Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Endokrin
Disusun oleh :
PADALARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Penyakit Addison’s disease adalah suatu kelainan hormonal yang disebabkan oleh
kurangnya produksi hormone kortisol oleh korteks kelenjar adrenalis dan hormone aldosteron
pada beberapa kasus keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh gangguan di kelenjar itu sendiri
(insufisiensi adrenal primer) atau gangguan sekresi ACTH oleh kelenjar hipofisis. Penyakit ini
Addison ini sangat jarang terjadi terutama pada anak-anak. Penyakit Addison dapat terjadi baik
pada pria maupun wanita di semua usia. Frekuensi penyakit Addison pada populasi manusia
diperkirakan 1 dari 100.000.
Diagnosis penyakit Addison dapat dibuat melalui gambaran klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan radiologist seperti Ct Scan dan MRI dapat membuat menganalisa
kelenjar adrenal dan kelenjar hipofisis sehingga dapat diketahui penyebab insufisiensi kortisol
yang terjadi pada penderita.
Terapi penyakit Addison yaitu pergantian atau substitusi hormone kortisol memperbaiki
defisiensi glukokortikoid dan terapi standar pada keadaan krisis Addison. Diagnosis dini dan
terapi yang tepat diperlukan untuk memberikan prognosis yang baik bagi pasien Addison’s
Disease.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Addison’s disease?
2. Apakah etiologi dari Addison’s Disease?
3. Apakah manifestasi klinis dari Addison’s disease?
4. Apakah komplikasi dari Addison’s disease?
5. Bagaimana pathofisiologi dari Addison’s disease?
6. Apakah penatalaksanaan dari Addison’s disease?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari Addison’s disease?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Addison’s disease
2. Untuk mengetahui etiologi dari Addison’s disease
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Addison’s disease
4. Untuk mengetahui pathofisiologi dari Addison’s disease
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Addison’s diseade
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Addison’s disease
4. SISTEMATIKA PENULISAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada
kelenjar Adrenal (Black,1997).
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari
kelenjar korteks adrenal yang menyebabkan terganggunya produksi hormone yang
diproduksi oleh kelenjar korteks adrenal yaitu hormone kortisol dan aldosteron (Liotta
EA et al, 2010).
Addison’s disease berasal dari dalam kelenjar adrenal dan ditandai oleh
penurunan sekresi hormone-hormon mineralokortikoid, glukokortikoid, serta androgen
(Kowalak et al, 2011)
System endokrin adalah system yang bekerja dengan perantara zat-zat kimia
(hormone) yang diahasilkan oleh kelenjar endokrin (Syaifusdin, 2010). Kelenjar
Endokrin adalah kelenjar-kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar dimana hasil
sekresinya bermuara dalam pembulub darah dan limfe (Irianto, 2012).
• Sepasang organ yang menempel pada bagian cranial ginjal, terbenam dalam
jaringan lemak, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal
tertutup fascia renalis
• Panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm, mempunyai berat lebih
kurang 8 gr.
• Dekstra berbentuk piramid sedang sinistra berbentuk pipih atau bulan sabit
(semilunar)
• Vaskularisasi:
Korteks
Medula
Zona Glomerulosa Zona Fasciculata Zona Retikularis
Korteks Adrenal
1) Zona Glomerulosa
a) Merupakan suatu zona tipis di inferior dari kapsul kelenjar adrenal
b) Tersusun dalam kelompok kecil, terdiri atas bentukan ovoid dari sel-sel silindris
c) Setiap bentukan ovoid dikelilingi kapiler-kapiler
d) Iinti sel bulat, anak inti jelas
e) Sitoplasma acidofilik, dengan granula basofilik
f) Menghasilkan hormon mineralocorticoid
2) Zona Facisulata
a) Merupakan zona intermedia paling tebal di korteks adrenal
b) Terdiri atas sel-sel tersusun sejajar & tegak lurus
c) Setiap deretan dikelilingi kapiler-kapiler
d) Sel: polyhedral, inti open faced type, sitoplasma lipid droplets tampak
berbusa spongiocyte. Sehingga tanda khasnya adalah wana pucat karena
adanya butiran lemak yang banyak
e) bersama z. retikularis menghasilkan hormon glucocorticoid (cortison, cortisol,
& cortisosteron).
