Anda di halaman 1dari 2

Perpu Kebiri, Zat

Kimia Ini yang


Dipakai untuk
Pelaku
Sabtu, 21 Mei 2016 | 08:00 WIB

Ilustrasi kebiri. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian


Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sujatmiko memastikan draf peraturan
pengganti undang-undang hukuman kebiri sudah final. Menurut dia, dalam draf tersebut
diatur cara penyuntikan zat kimia.

Menurut Sujatmiko, pelaku akan disuntik zat kimia setelah menjalani hukuman pokok yang
diputus hakim. Contohnya, bila pelaku sudah menjalani hukuman 15 tahun, suntikan kebiri
baru akan dilakukan setelah pelaku dinyatakan bebas.

Selain itu, begitu keluar penjara, para pelaku akan ditanamkan cip sebagai bentuk
pengawasan negara. Ada dua opsi penanaman cip itu: di dalam kulit atau menggunakan
gelang. Yang sudah pasti, perpu kebiri akan memastikan identitas pelaku dipublikasikan.

Menurut Sujatmiko, memang ada dua target hukuman berat dalam draf perpu ini: memberi
efek jera kepada pelaku dan mengancam warga negara yang berniat kejahatan serupa. “Yang
pasti, kami ingin beri efek yang luar biasa," ucapnya.

Secara terpisah, Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan


dan Perlindungan Anak Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan zat kimia yang digunakan untuk
hukuman kebiri itu adalah obat antitestosteron. "Bisa berupa medroxyprogesterone,
cyproterone acetate, atau leuprolide acetate," ujarnya.

Pribudiarta menuturkan obat itu diberikan kepada pelaku setelah dilakukan pemeriksaan
klinis dan kadar hormon testosteron lebih dari 1.000 nanogram. "Jadi tidak diberikan begitu
saja, harus ada pemeriksaan klinis," ucapnya.

Sujatmiko menambahkan, saat ini draf final perpu kebiri sudah ada di Kementerian
Sekretariat Negara. "Sekarang Mensesneg sedang mengumpulkan paraf menteri terkait
sebagai persetujuan semua pihak itu sebelum diberikan kepada Presiden," katanya. Setelah
Presiden Joko Widodo memutuskan hukuman kebiri menjadi salah satu hukuman tambahan
pada Rabu, 11 Mei lalu, pihaknya langsung mengadakan rapat maraton.

Pada Kamis, 12 Mei 2016, ia langsung mengundang para dirjen kementerian terkait untuk
melakukan pembahasan draf itu. Dua hari kemudian, staf lembaga itu pun kembali
dikumpulkan untuk pembahasan lanjutan. "Akhirnya, Sabtu siang lalu, draf dari kami
(Kemenko PMK) sudah selesai dan langsung diberikan kepada Menteri Hukum dan HAM
sebelum diberikan kepada Mensesneg," ucapnya.

Gerak cepat pembahasan aturan itu memang diinstruksikan Jokowi. Sujatmiko menuturkan
kemungkinan draf itu akan dicermati Jokowi sepulangnya dari luar negeri. "Kemungkinan
Sabtu, sepulang dari luar negeri, draf itu sudah diteken Jokowi," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai