"Mitra ditarik retribusi 31 ribu per meter kibik sedangkan jejamuran karena industri
sekitar 51 ribu dan pabrik sarung tangan 60 ribu," jelasnya
Empat mitra yang bertugas mengambil sampah di masyarakat tersebut klaim Agus
mendapat keuntungan bulanan cukup tinggi sekitar satu sampai satu setengah juta dari
uang kebersihan yang diiurkan masyarakat.
Selanjutnya, sampah yang telah terkumpul tersebut kemudian dipisahkan antara
sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik dibuat menjadi pupuk alami sedangkan sampah anorganik akan
disetor kepada pengepul.
Harga jualnya satu Kg sampah anorganik bernilai Rp 3000, sedangkan pupuk organik
dijual ke masyarakat dengan harga Rp 1000 per Kg.
"Nilai ekonomisnya baik organik maupun anorganik sama-sama tinggi. Sampah akan
menjadi masalah jika tidak diperlakukan dengan sesuai. Selain itu kita rajin sosialisasi
kemasyarakat agar sampah organik dan anorganik untuk tidak dicampur," tambahnya
Untuk pupuk organik sendiri, rumah makan Jejamuran juga menyediakan bekas media
tanam jamur seperti merang sebagai bahan campuran pupuk organik.
Dalam pelaksanaanya, BUMDes Amarta juga mendapat pendampingan dari Fakultas
Pertanian UPN dan operasional oleh Institut Resedarch and Empowerment (IRE).
"Pendapatan kita dari iuran sampah, kedua hasil penjualan sampah anorganik dan
pupuk,dan juga sampah layak pakan ternak," ujarnya.
Selama enam bulan ini, melalui pengelolaan sampah BUMDessendiri mendapat
keuntungan bersih sekitar Rp 1 juta perbulan dengan total telah mengelola 1000 ton
sampah.
Targetnya dalam enam bulan yaitu keuntungan Rp 7 sampai 8 juta akan
tercapai. (tribunjogja.com)
(Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2016/12/27/bumdes-amarta-kelola-sampah-
jadi-pundi-pundi-rupiah)