TUBERCULOSIS PARU
Disusun Oleh :
201710461011024
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan yang berada di ruang Cempaka Rumah Sakit Tentara Tingkat II dr.
Soepraoen di susun oleh :
NIM : 201710461011024
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners Departemen Medikal.
Mengetahui,
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU
A. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi
juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada
berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang,
persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal
TBC (Chandra,2012).
B. Klasifikasi Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu :
a) Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada Tb
Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb
positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c) Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default)
4. Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
5. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
6. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
C. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.(FKUI,2005)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak
ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung. (Wim de Jong, 2005)
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu
sampai berbulan –bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam Persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat
badan.
E. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksifagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik - tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2 - 10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah
massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentukseperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak adekuat
maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus
ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di
dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut. Paru- paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda
kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah:
a. Sputum Culture
b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
d. Chest X – ray
e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis
g. Elektrolit
h. Bronkografi
i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah
G. Pengobatan TBC
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda
dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi
bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman
yang cepat membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat
membelah yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
dibandingkan antibakteri lain.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
INH
Rifampisin
Streptomisin
Etambutol
Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap
dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis
tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap
antara lain:
a) Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal
b) Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja
c) Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar
dan standar
d) Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
e) Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi
H. Komplikasi
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi- komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Komplikasi dini:
komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut:
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
adalah:
a) Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau
syok hipovolemik
b) Kolaps lobus akibat sumbatan ductus
c) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru).
d) Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal,
dan sebagainya
I. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada tuberkulosis adalah:
1. Data pasien : Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai
dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama
antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan
pada pasien yang tinggal 11di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi
sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat
minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun
usia paling umum adalah 1–4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami
TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan
perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang
terutama ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB
paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat
setelah usia remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien
dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
a) Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
b) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
c) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
d) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
f) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
g) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal
dan fibrosa.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Sputum Kultur Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan
Mycrobacterium Tuberculosse pada stadium aktif.
2. Skin test: mantoux, tine,and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif
3. Darah: leukositosis, LED meningkat.
d. Diagnosa Keperawatan
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
2) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
4) Resiko penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
6) Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
e. Intervensi
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
defisiensi pengetahuan teratasi. Kriteria hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat
Intervensi ( NIC ) :
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui tanda gejala penyakitnya
Gambarkan proses penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
Identifikasi kemungkinan penyebab
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya
Pleuritis
difusi O2 pencairan
Suplai 02 Kurang
Gangguan
Pertukaran Gas