Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering
kita jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang
berobat walaupun gangguan keseimbangan masih dalam taraf yang ringan.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya aktifitas sehari-hari dan rasa
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya tergantung pada input sensoris dari reseptor vestibuler di
telinga, organ visual, dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor
sensorik tersebut akan diolah di SSP dan menggambarkan keadaan tubuh
pada saat itu. Apabila sistem keseimbangan ini mengalami gangguan, maka
akan menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan seperti
vertigo (Bashiruddin, 2010).
Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya
memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang
dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang
atau dunia seperti berjungkir balik. Atau dapat juga sebagai perasaan
halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien
atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular
(berasal dari system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari
system saraf pusat) dan kondisi lain. 93% pasien pada primary care
mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau meniere disease
(Lempert, 2009). Penentuan penyebab menjadi sulit karena pasien dengan
dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka. Pendekatan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis penting dalam
membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberikan terapi yang
tepat untuk pasien (Labuguen, 2006).

1
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan
komunikasi dalam menangani vertigo yang terjadi pada Ny.A dengan upaya
pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik dan komprehensif.

1.3 Manfaat
Manfaat penyusunan laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi
terhadap aspek kedokteran keluarga dalam penanganan serta pencegahan kasus
vertigo.

2
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas
 Nama : Ny. A
 Umur : 43 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan : SMA tamat
 Agama : Islam
 Alamat : Kalipare 7/3
 Suku : Jawa
 Tanggal periksa : 3 September 2018

2.2 ANAMNESA
Keluhan Utama
- Pusing berputar
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh pusing berputar pada daerah kepala sejak sore tadi,
keluhan timbul mendadak setelah selesai bekerja dan dirasakan selama
beberapa menit. Keluhan muncul berulang kali dalam 1 bulan dan hilang
timbul, pada saat serangan pasien hanya bisa istirahat. Keluhan pusing
berputar dirasakan terutama bila pasien bangun dari tidur, atau berdiri dari
posisi duduk. Keluhan menurun saat pasien istirahat atau memejamkan
mata. Gejala disertai mual (+), muntah (+), pandangan kabur (-), telinga
berdenging (-) dan demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riw. penyakit serupa : Ya. (sudah di obati tetapi belum sembuh)
 Riw. hipertensi : Ya
 Riw. sakit gula : disangkal
 Riw.alergi : disangkal

3
 Riw. otitis media akut : disangkal
 Riw. gang penglihatan : disangkal
 Riw. mondok : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penyakit serupa : Disangkal
 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Sakit Gula : Disangkal
 Riwayat Jantung : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Kebiasaan
o Riwayat Merokok : Disangkal
o Riwayat minum alcohol : Disangkal
o Riwayat Olahraga : (+)
o Riwayat Pengisisan Waktu Luang : nonton TV, jalan-jalan sekitar
rumah
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai
montir, pasien mempunyai 3 anak. Anak pertama kuliah, anak kedua dan
ketiga sekolah SMA. Pasien tinggal serumah dengan suami dan anak-
anaknya. Status ekonomi cukup dengan penghasilan Rp. 3.000.000,- per
bulan dengan pengeluaran sekitar Rp 2.600.000,- per bulan.
Riwayat gizi:
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk bervarian
(lemak hewani, lemak nabati, dan protein). Pasien rajin mengkonsumsi
makanan yang asin, pedas dan berminyak serta.buah buahan. Kesan gizi
cukup.

2.3 ANAMNESA SISTEM


 Kulit : gatal (-), kering (-),
 Kepala : Sakit kepala (-), pusing (+),rambut tidak rontok,
luka kepala (-), benjolan (-).

4
 Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-),
penglihatan kabur(-), ketajaman penglihatan
normal.
 Hidung : Tersumbat (-) , Mimisan(-)
 Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar
cairan (-)
 Mulut : Sariawan(-), Mulut Kering (-), sulit bicara(+)
 Tenggorokan : Sakit menelan (-), Suara serak (-)
 Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-)
 Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), Nyeri dada (-)
 Gastrointestinal : Mual/muntah darah (-), Diare (-), nafsu makan
menurun (-),nyeri ulu hati (-),BAB darah (-)
BAB lancar (+).
 Genitourinaria : BAK 6-8 kali/sehari, warna kuning jernih
 Neurologik : Kejang (-), Lumpuh (+), Kesemutan pada kaki
(-)dan terasa tebal (-).
 Psikiatri : Emosi stabil
 Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri
otot (-), lemah (+)
 Ekstremitas :
Atas kanan : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)
Atas Kiri : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)
Bawah kanan : Bengkak (-), Sakit( -), Luka bisul (-)
Bawah Kiri : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)

2.4 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Pasien sadar dan berbaring di tempat tidur,Composmentis, GCS 456.

Vital Sign :
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 72 kali per menit

5
Frekuensi nafas : 22 kali per menit
Suhu : 36,30C
Status Gizi
Berat badan : 72 kg
Tinggi badan : 175 cm
IMT : 72=72 = 23,53 kg/m2 (normoweight)
1,752 3,06

Pemeriksaan Fisik Interna:


 Kulit : Kulit kuning langsat, pucat (-), erithema (-), Vesikel (-), papul (-
) dan mengelupas (-), ptechiae (-).
 Kepala: Simetris, normocephal, rambut tidak rontok, Luka pada kepala (-
), benjolan/borok (-).
 Mata :Conjungtiva anemis (-/-),ikterik (-/-), radang/konjungtivitis/uveitis
(-/-), reflek cahaya (+/+), katarak (-/-), Gerakan bola mata normal,
lapang pandang normal
 Hidung : Nafas cuping hidung (-), simetris, perforasi (-), epistaksis (-),
deformitas hidung (-)
 Telinga : Daun telinga simetris, nyeri tekan mastoid (-)
 Mulut : simetris, mulut kering (-), sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering
(-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-),
tremor (-), gusi berdarah (-),lidah simetris
 Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
 Leher : JVP tidak meningkat, trakea di tengah, pembesaran, kelenjar tiroid
(-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
 Thorax : Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi
subkostal (-),pembesaran kelenjar limfe (-)
 Cor
I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : ICS II 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : ICS II LPSD

