Anda di halaman 1dari 2

Asuhan keperawatan Islam adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, di tujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena kelemahan fisik dan
mental, keterbatasab kemampuan dan kemauan yang rendah menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri ( Pokja Keperawatan CHS, 2002 ).

Kata Islam berasal dari bahasa Arab, aslama, yuslimun, islaman yang mempunyai beberapa
arti yaitu : melepaskan diri dari penyakit lahir batin, kedamaian dan keamanan, ketaatan dan
kepatuhan. Islam juga di artikan sebagai keselamatan, perdamaian dan penyerahan diri kepada
Tuhan ( Soleh, M, 2000 ).

Asuhan Keperawatan Islami adalah asuhan keperawatan yang di berikan kepada klien yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang melebihi harapan klien dengan
menggunakan nilai Islam dalam menerapkanakhlak pribadi muslim, landasan kerja dan perilaku
muslim, serta penampilan dan cirri khah seorang perawat muslim ( Wahyudi H, 2009).

Keperawatan Islami adalah Pelayanan keperawatan sebagai bentuk ibadah berdasar Al


Qur’an dan Hadis untuk mencari Ridho Allah swt, dengan karakteristik profesioanal, ramah,
amanah, istiqomah, sabar dan ikhlas.

Sebuah hadist menisahkan Nabi menjenguk non Muslim yang sering meludahinya. Nabi
bahkan menyuapi orang Yahudi buta yang sering mengumpat Nabi sambil duduk di pinggir jalan.
Nabi menyuapi sambil mendengarkan umpatan dan sumpah serapah orang buta itu terhadap nabi.

Setelah Rasulullah wafat Sayyidina Abu Bakar menanyakan kepada puterinya, sayidah
‘Aisyah, “ Anakku adakah sunnah ( bkebiasaan ) kekasihku yang belum aku kerjakan?”
kemudian Sayyidah Aisyah menjawab, “ Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah.
Hamper tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja. Setiap
pagi, Rasulullah saw selalu pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang
pengemis Yahudi buta yang berada di sana.”

Sayyidina Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk di berikan kepada
pengemis itu keesokkan harinya. Beliau bertanya kepada seseorang, kiranya di mana dia dapat
menemui pengemis Yahudi yang buta itu. Lalu di katakana kepadanya bahwa untuk
mengenalinya mudah. Jika ada seorang tua buta dan dari mulutnya selalu keluar kata umpatan
bagi Nabu Muhammad, maka itulah orangnya. Bayangkan, di kota yang di pimpinnya, ada orang
yang setiap hari mencaci maki beliau, tetapi Nabi membiarkan orang tersebut. Beliau tidak
menangkapnya, tidak menghukumnya, bahkan malah menyantuninya.

Abubakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu
Bakar mulai menyuapinya si pengemis marah sambil berteriak, “ siapa kamu?”. Abu Bakar
menjawab, “ Aku orang yang biasa.” Bukan! Engkau bukan orang yang biasa menyuapiku, “
jawab si pengemis buta itu. “ apabila orang yang sering mneyuapiku dating kepadaku, tidak
susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa
mendatangiku itu selalu menyuapiku, tetapi terlebih dahulu ia menghaluskan makanannya
sehingga aku tidak susah mengunyahnya,” kata pengemis buta itu. Rasulullah bukan hanya
memberikan makanan sebagimana yang di lakukan oleh Abu bakar. Rasulullah bukan
memberikan makanan, lalu meninggalkan pengemis itu agar makan sendiri dengan tangannya.
Tetapi beliau jugalah yang menyuapi pengemis itu.

Abubakar tidak dapat menahan airmatanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis
itu, “ Aku memang bukan orang yang biasa dating kepadamu. Aku adalaha salah seorang dari
sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah sa.

Yahudi tua itu begitu terharu hingga meneteskan airmatanya, ia menangis setelah
mendengarkan penjelasan Abu bakar, kemudian berkata, “ Benarkah demikian? Selama ini aku
selalu menghina dan menfitnahnya, namun ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia
mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Sungguh ia begitu mulia.”

Riwayat nabi tersebut memberikan pelajaran bahwa keperawatan Islami merupakan


keperawatan yang memenuhi karakteristik professional, ramah, amanah, istiqomah atau bekerja
dengan sungguh, sabar dan ikhlas.

Nilai Islam bersifat universal, maka untuk mengembangkan Keperawatan yang Islami harus
di mulai pada tataran falsafah atau keyakinan yang paling tinggi dalam profesi keperawatan,
yaitu Paradigma Keperawatan Islam, sebagai acuan seluruh komunitas keperawatan Islam di
Indonesia, baik dalam pelayanan kesehatan maupun dalam penyelenggaraan pendidikan
keperawatan Islam.

Anda mungkin juga menyukai