Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan


perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya mallnutrisi (Gizi salah)
dan resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting karena
merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadi kesakitan atau kematian. Status
gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga
terhadap kemmampuan dalamproses pemulihan.
Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi adalah
untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu dan
masyarakat. PSG adalah interprestasi dari data yang dikumpulakan dengan
menggunakan berbagai merode untuk mengidentifikasi populasi atau individu ang
beresiko atau dengan status gizi kurang/ buruk. Metode PSG ini dibagi dalam tiga
kelompok, Yaitu kelompok pertama: metode secara langsung yang terdiri dari
penilaia dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan
antropometri. Kelompok kedua: prnilaian dengan melihat statistic kesehatan yang
biasa disebut dengan PSG tidak langsung karenatidak menilai individu secara
langsung. Kelompok ketiga: penilaian dengan melihat variable ekologi.
Data penilaian status gizi dapat dikumpulkan dengan berbagai cara.
Pengumpulan data ini akan menjadi penting kedudukannya dalam PSG karena
akan sangat mempengaruhi hasil yang didapat yang akhirnya akan mempengaruhi
juga informasi yang disampaikan.

1
B. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan penilaian status gizi secara
langsung dan tidak langsung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan survey konsumsi makanan (individu)
menggunakan reccal 2x24 jam, dietary history, food frequency, estimated
food records dan metode penimbangan makanan (food weighing).
b. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi berdasarkan
Antropometri dengan Indeks BB/TB, BB/U, TB/U, LILA, Tinggi Lutut,
Tebal Lemak Bawah Kulit, Lingkar Pinggang Pinggul.
c. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi secara biokimia melalui
pemeriksaan Hb, Asam Urat, Kolestrol dan Gula Darah.
d. Mahasiswa mampu melakukan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
e. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran menggunakan CDC.

C. Manfaat Praktikum
1. Sebagai wadah untuk meningkatkan cakrawala berpikir dalam mengidentifikasi
berbagai macam pengukuran antropometri pada manusia melalui uji coba dan
mahasiswa memahami pengertian Antropometri serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan terkait evaluasi pelaksanaan
praktikum penilaian status gizi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Survei Konsumsi Makanan

2
Survei konsumsi makanan atau penilaian tingkat konsumsi makanan adalah
salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau
kelompok secara tidak langsung. Survei konsumsi makanan dilakukan dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, dimana survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Secara umum, survei
konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Anonim, 2008).
Survei konsumsi makanan ini dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode
recall 24 jam, food records, dan weighing method. Secara kualitatif akan diketahui
frekuensi makan maupun cara memperoleh pangan (Baliwati et al, 2004 ).
Metode recall konsumsi 24 jam dan food record didasari pada makanan dan
jumlah yang umumnya dikonsumsi oleh individu dalam satu hari atau lebih pada
hari-hari tertentu. Metode recall dan record digunakan pada epidemiologi gizi
untuk mengukur validasi kuisioner frekuensi makanan yang digunakan sebagai
instrumen pengumpulan data konsumsi primer. Validasi kuisioner frekuensi
makanan dievaluasi melalui pengumpulan satu atau lebih recall dan recoord dari
subsampel yang mewakili populasi. (Syafutri, 2009).
Dalam pengukuran konsumsi makanan dengan metode food survey pada
tingkat individu atau perorangan sering terjadi biasa atau kesalahan. Setiap metode
mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Metode food records memberikan hasil
yang lebih akurat, tetapi terlalu membebani responden. Metode food frequency
questionnaire dan food recall 24 jam lebih sering terjadi flat slope syndrome, yaitu
kecenderungan bagi responden kurus untuk melaporkan lebih banyak dan
responden yang gemuk melaporkan lebih sedikit (Basuki, 2004).
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan
menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif.

3
Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan,
frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang
kebiasaan makan (Food Habits) Serta cara-cara memperoleh bahan makanan
tersebut. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara
lain metode frekuensi makanan (Food frekuensi), Metode dietary history, metode
telepon dan metode pendaftaran makanan (Food List) metde kuantitatif.
Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan
yang di konsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan
daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti
daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar konversi Mentah-Masak (DKMM) .
Metode untuk pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain
yaitu :
1. Metode food Recall 24 jam
Metode ini merupakan metode Yang paling sederhana dan mudah
dilakukan yaitu dengan meminta kepada individu untuk mengingat seluruh
makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam sebelumnya.
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam
metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) diminta untuk
menceritakaan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu
(kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat
tidur malam harinya atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan
wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas
datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka konsumsi yang ditanyakan
adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang sampai pukul
07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah
terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring,

4
dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang
diperoleh kurang represntatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan
individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang
dan harinya tidak berturut-turut.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran
asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang
intake harian individu (Sanjur, 1997).
2. Metode Riwayat Makanan(Dietary History)
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1
minggu, 1 bulan, 1 tahun).
Metode ini paling baik digunakan apabila ingin mengetahui informasi
kebiasaan asupan makanan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24
jam terakhir.
b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan
makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan,
untuk mengecek kebenaran