6
batas kiri bawah : ICS V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : ICS IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A : BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-),mur-mur(-), Gallop (-)
 Pulmo
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
P :sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan wheezing (-/-) , ronchi (-/-)
 Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : peristaltik (+) normal
P : Timpani seluruh lapang perut
P : supel, nyeri tekan epigastrium (-),hepar dan lien tidak teraba
membesar.
 Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
 Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral hangat oedem ulkus
+ + - - - -
+ + - - - -
 Sistem genetalia: kesan dalam batas normal
Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri terkesan baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis
Afek emosi : Normal
Psikomotor : normoaktif
Prosesberfikir : Bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
Insight : baik

7
Pemeriksaan Neurologi
A. Kesan Umum :Pasien tampak membaik dan berbaring di tempat tidur.
- Kesadaran : Composmentis
- Pembicaraan : - Disartria : (-)
- Monoton : (-)
- Scanning : (-)
- Afasia : - motorik : (-)
- Sensorik : (-)
- Amnestik : (-)

- Kepala : - Besar : Normal


- Asimetry : (-)
- sikap paksa : (-)
- torticolis : (-)
- Muka : - Mask : (-)
- Myopatik : (-)
- Fullmoon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
1. Rangsangan Selaput Otak
- Kaku kuduk : (-) - Brudzinski I : (-)
- Lasegue : (-) - Bridzinski II : (-)
- Keernig : (-) - Babinsky : (-)
2. Syaraf Otak (N. Kranialis)
2.1 N. I
Pemeriksaan Kanan Kiri
Pembauan Normal Normal
Hyposmia/anosmi - -

2.2 N. II
Pemeriksaan Kanan Kiri
Visus Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal

8
Melihat Warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan, Tidak dilakukan

2.3 N.III, IV, VI


Pemeriksaan Kanan Kiri
Kedudukan bola mata Simetris Simetris
Pergerakan bola mata:
- ke nasal (+) (+)
- ke temporal (+) (+)
- Ke atas (+) (+)
- Ke bawah (+) (+)
- Ke temporal bawah (+) (+)
PUPIL :
- Bentuk Bundar Bundar
- Lebar 2-3mm 2-3mm
- Perbedaan lebar Tidak ada Tidak ada
- Reaksi cahaya langsung (+) (+)
- Reaksi cahaya konsensuil. Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Reaksi akomodasi (+) (+)
- Reaksi Konvergensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.4 N. V
Pemeriksaan Kanan Kiri
Cabang motorik :
- Otot masseter (+) (+)
- Otot Temporal (+) (+)
- Otot pterygoideus (+) (+)
Cabang sensoris :
I (+) (+)
II (+) (+)
III (+) (+)

9
Refleks kornea langsung Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks kornea konsensuil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.5 N. VII
Waktu Diam
Inspeksi Kanan Kiri
- Kerutan dahi Simetris Simetris
- Tinggi alis Simetris Simetris
- Sudut mata Simetris Simetris
- Lipatan nasolabial Simetris Simetris

Waktu Gerak
Pemeriksaan Kanan Kiri
- Mengerut dahi Simetris Simetris
- Menutup mata Simetris Simetris
- Bersiul Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- memperlihatkan Simetris Simetris
gigi (meringis)

Pengecapan :
- 2/3 depan lidah : tidak dilakukan
- Hiperakusis : tidak dilakukan
- Sekresi air mata : tidak dilakukan

2.6 N.VIII
Vestibular
- Vertigo : (+)
- Nystagmus : (-)
- Tinitus : Ka (-), Ki (-)
- Tes kalori : tidak dilakukan
Cochlear
- Weber : tidak dilakukan

10
- Rinne : tidak dilakukan
- Schwabach : tidak dilakukan
- Tes bisik : normal kanan dan kiri
- Tuli konduktif : ka (-), ki (-)
- Tuli perseptif : ka (-), ki (-)
N. IX, X
Bagian motorik
- Suara biasa/parau/tak bersuara : (-) kesan suara normal
- Menelan : (+)
- Kedudukan arcus pharynx : simetris
- Kedudukan uvula : ditengah
- Vernet-rideaeu phenomenom : tidak dilakukan
- Detak jantung : (+) normal
- Bising usus : (+) normal
Bagian sensorik
- Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
- Refleks oculo-cardiac : tidak dilakukan
- Reflek karotika-cardiac : tidak dilakukan
- Reflex muntah : tidak dilakukan
- Refleks palatum molle : tidak dilakukan
N. XI
- Mengangkat bahu : tidak dilakukan
- Memalingkan kepala : kanan (+), kiri (+)
N. XII
- Kedudukan lidah waktu istirahat : ditengah
- Kedudukan lidah waktu gerak : ditengah

Sistem Motorik
Tubuh :
- Otot perut : tidak dilakukan
- Otot pinggang : tidak dilakukan
- M. deltoid( abduksi lengan atas) : 5/5

11
- M. Biceps (flexi lengan atas) : 5/5
- M. triceps( ekstensi lengan atas) : 5/5
- Membuka jari tangan : 5/5
- Menutup jari tangan : 5/5
- Flex artic coxae : tidak dilakukan
- Extensi artic coxae : tidak dilakukan
- Flexi sendi lutut : 5/5
- Extensi sendi lutut : 5/5
- Flexi plantar kaki : 5/5
- Extensi dorsal kaki : 5/5
Besar otot
- Atrofi : -/-
- Pseudohypertropi : -/-
Respon terhadap perkusi
- Normal
- Reaksi myotonik : -/-
Palpasi otot
- Nyeri : (-)
- Kontraktur : (-)
- Konsistensi : (-)
Tonus Otot
Tonus Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hypotonic (-) (-) (-) (-)
Spastic (-) (-) (-) (-)
Rigid (-) (-) (-) (-)
Rebound (-) (-) (-) (-)
phenomen