3) Zona Reticularis
a) Merupakan zona terdalam dari cortex adrenal.
b) Tersusun atas sel-sel membentuk anyaman-anyaman yang saling
beranastomose.
c) Berakhir pada bagian medula.
d) sitoplasma: merah gelap, karena tidak ada lipid droplet
e) membentuk glucocorticoid & sex hormon.
Terdapat dua kelenjar adrenal, masing-masing terbenam di atas ginjal dalam suatu
kapsul lemak. Setiap kelenjar adrenal memiliki korteks yang menghasilkan steroid dan
medulla yang menghasilkan katekolamin. Terdapat tiga zona di korteks adrenal, yaitu
zona glomerulosa (paling luar), fasikulata (paling tebal), dan retikularis (paling dalam).
Berdasarkan efek kerja primernya, steroid korteks adrenal dapat dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Mineralokortikoid
Terutama aldosterone mempengaruhi keseimbangan mineral (elektrolit) khususnya,
keseimbangan Na+ dan K+. Tempat kerja utamanya di tubulus distal dan koligentes ginjal,
tempat mendorong retensi Na+ dan meningkatkan eliminasi K+ selama pembentukan
urine. Retensi Na+ oleh aldosterone secara sekunder akan mendorong retensi amotik H2O,
meningkatkan volume CES, yang penting dalam regulasi jangkapanjang tekanan
darah.Sekresi aldosterone ditingkatkan oleh pengaktifan sistem Renin-Angiotensin-
Aldosteron oleh factor-faktor yang berkaitan dengan penurunan Na+ dan tekanan darah,
serta stimulasi langsung korteks adrenal oleh peningkatan konsentrasi K+ plasma.
2. Glukokortikoid
Terutama kortisol berperang penting dalam metabolisme glukosa, protein, dan lemak.
Efek keseluruhan pengaruh kortisol pada metabolism adalah peningkatan konsentrasi
glukosa darah dengan mengorbankan simpanan lemak dan protein, yaitu dengan:
a. merangsang gluconeogenesis di hati,
b. menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan kecuali otak,
c. merangsang penguraian banyak protein di jaringan, khususnya otot, dan
d. mempermudah lipolysis.
Selain itu, kortisol juga memiliki efek permisif signifikan bagi aktivitas hormone lain dan
penting bagi tubuh untuk menahan stress. Kortisol sangat penting karena efek
permisifnya, missal, kortisol harus ada dalam jumlah memadai agar jumlah katekolamin
dapat meninmbulkan vasokonstriksi.
3. Hormon seks
Identic dengan yang dihasilkan oleh gonad (testis untuk pria, ovarium untuk wanita).
Hormone seks adrenokorteks paling banyak dan penting secara fisiologis adalah
dehidroepiandrosteron, suatu hormone seks pria. Karena lipofilik, semua hormone
adrenokorteks diangkut dalam darah dalam keadaan terikat protein plasma. Kortisol
terutama terikat pada protein plasma yang spesifik untuknya, yaitu corticosteroid-binding
globulin (transkortin), sementara aldosterone dan dehidroepiandrosteron umumnya terikat
pada albumin.
Sekresi kortisol diatur oleh umpan balik negative yang melibatkan hipotalamus dan
hipofisis anterior. Pada umpan balik negative ini, terdapat dua factor yang mempengaruhi
kadar kortisol plasma, yaitu irama diurnal dan stress.
Sekresi katekolamin kedalam darah dilakukan oleh eksositosis granula kromafin.
Dari seluruh hormone adrenomedula, terdiri dari 80% epinefrin dan 20% norepinefrin,
yang masing-masing berbeda afinitasnya terhadap berbagai reseptor adrenergic.