3. Metode frekuensi makanan (food frequency)


Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsisejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentu seperti hari,minggu, bulan atau tahun.Selama ini dengan metode
frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran polakonsumsi bahan makanan
secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebihlama dan dapat
membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi,maka
cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi.Kuesioner
frekuensi makanan memuat daftar bahan makanan atau makanan danfrekuensi

5
penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada
dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensiyang
cukup sering oleh responden.
4. Metode Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food records atau dietary records, yang
digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Responden diminta
mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan.
Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu, termasuk cara persiapan
dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi
yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi
oleh individu.
Penjelasan lain tentang metode ini yakni metode yang dilakukan untuk
mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk
mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam
Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram)
dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahahan makanan tersebut.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati
sebenarnya (true intake) tentang jumlah energy dan zat gizi yang dikonsumsi
oleh individu.
5. Metode Penimbangan Makanan (Food weighing)
Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang
dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung
beberapa hari tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang tersedia.
Terdapatnya sisa makanan setelah makan juga perlu ditimbang sisa tersebut
untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
B. Antropometri
Istilah Antropometri berasal dari kata “Anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definisi antropometri dapat dinyatakan
sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi,
lebar) beratdan lain-lain yang berbeda satudengan lainnya (Sutalaksana,1996).

6
Menurut Nurmianto (1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik
yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis
dalam proses perencanaan produk maupun system kerja yang memerlukan
interaksi manusia.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih
luas antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan
alat kerja sepertimesin, equipment, perkakas(tools), perancangan produk-produk
konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk
yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang akan mengoperasikan atau
menggunakan produk tersebut (Nurmianto,2003).
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut bentuk, ukuran fisik atau
fungsi dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat, volume, ruang
gerak dan lain-lain. Penerapan data anthropometri ini akan dapat dilakukan jika
tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi
normal. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat didalam perencanaan
peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja. Anthropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomi dalam memerlukan
interaksi manusia.
Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidaknya ada
beberapa hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui
kekekaran otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai
dan lengan, sertakan dungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam
bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan atau
panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) atau berat badan menurut tinggi

7
badan atau panjang badan (BB/TB atau BB/PB), lingkar lengan atas menurut
umur (LLA/U), indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dan sebagainya
(Barasi, 2008).
Dalam praktikum kali ini, kami melakukan penilaian status gizi dengan
menggunakan pengukuran antropometri terhadap beberapa responden
berdasarkan kelompok umur. Harapan kami setelah dilaksanakannya praktikum
ini, mahasiswa kesehatan ilmu gizi khususnya angkatan 2016 dapat dan mampu
melakukan pengukuran antropometri secara nyata di lapangan.
a. Berat Badan
Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering digunakan
walaupun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran.
1) Berat badan.
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa
mineral tulang. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak
sehubungan dengan umur dan terjadi penurunan protein otot. Berat badan
sewaktu lahir dapat digunakan sebagai indicator status gizi bayi dengan cut
off point <2.500 gram dikatakan sebagai bayi BBLR. Untuk menilai status
gizi biasanya berat badan duhubungkan dengan pengukuran lain, seperti
umur dan tinggi badan.
b. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsifnya adalah mengukur
jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, punggung, tulang belakang dan
tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total
tinggi (Atau panjang) yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan
dengan umur dapat digunaka sebagai indicator status gizi masa lalu.
c. LILA
Lingkaran lengan atas (LILA) biasa digunakan pada abalita serta
wanita usia subur Pengukuran LILA dipilih karena relatif mudah, cepat, Harga
alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah
mendapatka data umur yang tepat. Bila mencerminkan cadangan energy sengga

8
pengukuran ini papat mencerminkan status KEP (kurang energy dan protein)
pada balita atu KEK (kurang energy kronik) pada ibu WUS dan ibu hamil.
Pengukuran LILA pada WUS dan ibu hamil adalah untuk mendeteksi resiko
terjadinya kejadiaa bayi dengan BBLR (Berat badan lahir rendah). Cut off point
dengan balita yang menderita KEP adalah < 12,5 cm sedangkan resiko KEK
dan WUS dan bumil adalah < 23,5 cm.
d. Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau manula.
Pada manula digunakan tinggi lutut karna manula telah terjadi penurunan masa
tulang yang ,menyebabkan bungkuk sehingga sukar untuk mendapatkan data
tinggi badan yang akurat. Untuk mendapatkan data tinggi badan dari berat
badan dapat menggunakan Formula atau nomogam bagi orang yang berusia
lebih dari 59 tahun. Untuk nmendapatkan data tinggi daban dari berat badan
dapat menggunakan formula berikut ini:

Pria : (2,02 x tinggi lutut(cm)) – (0,04 x umur (tahun)) + 64.19


Wanita : (1,83 x tinggi lutu (cm)) – (0,04 x umur (tahun)) + 84.88
e. Tebal Lemak Bawah Kulit
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah
kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian
lengan atas (triceps dan biceps, lengan bawah (forearm), tulang belikat
(subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut
(abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatellar), dan
pertengahan tungkai bawah medial calf (Supariasa,2002).
Penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan informasi
mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa metode
mulai dari yang paling sulit dilakukan sampai dengan metode yang relatif
mudah untuk digunakan (Hartriyanti,2007).
Tebalnya lipatan kulit pada triseps dan subskapular merupakan refleksi
tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan

9
kecukupan energi. Dalam keadaan definisi, lipatan kulit menipis dan sebaliknya
menebal jika masukan energi berlebihan. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan
untuk menilai terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya pada kasus obesitas
(Soetjiningsih, 2005).
f. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam
lemak bebas, disbanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan
tangan. Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih
dan posisi pengukuran harus tepat, karena perbedaan posisi pengukuran
memberikan hasil yang berbeda.Rasio lingkar pinggang-pinggul untuk
perempuan 0.77, laki-laki 0.90 (Seidell dkk, 1980).
C. Biokimia
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena
mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100
mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa
darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus,
jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah ( Podjiadi, 1994).
Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon
yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam darah masuk ke sel
untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas
tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin cukup namun tidak
bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan resistensi insulin ( Girindra, 1989).
Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam
darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di

10
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber energi untuk
sel-sel tubuh. Meskipun disebut sebagi gula darah, selain glukosa, ditemukan juga
jenis jenis gula lainnya, seperti glukosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya
tingkatan glukosa yang diatur insulin.
Level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa
fatal, yang disebut dengan hipoglikemia, yang mempunyai gejala perasaan lelah,
fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung dan kehilangan kesadaran.
Apabila levenya tetap tinggi, disebut dengan hiperglikemia, nafsu makan akan
tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan, berkaitan dengan diabetes, termasuk
pada mata, ginjal dan saraf.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh
pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk
membutuhkan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang
menargetkan sel-sel di hati, kemudian sel-sel in mengubah glikogen menjadi
glukosa.
Metode pemeriksaan darah meliputi metode induksi enzimatik dan lainnya.
Metode yang paling sering digunakan adalah metode enzimatik, yaitu metode
Glukosa Oksidase (GOD) dan metode heksokinase. Metode GOD banyak
digunakan pada saat ini. Akurasi dan presisi yang baik ( karena enzim GOD
spesifik untuk reaksi pertama). Tetapi reaksi kedua rawan interfen ( tak spesifik).
Interfen yang bisa menggangu antara lain bilirubin, asam urat dan asam askorbat.
Harga normal dalam menentukan kadar glukosa darah adalah : 1). Kadar gula
darah sewaktu : 60 – 120 mg/dl; 2). Kadar gula darah puasa : 50 – 100 mg/dl
( Hendromartono, 1998).
D. KMS
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan

11
anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus
selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-Balita juga dapat dipakai
sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis
tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.
KMS Balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian
makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan
penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.

12
BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Survei Konsumsi Makan


1. Alat dan Bahan
a. Formulir pencatatan (recall) makanan 24 jam
b. Formulir penilaian konsumsi makanan
c. Formulir penilaian rata-rata konsumsi
d. Daftar konsumsi bahan makanan
e. AKG
2. Prosedur Kerja
a. Daftar ukuran rumah tangga→transfer URT ke satuan gram
b. Daftar komposisi bahan makanan (DKBM) menghitung nilai zat gizi dalam
bahan makanan
B. Antropometri
1. Alat dan Bahan
a. Timbangan digital
b. Microtoice
c. Pita lila
d. Meteran
2. PROSEDUR KERJA
a. Pengukuran Berat Badan (BB)

13
1) Responden menggunakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang
minimal). Responden tidak menggunakan alas kaki
2) Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0
3) Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar
merata pada kedua kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi
jendela baca
4) Diperhatikan posisi kaki tepat di tengah alat timbang, usahakan agar
responden tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus
kedepan).
5) Angka dikaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai
angka tidak berubah (statis)
6) Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 terdekat.
7) Responden diminta turun dan alat timbang
b. Pengukuran tinggi badan (TB)
1) Respoden tidak mengenakan alas kaki (sendal/sepatu). Posisi kan
responden tepat tepat dibawah microtoice.
2) Responden diminta berdiri tegak, persis dibawah alat geser.
3) Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoice di pasang.
4) Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas dan
menghadap paha.
5) Responden diminta menarik nafas panjang untuk membantu menegakkan
tulang rusuk. Usakan badan tetap santai.
6) Gerakkan alat geser sampai menyentuh bagian alas responden. Pastikan
alat geser berada tepat ditengah kepala responden. Dalam keadaan ini
bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding.
7) Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca kearah angka yang lebih
besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat depan angka (skala) pada
garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8) Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri
di atas bangku agar hasil pembacanya benar. Catat tinggi badan pada
skala 0,1 cm terdekat.

14
c. Pengukuran Tinggi Lutut
1) Responden duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk
sudut 900 proximal hingga patella.
2) Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki
responden membentuk sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada tiang
alat ukur
3) Di baca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat berda
pada angka yang ditunjukkan oleh alat ukut. Catat tinggi badan pada skala
0,1 cm terdekat.
d. Pengukuran Lingkar Pinggang
1) Responden menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan)
sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya pita
pengukur tidek berada di atas pakaian yang di gunakan.
2) Responden berdiri tegak dengan perut dalam keadaan rileks.
3) Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkar
pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian paling kecil dari
tubuh atau pada bagian tulang rusuk paling terakhir. Seorang pemantu
diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
4) Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal dan alat ukur
tidak menekan kulit.
5) Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
e. Pengukuran lingkar panggul
1) Responden mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Responden berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat
3) Pengukur jongkok di samping responden sehingga tingkat maksimal dari
panggul terlihat
4) Alat pengukuru dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit.
Seorang pembantu di perlukan untuk meletakan alat ukur dengan tepat
5) Di baca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
f. Pengukur lingkar lengan atas
1) Responden di minta berdiri tegak
2) Responden di minta untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan kiri atas (bagi yang kidal gunakan lengan kanan)