Gerakan-gerakan involunter
- Tremor : - ballismus : (-)
waktu istirahat : (-) - Torsion spasme: (-)

12
waktu gerak : (-) - Fasikulasi : (-)
- Chorea : (-)
- Athetose : (-)
- Myokloni : (-)
Gait/ Station
Gait
- Jalan diatas tumit : tidak dapat dilakukan
- Jalan diatas jari kaki : tidak dapat dilakukan
- Tandem walking : tidak dapat dilakukan
- Jalan lurus lalu putar : tidak dapat dilakukan
- Jalan mundur : tidak dapat dilakukan
- Hopping : tidak dapat dilakukan
- Berdiri dgn satu kai : tidak dapat dilakukan
Station :
- Romberg : tidak dapat dilakukan.
Sistem Sensorik
Rangsang Extremitas superior Extremitas Inferior
eksteroceptik Kanan Kiri Kanan Kiri
Nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak
superficial dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Rasa suhu Tidak Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Rasa raba (+) (+) (+) (+)
Rangsang
propioceptik
Rasa getar Tidak Tidak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Rasa tekan (+) (+) (+) (+)
Rasa nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak
tekan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan

Fungsi Luhur :

13
- Apraxia : (-)
- Alexia : (-)
- Agraphia : (-)
- Acalculia : (-)
- Fingeragnosia : (-)
Refleks Fisiologis
- Refleks dinding perut : tidak dilakukan
- Refleks cremaster : tidak dilakukan
- Rfleks interscapular : tidak dilakukan
- Reflek gluteal : tidak dilakukan
- Reflek anal : tidak dilakukan
- Refleks mandibula : tidak dilakukan
- Reflex biceps : Kanan (+2) ,kiri (+2)
- Reflex triceps : kanan (+2), kiri (+2)
- Reflex patella : kanan (+2), kiri (+2)
- Reflex Achilles : Kanan (+2), Kiri (+2)
Refleks patologis
- Chadok : kanan (-), kiri (-)
- Babinski : kanan (-), kiri (-)
- Openheim : kanan (-), kiri (-)
- Rossolimo : kanan (-), kiri (-)
- Gordon : kanan (-), kiri(-)
- Schafer : kanan (-), kiri(-)
- Stransky : kanan (-), kiri(-)
- Hoffman tromner : kanan (-), kiri(-)
- Leri : kanan (-), kiri(-)
- Mayer : kanan (-), kiri(-)
- Grasp reflex : kanan (-), kiri(-)
- Sucking reflex : kanan (-), kiri(-)
- Palmomental reflex : kanan (-), kiri(-)
Susunan Syaraf Otonom
- Miksi : Normal

14
- Salivasi : Normal
- Gg. Tropic : Kulit, rambut dan kuku normal
- Defekasi : Normal
- Gangguan vasomotor : (-)
- Sekresi keringat : Normal
- Ortostatik hypotensi : (-)
Columna Vertebralis
- Kelainan lokal : - skoliosis : (-)
- khyposis : (-)
- Gibbus : (-)
- Nyeri tekan : (-)
- Nyeri tekan sumbu : (-)
- Nyeri tarik sumbu : (-)
- Gerakan cervical vertebrae: - Fleksi : (N)
- Ekstensi : (N)
- Lateral deviation : (N)
- Gerakan dari tubuh : - membungkuk : tidak dilakukan
- Ekstensi : tidak dilakukan
- lateral deviation: tidak dilakukan

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Darah Lengkap, Profil Lipid, Gula darah (TIDAK DILAKUKAN)

2.6 Resume
Pasien mengeluh pusing berputar pada daerah kepala sejak sore tadi,
keluhan timbul mendadak setelah selesai bekerja dan dirasakan selama
beberapa menit. Keluhan muncul berulang kali dalam 1 bulan dan hilang
timbul, pada saat serangan pasien hanya bisa istirahat. Keluhan pusing
berputar dirasakan terutama bila pasien bangun dari tidur, atau berdiri dari
posisi duduk. Keluhan menurun saat pasien istirahat atau memejamkan
mata. Gejala disertai mual (+), muntah (+), pandangan kabur (-), telinga
berdenging (-) dan demam (-).

15
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 140/90
mmHg, nadi : 72 x/menit, frekuensi nafas : 22 x/menit, suhu : 36,30C, dan
status generalis dalam batas normal.
2.7 Working Diagnosa
 Diagnosa klinis : Vertigo tipe perifer, Hipertensi gr I
 Diagnosa topis : Vestibular system
 Diagnosa etiologi : Benign Paroxysmal Positional Vertigo

2.8 Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
- Edukasi kepada pasien mengenai sakit yang dideritanya
- Mengurangi konsumsi garam, makanan berminyak dan pedas
- Menjaga kebersihan telinga
- Istirahat cukup
- Terapi fisik
a. Metode Brand Daroft
b. Melatih gerakan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring).
c. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak
dan juga memfiksasi pada objek yang diam. Melirikkan mata
kearah horizontal dan vertikal.
d. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
e. Latihan keseimbangan, Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi
garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya
dalam melangkah).
2. Medikamentosa
- Betahistin mesilate 3 x 8 mg
- Ranitidine 2 x 1 tab
- Captopril 3 x 25 mg

16
2.9 Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : Pusing

Harapan : Keluhan sembuh dan tidak sering kambuh

Kekhawatiran :Takut pusingnya sering kambuh karena bisa


mengganggu aktivitasnya.

2. Aspek Klinis
Vertigo perifer

3. Aspek Resiko Internal


 Hipertensi gr I
4. Aspek Resiko Eksternal
 Aktifitas yang berlebih
5. Aspek Fungsional
Pasien tidak dapat beraktivitas dengan maksimal (derajat 2)

2.10PENATALAKSANAAN HOLISTIK
2.10.1 Non farmakoterapi
 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai sakit yang dialami Ny. A (definisi, etiologi, gejala dan
tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak
kambuh).
 Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif
dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu
pemulihan keadaan Ny. A.