C. Etiologi
Sebagaian besar penyakit Addison disebabkan oleh destruksi kortekes adrenal yang
disebabkan oleh sistem imun tubuh kita sendiri. Kira-kira 70% kasus penyakit Addison yang
dilaporkan merupakan penyakit autoimun di mana insufisiensi adrenal terjadi ketika destruksi
korteks adrenal mencapai 90%. Keadaan ini menyebabkan kurangnya produksi hormone
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Kadang-kadang hanya kelenjar adrenal yang terkena,
dikenal sebagai insufisiensi adrenal idiopatik, atau kelenjar lainnya ikut terkena yang dikenal
dengan sindrom defisiensi poliendokrin. Di Negara berkembang 20% kasus insufisiensi
adrenal primer juga menderita tuberculosis. Dr. Thomas Addison mengidentifikasi
insufisiensi adrenal pertama kali dan menemukan 70-90% kasus tuberculosis dari otopsi yang
dillakukan. Penyebabnya insufisiensi adrenal primer lainnya adalah infeksi kronis, metastasis
keganasan, dan pengangkatan kelenjar adrenal.
Banyak penyakit Addison ini merupakan penanda kurangnya hormone ACTH, yang
dapat disebabkan kurangnya produksi hormone kortisol kelenjar adrenal tapi produksi
hormone aldesteron normal. Bentuk temporer dari insufisiensi adrenal sekunder dapat terjadi
ketika seseorang mendapat asupan hormone glukokortikoid misalnya prednisone dalam
jangka waktu yang lama yang akan kembali normal bila pengobatan dihentikan. Penyebab
lain insufisiensi adrenal sekunder adalah pengangkatan kelenjar adrenal atau tumor benigna
kelenjar adrenal, adanya hormone ACTH yang diproduksi oleh sel tumor kelenjar hipofisis
(sindroma Cushing). Pemberian glukokotikoid eksogen kronik, Tumor hipofisis,Tumor
hipotalamus, dan defisiensi CRH hipotalamus didapat.
E. Manifestasi klinis
Insufisiensi adrenal primer dan sekunder
Kelemahan
Rasa mudah lelah
Penurunan berat badan
Paralisis (disebabkan oleh kondisi hiperkalepmia dan penurunan pemecahan protein.)
Atropi otot
Nausea,vomittus dan nyeri abdomen
Hipoglikemia
Pusing
Hiponatremia
F. Komplikasi
Hiperpireksia
Reaksi psikosis
Syok
Hipoglikemia yang sangat berat
Kolaps vaskuler
Koma
Kematian
Pemeriksaan awal sebelum diagnosis dimulai dengan mengenali gejala penyakit Addison
pada pasien lalu mengecek perubahan warna kulit pada area, seperti siku, telapak tangan, dan
bibir. Dokter juga akan menanyakan sejarah penyakit yang pernah dialami oleh pasien
sebelum melakukan serangkaian tes penunjang, seperti:
1. Tes darah. Tes ini dilakukan untuk mengetahui level natrium, kalium, kortisol, dan
ACTH di dalam tubuh yang dapat menjadi pemicu gejala pada pasien. Tes darah juga
dilakukan untuk mengetahui jumlah antibodi yang bisa menjadi penyebab terjadi kondisi
autoimun pada penyakit Addison.
2. Tes rangsangan ACTH (hormon adrenokortikotropik). Tes ini dilakukan untuk
mengetahui level kortisol di dalam darah sebelum dan sesudah ACTH sintetis
disuntikkan. Tes ini akan menunjukkan kerusakan pada kelenjar adrenal jika hasil
respons hormon kortisol terhadap ACTH sintetis berada dalam jumlah yang terbatas atau
tidak ada.
3. Tes fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar ini memiliki peranan penting dalam memproduksi
hormon yang mengendalikan perkembangan dan metabolisme tubuh. Penderita penyakit
Addison umumnya memiliki fungsi kelenjar tiroid yang rendah.
4. Tes pencitraan, seperti CT dan MRI scan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui ukuran
kelenjar adrenal yang tidak normal pada area perut, atau pada kelenjar pituitari untuk
mengetahui penyebab insufisiensi adrenal primer maupun sekunder.