15
3) Tekukan tangan responden membentuk 900 dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang dan menentukan titik
tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku
4) Di tandai titik tengah dengan pena
5) Lingkar lengan atas di catat pada skala 0,1 cm terdekat.
C. Biokimia
1. Alat dan Bahan
a. Diistocmeter.
b. Lencet/jarum
c. Lencing/pen
d. Alkohol swap
e. Cip warna
f. Cip glukosa
2. Prosedur Kerja
a. Kita gunakan cip warna untuk memastikan apakah Diistocmeter masih bisah
digunakan atau tidak (Jika terbaca Yes berarti bisa digunakan dan jika
tercoba No berarti tidak dapat digunakan.
b. Kita masukkan lencet (jarum) pada lencing (pen).
c. Sebelumnya kita periksa dulu tangan klien kita apakan kulit tangannya tebal
atau tipis jika tebal maka gunakan nomor 3 dan jika tipis maka kita gunakan
nomor 2
d. Usap jari tengah menggunakan alkohol swab dan tunggu hingga kering
e. Pasang strip, ambil 1 strip dari tabung glukosa kemudian dipasang ke slot
tempat strip, nyalakan alatnya menjadi on.
f. Check nomor kode kalibrasi, bandingkan No kode kalibrasi yang muncul
dilayar dengan yang tertera ditabung harus sama.
g. Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft click. Lokasi
pengambilan sampling darah disamping jari
h. Masukkan darah kedalam bantalan strip sampai terisi penuh
i. unggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera dilayar
j. Baca hasil pemeriksaan.
D. KMS
1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam KMS
a. Alat Tulis (Pulpen)
b. KMS (Kartu Menuju Sehat)
2. PROSEDUR KERJA
a. Balita Datang Pertama Kali:
1) Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran

16
2) Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita:
3) Kolom posyandu diisi nama Posyandu tempat anak didaftar.
4) Kolom tanggal pendaftaran diisi tanggal anak didaftar pertama kali.
5) Kolom nama anak diisi nama jelas anak.
6) Kolom jenis kelamin diisi tanda ceklis (V) yang sesuai.
7) Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga
(termasuk anak yang meninggal).
8) Kolom tanggal lahir diisi bulan dan tahun lahir anak.
9) Kolom berat badan lahir diisi angka penimbangan berat badan anak saat
dilahirkan dalam satuan gram “berat badan lahir”.
10) Kolom “nama ayah” dan “nama ibu” beserta pekerjaannya diisi sesuai
nama dan pekerjaannya ayah dan ibu anak tersebut.
11) Kolom “alamat” diisi alamat anak menetap.
12) Mengisi kolom bulan lahir.
13) Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita.
14) Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.
15) Mengisi kolom pemberian imunisasi.
16) Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
17) Mengisi kolom periode pemberian ASI Eklusif.
b. Balita Datang Kedua Kali dan Seterusnya:
1) Jika ibu tidak membawa KMS, maka harus menanyakan hasil
penimbangan bulan sebelumnya agar dapat ditentukan status
pertumbuhannya.
2) Melakukan langkah 4, kemudian menghubungkan titik berat badan bulan
ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus.
3) Melakukan langkah 5. Mencatat semua kejadian yang dialami anak pada
garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Apabila anak mendapat
imunisasi melakukan langkah keenam.
4) Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari dan
Agustus) dan diberi kapsul vitamin A, melakukan langkah 7.
5) Apabila umur bayi masih dibawah 6 bulan, melakukan langkah 8.
c. Melakukan Tindakan Berdasarkan Catatan Dalam KMS
1) Bila garis pertumbuhan naik
2) Diberikan pujian serta nasehat agar ibu menruskan cara pemberian
makanan kepada anaknya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak
lagi agar anak dapat terus tumbuh dan diupayakan berat badannya naik
lagi pada bulan berikutnya.

17
3) Bila garis pertumbuhan tidak naik
a) Timbangan tidak naik 1 kali (IT)  ditanyakan riwayat makanan dan
penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makananya, dan
memotivasi agar BB naik bulan berikutnya.
b) Timbangan tidak naik 2 kali (2T)  ditanyakan riwayat makanan dan
penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya. Bila anak
terlihat sakit segera dikirim ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan
lainnya.
c) Timbangan tidak naik 3 kali (3T)  anak dirujuk ke Puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain.
d) Bila garis pertumbuhan berada dibawah garis merah (BGM), anak
harus segera dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya.
e) Mencari penyebab kejadian tersebut, baik penyebab medis maupun
penyebab non medis.
f) Jika tanda klinis (-), memberikan makanan tambahan.
g) Jika tanda klinis (+), melakukan 10 langkah tata laksana gizi buruk dan
mengobati jika ada penyakit penyerta.