2.10.2 Farmakoterapi
 Betahistin 3 x 8 mg
 Ranitidine 2 x 1 tab
 Captopril 3 x 25 mg

17
2.11 Prognosis

ad vitam : bonam

ad sanam : bonam

ad visam : bonam

ad cosmetikam : bonam

18
BAB III
PEMBAHASAN ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA

3.1 IDENTIFIKASI KELUARGA


3.1.1 Profil Keluarga
A. Karakteristik Demografi Keluarga
Tanggal kunjungan pertama : 3 September 2018
Nama kepala keluarga : Tn. B
Alamat : Kalipare 7/3
Bentuk Keluarga : nuclear family
Struktur Komposisi Keluarga :
Tabel 3.1. Daftar anggota keluarga
No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
PKM

1 Tn. B Suami L 45 Th SMK Montir T -


(KK)

2 Ny. A Istri P 43 Th SMA Ibu Rumah Y Vertigo


Tangga

3 An.C Anak 1 P 20 Th Mahasiswa Pelajar T -

4. An. D Anak 2 L 18 th SMA Pelajar T -

5. An. E Anak 3 P 6 th SMA Pelajar T -

Kesimpulan: keluarga Tn. E adalah keluarga Nuclear family yang terdiri


dari 5 orang (ayah, ibu, dan 3 anak).

19
3.2. Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga, Fisiologis, Patologis dan
Lainnya
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga ini terdiri dari 5 orang yang tinggal serumah, yaitu Tn.B
(Suami), Ny. A (Istri), An. C (Anak 1), An.D (Anak 2), An.E (Anak 3)
2. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian
satu sama lain.
3. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat
biasa.Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan kurang aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai
montir, pasien mempunyai 3 anak. Anak pertama kuliah, anak kedua dan
ketiga sekolah SMA. Pasien tinggal serumah dengan suami dan anak-
anaknya. Status ekonomi cukup dengan penghasilan Rp. 3.000.000,- per
bulan dengan pengeluaran sekitar Rp 2.600.000,- per bulan.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung cukup baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarkan bersama-sama.

B. FUNGSI FISIOLOGIS
Kode APGAR Tn. B Ny. A An. D An. E
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 2 2 2 2
keluarga saya bila saya mendapat masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
membahas dan membagi masalah dengan saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
menerima dan mendukung keinginan saya

20
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 1 1 1 1
membagi waktu bersama-sama.
Total (kontribusi) 9 9 9 9
Rata-rata APGAR score keluarga Tn. A = 9

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. A = baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS
Sumber PATOLOGIS Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan -
kemasyarakatan.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya -
baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap -
ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga tidak cukup untuk -
memenuhi kebutuhan (di bawah UMR)
Education Tingkat pendidikan keluarga baik, Tn.D tamat -
S1, Ny. S tamat D3
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan baik. -
Jika sakit pasien segera berobat ke dokter,
puskesmas, rumah sakit.
Kesimpulan : Tidak terdapat fungsi patologis pada keluarga Tn. A.

21
D. GENOGRAM

Keterangan:

= laki-laki = meninggal

= perempuan

= pasien = tinggal serumah

Kesimpulan : Tidak ada keluarga lain yang menderita penyakit sama dengan
pasien

22
E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn.E (36th) Ny.A


(33th)

An. C (10 th)


An. B (12 th) An.D (7th)

Keterangan :

: Laki-laki : Hubungan baik

: Perempuan : Hubungan tidak baik

: Pasien

Kesimpulan : Hubungan antara Tn.E dengan keluarga baik

F. FAKTOR PERILAKU
1. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluarga cukup, penderita bersekolah sampai SMA.
Kesadaran penderita tentang arti penting kesehatan baik tetapi memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit vertigo, penyebab dan
pencegahannya.

2. Sikap
Penderita dan keluarganya sudah memiliki kesadaran tentang
pentingnya kesehatan tetapi masih belum dapat menerapkan pola hidup
sehat.

3. Tindakan

23
Penderita dan keluarga segera datang berobat ke dokter saat
sakit.Namun penderita belum terbiasa melakukan kontrol rutin, pasien hanya
berobat saat ada keluhan saja.

G. FAKTOR NON PERILAKU


1. Lingkungan
Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn.A sudah tertata rapi,
kebersihan cukup, ventilasi dan pencahayaan sudah cukup
memadai.Saluran pembuangan limbahkurang begitu lancer, sedangkan
sampah keluarga dibuang di tempat pembuangan sampah yang disediakan
perumahan. Lingkungan sekitar bersihakan tetapi disebelahkanan dan kiri
rumah berdekatan dengan rumah tetangga.

2. Keturunan
Tidak terdapat faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit
penderita.

3. Pelayanan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit
adalah dokter praktek umum dan kinik kesehatan. Unit pelayanan
kesehatan tersedia dengan baik.

H. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga Tn.A tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 5 m2 dengan posisi
rumah menghadap ke barat. Rumah memiliki pagar pembatas dan juga
halaman depan rumah. Rumah terdiri atas ruang tamu dan langsung
menyambung dengan ruang keluarga, satu kamar tidur, dengan satu kamar
mandi serta WC, dan ruang makan yang menjadi satu dengan dapur. Pintu
masuk dan keluar hanya berada di bagian depanrumah. Dinding terbuat dari
tembok yang sudah di cat, lantai rumah berupa keramik.Ventilasi dan
pencahayaan rumah cukup dengan atap rumah tersusun dari genteng dan
ditutup langit-langit.Kamar tidur dilengkapi dengan sebuah ranjang dan
kasur.Perabotan rumah tangga tergolong baik dan bagus.Secara keseluruhan
kebersihan rumah cukup baik.Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya

24
keluarga ini menggunakan air dari sumur dengan pompa sendiri. Sehari-hari
keluarga memasak menggunakan kompor gas LPG.

