Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU

Disusun Oleh :

Rohma Yuni Agustin

201710461011024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan yang berada di ruang Cempaka Rumah Sakit Tentara Tingkat II dr.
Soepraoen di susun oleh :

Nama : Rohma Yuni Agustin

NIM : 201710461011024

Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners Departemen Medikal.

Malang, Mei 2018

Mahasiswa (Ners Muda)

Rohma Yuni Agustin, S.Kep

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU

A. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi
juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada
berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang,
persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal
TBC (Chandra,2012).
B. Klasifikasi Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu :
a) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada Tb
Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb
positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c) Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default)
4. Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
5. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
C. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.(FKUI,2005)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak
ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung. (Wim de Jong, 2005)

D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu
sampai berbulan –bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam Persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat
badan.

E. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksifagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik - tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2 - 10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah
massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentukseperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak adekuat
maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus
ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di
dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut. Paru- paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda
kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah:
a. Sputum Culture
b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
d. Chest X – ray
e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis
g. Elektrolit
h. Bronkografi
i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah
G. Pengobatan TBC
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda
dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi
bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman
yang cepat membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat
membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
dibandingkan antibakteri lain.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
 INH
 Rifampisin
 Streptomisin
 Etambutol
Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):

 Kanamisin
 Amikasin
 Kuinolon

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap
dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis
tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap
antara lain:
a) Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal
b) Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja
c) Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar
dan standar
d) Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
e) Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi

Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori


Yaitu :
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada :
a) Penderita baru TBC paru BTA positif.
b) Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a) Penderita kambuh.
b) Penderita gagal terapi.
c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik
Kategori Kasus Panduan Obat yang Dianjurkan Keterangan
I - TB Paru 2 RHZE/ 4RH atau
BTA+ 2 RHZE/ 6 HE
- BTA -, Lesi *2RHZE / 4 R3H3
Luas
II - Kambuh dan - RHZES/1RHZE/ Sesuai hasil Bila
Gagal uji resistensi atau 2 streptomisin
Pengobatan RHZES/1RHZE/5 RHE alergi,
- 3-6Kanamisin, ofloksasin, dapat diganti
etionamid, sikloserin / 15-18 kanamisin
ofloksasin, etionamid,
sikloserin atau 2RHZES
/1RHZE / 5RHE
II - TB PAru Putus Sesuai lama pengobatan
Berobat sebelumnya, lama berhenti minum
obat dan keadaan klinis, bakteriologi
dan radiologi saat ini ( Lihat
uraiannya) atau
2RHZES/1RHZE/5R3H3E3
III - TB Paru BTA- 2 RHZE/4RH atau 6 RHE atau *
dengan lesi 2RHZE/4R3H3
minimal
IV - Kronik RHZES/ sesuai hasil uji resistensi
(minimal OAT yang sensitive) +
obat lini 2 (pengobatan minimal 18
bulan)
Sesuai uji resistensi + OAT lini 2
- MDR TB atau H seumur hidup
Efek samping obat
Sebagian besar pasien Tb paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping.
Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan.Efek
samping yang terjadi dapat yaitu:
1. Isoniazid (INH)
Sebagian besar pasien Tb paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping,
oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping
sangat penting dilakukan selama pengobatan.
2. Rifamisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simptomatis ialah:
 Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
 Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
 Sindrom perut
berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
 Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut
OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman
Tb paru pada keadaan khusus.
 Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan
dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
 Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air
seni, keringat, air mata dan air liur. Warna merah tersebut terjadi
karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal
ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan
tidak perlu khawatir.
3. Pirinizamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan
sesuai pedoman Tb paru pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga
dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan
serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang
terjadi reaksi demam, mual,kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan
hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada
dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB
perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan
penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah
obat dihentikan.Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak
karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek
samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis
yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat
pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek
samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi hipersensitiviti
kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba- tiba disertai sakit
kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara
dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga
yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini
mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr Streptomisin
dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan
pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran
janin.

H. Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi- komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Komplikasi dini:
komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
adalah:
a) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik
b) Kolaps lobus akibat sumbatan ductus
c) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru).
d) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya
I. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada tuberkulosis adalah:
1. Data pasien : Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai
dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama
antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan
pada pasien yang tinggal 11di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi
sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat
minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun
usia paling umum adalah 1–4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami
TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan
perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang
terutama ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB
paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat
setelah usia remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien
dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
a) Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
b) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
c) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
d) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
f) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
g) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal
dan fibrosa.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Sputum Kultur Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan
Mycrobacterium Tuberculosse pada stadium aktif.
2. Skin test: mantoux, tine,and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif
3. Darah: leukositosis, LED meningkat.
d. Diagnosa Keperawatan
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
2) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
4) Resiko penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
6) Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
e. Intervensi
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
defisiensi pengetahuan teratasi. Kriteria hasil :
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat
Intervensi ( NIC ) :
 Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui tanda gejala penyakitnya
 Gambarkan proses penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
 Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya

Raional: agar pasien mengetahui kodisinya saat ini


2) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi. Kriteria hasil:
 Suhu 360 - 370C
 Tidak ada keluhan demam
 Turgor kulit kembali > 2 detik
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
 Monitor tanda - tanda vital terutama suhu
Rasional: untuk memantau peningkatan suhu tubuh pasien
 Monitor intake dan output setiap 8jam
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
 Berikan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
 Anjurkan banyak minum
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
 Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: agar sirkulasi udara ke tubuh efektif
 Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
Rasional: mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
bersihan jalan napas kembali normal. Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
 Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara
napas abnormal).
 Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
Intervensi (NIC) :
 Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Rasional: pasien bisa bernapas dengan lega
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional: memudahkan pasien untuk bernapas
 Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Rasional: dilakukan pemasangan alat jika pasien kesulitan
bernapas
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Rasional: mengencerkan dan mengeluarkan sekret di jalan napas
 Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction
Rasional: mengeluarkan sekret agar jalan napas bersih
 Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien
 Monitor repirasi status O2
Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien
J. Pathway
Udara tercemar
Mycrobacterium dihirup induvidu rentan kurang informasi
Tuberculose
Kurang pengetahuan
masuk paru

reaksi inflamasi / peradangan Hipertermia

penumpukan eksudat dalam elveoli

Tuberkel produksi sekret berlebih

meluas mengalami perkejuan sekret susah bersin


dikeluarkan
penyebaran klasifikasi Resiko Infeksi
hematogen
limfogen mengganggu perfusi
Ketidakefektifan
Bakterimia bersihan jalan nafas
Menghanccurkan
Jaringan Sekitar nekrosis
Pleura
peritoneum Nekrosis

Pleuritis
difusi O2 pencairan

Nyeri Dada Pengkejuan/Nekrosis

As. Lambung Aneurisma arteri pulmonalis


Gangguan Rasa
Nyaman : Nyeri
Mual, anoreksia Batuk darah

Perubahan Nutrisi Kurang Resiko Syok


dari Kebutuhan Tubuh Hipovolemik

Suplai 02 Kurang

Gangguan
Pertukaran Gas

Anda mungkin juga menyukai