BAB IV

18
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Survei Konsumsi Makanan
Kuesioner Recall 24 Jam Konsumsi (I)
Nama : Arny
Umur : 21 Tahun
Berat Badan : 52 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Desember 2017
Tabel 1.
Survei Konsumsi Makanan Hari Pertama

Jenis Cara Jumlah (Ukuran)


Waktu Makanan/Baha Pengolahan
n Makanan Urt Gram
Pagi Nasi goreng Nasi 2 sdm 200
Di goreng
30

Selingan
Siang -Nasi -Nasi 1 sdm 100
04 : 15 -sayur -sayur bening 1 sdm 50
1 ekor 100
-ikan -ikan goreng

Selingan
Malam Nasi Nasi 1 sdm 100
08 : 02 ayam Ayam goreng 1 ptg
50

Selingan
Sumber: Data Primer, 2018

Kuesioner Recall 24 Jam Konsumsi (II)


Nama : Arny
Umur : 21 Tahun
Berat Badan : 52 Kg

19
Tinggi Badan : 155 Cm
Hari/Tanggal : Minggu, 31 Desember 2017
Tabel 2.
Survei Konsumsi Makanan Hari Kedua
Waktu Jenis Cara Jumlah (Ukuran)
Makanan/Baha Pengolahan
n Makanan Urt Gram
Pagi Nasi goreng Nasi digoreng 03 165
08 : 22 Bundaran
donat

Selingan
Siang -Nasi Putih -Nasi dimasak 2 SDM 100 Gram
12 : 47 -Ikan Asin -Ikan
-Tempe Goreng digoreng
-Tempe
digoreng

Malam -Nasi Putih Ikan dibakar 2 SDM 100 Gram


10 : 54 -Ikan Bakar dan cumi
-Cumi Masak masak

Selingan Salad Buah Buah-buahan 1 Gelas 80 Gram


dicampur
Sumber: Data Primer, 2018

2. Antropometri
Praktikum Antropometri I
1. Tulis Nama, Jenis Kelamin, Umur, Dan Etnik dari Setiap Anggota
Kelompok
Tabel 9.
Identitas Responden

20
Identitas Orang I Orang II Orang III Orang IV
Nama Arny Dwi Anjelika Nurwahyun
i
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 21 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 19 Tahun
Etnik/Suku Bugis dan Tolaki Bugis Bugis
makassar
Sumber: Data Primer, 2018
2. Hasil Pengukuran Antropometri
Tabel 10.
Hasil Pengukuran Antropometri
Indikator Orang I Orang II Orang III Orang IV
Berat Badan 55 kg 41 kg 42 kg 72 kg
Tinggi Badan 155 cm 158 cm 147 cm 156 cm
LILA 29 22 23 25
Link.Pinggang 80 66 69 70
Link.Panggul 102 85 92 89
Sumber: Data Primer, 2018
3. Dari Hasil Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA), Tentukan Klasifikasi
status Gizi setiap anggota group anda.
Tabel 11.
Hasil Pengukuran LILA
Orang I Nama Asniar
LLA 29 c
Status Gizi LLA 29 ≥ 23 tidak
mengalami KEK
sehingga diharapkan
mempertahankan
asupan zat gizi yang
dianjurkan.
Orang II Nama Nia Andriani
LLA 22 cm
Status Gizi LLA 22 ≤ 23
mengalami KEK
sehingga perlu
memperbaiki asupan
gizi yang dikonsumsi
kalau tidak KEK.
Orang III Nama Surtian
LLA 24
Status Gizi LLA 23 , mengalami

21
KEK agar lebih
mengkonsumsi
makanan yang baik
dan bergizi.
Orang IV Nama Piyo Lita
LLA 25
Status Gizi LLA 25 ≥ 23 tidak
mengalami KEK
sehingga diharapkan
mempertahankan
asupan zat gizi yang
dikonsumsi.
Sumber: Data Primer, 2018
4. Hitungan BMI dan Interpretasikan hasil dari anggota kelompok
Tabel 12.
Hasil Perhitungan BMI

Orang I BMI 25,217


Interpretasi Over weight, resiko ringan
Orang II BMI 16,4236

Inpretasi Kurus, resiko sedang


Orang III BMI 20,82
Interpretasi 19,3129
Orang IV BMI Normal, sangat rendah resiko
Interpretasi
Sumber: Data Primer, 2018

5. Perbandingan WHR dengan hasil interpretasi BMI dan Lingkar pinggang


untuk setiap anggota group
Tabel 13.
Bandingan WHR

Orang I WHR LPI= 0,78


LPA
Bandingan status gizi Jadi, status gizi menurut BMI
Menurut BMI dan WHR Overweight resiko ringan
sedangkan status gizi menurut
WHR mengalami resiko faktor

22
sedang
Orang II WHR LPI= 0,77
LPA
Bandingan status gizi Jadi, status gizi menurut BMI
Menurut BMI dan kurus resiko sedang, sedangkan
WHR status gizi menurut WHR
mengalami resiko faktor sedang
Orang III WHR LPI= 0,75
LPA
Bandingan status gizi Jadi status gizi menurut BMI
Menurut BMI dan normal sangat rendah resiko
WHR sedangkan status gizi menurut
WHR mengalami resiko faktor
sedang
Orang IV WHR LPI= 0,78
LPA
Bandingan status gizi Jadi status gizi menurut BMI
Menurut BMI dan normal sangat rendah resiko
WHR sedangkan status gizi menurut
WHR mengalami resiko faktor
rendah
Sumber: Data Primer, 2018