Gambar 1.Denah Rumah PasienTn A

I. LINGKUNGAN OUTDOOR
Lingkungan sekitar rumah berupa perumahan dengan kondisi masyarakat
akrab dan baik. Dihalaman depan terdapat satu pohon jambu, sumur yang
tertutup dan beberapa pot tanaman.Rumah satu dengan yang lainnya saling
berdempetan.Terdapat selokan untuk menyalurkan limbah rumah yang
terdapat di samping dan belakang rumah namun alirannya tidak
lancar.Sampah dibuang di tempat pembuangan sampah yang disediakan
perumahan.Rumah langsung berhadapan dengan jalan kecil, dengan kondisi
jalan sudah beraspal.

J. RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : tidak ada

25
4. Fungsi Genogram Keluarga : tidak ada penyakit yang diturunkan
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : baik
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : baik

K. DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Vertigo, Hipertensi gr I

2. Masalah Nonmedis
a. Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarganya tentang vertigo,
penyebab, dan pencegahannya.
b. Diet dan gaya hidup tidak sehat yaitu konsumsi makanan asin,
berminyak, dan pedas.
c. Kesibukan pekerjaan penderita sehingga mengurangi waktu istirahat.

L. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

II. Diet dan pola hidup tidak


sehat

Ny.A, 43 tahun dengan


Vertigo

I. Pengetahuan tentang vertigo, III. Kesibukan pekerjaan


penyebab, dan pencegahannya yang penderita sehingga mengurangi
masih kurang waktu istirahat

Diagram 3.Diagram permasalahan pasien Tn. A

26
TAHAP IV. HUBUNGAN ANTARA PRIORITAS MASALAH DENGAN
PENYAKIT VERTIGO

Vertigo didefinisikan sebagai perasaan dimana penderita merasa dirinya


berputar atau ia merasa dunia sekelilingnya berputar. Vertigo subjektif berarti
perasaan terbalik dari tubuh seseorang, sedangkan vertigo objektif adalah ilusi
gerakan lingkungan. Vertigo merupakan suatu sindrom yang dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit fisik maupun psikis.
Vertigo vestibular berdasarkan letak lesinya terdapat 2 jenis, yaitu vertigo
vestibuler perifer (terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis) dan vertigo
vestibular sentral (timbul pada lesi di nukleus vestibularis di batang otak, atau
talamus sampai ke korteks serebri).Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih
lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala, rasa berputarnya ringan, jarang
disertai rasa mual/muntah, atau kalau ada ringan saja, bisa disertai gejala
neurologik fokal.Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah
perubahan posisi kepala, dengan rasa berputar yang berat, disertai mual/muntah
dan keringatan.Bisa disertai gangguan pendengaran berupa tinitus atau ketulian,
dan tidak disertai gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioral
parestesia, paresis fasialis.
Kemungkinan penyebab vertigo yaitu infeksi virus maupun bakteri yang
mengenai telinga bagian tengah, radang sendi di daerah leher, sirkulasi darah yang
berkurang dapat menyebabkan aliran darah ke pusat keseimbangan otak menurun,
beberapa kelainan metabolik seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
diabetes, penyakit tiroid, anemia, dan gangguan kalsium, dan alergi.
Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan
kompensasi sentral pada pasien dengan gangguan vestibular serta menimbulkan
habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan
berulang-ulang.Pengobatan vertigo secara terapi kausalmerupakan pengobatan
terbaik yaitu sesuai dengan penyebabnya.

27
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Vertigo


Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan
igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtype dari “dizziness” yang
secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan paling sering adalah perasaan
atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya,
lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sabagai suatu
perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini lebih jarang
dirasakan.Kondisi ini merupakan gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang
vertigo merupakan gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya: obat,
hipotensi, penyakit endokrin, dsb).2-4
4.2 Epidemiologi
Dari keempat subtype dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus,
dan sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua.2 Sementara itu, angka
kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih
baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak
paling tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu
tahun. Sebagian besar (hampir 50%) diketahui sebagai “paroxysmal vertigo”
yang disertai dengan gejala-gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan
fotofobia).3

4.3 Klasifikasi
a. VERTIGO FISIOLOGIK
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh
stimulasi dari sekitar penderita, di mana sistem vestibulum, mata, dan
somatosensoris berfungsi baik. Yang termasuk dalma kelompok ini antara
lain:1
1. Mabuk Gerakan (motion sickness)
Motion sickness adalah rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
gerakan yang berlawan gerakan tubuh sebenarnya. Mabuk gerakan

28
akan sangat terasa bila sekitar individu bergerak searah dengan
gerakan badan. Keadaan yang memprovokasi antara lain ialah duduk di
jok belakang mobil, atau membaca buku saat mobil berjalan.

2. Mabuk Ruang Angkasa (space sickness)


Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat
(weightlessness).Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari
keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.

3. Vertigo Ketinggian (hight vertigo)


Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan
lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan
gejala-gejala vegetatif.
b. VERTIGO PATOLOGIK
Berdasarkan deskripsi di atas bila kita mendapatkan penderita dengan
dizziness/vertigo vestibuler maka kita harus bisa membedakan vertigo sentral
dan perifer. Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat pada table di bawah ini.1
Klinis Vertigo Vestibuler

Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala otonom (++) (-)
Gang. Pendengaran (+) (-)

4.4 Etiologi
Penyebab vertigo sangat banyak. Menurut Candra. B, untuk
memudahkan menghafal sebagai pegangan digunakan pedoman sbb:1
1. Vestibulum
2. Eight Nerve
3. Retikulum dari batang otak
4. Tabes dorsalis

29
5. Imagination vertigo
6. Generalized illness
7. Ophthalmic disease.

