6.1.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Hasil penelitian didapatkan bahwa 68,3 % responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan data pokok desa tempursari (2018) yang menyatakan bahwa lebih banyak penduduk desa tempursari memiliki tingkat pendidikan rendah dari pada penduduk yang memiliki pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang akan pola hidupnya dalam pembangunan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak ilmu yang dimilikinya. Status pendidikan yang tinggi diukur berdasarkan responden telah menamatkan pendidikan SMA/sederajat sampai dengan perguruan tinggi. Status pendidikan rendah diukur berdasarkan responden yang tidak sekolah, tidak tamat SD/sederajat, tamat SD/sederajat, tidak tamat SMP/sederajat, tamat tamat SMP/sederajat, sampai dengan tidak tamat SMA/sederajat. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan. Pendidikan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan yang akan membentuk pola perilaku yang dijalankan dalam kehidupan sehari- hari. Namun, pendidikan yang tinggi belum tentu dapat menjadikan seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi pula karena tingkat pendidikan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keadaan ekonomi, sosial budaya dan cara pandang. Untuk itu diperlukan penyuluhan dan pembinaan secara rutin kepada masyarakat agar dapat memahami tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6.1.2 Distribusi Pendapatan
Hasil penelitian didapatkan bahwa 97.3% responden memiliki pendapatan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Malang. Hasil penelitian ini sejalan dengan data pokok Desa tempursari (2018) yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita penduduk desa tempursari adalah Rp 1.500.000, lebih kecil dari besaran UMR Kabupaten Malang sebesar Rp. 2.574.807. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh status pekerjaan seseorang. Jenis pekerjaan paling banyak di desa tempursari adalah petani sebesar 58.8 %. Dengan pendapatan yang tinggi maka seseorang memiliki uang yang cukup memenuhi kebutahan dasar hidunya termasuk kebutuhan untuk asuransi kesehatannya. Menurut Gilarso pendapatan bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa beras, fasilitas perumahan dan lain-lain. Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan riil berupa barang. Tingkat pendapatan keluarga merupakan pendapatan atau penghasilan keluarga yang tersusun mulai dari rendah hingga tinggi. Tingkat pendapatan setiap keluarga berbeda-beda. Terjadinya perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga yang bekerja. (29) Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa masih banyak masyarakat yang memiliki pendapatan lebih kecil dari UMR yang telah ditetapkan. Hal ini meyebabkan keberatan ekonomi bagi masyarakat yang kurang mampu agar menyisihkan pendapatannya untuk membayar iuran jaminan kesehatannya. Seharusnya bagi masyarakat yang kurang mampu iurannya dibayarkan oleh pemerintah, namun kurangnya pendekatan dari pemerintah menyebabkan tidak meratanya bantuan untuk penduduk miskin. 6.1.3 Distribusi Pengetahuan Hasil penelitian ini didapatkan 50,7% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang BPJS Kesehatan mandiri. Pengetahuan adalah pemahaman atau presepsi dalam memahami fakta, kondisi atau keadaan yang nyata dan terlihat jelas yang memengaruhi mental dan pengertian seseorang. Pengetahuan juga akan memengaruhi sikap dan tingkah laku manusia terhadap sesuatu termasuk dalam hal ini adalah segala upaya yang dilakukan seseorang untuk mencegah dan mengobati dirinya dari segala macam penyakit.(19). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa masih adanya responden yang memiliki pengetahuan rendah. Ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan responden diantaranya kurangnya media informasi dan sosialisasi tentang BPJS kesehatan. Sosialisasi menjadi hal yang sangat penting dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang BPJS Kesehatan.
