PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus pada
An. F dengan “ Bronkopneumonia” menggunakan pendekatan asuhan keperawatan,
menganalisa faktor-faktor pendukung dan penghambat juga memberikan alternatif
pemecahahan masalah atau solusi dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi selama tiga hari dari tanggal 27 april 2018 sampai 30 April 2018.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari proses keperawatan secara menyeluruh,
sebelum melakukan pengkajian, penulis melakukan pendekatan terhadap keluarga dengan
cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud dan tujuan, pada tahap ini
penulis mengumpulkan data melalui observasi secara langsung pada klien yaitu wawancara
dengan orang tua klien langsung, pemeriksaan fisik, serta mendapatkan data dari perawat
ruangan dan status klien. Dari hasil pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan
karena adanya keterbukaan dari pihak keluarga.
C. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap selanjutnya dari proses keperawatan pada tahap awal
dilakukan penentuan prioritas masalah yang seharusnya diatasi lebih dahulu, setelah
ditentukan tujuan pendekatan dan tindakan keperawatan dan kriteria hasil serta evaluasi.
Perencanaaan yang telah penulis susun ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, tujuan
pada perencanaan disusun berdasarkan masalah keperawatan yang timbul sedang kriteria
hasil berdasarkan etiologi dari masalah tersebut, begitu juga dengan penyusunan
perencanaan.
Dari ketiga diagnosa yang muncul, maka penulis memprioritaskan masalah utama
berdasarkan prioritas dilihat dari kondisi klien yang mengancam kondisi klien sesuai dengan
kebutuhan hirarki Maslow. Maka penulis menyusun perencanaan yang akan
diimplementasikan pada klien An. F adalah Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
sehingga untuk menghindari demam yang lebih tinggi ataupun kejang demam sehingga
penulis menyusun rencana keperawatan dengan monitor suhu minimal tiap 2 jam, monitor
Nadi dan RR, monitor warna dan suhu kulit, monitor intake cairan dan output, pilih pakaian
yang tipis untuk mencegah kehangatan tubuh, kompres pada lipat paha, dahi dan aksila,
kolaborasikan pemberian cairan IVFD Dex 5 ¼ NS 15 Tetes/menit Mikro, tingkatkan
sirkulasi udara, dan memberikan paracetamol sesuai instruksi dokter.
Pada diagnosa ketidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
sputum, sehingga untuk menghindari komplikasi tersebut maka penulis menyusun suatu
rencana keperawatan dengan: Posisikan pasien untuk memaksimalkan jalan nafas, gunakan
tehnik sim kiri dan kanan, Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat oksigen, Berikan O2
sesuai kebutuhan, Lakukan fisioterapi dada, jika perlu, Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suction, Keluarkan secret dengan batuk atau suction, Monitor status oksigen ,
Auskultasikan suara nafas, catat adanya bunyi tambahan, Monitor respirasi dan status O2.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Diagnosa kedua, Pada diagnosa ketidak efektif bersihan jalan nafas intervensi yang
dilakukan yaitu Memposisikan pasien untuk memaksimalkan jalan nafas, gunakan tehnik sim
kiri dan kanan setelah suction, Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat oksigen,
Memberikan O2 sesuai kebutuhan , Melakukan fisioterapi dada, Menginformasikan pada
klien dan keluarga tentang suction, Mengeluarkan secret dengan batuk atau suction dengan
teknik steril, Mengauskultasikan suara nafas, mencatat adanya bunyi tambahan.Memonitor
respirasi dan status O2 2 liter/menit, Spo2 98%.
Pada diagnosa defisiensi pengetahuan pada orangtua berhubungan dengan kurang nya
informasi, intervensi keperawatan yang dilakukan adalah Memberikan penilaian tentang
tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit bronkopneumonia, Menjelaskan
patofisiologi dari penyakit , Menjelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat, Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat,
Menyediakan informasi pada pasien tentang kemajuan kondisi pasien., Mendiskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah BP dimasa yang akan
datang dan atau proses pengontrolan penyakit, Mendiskusikan penanganan BP.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk
mengajukan apakah tujuan yang ditetapakn dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil
standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan
yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah
teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.
Dari tiga diagnosa yang muncul dikasus, penulis melakukan tindakan keperawatan 3
masalah yang ada pada klien yaitu hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, ketidak
efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, defisiensi pengetahuan
pada orangtua klien berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa pertama.
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit teratasi karena klien sudah tidak demam
lagi. Diagnosa kedua, Ketidak efektifnya bersihan jalan nafas teratasi sebagian, karena
sputum klien masih ada, tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan. Diagnosa
ketiga, defisiensi pengetahuan pada orangtua klien, sudah teratasi, tindakan keperawatan
dihentikan. Faktor pendukung yang memudahkan dalam melakukan evaluasi adalah adanya
kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat ruangan serta tim medis lainnya dan
perhatian serta keinginan keluarga klien agar anak cepat sembuh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan pada An. A dengan bronkoneumonia sejak tanggal 27 April 2018 sampai 30
April 2018 dilantai II ruang anak RSUD R. Mattaher Jambi, maka penulis menyimpulkan
bahwa bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan
terdapat didaerah bronkus dan sekitar alveoli. Pada diagnosa keperawatan ditemukan tiga
masalah keperawatan pada An. F antara lain : Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit, Ketidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum,
defisiensi pengetahuan pada orangtua berhubungan dengan kurangnya informasi.
Pada rencana tindakan yang penulis lakukan adalah observasi tanda-tanda vital,
memonitor warna dan suhu kulit, memonitor intake cairan dan output,
memilih pakaian yang tipis untuk mencegah kehangatan tubuh,
mengompres pada lipat paha, dahi dan aksila, mengkolaborasikan
pemberian cairan intravena, meningkatkan sirkulasi udara, dan
memberikan paracetamol sesuai instruksi dokter, kaji suara pernafasan klien,
berikan oksigen sesuai indikasi, suction sesuai indikasi, pemberian nebulizer, melakukan
fisioterapi dada, observasi hasil laboratorium, pemberian antibiotik (ampisilin ) sesuai
indikasi dokter, berikan support pada keluarga klien,dan berikan informasi tentang penyakit
dan cara perawatan penyakit klien.
B. Saran
1. Keluarga Klien
Keluarga klien diharapkan dapat merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
bronkoneumonia, mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah,
kebersihan lantai, kebersihan tempat tidur, mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah makan, menjaga pola hidup bersih sehat, dan lain-lain sehingga anggota lain
terhindar dari penyakit bronkoneumonia.
2. Mahasiswa
a) Mahasiswa harus mampu menguasai konsep brokopneumonia dengan mencari dan
mempelajari literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia.
b) Mahasiswa mampu berkomunikasi secara terapeutik kepada keluarga klien
sehingga mahasiswa mendapat data selengkapnya dan melakukan implementasi.
c) Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan perawat ruangan, untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.
3. Bagi pelayanan RS
Diharapkan dalam perawatan anak dapat mengembangkan keterampilan klinisnya
dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya perawatan anak dengan
Bronkopneumonia. Pihak manajemen rumah sakit diharapkan juga terus memfasilitasi
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan pra sarana yang memadai, dan
terus mendukung keterampilan perawat dengan meningkatkan aktivitas pelatihan, dan
kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang dapat diikuti perawat secara berjenjang dan
berkesinambungan dan hendaknya dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan petugas
selalu menggunakan komunikasi therapeutik dan selalu memperhatikan
perkembangan kesehatan klien.