PEMBAHASAN
1. Demam remiten
2. Mual muntah
3. Anoreksia
4. Konstipasi
1. Temp: 37,7
2. Nadi 60
4. Lidah kotor
Gejala dan tanda diatas sesuai dengan teori yang menyatakan demam
sampai hari ke-4 bersifat remiten, dengan pola seperti anak tangga (step ladder),
sesudah hari ke-5 atau paling lambat akhir minggu pertama pola demam
selanjutnya terjadi konstipasi. Bila diare terjadi sesudah minggu kedua harus
dicurigai adanya infeksi sekunder. Mual dan muntah dapat ditemukan pada awal
sakit, bila ditemukan pada minggu kedua atau ketiga harus diwaspadai awal dari
suatu komplikasi. Pada minggu kedua keluhan malaise, anoreksia, mialgia, sakit
kepala, sakit daerah abdomen pada minggu kedua bertambah berat, dapat
27
Pada demam tifoid keluhan yang muncul lebih mengarah ke system
gastrointestinal. Hal ini sesuai dengan pathogenesis demam tifoid. Jika respon
imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik, bakteri akan menembus sel-sel
epitel terutama sel M dan lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang
biak dan difagosit oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di
dalam makrofag. Selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan ke kelenjar
hepar, lien, dan sumsum tulang. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel
fagosit dan berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid kemudian masuk ke
sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia ke-2 dengan disertai tanda
normal, neutrophil normal dengan limfositosis normal, LED normal. Hal ini
berbeda dengan teori yang menyatakan pada tes hematologi dapat ditemukan
hasil:
tinggi.
relatif.
28
d. Laju endap darah (LED) meningkat.
Salmonella typhi adalah 1/320, yang menandakan peningkatan titer 4x dari batas
1. Antigen O (antigen somatik) terletak pada lapisan luar kuman. Bagian ini
formaldehid.
2. Antigen H (antigen flagela) terletak pada flagela, fimbria, atau fili dari
kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan
antigen bakteri Salmonella typhi atau paratyphi (reagen). Pada uji ini hasil positif
jika terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dengan antibodi yang disebut aglutinin.
Oleh karena itu, antibodi jenis ini dikenal sebagai febrile agglutinin. Hasil uji ini
dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif palsu
atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan pernah vaksinasi, reaksi
29
sakit), dan adanya faktor reumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan
minggu sakit, keadaan umum buruk, dan adanya penyakit imun lain. 3, 13
Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu ke-1 demam kemudian
meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-4 serta tetap tinggi
selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O dan diikuti
aglutinin H. Orang yang sembuh, aglutinin O masih dijumpai setelah 4-6 bulan
Jika titer O sekali periksa ≥ 1/200 atau terjadi kenaikan titer 4 kali, diagnosis
atau infeksi masa lampau sedangkan Vi untuk deteksi pembawa kuman (karier).
30
2. Omeprazole sebagai proton pump inhibitor untuk mengurangi gejala
kembung
3. Ondansetron sebagai antagonis serotonin untuk mengurangi gejala mual
muntahnya.
4. Infus dextrose untuk memperbaiki nutrisinya karena gejala anoreksianya.
Pasien ini mendapatkan terapi kausatif berupa antibiotic seftriakson yaitu
sefalosporin generasi ke-2. Antibiotik jenis ini masih memiliki sensitivitas yang
tinggi terhadap bakteri genus Salmonella.
31
32