6.1.4 Distribusi Gambaran Sikap
Hasil penelitian di dapatkan bahwa (56,6%) responden mimiliki sikap yang positif terhadap BPJS Kesehatan. Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Ada beberapa hal mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, diantaranya lingkungan, pengalaman, serta sosialisai.(30) Namun untuk menilai sikap seseorang diperlukan waktu yang cukup lama, karena sikap yang ditujukan pada waktu wawancara belum tentu sesuai dengan sikap yang sebenarnya. Hasil penelitian ini didapatakan masih adanya responden yang bersifat negatif terhadap BPJS Kesehatan. Membayar dengan uang sendiri ketika sakit dianggap jauh lebih menguntungkan bagi masyarakat karena mereka tidak perlu merasa terbebani untuk membayarkan iuran jaminan kesehatannya setiap bulannya. Untuk itu diperlukan lagi sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar lebih paham tentang manfaat-manfaat dari BPJS Kesehatan. 6.1.5 Distribusi Akses Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian di dapatkan bahwa sebagian besar responden menyatakan mudah untuk dapat mencapai akses pelayanan kesehatan (84.2%). Akses terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh lokasi dan kondisi geografis, jenis pelayanan yang tersedia, kualitas pelayanan, transportasi, dan akses terhadap informasi. Dengan akses yang mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maka semua masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa masyarakat merasa mudah untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang memadai. Pelayanan kesehatan yang terdapat di Desa tempursari cukup terjangkau, terdapat 1 poskesdes, serta jarak ke puskesmas induk donomulyo cukup dekat lebih kurang 5 km dari desa tempursari.
6.1.6 Distribusi Kepesertaan BPJS
Hasil penelitian ini menyatakan dari 221 responden yang diteliti di dapatkan 75.1% responden bukan peserta BPJS Kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan data puskesmas donomulyo yang menyatakan 80.54 % responden bukan peserta JKN.(21) Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia. Hal ini bertujuan agar seluruh penduduk mendapatakan hak dan jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Seluruh peserta harus membayar iuran dengan persentase atau nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan kurang mampu iurannya dibyarkan oleh pemerintah. Untuk menjadi peserta BPJS, masyarakat dapat mendaftarkan diri melalui kantor BPJS Kesehatan. Pada tahun 2019, tidak boleh lagi ada masyarakat yang tidak terdaftar dalam BPJS.(20) Hasil penelitian ini memperlihatkan masih banyak responden yang bukan peserta BPJS Kesehatan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti kurangnya informasi dan pengetahuan tentang BPJS Kesehatan, masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang perilaku kesehatan khususya tentang asuransi kesehatan. Adanya rasa terbebani karena harus membayar iuran setiap bulannya, serta rumitnya prosedur untuk mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Tanpa menjadi peserta BPJS kesehatan masyarakat masih dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan tingkat pertama, atau membeli obat di apotek, cara ini dianggap lebih menggutungkan bagi masyarakat karena mereka hanya mengeluarkan uang ketika sakit saja.
6.2 Analisis Bivariat
6.2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepesertaan BPJS Hasil penelitian di dapatkan bahwa antara tingkat pendidikan mempengaruhi kepesertaan BJPS Kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0.011<0,05 yang artinya adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan di Dusun tempursari selatan tahun 2018. Pada masyarakat dengan pendidikan yang tinggi biasanya mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik sehingga mereka mampu untuk membeli asuransi kesehatan bagi diri mereka sendiri. Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap perubahan sikap seseorang terhadap perilaku hidup sehat. (30) Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khususnya dalam hal kesehatan. Sehingga dengan pendidikan yang telah dimilikinya oleh responden dapat merubah pola perilaku menuju pola kehidupan yang lebih sehat. Status pendidikan akan memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya. Pada dasarnya orang dengan tingkat pendidikan tinggi tentu akan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi juga. Begitupun sebaliknya seseorang dengan tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan yang rendah juga. Hasil penelitian ini meperlihatkan seseorang dengan pendidikan yang tinggi tentu akan sadar dengan status kesehatannya, termasuk juga tentang pentingnya menjadi peserta BPJS Kesehatan, karena dia sangat mengerti bahwa dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan maka dia telah memiliki jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ketika dia sakit. 6.2.2 Hubungan Pendapatan dengan Kepesertaan BPJS Hasil penelitian di dapatkan bahwa adanya hubungan antara pendapatan responden dengan kepesertaan BPJS Kesehatan di dusun tempursari selatan 2018. Hal ini terbukti dari nilia p value 0,016<0,05 yang memiliki arti bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri di dusun tempursari selatan 2018. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh pendidikan dan status pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan semakin baik status pekerjaan yang didapat maka jumlah pendapatan yang diterima akan semakin besar, sebaliknya dengan status pendidikan dan pekerjaan yang rendah maka jumlah pendapatan yang diterima akan sedikit. Dengan pendapat yang tinggi maka seseorang memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya termasuk kebutuhan untuk asuransi kesehatannya. (29) Hasil penelitian ini memperlihatkan besarnya pendapatan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi kebutuhan dasar hidupnya. Seseorang dengan pendapatan yang besar akan mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan sedangkan seseorang dengan pendapatan kecil akan merasa berat untuk mendaftar sebagi peseta BPJS Kesehatan. Seseorang dengan pendapatan besar akan memiliki kelebihan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehingga dia mampu menyisihkan pendapatannya untuk membayar iuran asuransi kesehatannya. Sedangkan orang dengan pendapatan rendah tentu akan kesuliatan untuk menyisihkan pendapatannya untuk membayar iuran asuransinya.