4.5 Patofisiologi2-6
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-organ vestibuler, visual,
ataupun system propioseptik.Labirin (organ untuk equilibrium) terdiri atas 3
kanalis semisirkularis, yang berhubungan dengan rangsangan akselerasi
angular, serta urtikulus dan sakulus, yang berkaitan dengan rangsangan
gravitasi dan akselerasi vertical.Rangsangan berjalan melalui nervus
vestibularis menuju nucleus vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus
medialis (bagian cranial muskulus okulpmotorius), kemudian meninggalkan
traktus vestibulospinalis (rangsangan eksitasi terhadap otot-otot ekstensor
kepala, ekstremitas, dan punggung untuk memertahankan posisi tegak
tubuh).Selanjutnya, serebelum menerma impuls aferen dan berfungsi sebagai
pusat untuk integrasi antara respons okulovestibular dan postur tubuh.
Fungsi vestibular dinilai dengan mengevaluasi reflex okuovestibular dan
intensitas nistagmus akibatrangsangan perputaran tubuh dan rangsangan
kalori pada daerah labirin. Refleks okulovestibular bertanggung jawab atas
fiksasi mata terhadap objek diam sewaktu kepala dan badan sedang
bergerak.Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai
respon terhadap rangsangan labirin, serta jalur vestibular retrokoklear,
ataupun jalur vestibulokoklear sentral.Vertigo sendiri mungkin merupakan
gangguan yang disebabkan oleh penyakit vestibular perifer maupun disfungsi
sentral oleh karenanya secara umum vertigo dibedakan menjadi vertigo
perifer dan vertigo sentral.Penggunaan istilah perifer menunjukkan bahwa
kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada end-organ (utrikulus maupun
kanalis semisirkularis maupun saraf perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. Penyebab vertigo sentral ini cukup bervariasi, di antaranya
iskemia atau infark batang otak (penyebab terbanyak), proses demielinisasi
(misalnya pada sklerosis multiple, demielinisasi pascainfeksi, tumor pada

30
daerah serebelopontin, neuropati cranial, tumor daerah batang otak, atau
sebab-sebab lain.
Neurotransmiter yang turut berkontribusi dalam patofisiologi vertigo,
baik perifer maupun sentral, di antaranya adalah neurotransmitter kolinergik,
monoaminergik, glutaminergik, dan histamine.

4.6 Gejala Klinis


Vertigo merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala subjektif
(symptoms) dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.1
1. Gejala subjektif
- pusing, rasa kepala ringan
- rasa terapung, terayun
- mual
- gejala objektif:
~ keringat dingin

~ pucat

~ muntah

~ sempoyongan waktu berdiri atau berjalan

~ nistagmus

2. Dapat disertai gejala berikut:


- Kelainan THT (gangguan pendengaran)
- Kelainan mata
- Kelainan saraf (kelemahan anggota gerak, nyeri kepala)
- Hipertensi
- Penyakit paru, anemia
- Kelainan psikis
- Konsumsi obat-obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, salisilat)

31
4.7 Penegakan Diagnosa
a. Anamnesa
1. Menggambarkan keluhan pada vertigo/dizziness banyak ragamnya
dan ini berhubungan dengan bagian dari system keseimbangan yang
terkena, misalnya:1
- Perasaan dirinya/sekelilingnya berputar, hal ini ada hubungannya
dengan gangguan kanalis semisirkularis horizontal
- Perasaan gerakan lateral berhubungan dengan gangguan fungsi
uticulus
- Mual, muntah dan kepucatan, akibat gangguan fungsi
otonom/nervus vagus
- Perasaan melayang representasi adaptasi otolith
- Skew Deviasi/ melihat double, reaksi otolith yang abnormal
- Penglihatan kabur, Oscillopsia dihubungkan dengan gangguan
pergerakan bola mata (vestikulo ocular reflek)
- Ketidakstabilan sikap tubuh, gangguan pada propioseptik
(vestibule spinal reflek)
- Perasaan ringan di kepala, gangguan pada system keseimbangan
yang luas berhubungan dengan gangguan aliran darah sesaat.
2. Onset
- Mendadak, banyak terjadi pada vertigo perifer
- Bertahap pada vertigo sentral
3. Intensitas
- Ringan/sedang, banyak dijumpai pada vertigo sentral
- Berat, pada gangguan fungsi otonom, banyak dijumpai pada
vertigo perifer
4. Durasi serangan vertigo
- Singkat (detik, menit, jam) banyak disebabkan vertigo perifer
- Lama (hari sampai minggu/bulan) banyak disebabkan vertigo
sentral
5. Karakteristik sensasi gerakan

32
- Arahnya sensasi, jika menetap/posisi tertentu banyak ditemukan
pada vertigo perifer
- Arah sensasi sama-sama dan tak menentu banyak ditemukan pada
vertigo sentral
6. Keluhan lain yang terjadi seperti, kesulitan menelan, perasaan baal di
muka, melihat double, perasaan di telinga tidak enak (mendengung),
kelemahan anggota gerak badan dan vertigo perifer disertai keluhan
telinga sedang pada vertigo sentral banyak dikeluhkan yang lainnya
seperti gangguan menelan.
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh sebaiknya difokuskan pada
evaluasi neurologis terhadap saraf-saraf cranial dan fungsi serebellum,
misalnya dengan melihat modalitas motorik dan sensorik.Penilaian
terhadap fungsi serebellum dilakukan dengan menilai fiksasi gerakan
bola mata; adanya nistagmus (horizontal) menunjukkan adanya gangguan
vestibuler sentral.
Pemeriksaan kanalis auditorius dan membrane timpani juga harus
dilakukan untuk menilai ada tidaknya infeksi telinga tengah, malformasi,
kolesteatoma, atau fistula perilimfatik.Dapat juga dilakukan
pemerikasaan tajam pendengaran.
Tes Keseimbangan
Pemeriksaan Klinis, baik yang dilakukan unit gawat darurat maupun
di ruang pemeriksaan lainnya, mungkin akan memberikan banyak
informasi tentang keluhan vertigo. Beberapa pemeriksaan klinis mudah
dilakukan untuk melihat dan menilai gangguan keseimbangan
diantaranya adalah:
- Tes Romberg
Pada tes ini, penderita berdiri dengan kaki satu di depan kaki
yang lain, tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lain
(tandem). Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap
Romberg ini selama 30 detik atau lebih.Berdiri dengan satu kaki
dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata tertutup

