Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembang biak adalah salah satu fungsi luhur dari makhluk hidup,

termasuk manusia. Seluruh makhluk hidup, termasuk manusia berkeinginan untuk

menjaga kelangsungan garis keturunannya dengan cara berkembang biak.

Salah satu gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi ada usia subur

adalah infertilitas. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung sampai

melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual yang

teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun atau setelah memutuskan

untuk mempunyai anak.

Kegagalan pasangan suami istri (pasutri) dalam memperoleh keturunan,

disebabkan oleh masalah pada pria dan atau wanita. 40 persen kesulitan

mempunyai anak terdapat pada wanita, 40 persen pada pria, dan 30 persen pada

keduanya. Anggapan bahwa kaum wanitalah yang lebih bertanggungjawab

terhadap kesulitan mendapatkan anak adalah kurang tepat. WHO juga

memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki masalah

infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil.

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah pasangan

infertil sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada pria, sedangkan 64%

berada pada wanita. Hal ini di alami oleh 17% pasangan yang sudah menikah

lebih dari 2 tahun yang belum mengalami tanda – tanda kehamilan bahkan sama

sekali belum hamil, WHO juga memperkirakan sekitar 50 – 80 juta pasutri (1- 7

1
2

pasang memiliki masalah infertil) dan setiap tahunnya muncul sekitar 2 juta

pasangan infertil.

Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak wanita, pria, maupun keduanya

akan tetapi dari jumlah pasangan infertil yang ada, sebagian besar penyebabnya

berasal dari faktor wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Oktarina et al., (2014)

menyebut-kan bahwa kondisi yang menyebabkan infertilitas dari faktor wanita

sebesar 65%, faktor pria 20%, kondisi lain-lain dan tidak diketahui 15%. Kejadian

infertilitas dalam suatu lingkungan masyarakat atau dalam kehidupan sosial

budaya masih mengandung bias gender yang kuat dimana wanita merupakan

pihak yang paling sering disalahkan pada pasangan suami istri yang tidak

mempunyai keturunan secara biologis (Pranata, 2009). Seorang wanita menjadi

infertil dapat disebabkan oleh faktor risiko yang meningkat dan faktor tersebut

sangat beragam diantaranya usia, pekerjaan, tingkat stres, body mass index

kaitannya dengan status gizi, dan kelainan organ reproduksi seperti ada atau

tidaknya gangguan pada ovulasi, gangguan tuba dan pelvis, serta gangguan uterus

(HIFERI, 2013). Fertilitas atau kesuburan pada wanita akan menurun secara

bertahap hingga usia 37 tahun, setelah kondisi sebelumnya mengalami naik turun

(Evers, 2002). Data dari Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas

Indonesia (HIFERI), Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PER-FITRI),

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi

Indonesia (POGI) tahun 2013 dalam konsensus penangananin fertilitas

menunjukkan usia pasangan yang melakukan kunjungan ke klinik fertilitas,


3

sebesar 21% wanita berumur di bawah 35 tahun dan 26% perempuan berumur di

atas 35 tahun (Kamath M, et al, 2012).

Fertilitas atau kesuburan seseorang selain dipengaruhi oleh genetik,

keturunan, dan usia juga dipengaruhi oleh status pekerjaan. Menurut beberapa

penelitian, pekerjaan seseorang juga memegang peranan penting dalam

menyumbang angka kejadian infertilitas. Ditemukan sebesar 54.4% wanita infertil

merupakan wanita yang bekerja penuh waktu, 33.3% wanitayang bekerja paruh

waktu dan 3.5% meru-pakan wanita sebagai ibu rumah tangga (Hammerliet al.,

2010). Penelitian Oktarina et al., (2014) menunjukkan dari 62 wanita infertil yang

diteliti ditemukan sebanyak 41 orang (66.1%) adalah wanita karirdan21 orang

(33.9%) adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jenis

pekerjaan yang paling banyak ditemukan pada wanita infertil adalah pegawai

negeri sipil (PNS) dan swasta (Oktarina et al, 2014). Berdasarkan uraian tersebut

di atas penulis mengangkat judul makalah “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada

Kasus Infertilitas”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, “Bagaimana penatalaksanan

fisioterapi pada kasus Infertilitas?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan

Fisioterapi pada kasus Infertilitas.


4

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain :


1. Bagi penulis menambah wawasan bagi penulis khususnya dalam

pelaksanaan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Infertilitas, dan dapat

dijadikan sebagai bahan bacaan atau sebagai bahan referensi berkaitan dengan

kasus Infertilitas.
2. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi yang benar kepada

pasien, keluarga, masyarakat sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui

gambaran penyakit Infertilitas dan penanganan fisioterapi pada penyakit

Infertilitas.

Anda mungkin juga menyukai