien PPOK didapatkan hasil bahwa terdapat
penurunan kualitas hidup pasien yang dirawat dalam perawatan primer dimana dukungan keluarga menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien PPOK.(24)

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien PPOK di Poli Paru BLUD. RSUD. Zainoel Abidin Banda Aceh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vestbo J, Hurd S, Agusti A, Jones P, Vogelmeier C, Anzueto A,et al. Global strategy for the diagnosis,
management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease: GOLD executive summary.
American Journal of respiratory Critical Care Medicine. 2014;187(4):347-65.
2. Lopez AD, Shibuya K, Rao C, Mathers CD, Hansell AL, Held LS, et al. Chronic Obstructive pulmonary
disease: current burden and future projection. European respiratory Journal. 2006;27(2):397-412.
3. Menezes AMB, Perez-Padilla R, Jardim JB, Muino A, Lopez MV, Valdivia G, et al. Chronic Obstructive
pulmonary disease in five Latin American cities (the PLATINO study): a prevalence study. The Lancet.
2005.;366(9500):1875-81.
4. Buist AS, McBurnie MA, Vollmer WM, Gillespie S, et al. International variation in the prevelance of PPOK
(The BOLD Study): a population-based prevalence study. The Lancet.2007:370(9589):741-50.
5. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta Kemenkes RI. 2013;86.
6. Abidin A, Yunus F, Wiyono WH, Ratnawati A. Manfaat Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau
Mempertahankan Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik di
RSUP Persahabatan. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi; 2011.
7. Wijaya O, Sartono TR, Djajalaksana S, Maharani A. Peningkatan Persentase Makrofag dan Neutrofil
pada Sputum Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Berhubungan dengan Tingginya Skor COPD
Assessment Test (CAT). J Respir Indo. 2012;32.
8. Yuarsa TA, Yunus F, Antariksa B. Korelasi Penilaian Kualitas Hidup dan Prognosis Penderita Penyakit
Paru Obstruktif Kronik dengan CAT, SGRQ dan BODE di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. J Respir
Indo. 2013;33(1):8-16.
9. Taspinar B, Gursoy S, Baser S, Evyapan F, Taspinar F. Comparison of Pulmonary Function, Physical
Function, Quality of Life, Depressive Symptoms and Cognitive Abilities between patients Chronic
Obstructive Pulmonary Disease and Healthy Subjects. J Med Sci. 2010;10(4):71-9.
10. Ikalius, Yunus F, Suradi, Rachma N. Perubahan Kualitas Hidup dan Kapasitas Fungsional Penderita
Penyakit Paru Obstruktif Kronik setelah Rehabilitasi Paru. Majalah Kedokteran Indonesia.
2007;57(12);446-452.
11. Tianusa N. Hubungan jarak tempuh Berjalan Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Penyakit paru
Obstruktif Kronik: Universitas Diponegoro; 2003.
12. PDPI. Simposium Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). PDPI Cabang
Yogyakarta. Yogyakarta. 2001.:1-11.
13. Barutcu C and Mert H. The Relationship Between Social Support and Quality of Life in Patients with
Heart Failure. Journal of Pakistan Medical Assocition. 2013; 63.
14. Chaturvedi S, Strohschein F, Saraf G, Loisella C. Communication in Cancer Care : Psyicho-Social
Interactional, and Cultural Issues. A General Overview and the Example of India. Frontier in
Psychology. 2014; 5.
15. Strategy G, The FOR, Of P, Obstructive C, Disease P. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung D
isease. 2014.

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKM Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 28


Maulana et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol. 2 No. 3: 24-29

16. Khandelwal MK, Maheshwari DV, Garg S, Kumar K. Six minute walk distance: Correlation with
spirometric and clinical parameters in chronic obstructive pulmonary disease. International J. of
Healthcare and Biomedical Research. 2013; 1(3): p. 217-226.
17. Arliny Y, Yunus F, Wiyono WH, Rochsismandoko. Kadar Fibrinogen dan Faktor-faktor Risiko Sindrom
Metabolik pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil. J Indon Med Assoc. 2011;61(4):1-
6.
18. Patriani, Ira Paramastri, M. Agus Priyanto, Ana Adina. Pemberdayaan Keluarga dalam Rehabilitasi Medik
Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
Yogyakarta. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat (BKM). 2012;26(2):55.
19. Peruzza, Sergi G, A.Vianello, C.Pisent, Tiozzo F, A.manzan, et al. Chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) in elderly subjects: impact on functional status and quality of life. Respiratory Medicine.
2003;97:612-7.
20. Miravitlles M, Soriano JB, Garcı ́a-Rı ́o F, Mun ̃oz L, Duran-Tauleria E, Sanchez G, et al. Prevalence of
COPD in Spain: impact of undiagnosed COPD on quality of life and daily life activitie. Thorax.
2009;64:863-8.
21. Habraken JM, Wal WMvd, Riet Gt, Weersink EJM, Tobene F, Bindels PJE. Health-related quality of life
and functional status in end-stage COPD: a longitudinal study. Eur Respir J. 2011;37:280-8.
22. Kara, M, dan Alberto, J. 2006. Family Support, perceived self-efficacy and self-care behaviour of
Turkish patients with chronic obstructive pulmonary disease. Journal of clinical nursing.
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfvie. Diakses tanggal 27 Maret 2016.
23. Holm, et al. Family relationship quality is associated with psychological distress, dyspnea, and quality of
life in COPD. Department of Medicine. (2009);6 (5), 359-68.
24. Miravitlles, M., Molina, J., Naberan,K., Cots, J.M., Ros, F and Lior, C.. Factors determining the quality of
life of patients with COPD in primary care. Therapeutic advances in respiratory disease. 2007. 1.2: 85-
92.

http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKM Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 29

Anda mungkin juga menyukai