PRAKTIKUM ANTROPOMETRI II

6. Hasil Pengukuran Tinggi Lutut (TL)


Tabel 14.
Hasil Pengukuran Tinggi Lutut

Pengukuran Tinggi Lutut Dedy

Rumus:

23
(2,02 x TL (cm) - (0,04 x U (thn) + 64,19

Dik:
TL: 47
U : 28
Jawab:
(2,02 x TL (cm) – (0,04 x U (thn) + 64,19
= (2,02 x 47 cm) – (0,04 x 28 (thn) + 64,19
= 94,94 – 1,12 + 64,19
= 158

Ket:
Dari hasil estimasi pengukuran Tinggi Lutut Antropometri Dedy adalah 158

Sumber: Data Primer, 2018


3. Biokimia
Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Tabel 15.
Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

No. Nama Klien HASIL KETERANGAN


1. Arny 102 Normal

2. Dwi 100 Normal


sulistiawati
Sumber: Data Primer, 2018

4. KMS

24
5. CDC

1) Langkah-langkah mencari BB ideal CDC


a. Cari grafik yang sesuai dengan Usia dan jenis kelamin dan
kategorinya
b. Lihat Tinggi Badan Anak
c. Tarik kearah kanan hingga memotong ke garis tengah 50 persetil
d. Tarik kebawah hingga ke garis tengah dan memotong 50 persetil
pada kurva berat, kurva berat badan.

Rumus:
Z score = BB ANAK X 100 %
BB IDEAL CDC

OBESITAS = >120 %

25
OVERWEIGHT = >110 %
NORMAL = > 90 %
GIZI KURANG = 70-90 %
GIZI BURUK = 70 %

Perhitungan CDC
a. Dik :
Umur : 30 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 12,4 kg
Tinggi Badan : 87 cm
b. Dit : BB/TB ?
Jawab!
= Z -SCORE = BB ANAK x 100 %
BB IDEAL CDC
Z – SCORE = 12,4 x 100 %
12,7
= 97 %
Ket:
Status gizi anak tersebut dari perhitungan CDC adalah NORMAL

B. Pembahasan
1. Survei Konsumsi Makanan
Metode recall konsumsi 24 jam dan food record didasari pada makanan dan
jumlah yang umumnya dikonsumsi oleh individu dalam satu hari atau lebih
pada hari-hari tertentu. Metode recall dan record digunakan pada epidemiologi
gizi untuk mengukur validasi kuisioner frekuensi makanan yang digunakan
sebagai instrumen pengumpulan data konsumsi primer. Validasi kuisioner
frekuensi makanan dievaluasi melalui pengumpulan satu atau lebih recall dan
recoord dari subsampel yang mewakili populasi. Dalam pengukuran konsumsi
makanan dengan metode food survey pada tingkat individu atau perorangan
sering terjadi bias atau kesalahan. Setiap metode mempunyai kelebihan dan
kelemahannya. Metode food records memberikan hasil yang lebih akurat, tetapi
terlalu membebani responden. Metode food frequency questionnaire dan food

26
recall 24 jam lebih sering terjadi flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi
responden kurus untuk melaporkan lebih banyak dan responden yang gemuk
melaporkan lebih sedikit. Perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan setiap
individu yang dilakukan tidak terlalu akurat. Karena dihitung dengan jumlah
kandungan terbesarnya seperti beras dikalikan dengan 4,1 kkl sedangkan
komposisi beras tidak hanya karbohidrat saja tapi kandungan terbesarnya
adalah karbohidrat.
Penyakit kurang gizi dapat terjadi, disebabkan karena kurangnya cakupan
konsumsi pada nutrisi-nutrisi utama. Penyakit ini juga dapat disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang kurang kadar vitamin dan mineral tertentu,
mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi, atau karena kurang makan.
Malnutrisi dapat menggambarkan keadaan-keadaan seperti kemiskinan, perang,
kelaparan, dan wabah penyakit.

2. Antropometri
Pengukuran pada responden kelompok kami status gizinya didapatkan
a. Tidak mengalami KEK sehingga diharapkan untuk mempertahankan asupan
zat gizi yang di konsumsi
b. Mengalami KEK sehingga perlu memperbaiki asupan zat gizi yang
dikonsumsi
c. Tidak mengalami KEK sehingga diharapkan mempertahankan asupan zat
gizi yang dikonsumsi
d. Tidak mengalami KEK sehingga diharapkan mempertahankan asupan zat
gizi yang dikonsumsi.
3. Biokimia
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap serum yang
telah diambil dari darah seorang pasien bernama Surtian. Tujuan praktikum ini
dilakukan agar mahasiswa dapat menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa
darah, kemudian mahasiswa dapat mengintrepresentasikan hasil yang diperoleh.