33
merupakan skrining yang sensitive untuk kelainan
keseimbangan.Bila pasien mampu berdiri dengan satu kaki dalam
keadaan mata tertutup, dianggap normal.
Tes Melangkah di Tempat (Stepping Test)
Penderita harus berjalan di tempat dengan mata tertutup sebangayk
50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak
diperbolehkan beranjak dari tempat semula.Tes ini dapat mendeteksi ada
tidaknya gangguan sistem vastibuler.Bila penderita beranjak lebih dari 1
meter dari tempat semula atau badannya berputar lebih dari 30 derajat
dari keadaan semula, dapat diperkirakan penderita mengalami gangguan
sistem vestibuler.
Tes Salah Tunjuk (past-ponting)
Penderita diperintahkan untung merentangkan lengannya dan
telunjuk pemeriksa.Selanjutnya, penderita diminta untuk menutup mata,
mengangkat lengannya tinggi-tinggi (vertikal) dan kemudian kembali
oada posisi semula. Pada gangguan vestibuler, akan didapatkan salah
tunjuk.
Manuver Nylen-Barany atau Hallpike
Untuk menimbulkan vertigo pada penderita dengan gangguan sistem
vestibuler, dapat dilakukan Manuver Nylen-Barany atau Hallpike.Pada
tes ini, penderita duduk di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30
derajat di bawah horizon, lalu kepala ditolehkan ke kiri.Tes kemudian
diulangi dengan kepada menoleh ke kanan.Penderita harus tetap
membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat muncul/tidaknya
nistagmus.Kepada penderita ditanyakan apakah merasakan timbulnya
gejala vertigo.
Tes Kalori
Tes kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan tidak ada
perforasi membrane timpani maupun serumen.Cara melakukan tes ini
adalah dengan memasukkan air bersuhu 30o C sebanyak 1 mL.Tes ini
berguna untuk mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing, dan gangguan
fiksasi bola mata.

34
Pemeriksaan lain dapat juga dilakukan, dan selain pemeriksaan
fungsi vestibuler, perlu dikerjakan pula pemeriksaan penunjang lain jika
diperlukan. Beberapa pemeriksaan penunjang dalam hal ini di antanya
adalah pemeriksaan laboratorium (darah lengkap), tes toleransi glukosa,
elektrolit darah, kalsium, fosfor, magnesium) dan pemeriksaan fungsi
tiroid.Pemeriksaan penunjang dengan CT-scan, MRI, atau angiografi
dilakukan untuk menilai struktur organ dan ada tidaknya gangguan aliran
darah, misalnya pada vertigo sentral.

4.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan
akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya.Pada vertigo,
beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan vertigo.
a) Terapi Kausatif1

Vertigo Perifer Terapi


BPPV Canalith repositioning manouvere
(Brandt-Daroff) Vestibular
Meniere’s disease rehabilitation
Low salt-diet diuretic, surgery,
Labyrinthitis transtympanic gentamicin
Antibiotic, removal infected tissue,
Perilymph fistula vestibular rehabilitation
Vestibular neuritis Bed rest, avoidance of straining
Brief course of high-dose steroids,
vestibular rehabilitation
Vertigo Central Terapi
Migrain Beta-blokcer, calcium channel blocker,
tricyclic amines
Vascular disease Control of vascular risk factors,
antiplatelet agent
CPA tumors Surgery

35
b) Terapi Simptomatis7
~ Antikolinergik
Obat antikolinergik, seperti skopolamin bermanfaat untuk menghilangkan
gejla mual dan muntah yang merupakan manifestasi dari kegiatan susunan saraf
simpatik, namun sedikit gunanya untuk vertigo.Sekarang penggunaan obat ini
telah ditinggalkan karena efek samping seperti konstipasi dan mulut kering.
~ Antihistamin
Obat ini sangat banyak dipakai untuk mengurangi rasa pusing.1 Mekanisme
antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi
diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamine
sentral.Antihistamin mungkin juga mempunyai potensi dalam mencegah dan
memperbaiki “motion sicjness”.
Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian penghambat
histamine-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama ketja bervariasi
mulai dari 24 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam (misalnya, meklozin).
~ Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa di negara Eropa, tetapi tidak Amerika.Betahistin sendiri merupakan
prekusor histamine.Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah
dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik,
dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. Efek samping relative
jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
~ Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip vertigo.Sebagian besar antidopaminergik merupakan
neuroleptik.Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti,
tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistamin (H1) berpengaruh
pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari
4-12 jam. Beberapa antagonis dopamine ini terutama adalah hipotensi ortostatik,
somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan dengan gejala
ekstrapiramidal, seperti diskinesia Tardif, parkinsonisme, distonia akut, dsb.

36
~ Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat
khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan
terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedative,
akan mempengaruhi kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari
benzodiazepine adalah sedasi, hypnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot,
amnesia anterograd, serta anti konvulsan.Beberapa obat golongan ini yang sering
digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
~ Antagonis Kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam
sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel.
Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.Flunarizin
dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang diindikasikan untuk
penatalaksanaan vertigo, obat ini juga digunakan sebagai obat migren.
Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata flunarizin dan sinarizin
mempunyai efek sedative, antidopaminergik, serta antihistamin-1.Flunarizin dan
sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang panjang,
dengan kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah
masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan.
~ Asetilleusin
Mekanisme kerja obat ini sebagai antivertigo tidak diketahui dengan pasti,
tetapi diperkirakan bekerja sebagai prekusor neuromediator yang mempengaruhi
aktivasi vestibuler aferen, serta diperkirakan mempunyai efek sebagai
“antikalsium” pada neurotransmisi.Beberapa efek samping penggunaan
asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis.
c) Terapi Rehabilitatif1
Karena diketahui bahwa terjadi kompensasi vestibuler, dan bahwa
kompensasi ini dipercepat dengan latihan, maka telah dikembangkan beberapa
cara fisiotherapy, antara lain:
~ Latihan Epley
~ Latihan menurut Brand daroff

37
d) Diet1
Pada penyakit Meniere juga dianjurkan diet rendah garam, dan bila perlu
dibantu dengan diuretika.
e) Psikotherapy1
Psikotherapy diperlukan pada penderita vertigo, oleh karena penderita
biasanya takut terdapat tumor atau akan terjadi stroke, lebih-lebih pada vertigo
psikogenik.

