Anda di halaman 1dari 11

BAB I

ISI
A. DEFINISI
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau
tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal
dopamine deficiency). Penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan usia.
Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen
neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, kekakuan,
bradikinesia dan hilangnya reflek tubuh. Gangguan gerakan terutama terjadi akibat defek pada
jalur dopaminergik (penghasil dopamine) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus
striatum (nucleus kaudatus dan lentikularis).

Gambar.Substansia nigra
Klasifikasi Parkinson
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu :
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas.
Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler. Toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP),
Mn, CO, sianida. Obat-obatan yang menghambat reseptor dopamin dan menurunkan
cadangan dopamin misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain,
misalnya perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark
lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom Parkinson Plus (Multiple System Degeneration)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear palsy, Multiple system
atrophy (sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, olivo-pontocerebellar
degeneration, parkinsonism-amyotrophy syndrome), Degenerasi kortikobasal ganglionik,
Sindrom demensia, Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan herediter (Penyakit Wilson,
penyakit Huntington, Parkinsonisme familial dengan neuropati peripheral).

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebabnya belum diketahui dengan pasti namun beberapa penelitian
menghasilkan dugaan sebagai berikut:
1. Faktor genetic
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan mengakibatkan
protein beracun tak dapat didegradasi di ubiquitin-proteasomal pathway.
Kegagalan degradasi ini menyebabkan peningkatan apoptosis disel-sel substansia nigra pas
compacta (SNc) sehingga meningkatkan kematian sel neuron di SNc. Inilah yang mendasari
terjadinya penyakit Parkinson.
2. Faktor Lingkungan
Factor lingkungan sebagai penyebab Parkinson sudah diteliti sejak 40 tahun yang lalu, sebagian
setuju bahan-bahan beracun seperti karbon disulfide, mangan, dan pelarut hidrokarbon yang
menyebabkan sindrom Parkinson; demikian juga pasca ensefalitis. Saat ini yang paling diterima
sebagai etiologi Parkinson adalah proses stress oksidatif yang terjadi di ganglia basalis, apapun
penyebabnya. Berbagai penelitian telah dilakukan antara lain peranan xenobiotik (MPTP),
peptisida/herbisida, terpapar pekerjaan terutama zat kimia seperti bahan-bahan cat, logam,
kafein, alcohol, trauma kepala, merokok, depresi, stress; semuanya masing-masing menunjukkan
peranan masing-masing melalui jalan yang bereda dapat menyebabkan sindrom parinson baik
pada penelitian epidimiologis maupun eksperimen pada primate.
3. Umur
Tidak semua orang tua menderita Parkinson, tetapi dugaan adanya peranan proses menua
terhadap terjadinya penyakit Parkinson didasarkan pada penelitian-penelitian epidimiologis
tentang kejadian penyakit Parkinson. Ditemukan angka kejadian Parkinson pada usia 50 tahun
diAmerika 10-12 per 100.000 penduduk, meningkat menjadi 200-250 per100.000 penduduk
pada usia 80 tahun.
4. Cedera Kranioserberal
Prosesnya masih belum jelas
5. Stress emosional

C. PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang
disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil di otak (brain
stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat control/koordinasi
dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamine, yang
berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh
sistem saraf pusat. Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di
otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran
komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,
sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di system saraf pusat
(SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan
berpikir (bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas).
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah stress
oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi oksiradikal, seperti dopamine
quinon yang dapat bereaksi dengan alfa sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk,
tidak dapat di gradasi oleh ubiquitin-proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-
sel SNc. Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain :
 Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan nitric-oxide
(NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.
 Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan
akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya menghasilkan
peningkatan apoptosis dan kematian sel.
 Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu
apoptosis sel-sel SNc.

D. GAMBARAN KLINIS
1. Gejala Motorik
a) Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu
hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah
tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan
sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga
sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-
kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi
tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau
menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu
istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak
mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu
terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika
tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa
berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit,
tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b) Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut
digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa
ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-
patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher.
Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang
kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-
pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh
karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon).
c) Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-
hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju,
langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa
menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan
mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara
gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka
serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata
berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
d) Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang
berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa
juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi.
13
Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit
muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan
ludah.
e) Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini
merupakan gejala dini.
f) Langkah dan gaya jalan (sikap parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung
bila berjalan.
g) Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga
bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara
bisikan ) yang lambat.
h) Demensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
i) Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap
kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
j) Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya
(tanda Myerson positif)

2. Gejala non motorik


a) Disfungsi otonom
- Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia
dan hipotensi ortostatik.
- Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
- Pengeluaran urin yang banyak
b) Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
c) Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
d) Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
e) Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
f) Gangguan sensasi
- kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
- penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian
tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
- berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia).

