Anda di halaman 1dari 6

1.

Indikasi Path Test dan kapan dilakukannya pada dermatitis kontak alergi
Indikasi:
- Individu dengan Dermatits kronis
- Persistent eczematous eruptions ketika kontak dengan alergen
- Pasien dermatitis dengan resiko tinggi terkena dermatitis, seperti petugas medis,
teknisi, pekerja pabrik karet dan plastik
Patch test dilakukan pada dermatis kontak alergi sebulan setelah bebas dari
dermatitis.
2. Jelaskan eritema multiformis mayor dan minor!
Erythema multiforme minor:
- Lesi target yang khas, target lesi atipikal yang meninggi, keterlibatan membran
mukosa minimal.
- Lesi oral erythema ringan sampai berat disertai erosi dan ulserasi.
- Kadang-kadang dapat berefek hanya pada mukosa oral.
Erythema multiforme mayor:
- Lesi kutaneus dan setidaknya 2 sisi mukosa (biasanya mukosa oral) yang terkena.
- Target lesi yang terdistribusi secara simetris, tipikal (khas) maupun atipikal.
- Lesi oral biasanya menyebar dan berat.

3. Penggolongan steroid oral dan dosis equivalen obat


Potensi Dosis
Golongan Obat ekuivalen
Mineralkortikoid Glukokortikoid (mg)*
Glukokortikoid Hidrokortison 1 1 20
kerja singkat (8-12
jam) Kortison 0,8 0,8 25
Prednison 0,8 4 5
Glukokortikoid Prednisolon 0,8 4 5
kerja sedang (18-
36 jam) Metilprednisolon 0,5 5 4
Triamsinolon 0 5 4
Glukokortikoid Parametason 0 10 2
kerja lama (1-3 Betametason 0 25 0,75
hari) Deksametason 0 25 0,75
Aldosteron 300 0.3 -
Mineralokortikoid Fluorokortison 150 15.0 2.0
Desoksikortikosteron 20 0.0 -

1
4. Efek samping obat steroid
Organ Macam efek samping
Hipersekresi asam lambung, mengubah proteksi gaster, ulkus
Saluran cerna
peptikum/perforasi, pankreatitis, ileitis regional, kolitis ulseratif.
Otot Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.
Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah, mudah tersinggung,
Saraf Pusat psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecendrungan bunuh diri), nafsu makan
bertambah.
Tulang Osteoporosis,fraktur, kompresi vertebra, skoliosis, fraktur tulang panjang.
Hirsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis akneiformis, purpura,
Kulit
telangiektasis.
Mata Glaukoma dan katarak subkapsular posterior
Darah Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
Pembuluh darah Kenaikan tekanan darah
Kelenjar adrenal Atrofi, tidak bisa melawan stres
Kehilangan protein (efek katabolik), hiperlipidemia,gula meninggi,
Metabolisme
obesitas, buffalo hump, perlemakan hati.
Elektrolit Retensi Na/air, kehilangan kalium (astenia, paralisis, tetani, aritmia kor)
Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan herpes simplek,
Sistem imun
keganasan dapat timbul.

5. Evaluasi obat steroid


Efek Samping Monitoring
Hipertensi Tekanan darah
Berat badan meningkat Berat badan
Abnormalitas metabolik Elektrolit, lipid, glukosa (t.u penderita diabetes dan hiperlipidemia)
Osteoporosis Densitas tulang
Mata
Katarak Pemeriksaan slit lamp (setiap 6 sampai 12 bulan)
Glaukoma Tekanan intraokular (saat bulan pertama dan ke enam)
Ulkus peptik Pertimbangkan pengunaan antagonis H2 atauproton pump inhibitor
Supresi kelenjar adrenal Serum kortisol