27
4. KMS
1. Pada penimbangan pertama
Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-kolom
pada KMS yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua diisi lebih
dahulu, sesuai dengan Langkah pertama, Langkah kedua, dan Langkah
ketiga.
a. Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran. Pada
halaman muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai
dengan nomor registrasi yang ada di posyandu.
b. Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman
dalam KMS Balita
1) Kolom “posyandu” diisi nama posyandu tempat dimana anak didaftar
2) Kolom “Tanggal pendaftaran” diisi tanggal, bulan dan tahun anak
didaftar pertama kali.
3) Kolom “Nama anak” diisi nama jelas anak, sama seperti halaman
depan KMS
4) Kolom “Laki-laki” diisi tanda Ö apabila anak tersebut laki-laki dan
demikian pula bila perempuan.
5) Kolom “anak yang ke” diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga
(termasuk anak yang meninggal).
6) Kolom “Tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak.
7) Kolom “Berat Badan Lahir” diisi angka hasil penimbangan berat
badan anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. “Berat Badan Lahir”
ini kemudian dicantumkan dalam grafik KMS pada bulan “0”.
8) Kolom “Nama ayah” dan “Nama Ibu” beserta pekerjaannya diisi nama
dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.
9) Kolom “alamat” diisi alamat anak menetap.
Catatan
1. Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebu
2. Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir
anak sesuai jawaban ibu
3. Bila ibu ingat bulan Hijriah/Jawa, perkirakan bulan nasional /
masehi-nya dan catat.
4. Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak -
(dalam bulan), kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat.

28
c. Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir.
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian
isilah semua kolom bulan secara berurutan.
Misalnya : Bulan lahir anak Agustus 2000, maka cantumkan bulan
Agustus 2000 di kolom tersebut. Kemudian isi semua kolom bulan
September 2000, Oktober 2000, dan seterusnya.
d. Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS-Balita.
Setelah anak ditimbang, letakkan titik berat badannya pada titik temu
garis tegak (sesuai dengan bulan penimbangan) dan garis datar (berat
badan).
Contoh : Rudi dalam penimbangan bulan Mei 2000 berat badannya 7,5
kg. Karena baru satu kali ditimbang, maka hanya ada satu titik berat
badan dan tidak bisa dibuat.

e. Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan


lainnya.
Catat juga semua kejadian yang dialami anak yang dapat
mempengaruhi kesehatannya, pada garis tegak (lihat contoh), sesuai bulan
bersangkutan.
Misal :
1) Anak tidak mau makan
2) Anak sakit panas
3) Anak diare
4) Anak diberi nasi tim
5) Ibu meninggal
6) Ayah di-PHK
7) Anak dikirim ke Puskesmas
f. Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi.
Kolom ini diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah
imunisasi diberikan.

29
g. Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi
Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat tanggal pemberian
kapsul vitamin A yang diberikan kepada bayi 6-11 bulan (warna biru) dan
anak 12-59 bulan (warna merah) pada setiap bulan Februari dan Agustus.
h. Langkah kedelapan : Mengisi kolom Periode Pemberian ASI Ekslusif
Kolom-kolom ini terdapat di bawah kolom-kolom nama bulan
0,1,2,3,4.
Apabila bayi mendapat ASI saja sampai usia 3 bulan, maka kolom 0, 1, 2
dan 3 diisi E0, E1, E2 dan E3. Sedangkan kolom 4 diisi dengan tanda
kurang (-), karena anak sudah mulai diberi makan bubur tim lumat.
2. Pada penimbangan kedua dan seterusnya
a. Lakukan langkah keempat
Jika bulan lalu anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan ini
dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak antara
penimbangan bulan ini dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu
bulan, maka titik berat badan bulan ini tidak dapat dihubungkan dengan
titik berat badan sebelumnya.
b. Lakukan langkah kelima
Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai
bulan bersangkutan.
1) Apabila anak mendapat imunisasi, lakukan langkah keenam.
2) Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari atau
Agustus), maka jika anak diberi kapsul vitamin A, lakukan langkah
ketujuh.
3) Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkah
kedelapan.
3. Tindakan berdasarakan catatan dalam KMS

30
Berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan
kesehatan anak dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dapat
melakukan konseling atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan
anaknya serta membantu ibu dalam memecahkan masalah pertumbuhan
anaknya. Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil penimbangan
anak pada KMS-Balita.
Sebelum melakukan konseling, kader/petugas kesehatan dapat
menggali secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil
penimbangan bulan ini, sesuai dengan arah grafik.
Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada
KMS adalah:
a. Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang
baik/meningkat berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi
seimbang.
b. Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak
menurun karena sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik),
atau sebab lain yang perlu digali dari ibu.
Dengan demikian isi atau pesan-pesan yang diberikan disesuaikan dengan
grafik pertumbuhan anak tersebut dan disesuaikan dengan penjelasan ibunya
tentang keadaan kesehatan anaknya.
4. Alur Tindakan
Penjelasan : Alur tindakan berdasarkan hasil penimbangan
Setiap anak Balita yang datang ke Posyandu/fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya harus ditimbang berat badannya. Selanjutnya hasil penimbangan
tersebut dicatat dalam KMS Balita,dan membuat garis pertumbuhannya (jika
bulan lalu juga ditimbang).
Dengan membandingkan berat badan bulan ini dengan bulan lalu dapat
diketahui hasil penimbangan saat ini garis pertumbuhan naik, tidak naik atau