Untuk menentukan berat ringannya penyakit, digunakan penetapan stadium klinis


Parkinson berdasarkan Hoehn and Yahr. Skala Hoehn and Yahr adalah sistem yang umum
digunakan untuk menggambarkan bagaimana gejala dari penyakit Parkinson. Ini pada awalnya
diterbitkan pada tahun 1967 dalam jurnal Neurology oleh Melvin Yahr dan Margaret Hoehn.
Skala aslinya yaitu tahap 1 sampai 5. Sejak itu, tahap 0 telah ditambahkan, dan tahap 1,5 dan 2,5.
Skala ini dimodifikasi dari tahap 0 sampai 5 untuk menunjukkan tingkat relatif kecacatan.
Stadium 0 Tidak ada tanda-tanda penyakit
Stadium 1 Unilateral, ekpresi wajah berkurang, posisi fleksi lengan yang terkena,
tremor, ayunan lengan berkurang
Stadium 1,5 keterlibatan unilateral dan aksial
Stadium 2 Bilateral, postur membungkuk kedepan, gaya jalan lambat dengan langkah
kecil-kecil, sukar membalikkan badan
Stadium 2,5 penyakit ringan bilateral dengan pemulihan pada uji tarik
Stadium 3 Gangguan gaya berjalan menonjol, terdapat ketidakstabilan postural
Stadium 4 Disabilitasnya jelas, berjalan terbatas tanpa bantuan, lebih cenderung jatuh
Stadium 5 Hanya berbaring atau duduk dikorsi roda, tidak mampu berdiri/berjalan
meskipun dibantu, bicara tidak jelas, wajah tanpa ekspresi, jarang berkedip
E. DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria :
1. Secara klinis
a. Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas,
bradikinesia atau 3 dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan
ketidakstabilan postural.
2. Krieteria Koller
a. Didapati 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor saat istirahat atau
gangguan refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau
lebih.
b. Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang
(minimal 1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.
3. Kriteria Gelb & Gilman
a. Gejala kelompok A (khas untuk penyakit Parkinson) terdiri dari :
- Resting tremor
- Bradikinesia
- Rigiditas
- Permulaan asimetris
b. Gejala klinis kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif, terdiri dari :
- Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama
- Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun
pertamaHalusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun
pertama
- Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama.
4. Diagnosis “possible” : terdapat paling sedikit 2 dari gejala kelompok A dimana salah satu
diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan tak terdapat gejala kelompok B, lama
gejala kurang dari 3 tahun disertai respon jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis.
5. Diagnosis “probable” : terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala kelompok A, dan tidak
terdapat gejala dari kelompok B, lama penyakit paling sedikit 3 tahun dan respon jelas
terhadap levodopa atau dopamine agonis.
6. Diagnosis “pasti” : memenuhi semua kriteria probable dan pemeriksaan histopatologis
yang positif.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan fisioterapi pada Parkinson.
Fisioterapi cenderung berperan pada latihan untuk Parkinson. Latihan yang yang diberikan
fisioterapi untuk pasien Parkinson tergantung pada keluhan pasien itu sendiri atau keparahan
yang diderita oleh pasein. Biasanya masalah utama pada Parkinson, yaitu
- Rigiditas, sehingga potensial untuk terjadinya kontraktur otot.
- Menurunnya lingkup gerak sendi ( LGS ) pada ekstrimitas atau trunk.
- Menurunnya nilai kekuatan otot.
- Koordinasi gerak terganggu.
- Postur yang tidak benar.
- Pola jalan yang tidak terkontrol.
- Kemampuan aktivitas sehari-hari ( ADL ) menurun.
- Gangguan mobilisasi thorak, sehingga pernafasan terganggu.
- Gangguan memori, memori yang baru masuk cepat hilang.
Pemeriksaan pada Parkinson

1. Tes orientasi

- Pasien di suruh untuk membaca , saat di perintahkan maka pasien akan sulit untuk
memulai, tetapi setelah membaca maka pasien akan sulit di hentikan
- Pasien di suruh untuk memakai sisir, dan mengambil dompet dari kantong belakang
dari celana.
- Pasien di perintahkan untuk berjongkok-berdiri
2. Tes motorik