2
6. Pengolongan steroid topikal

7. Pilar penatalaksanaan dermatitis atopi


- Edukasi pasien
- Pencegahan dan modifikasi faktor pencetus

3
- Peningkatan fungsi sawar kulit yang optimal
- Penatalaksanaan kelainan kulit inflamasi
- Mengontrol rasa gatal
8. Patofisiologi dermatitis kontak alergi
Kulit terpapar dengan baha yang bersifat hapten. Setelah masukkedalam epidermis
berikatan dengan bahan protein yang berada di epidermis membentuk bahan yang
bersifat alergen, sehingga terjadi hipersensitivitas tipe lambat (reaksi alergi tipe IV),
yang dihantar oleh sel T yang tersensitisasi. Proses ini dimulai dengan fase
sensitisasi (induksi) yang kemudian disusl fase elitasi. Fase saat kontak pertama
alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase sensitisasi. Fase
elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama
dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis.
9. Mikosis Finguides
Mikosis Fungoides adalah suatu penyakit Cutaneous T-cell lymphomas (CTCL),
ditandai dengan bercak dan benjolan yang tersusun dari sel limfosit sifatnya menetap
dan berkembang dengan lambat.
10. Macam reaksi hipersensitivitas
- Reaksi Tipe I (reaksi hipersensitivitas cepat ) melibatkan imunoglobulin E
(IgE) merilis histamin dan mediator lain dari sel mast dan basofil. Penyakit:
Konjungtivitis, asma, rinitis, syok anafilaksis.
- Reaksi Tipe II (reaksi hipersensitivitas sitotoksik) melibatkan imunoglobulin
G atau immunoglobulin antibodi M terikat pada permukaan sel antigen
dengan memfiksasi komplemen berikutnya. Penyakit: Myasthenia gravis
(MG), Immune hemolytic (anemia Hemolitik), Immune thrombocytopenia
purpura.
- Reaksi Tipe III (reaksi kompleks imun) merupakan reaksi alegi yang dapat
terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks antigen antibody berada di
jaringan. Penyakit: Systemic lupus erythematosus (SLE).
- Reaksi Tipe IV (reaksi hipersensitivitas lambat) dimediasi oleh sel T.
Penyakit: Dermatitis Kontak Alergi, DM tipe I, reaksi TB.

4
11. Pemriksaan tanda-tanda psoariasis vulgaris
- Karsvlek phenomena (fenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoariasis
dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin.
- Austpits sign : bila cara mngerok tadi diteruskan akan terlihat titik-titik
perdarahan oleh karena papila dermis pada ujung-ujung yang memanjang.
- Koebner phenomena: bila pada kulit yang masih normal terkena trauma atau
garukaan maka akan timbul lesi baru yang bersifat sama dengan lesi yang
telah ada.
12. Perbedaan Folur albus
Category Bacterial Vaginosis Candidiasis Trichomoniasis
Keluhan utama Bau tidak enak, dan Gatal dan atau panas Berbau tidak enak,
meningkat setelah coitus dysuria, pruritis,
spotting
Keputihan Putih atau abu, lengket Putih, kental, seperti Kuning kehijauan,
keju lengket
KOH "whiff Present (fishy) Absent May be present
test"
Vaginal pH >4.5 <4.5 >4.5
Microscopic "Clue cells", slight Hyphae and buds in Trichomonas (protozoa
Finding increase in WBCs, 10-percent KOH with 3-5 flagella) may
clumps of bacteria solution (wet mount) be seen moving on
(saline wet mount) saline wet mount

13. Perbedaan kondiloma lata dan akuminata


Kondiloma lata adalah gejala klinis sifilis stadium dua yang memiliki tanda berupa
papul banyak yang tebal berwarna putih keabu-abuan, basah, berbentuk
bulat/lonjong, terdapat di daerah yang lembab seperti genital, perineum, anus, aksila.
Kondiloma akumiata adalah penyakit PMS yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11
yang memiliki tanda berupa vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-
jonjot dan beberapa bergabung membentuk lesi yang lebih besar sehinga tampak
seperti kembang kol.
14. Stigmata Sifilis kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan parut dan
kelainan yang khas.
Tanda klinis:

5
 Gigi Hutchinson
 Rhagaden
 Trias Hutchinson, yaitu :
- Gigi Hutchinson yaitu perubahan pada gigi insisivus menjadi datar dan
seperti gergaji.
- Keratitis interstitial yaitu opasitas kornea (kornea ditutupi kabut berwarna
putih) tanpa ilserasi permukaan kornea.
- Ketulian karena ganguan nervus akustikus (N.VIII).

Anda mungkin juga menyukai