38
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA


5.1.1 Diagnosis Vertigo
Pasien mengeluh pusing berputar pada daerah kepala sejak sore tadi, keluhan
timbul mendadak setelah selesai bekerja dan dirasakan selama beberapa menit.
Keluhan muncul berulang kali dalam 1 bulan dan hilang timbul, pada saat
serangan pasien hanya bisa istirahat. Keluhan menurun saat pasien istirahat atau
memejamkan mata dan tidak dipengaruhi perubahan posisi. Gejala disertai mual
(+), muntah (+), pandangan kabur (-), telinga berdenging (-) dan demam (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah : 140/90 mmHg, nadi
: 72 x/menit, frekuensi nafas : 22 x/menit, suhu : 36,30C, dan status generalis
dalam batas normal.
5.2 DASAR RENCANA PENATALAKSANAAN
5.2.1 Penatalaksanaan
Terapi Non-medikamentosa

 Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan keluarga


pasien mengenai sakit yang dialami Ny. A (definisi, etiologi, gejala dan
tanda, pengobatan, komplikasi, prognosis, serta pencegahan agar tidak
kambuh).
 Memberikan masukan dan pengertian bahwa dukungan dan peran aktif
dari keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan untuk membantu
pemulihan keadaan Tn. A.
Terapi Medikamentosa

 Betahistin 3 x 8 mg
 Ranitidine 2 x 1 tab
 Captopril 3 x 25 mg
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan
ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang

39
mendasarinya.Pada vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk
mengurangi keluhan vertigo.
a) Terapi Kausatif1

Vertigo Perifer Terapi


BPPV Canalith repositioning manouvere
(Brandt-Daroff) Vestibular
Meniere’s disease rehabilitation
Low salt-diet diuretic, surgery,
Labyrinthitis transtympanic gentamicin
Antibiotic, removal infected tissue,
Perilymph fistula vestibular rehabilitation
Vestibular neuritis Bed rest, avoidance of straining
Brief course of high-dose steroids,
vestibular rehabilitation
Vertigo Central Terapi
Migrain Beta-blokcer, calcium channel blocker,
tricyclic amines
Vascular disease Control of vascular risk factors,
antiplatelet agent
CPA tumors Surgery

40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan Holistik
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : Pusing

Harapan : Keluhan sembuh dan tidak sering kambuh

Kekhawatiran :Takut pusingnya sering kambuh karena bisa


mengganggu aktivitasnya.

2. Aspek Klinis
Vertigo perifer

3. Aspek Resiko Internal


 Hipertensi
4. Aspek Resiko Eksternal
 Aktifitas yang berlebih
5. Aspek Fungsional
Pasien tidak dapat beraktivitas dengan maksimal (derajat 2)

6. Diagnosis Psikologis
Penderita tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya.
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lain baik dan saling
mendukung.
7. Diagnosis Sosial
Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan cukup baik, kondisi
lingkungan dan rumah cukup sehat, pendidikan penderita dan keluarganya
baik Penderita menyadari arti pentingnya kesehatan, dan penderita mampu
memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya dengan baik Status
ekonomi cukup.

6.2 Saran Komprehensif


Saran Komprehensif :

41
1. Promotif
Edukasi kepada penderita dan keluarga mengenai sakit yang dialami
Ny. A dan cara pencegahan maupun komplikasinyasehingga keluarga
dapat membantu mengawasi pola makan, gaya hidup, menjaga kebersihan
telinga maupun waktu istirahat dari Ny. A.
2. Preventif
Mengurangi konsumsi garam, makanan berminyak dan pedas,
mengkonsumsi makanan sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
tetap berolahraga, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
sekitar.Menjaga kebersihan telinga serta istirahat yang cukup.
3. Kuratif
 Betahistin mesilate 3 x 8 mg
 Ranitidine 2 x 1 tab
4. Rehabilitatif
Menjaga kebiasaan baik seperti banyak minum air putih, kebersihan
telinga dan istirahat yang cukup untuk menjaga kebugaran tubuh serta
mencegah kekambuhan.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin M. Dasar-dasar Neurology. Malang.2008.


2. Mac Greggro. DL. Vertigo. Pediatric in Review. 2002
3. Mehmet K. Central Vertigo and Dizziness. The Neurologist. 2008.
4. Huang Kuo C,. Phang L. Vertigo : Part 1-Assesment in General Practice.
Australian Family Physician. 37(5). 2008.
5. Rascol O,. Hain TC,. et al. Antivertigo Medication and Drugs-Induced
Vertigo. A Phamacological Review. Drugs. 1995.
6. Troost BT. Dizziness and Vertigo in Vertebrobasilar Disease. Part 1.2012.
7. Adam RD . Victor M, Ropper AH. Adam and Victor’s Principles of
Neurology. 8th ed. New York: Mc Graw Hill,2005; p. 246-65
8. Bhattacharyya N, Baugh RF, Orvidas L, Barrs D, Bronston LJ, Cass S, et al.
Clinical practice guideline:benign paroxysmal positional vertigo. Otolaryngol
Head Neck Surg. 2008; 139:47-81

43

Anda mungkin juga menyukai