- Reaksi ADL
- Reaksi keseimbangan
- Tes kekuatan otot
3. Tes sensorik
- Tes rasa sakit
- Tes arah gerakan
- Tes rasa beda titik
- Tes rasa vibrasi
4. Tes tonus
- Tes palpasi
5. Tes koordinasi
- Heel to knee
- Finger to noice
- Finger to eye’s

Intervensi

- Mencegah kontraktur oleh karena rigiditas, dengan gerakan pasif perlahan namun full
ROM.
- Meningkatkan nilai otot secara general dengan fasilitasi gerak yang dimulai dari sendi
proximal, bisa dengan menggunakan PNF, strengthening.
- Meningkatkan koordinasi.
- Meningkatkan transver dan ambulasi disertai dengan latihan keseimbangan.
- Walking exercise
- Senam Parkinson
- Gerakan 1:
Melatih otot pelvis Fungsi: Memfiksasi panggul supaya tidak mudah jatuh.
Cara: Duduk tegak di atas bola, kedua kaki agak terbuka. Jaga keseimbangan. Tegak dan
pertahankan dalam waktu 10 detik, rileks, ulangi lagi gerakan sebanyak 10 kali. Gerakan
- Gerakan 2
Memindahkan berat badan ke satu sisi Fungsi: Melatih rasa gerak sendi panggul dan otot-
ototnya agar siap menghadapi perubahan posisi. Penting untuk mengatur strategi agar
tidak jatuh terutama saat berdiri.
Cara: Posisi awal duduk tegak di atas bola. Kemudian, gerakkan bola dengan pantat ke
kanan. Tahan dengan kedua tangan dan sebagian badan digerakkan ke arah berlawanan.
Ini dilakukan untuk menahan berat badan jangan sampai jatuh menggelinding ke kanan.
Ulangi 10 kali dengan arah berlawanan secara bergantian.
- Gerakan 3
Penguatan otot pinggang, perut, dan paha Fungsi: Menguatkan otot pinggang, perut, dan
paha yang merupakan bagian dari penjaga keseimbangan.
Cara: Duduk tegak di atas bola. Kedua tangan saling bersentuhan. Angkat salah satu kaki
perlahan hingga lurus sejajar paha. Lakukan gerakan dengan kaki yang berbeda. Ulangi
10 kali.
- Gerakan 4
Melatih gerak sendi panggul Fungsi: Menjaga keseimbangan.
Cara: Duduk tegak di atas bola. Kemudian gerakkan bola dengan pantat sedikit ke
belakang. Kedua tangan diluruskan ke depan untuk menahan berat badan agar tidak jatuh
ke belakang. Kembali lagi ke depan. Ulangi 10 kali.
- Gerakan 5
Penguatan otot paha Fungsi: Stabilisator sendi lutut. Mengurangi kemungkinan jatuh
akibat kelemahan otot paha. Mengurangi nyeri otot.
Cara: Berdiri tegap dengan bola di belakang punggung. Turunkan bola dengan
menggunakan tubuh bagian belakang. Turunkan hingga posisi kaki menekuk 90 derajat
seperti mau duduk. Saat turun tahan 5 detik. Kemudian naik ke posisi semula dan ulangi
lagi sebanyak 10 kali.
- Gerakan 6
Melatih kelenturan otot punggung Fungsi: Otot punggung menjadi lentur. Membuat
gerak fleksibel, mengurangi risiko jatuh dan mencegah kekakuan pada panggul.
Cara: Duduk tegap di atas bola. Kemudian gerakkan dan turunkan badan ke salah satu
sisi. Posisikan kedua tangan sejajar menyentuh lantai sesuai arah badan. Ulangi dengan
arah bergantian. Masing-masing arah (kanan-kiri) diulangi sampai lima.
- Gerakan 7
Melatih kelenturan otot samping Fungsi: Mencegah kekakuan dan nyeri pada punggung.
Menjaga kelenturan otot-otot punggung. sisi yang terdapat bola. Saat miring ke kanan,
tangan yang terdekat dengan bola menyentuh bola. Lakukan dengan arah berbeda.
Masing-masing arah lima repetisi.
- Gerakan 8
Stretching otot dada Fungsi: Meningkatkan ekspansi thorax atau dada. Sehingga,
pengembangan paru lebih bagus. Masukan oksigen juga lebih banyak.
Cara: Berlutut dengan bola di depan badan. Kemudian dorong bola ke depan dengan
kedua tangan. Dorong hingga tulang punggung dan tangan lurus.

Anda mungkin juga menyukai