5. Tes hipoglikemia induksi insulin. Tes ini biasanya dilakukan jika gangguan pada kelenjar
pituitarilah yang menjadi penyebab insufisiensi adrenal sekunder. Tes ini dilakukan
dengan cara memeriksa level glukosa darah dan kortisol setelah insulin disuntikkan.
Orang yang sehat akan memiliki hasil level glukosa rendah dan meningkatnya kortisol.
H. Penatalaksanaan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : lelah, nyeri / kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari ), tidak
mampu beraktivitas atau bekerja.
Tanda : peningkatan denyut jantung/ nadi pada aktivitas yang minimal. Penurunan
kekuatan dan rentang gerak sendi. Depresi, gangguan konsentrasi, penurunan inisiatif
/ ide, letargi.
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
Gejala : Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit fisik
pembedahan, perubahan gaya hidup,ketidakmampuan mengatasi stress.
Tanda : ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tak stabil.
4. Eliminasi
Gejala : diare sampai dengan adanya konstipasi. Kram abdomen, perubahan frekuensi
dan karakteristik urine.
Tanda : diuresis yang diikuti dengan oliguria.
5. Makanan / cairan
Gejala : anoreksi berat (gejala utama), mual/ muntah, kekurangan zat garam, berat
badan menurun dengan cepat.
Tanda : turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
6. Neorusensori :
Gejala : pusing, sinkope (pingsan sejenak ), gemetar, sakit kepala yang berlangsung
lama yang diikuti oleh diaforesis. Kelemahan otot, penurunan toleransi terhadap
keadaan dingin atau stress. Kesemutan / baal/ lemah.
Tanda : disorientasi ( waktu , tempat, ruang ) karena kadar natrium rendah, letargi,
kelelahan mental, peka rangsang, cemasa, koma( dalam keadaan krisis), parastesia,
paralisis, astenia (pada keadaan krisis). Rasa kecap/ penciuman berlebihan, ketajaman
pendengaran juga meningkat.
7. Nyeri / kenyamanan :
Gejala : nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala. Nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas ( pada keadaan krisis).
8. Pernafasan
Gejala : dispnea
Tanda : kecepatan pernafasan meningkat, takipnea, suara napas krakel, ronki ( pada
keadaan infeksi)
9. Keamanan
10. Seksualitas
Gejala : adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker, tiroiditis, anemia pernisosa.
J. Diagnose Keperawatan
1. Keletihan berhubungan dengan fisiologis: status penyakit (Addison)
2. Diare berhubungan dengan fisiologis: malabsorbsi
3. Keurangan volume cairan berhubungan dengann kehilangan cairan aktif.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan membran alveolar-
kapiler.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan masa otot;
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
7. Risiko syok dengan faktor risiko hipoksia.
8. Mual berhubungan dengan biofisik: gangguan biokimia
9. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrome hipoventilasi.
10. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan faktor risiko status kesehatan
fisik: penyakit addison (defisiensi glukokortikoid).
11. Risiko harga diri rendah situasional dengan faktor risiko penyakit fisik dan
gangguan citra tubuh.
12. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit (Addison dan terjadi
hipopigmentasi)
BAB III
SIMPULAN
SIMPULAN
Penyakit Addison’s disease adalah suatu kelainan hormonal yang disebabkan oleh
kurangnya produksi hormone kortisol oleh korteks kelenjar adrenalis dan hormone aldosteron
pada beberapa kasus keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh gangguan di kelenjar itu sendiri
( insufisiensi adrenal primer) atau gangguan sekresi ACTH oleh kelenjar hipofisis.penyakit
Addison ini sangat jarang ditemukan terutama pada anak-anak. Penyakit Addison dapat terjadi
baik pada pria maupun wanita di semua usia. Frekuensi penyakit Addison pada populasi manusia
diperkirakan 1 dari 100.000.
Terapi penyakit Addison yaitu penggatian atau substitusi hormone kortisol. Memperbaiki
defisiensi glukokortikoid. Defisiensi aldosteron dapat diigantian dengan mirealkortikoid.
Penderita mendapat control sdan perawatan yang teratur dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Aini.2016. Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan Pendekatan NANDA NIC
Surabaya