31
di bawah garis merah (BGM). Setelah diketahui hasil penimbangan anak
tersebut, dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Jika garis pertumbuhan naik, diberikan pujian serta nasehat agar
meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya, namun dianjurkan
agar makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan
diupayakan berat badannya bulan depan naik lagi.
b. Jika garis pertumbuhan tidak naik.
c. Timbangan tidak naik 1 kali (1T), tanyakan riwayat makanan dan
penyakitnya, kemudian berikan nasehat makanannya. Berikan motivasi
agar bulan depan naik BB nya.

d. Timbangan tidak naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan


penyakit kemudian berikan nasehat makanannya. Apabila anak kelihatan
sakit segera dikirim ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain.

e. Timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dirujuk ke puskemas /fasilitas


pelayanan kesehatan lain.

f. Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah (BGM), anak harus segera
dirujuk ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain

g. jika tanda klinis (-), berikan Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-


Pemulihan).

h. Jika tanda klinis (+), lakukan 10 langkah Tata laksana Gizi Buruk dan
obati jika ada penyakit penyerta.

i. Nasehat makan bayi dan anak sesuai hasil penimbangan

32
5. Konseling tentang nasehat makanan bayi dan anak dibedakan menurut umur
anak, yaitu 0- 4 bulan, 4 – 6 bulan, 6 -12 bulan, 12 – 24 bulan, 24 bulan ke
atas.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil recall 3x24 jam menunjukkan kecukupan energi sebanyak 94,613.635
sedangkan menurut AKG 2013 untuk umur 19-29 itu membutuhkan energi
sebanyak 2250 kkal.
2. Berdasarkan hasil praktikum diatas bahwa 4 orang narasumber saya tersebut
yaitu:
a. Arny
b. Dwi sulistiawati
c. Anjelika
d. Nurwahyuni
e. Dedy
Selaku naracoba saya dalam percobaan pengukuran antropometri ini hanya
berat badan, tinggi badan, LILA, lingkar pinggang, lingkar panggul dan
pengukuran tinggi lutut.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dilakukan dengan uji
spektofometri. Hasil pemeriksaan kadar gula darah pada nara sumber saya
yang bernama Surtian 100 mg/DI termasuk dalam kategori normal.

33
Pengetahuan tentang kadar gula dalam darah sangat penting untuk
metabolisme tubuh.
3. Hasil pemeriksaan KMS (Kartu Menuju Sehat) menunjukkan bahwa tidak
terdapat bayi BGM (Bawah Garis Merah).
4. Dari hasil pengukuran CDC tentang TB/U ternyata anak A tersebut memiliki
TB normal.

B. Saran
Bagi praktikan untuk selanjutnya diharapkan lebih bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan praktikum dan lebih meningkatkan ketelitian dalam bekerja,
serta dapat meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya. Karena dengan
demikian mudah-mudahan praktikum akan berlangsung sesuai dengan apa yang
diharapkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

34
DAFTAR PUSTAKA

Gibson S. R, 1990. Principles of Nutritional Asessment. New York: Oxford

University Press, 1993. Nutritional Asessment, A Laboratory Maniual. New York:


Oxford University Press.

Jelliffe, D. B, 1989. Community Nutritional Asessment. New York: Oxford University


Press.

WHO Technical Report Series, 1995. Physical Status: The Use and Interpretion of
anthropometry. Geneva: WHO

https://dwilozia.wordpress.com/2015/05/23/pengisian-kms/

http://imfran-imfranpurba.blogspot.co.id/2013/11/laporantetap-praktikumilmu-gizi
food.html

http://tresna29595.blogspot.co.id/2016/12/laporan-praktikum-antropometri-gizi.html

http://destirumapea24.blogspot.co.id/2015/02/laporan-penentuan-kadar-glukosa.html

http://handri-haryadi.blogspot.co.id/2011/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Abunain Djumadias, 1990, APLIKASI ANTROPOMETRI SEBAGAI ALAT UKUR


STATUS GIZI, Puslitbang Gizi Bogor.

Depkes, RI, 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta

Kemenkes RI 2010.KEPMENKES TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI


PENILAIAN STATUS GIZI ANAK.Direktorat Bina Gizi.Jakarta.

35
Kemenkes RI,2010.RISKESDAS 2010.Badan Penelitian dan Pengembangan.Jakarta

Petterson,Ruth E.2009.GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. EGC : Jakarta

Suharjo, 2006, GIZI DAN PANGAN, Kanisius, Yogyakarta

Supariasa,I dewa Nyoman.dkk.2002.PENILAIAN STATUS GIZI.EGC:Jakarta

Indrawani,Yvonne M.2007 GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT. Raja


grafindo Persada : Jakarta
Santoso,Sugeng DR M.pd.2004 KESEHATAN DAN GIZI Adi Mahasatya : Jakarta

Arisman,DR MB.2007 GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN.EGC : Jakarta

Soetjiningsih,dr SpAK TUMBUH KEMBANG ANAK,EGC : Jakarta

Adisasmito,Wiku P.hd.2007 SISTEM KESEHATAN ,Raja grafindo persada : Jakarta

Hartriyanti,yayuk.2007 GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT, Raja grafindo


persada : Jakarta

Alamtsier.2005 PRINSIP DASAR ILMU GZI.Gramedia pustaka utama: Jakarta

36
LAMPIRAN

37
38

Anda mungkin juga menyukai