6.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Kepesertaan BPJS
Hasil penelitian di dapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri. Hal ini di tunjukan dengan nilai p value 0,027<0,05 yang artinya antara pengetahuan dan kepesertaan BPJS Kesehatan saling berhubungan. Menurut Notoadmodjo (2007) tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, pendidikan, informasi/media massa, lingkungan serta pengalaman. Sosialisasi merupakan salah satu media informasi, semakin banyak sosialisasi maka akan semakin tinggi pengetahuan yang di dapat, begitu juga sebaliknya, jika sosialisasi sedikit maka penegetahuan masyarakat tentang BPJS semakin sedikit. Untuk perubahan pengetahuan masyarakat tentang BPJS Kesehatan dapat dilakukan melalui pemberian penyuluhan oleh petugas BPJS Kesehatan, karena dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku sesuai dengan pengetahuannya.(19) Pengetahuan merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan perbuatan. Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan memanfaatkan pengetahuannya untuk berperilaku kearah yang lebih baik. Seperti halnya tentang pentingnya menjadi peserta BPJS Kesehatan, orang dengan pengetahuan tinggi tentu akan mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan kerana dia sadar dengan menjadi peserta maka dia akan mendapatkan manfaatnya sebagai peserta. Sedangkan orang dengan pengetahuan rendah, tidak mengetahui manfaat sebagai peserta BPJS Kesehatan sehingga dia merasa tidak perlu menjadi peserta BPJS Kesehatan. 6.2.4 Hubungan Sikap dengan Kepesertaan BPJS Hasil penelitian di dapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Hal ini di tunjukan dengan nilai p value 0,031<0,05 yang artinya antara sikap dan kepesertaan BPJS Kesehatan saling berhubungan. Namun juga banyak responden yang memiliki sikap positif tetapi bukan termasuk peserta BPJS. Hal ini menunjukan bahwa sikap seseorang tidak sejalan dengan perilakunya. Orang dengan sikap negatif pun tetap akan mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS Kesehatan karena dia sadar bahwa dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan maka dia telah memiliki jaminan ketika dia sakit. Meskipun dalam kehidupan sehari- harinya dia memiliki pandangan yang negatif terhadap BPJS Kesehatan dan merasa keberatan dalam membayarkan iuran setip bulannya. Sikap merupakan keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi sikap diantaranya pengalaman pribadi, lingkungan sekitar, dan media massa atau sosialisasi. Jadi dalam pembentukan sikap positif seseorang diperlukan sosilisasi yang yang banyak.(31) Perbedaan sikap yang dimiliki oleh responden dapat dipengaruhi oleh beberpa hal, seperti cara pandang, lingkungan sosial dan budaya. Adanya pandangan negatif dari responden disebabkan karena meraka merasa keberatan dalam membayar iuran setiap bulannya. Sedangkan mereka tidak membutuhkan pelayan kesehatan setiap bulannya. 6.2.5 Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Kepesertaan BPJS Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan. Nilai p value 0,466>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara akses pelayanan kesehatan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan di Dusun tempursari selatan 2018. Akses pelayanan kesehatan terdiri dari seberapa jauhnya jarak antara tempat tinggal menuju ke sarana pelayanan kesehatan. tersedianya transportasi yang lancar dan aman menuju sarana pelayanan kesehatan serta seberapa sulit medan tempuh menuju sarana pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau serta dekat dengan lingkungan tempat tinggal akan meningkatkan keinginan masyarakat untuk memiliki hidup yang sehat.(32, 33). 6.3 A 6.4 A 6.5 A 6.6 b